KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION DAN PROBLEM BASED LEARNING (Studi Penelitian di SMP Negeri 1 CisurupanKelas VII) Usman Fauzan Alan1, EkasatyaAldilaAfriansyah2 1,2 STKIP Garut, JlPahlawan No 32 SukagalihGarut Email: [email protected] Abstract: The purpose of this study are: (1) To determine the ability of understanding mathematical difference between students who had Auditory Intellectual Repetition learning model and Problem Based Learning model. This research is a quasi-experimental research, pretest-posttest Control Design. The population in this study were all students of VII class SMP Negeri 1 Cisurupan by taking a sample of two classes of VII-A class as an experimental 1st class and VII-B class as the experimental 2nd class. The research instrument used is to test the ability of mathematical understanding. Based on the research, we found that: There were differences in the ability of mathematical understanding among students who earn AIR learning model and PBL model. Keywords:Auditory Intellectual Repetition learning model, Problem Based Learning model, quasiexperimental research, pretest-posttest Control Design, mathematical understanding Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) dengan Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 1 Cisurupan dengan mengambil sampel sebanyak dua kelas yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen I dan kelas VII-B sebagai kelas eksperimen II. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman matematis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR dengan PBL. Kata kunci: Kemampuan pemahaman matematis, model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition, Problem Based Learning, metode eksperimen Pendidikan merupakan salah satu alat Ramadhani 2013:3) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan taraf hidup bangsa. Pada kondisi saat ini di lapangan pada umumnya dasarnya pendidikan merupakan sebuah upaya pembelajaran matematika kurang melibatkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya aktifitas siswa. Kemudian Wahyudin (dalam manusia (SDM). Pendidikan dapat ditempuh Ramadhani salah satunya di sekolah, dari beberapa mata bahwa sebagian besar siswa tampak mengikuti pelajaran yang di pelajari siswa, matematika dengan baik setiap penjelasan atau informasi merupakan salah satu ilmu yang sangat dari guru, siswa sangat jarang mengajukan penting dalam dunia pendidikan. pertanyaan 2013:3) sehingga mengemukakan guru asyik pula sendiri Salah satu faktor penting dalam menjelaskan apa yang telah disampaikannya. pembelajaran matematika saat ini adalah Bahkan Wahyudin (dalam Ramadhani 2013:3) pentingnya kemampuan menegaskan bahwa guru matematika pada pemahaman matematis siswa. Sugandi (dalam umumnya mengajar dengan metode ceramah pengembangan 68 69 Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah ekspositori. Hal ini menunjukan bahwa siswa tentu dibutuhkan pula model pembelajaran kurang sehingga yang berbasis pada pemahaman matematis kemampuan pemahaman matematis siswa secara aktif dan kreatif. Diantaranya model akan pelajaran sangat sulit bahkan tidak pembelajaran yang dimaksud adalah model banyak siswa yang tidak paham tentang pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition pelajaran yang di berikan dan di jelaskan oleh (AIR) dan model Problem Based Learning guru. (PBL). aktif dalam Salah belajar satu untuk Berdasarkan latar belakang masalah dalam yang telah uraikan di atas, maka penulis pembelajaran matematika adalah dengan cara merumuskan permasalahan dalam penelitian mengintegrasikan suatu model pengembangan ini kreativitas itu dalam proses belajar mengajar kemampuan pemahaman matematis antara matematika. Sebagaimana yang dinyatakan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Reigeluth dan Meril (dalam Fitryani, 2013:5) Auditory bahwa “Struktur isi pelajaran merupakan dengan Problem Based Learning (PBL)?” mengembangkan upaya kreativitas variabel pembelajaran di luar kontrol guru”. “Apakah yaitu: Intellectualy terdapat perbedaan Repetition (AIR) Menurut Driver (dalam Nurkarimah, variabel 2006:12), “Pemahaman adalah kemampuan manipulatif, yang mana setiap guru memiliki untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan. kebebasan untuk memilih dan menggunakan Seseorang dikatakan paham, apabila ia dapat berbagai model pembelajaran sesuai dengan menjelaskan atau menerangkan kembali inti karakteristik materi dari materi atau konsep yang diperolehnya pembelajaran memiliki Model pembelajaran merupakan pelajarannya.Model fungsi sebagai instrumen yang membantu atau memudahkan siswa, dalam memperoleh sejumlah secara mandiri”. Menurut Mayer (dalam Kesumawati, 2010:20) pemahaman merupakan aspek pengalaman belajar. Pengembangan model fundamental dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran peningkatan model pembelajaran harus menyertakan hal mutu perolehan hasil belajar siswa perlu pokok dari pemahaman. Hal-hal pokok dari diupayakan secara terus menerus dan bersifat pemahaman komprehensif. model tentang objek itu sendiri, relasi dengan objek pembelajaran yang dilakukan di kelas harus lain yang sejenis, relasi dengan objek lain diatur berdasarkan kebutuhan dan karakteristik yang tidak sejenis. dalam konteks Dengan demikian siswa yang belajar serta karakteristik materi Untuk mewujudkan harapan agar suatu objek meliputi Menurut Hewson dan Thorleyn (dalam Nurhayati, yang akan diajarkan. untuk 2010:23) “Pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna oleh siswa siswa menjadi aktif, kreatif dan memiliki sehingga siswa mengerti apa yang kemampuan pemahaman matematis yang baik, dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk 72 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017 mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang mengeksplorasi kemungkinan yang terkait”. ada Dengan demikian, tidaklah mudah dalam matematika sehingga membuat segala pekerjaannya berjalan untuk memahami sesuatu, apalagi pemahaman dengan baik. matematis. School Mathematics Study Group Dari beberapa pendapat tersebut, dapat (dalam Nurhayati, 2010:24) merinci aspek disimpulkan bahwa pemahaman matematis pemahaman mengetahui adalah pengetahuan siswa terhadap konsep, konsep, hukum, prinsip, dan generalisasi prinsip, prosedur dan kemampuan siswa matematika, mengubah dari satu bentuk menggunakan strategi penyelesaian terhadap matematika ke bentuk matematika yang suatu masalah yang disajikan. Seseorang yang lainnya telah dalam dan perilaku: mampu mengikuti suatu penjelasan. memiliki matematis Dalam matematika, proses pembelajaran pemahaman merupakan bagian yang berarti langkah penting, yang menggunakan dengan memberikan pengertian bahwa materi- hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu pemahaman sehingga 2013:14), yaitu: dapat tersebut telah dilakukan, dalam dapat konteks matematika dan di luar konteks matematika. Adapun siswa telah konsep materi yang diajarkan kepada siswa bukan pemahaman orang pemahaman mengetahui apa yang dipelajarinya, langkah- matematis sangat kemampuan lebih mengerti akan konsep materi pelajaran yang indikator dari matematis kemampuan (dalam Astuti, a. Mampu menyatakan ulang konsep disampaikan. yang telah dipelajari. Alfeld (dalam Syarifatunnisa, b. Mampu mengklasifikasikan 2013:14) menyatakan bahwa seseorang siswa objek dikatakan tidaknya persyaratan yang membentuk sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis jika ia sudah dapat dipenuhi atau konsep tersebut. melakukan hal-hal berikut ini: a. Menjelaskan berdasarkan objek- c. Mampu mengaitkan berbagai konsep konsep-konsep dan matematika. fakta-fakta matematika dalam istilah d. Mampu menerapkan konsep dalam konsep dan fakta matematika yang berbagai macam bentuk representasi telah ia miliki. matematika. b. Dapat dengan mudah membuat Suherman hubungan logis diantara konsep dan pembelajaran c. Menggunakan hubungan yang ada diluar 2013:6) yang menganggap bahwa belajarakan efektif jika memperhatikan tiga kedalam sesuatu hal yang baru (baik di atau Fitryani, menyatakan bahwa AIR merupakan model fakta yang berbeda tersebut. dalam (dalam hal yaitu: PertamaAuditory yang berarti indera matematika) telinga digunakan untuk mendengar dan berdasarkan apa yang ia ketahui. 68 69 Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah menyimak berbicara, presentasi dan kelebihan dan kelemahan. Adapun yang argumentasi. Kedua Intellectually yang berarti Menjadi kelebihan dari model pembelajaran bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih AIR (dalam Fitryani, 2013:22-23) adalah melalui kegiatan bernalar, mencipta dan sebagai berikut. memecahkan masalah, mengkonstruksi dan a. Melatih pendengaran dan keberanian menerapkan. Ketiga Repetition yang berarti siswa pengulangan, pendapat(Auditory). agar pemahaman lebih untuk mengungkapkan mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih b. Melatih siswa untuk memecahkan melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan masalah secara kreatif (Intellectually). kuis. c. Melatih Adapun langkah-langkah model a. Siswa dibagi untuk mengingat kembali tentang materi yang telah pembelajaran AIR (dalamFitryani, 2013:22) adalah sebagai berikut: siswa dipelajari (Repetition). d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. beberapa Sedangkan yang menjadi kelemahan dari kelompok, masing-masing kelompok model pembelajaran AIR adalah dalam model 4-5 anggota. pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang b. Setiap menjadi kelompok mendiskusikan harus diintegrasikan yakni tentang materi yang mereka pelajari Intellectually, dan menuliskan hasil dari hasil diskusi sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu tersebut dan dipresentasikan diskusi sehingga secara selanjutnya untuk yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir di kelas dengan cara pembentukan kelompok pada depan (Auditory) c. Saat Repetition Auditory, aspek Auditory dan Intellectually. berlangsung, siswa Bern dan Erickson (dalam Komalasari, mendapat soal atau permasalahan yang 2011:5) mengemukakan bahwa “Problem berkaitan dengan materi. Based Learning (PBL) merupakan strategi d. Masing-masing kelompok memikirkan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam cara menerapkan hasil diskusi serta memecahkan dapat mengintegrasikan meningkatkan kemampuan masalah berbagai dengan konsep dan mereka untuk menyelesaikan masalah keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. dari guru (Intellectualy). Strategi ini meliputi mengumpulkan dan e. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis tiap individu (Repetition). menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan”. Menurut (dalam Rusman, 2010:229) “pembelajaran berbasis masalah merupakan Setiap model pembelajaran memiliki Tan inovasi dalam pembelajaran, karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa 72 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017 betul-betul dioptimalisasikan melalui proses Tujuan pembelajaran berbasis masalah kerja kelompok atau tim yang sistematis, dikembangkan sehingga mengembangkan siswa dapat memberdayakan, untuk membantu kemampuan pemecahan kemampuan secara intelektual Ibrahim (dalam Heriawan, 2012:9). berkesinambungan”. Sanjaya (2009:214) juga Adapun langkah-langkah pembelajaran PBL berpendapat bahwa PBL dapat diartikan yang sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang 2006:11-12) menekankan berbasis masalah terdapat lima tahap. pada proses penyelesaian diungkapkan dan berfikir, mengasah, menguji, dan mengembangkan berpikirnya masalah, siswa keterampilan Woolfook “Pada model pembelajaran masalah yang dihadapi secara ilmiah. Tabel 1 Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah Faseke- Indikator Aktivitas/Kegiatan guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 1 Orientasi siswa menjelaskan kepada masalah logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Mengorganisasika 2 n siswa belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Membimbing 3 Guru membantu siswa mendefinisikan dan untuk mengorganisasikan penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong mengumpulkan siswa untuk informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan Mengembangkan 4 dan dan menyiapkan karya sesuai seperti menyajikan laporan, video, dan model dan membantu hasil karya mereka untuk berbagi tugas dengan temanya. Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan 5 mengevaluasi refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan proses pemecahan mereka dan proses-proses yang mereka masalah gunakan. 68 (Nanang, 73 Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Sebagaimana lainnya, PBL kelemahan pembelajaran memiliki yang keberhasilan Sanjaya dengan keunggulan perlu dicermati penggunaannya. (2009) mengemukakan dan PBL untuk mempunyai (2016) kepercayaaan beberapa dipecahkan, maka bahwa mereka akan merasa enggan untuk mencoba. b. Keberhasilan a. PBL merupakan teknik yang cukup lebih Sanjaya masalah yang dipelajari sulit untuk diantaranya: untuk menurut a. Siswa tidak memiliki minat atau tidak keunggulan dan kelemahan, keunggulan PBL bagus kelemahan (2009:221) antara lain: Menurut Novita memiliki dan memiliki model pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup memahami waktu untuk persiapan. pelajaran; c. Tanpa pemahaman mengapa mereka b. PBL dapat menantang kemampuan berusaha untuk memecahkan masalah siswa serta memberikan kepuasan yang sedang dipelajari, maka mereka untuk menemukan pengetahuan baru tidak akan belajar apa yang ingin bagi siswa; mereka pelajari. c. PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; METODE d. Melalui PBL bias memperlihatkan Populasi dan Sampel kepada siswa setiap matapelajaran pada dasarnya merupakan cara VII. dimengerti oleh siswa, bukan hanya pertimbangan kemudahan akses bagi peneliti sekedar belajar dari guru atau buku- untuk mengadakan penelitian, serta pemilihan buku saja; siswa kelas VII ini berdasarkan pertimbangan dan disukai siswa; PBL dapat di Pemilihan sekolah ini SMP ini memiliki berdasarkan permasalahan kemampuan pemecahan masalah matematis mengembangkan kemampuan berpikir kritis; siswa. Penelitian dilakukan dikelas VII karena pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar g. PBL dapat memberikan kesempatan dalam penelitian ini adalah materi kelas VII kepada siswa untuk mengaplikasikan semester pengetahuan yang merekamiliki dalam mengambil populasi kelas VIII dan IX. dunia nyata; Pengambilan 2, sehingga sampel tidak dilakukan mungkin secara “Random Sampling” yaitu teknik pengambilan h. PBL dapatmengembangkanminat Di adalah siswa SMP Negeri 1 Cisurupan Kelas berpikir, dan sesuatu yang harus e. PBL dianggap lebih menyenangkan f. Subjek populasi dalam penelitian ini siswauntukbelajarsecaraterusmenerus, sampel secaraacak. Dari seluruh kelas VII sekalipunbelajarpadapendidikan yang ada kemudian dipilih 2 kelas untuk formal telahberakhir. dijadikan sampel penelitian. Dari dua kelas samping keunggulan, PBL juga yang terambil, kelas VII-A dijadikan sebagai 74 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017 kelas eksperimen I dan kelas VII-B dijadikan Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data sebagai kelas eksperimen II. Penelitian ini menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan tes soal DesainPenelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Design. berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post- Adapun test) dan angketuntuksiswa. Tes soal dilakukan desain penelitiannya sebagai berikut: sebelum dan O X1 O pembelajaran O X2 O mendapatkan Ruseffendi (2005:35) sesudah pada kelas pelaksanaan eksperimen I modelpembelajaranAuditory Intellectualy Repetition Keterangan: kelaseksperimen II O: Pretest dan posttest yaitu tes kemampuan Based Learning (PBL). Angket untuk siswa pemahaman matematis siswa diberikan kepada siswa eksperimen I dan X1: Perlakuan pembelajaran eksperimen I(model Auditory Intellectualy eksperimen II eksperimen II (AIR)dan mendapatkanProblem sesudah pembelajaran matematika selesai. Repetition) X2: Perlakuan HASIL DAN PEMBAHASAN (model pembelajaran Problem Based Learning) Deskripsi Hasil Penelitian WaktudanTempatPenelitian Deskripsi statistika meliputi rata-rata, standar deviasi, dan jumlah siswa berdasarkan Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 6 pembelajaran yang digunakan. Hasil deskripsi s/d 30 April 2015. Seperti yang dikemukakan tes awal (pre-test) maupun tes akhir (post-test) sebelumnya pula bahwa penelitian dilakukan kemampuan pemahaman matematissiswa kelas di SMP Negeri 1 Cisurupan, tepatnya di kelas eksperimen Idaneksperimen II yangdisajikan VII-A dan kelas VII-B. pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Hasil Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir (Post-test) Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelas Jumlah Siswa Pre-test Eksperimen II (AIR) (PBL) 𝒙 6,7941 34 Post-test Eksperimen I 15,764 7 S Jumlah Siswa 2,9927 33 4,2998 Skor Ideal : 28 68 𝒙 s 5,4545 3,1533 13,151 5 3,6582 75 Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Tabel 4 Analisis Statistik dan Uji Hipotesis HasilUji Mann Whitney TesAwal (Pretest) Analisis Data Tes Awal (Pretest) Nila Uji Normalitas ΣT µu δu iU Dari Tabel 2 di atas menunjukan bahwa skor rata-rata kemampuan awal pemahaman Zhitun Ztab g el 56 294,83 6283,191 0,021 1 3 6 2 694 1,96 matematis siswa pada kelas eksperimen I sebesar 6,7941 dengan simpangan baku Berdasarkan tabel 4 diperoleh nilai 2,9927. Sedangkan skor rata-rata kemampuan Z tabel 1,96 Z hitung 0,0212 Z tabel 1,96 awal pemahaman matematis siswa pada kelas maka Ho diterima, artinya tidakterdapat eksperimen II dengan perbedaan kemampuan pemahaman matematis simpangan baku Selanjutnya awal siswa antara siswa kelas eksperimen I dilakukan pengujian menggunakan sebesar Uji 5,4545 3,1533. normalitas Lilliefors dengan pada taraf signifikansi 5%. Hasil Uji Lilliefors yang terdapat pada lampiran D dideskripsikan pada tabel 3 berikut: PBL Nilai Lmaks Ltabel 0,0897 0,1542 Keterangan kelas dengan simpangan baku 4,2998. Sedangkan Normal 13,1515 dengan simpangan baku 3,6582. Tidak Selanjutnya dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji Lilliefors yang dilanjutkan dengan menggunakan statistik non parametrik dengan Uji Mann Whitney. terdapat pada lampiran D dideskripsikan pada tabel 5 berikut: Tabel 5 HasilUjiNormalitas Data Tes Akhir Kelas Uji Mann Whitney digunakan jika ada berdistribusi (2013:151). data atau normal keduanya dalam Nilai Lmaks Ltabel AIR 0,1035 0,1542 PBL 0,1198 0,1566 Uji Mann Whitney satu Isebesar15,7647 matematis pada kelas eksperimen II sebesar Karena salah satu data tidak berdistribusi salah eksperimen Berdistribusi Normal maka pada skor rata-rata kemampuan akhir pemahaman 0,1924 0,1566 Berdistribusi normal, Uji Normalitas rata kemampuan akhir pemahaman matematis Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal AIR Analisis Data Tes Akhir (Posttest) Dari tabel 2 menunjukan bahwa skor rataTabel 3 Kelas dan eksperimen II. tidak Sundayana Keterangan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal 76 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai Lmaks lebih kecil dari Keterangan t hitung t tabel Nilai 2,6756 1,9986 Ltabel , sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data berdistribusi Berdasarkantabel 7 diperolehnilaithitung= normal. Karena kedua data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan 2,6756>ttabel = 1,9986 maka Ho ditolakdan Ha uji diterima. Dengan demikian kemampuan akhir homogenitas dua varians. siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen Uji HomogenitasDuaVarians II adalah berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat perbedaan kemampuan Uji Homogenitas digunakan jika kedua pemahaman matematis antara siswa yang data berdistribusi normal dalam Sundayana mendapatkan model pembelajaran Auditory (2013:145). Intellectualy Repetition (AIR) denganProblem Tabel 6 Based Learning (PBL). HasilUjiHomogenitasTesAkhir (posttest) Kelas Varians AIR PBL Fhitung Ftabel Efektivitas Keterangan Pembelajaran 4,29982 1,3815 1,805 3,65822 Siswa terhadap Auditory Model Intellectualy Repetition (AIR) dan Problem Based Learning Homogen (PBL) Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai Efektivitas siswa ini dilihat dari skor hasil Ho post-test yang dibandingkan dengan Kriteria diterima, artinya kedua varians homogen. Ketuntasan Minimal KKM yaitu 75 yang Karena kedua data berdistribusi normal dan sudah ditentukan oleh sekolah, baik dari kelas variansinya eksperimen I maupun kelas eksperimen II Fhitung 1,3815 Ftabel 1,805 maka homogeny maka dilanjutkan yang tedapat pada lampiran D dideskripsikan dengan uji t. pada tabel 8, maka diperoleh hasil data sebagai Uji t Uji berikut: t digunakan jika kedua data berdistribusi normal dan variansnya homogen. Tabel 7 HasilUjit TesAkhir (Posttest) 68 77 Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Tabel 8 DeskripsiPersentaseKriteriaKetuntasan Minimal BelajarSiswaKelasEksperimen I danKelasEksperimen II Kelas Eksperimen I Kriteria Tuntas BelumTun tas Jumlah Eksperimen II Persentase Fi Persentase (%) fi 3 8,8% 0 0% 31 91,2% 33 100% 34 100% 33 100% Berdasarkan tabel 8 dapat terlihat bahwa (%) pemahaman matematis siswa. Hasil tes akhir kelas eksperimen I lebih efektif dibandingkan (post-test) diperoleh dengan kelas eksperimen II. Hal tersebut perbedaan skor setelah siswa diberi perlakuan, ditinjau dari hasil persentasenya, dimana kelas kelas eksperimen I memperoleh 8,8% dengan pembelajaranAuditory Intellectualy Repetition kategori tuntas, sedangkan kelas eksperimen II (AIR)dan kelaseksperimen II melaluiProblem memperoleh 0% dengan kategori tuntas. Based Learning (PBL). Dari hasil analisis data eksperimen menunjukan I melalui adanya model pengujian hipotesis tes akhir (post-test). Pembahasan Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Dari hasil tes awal (pre-test) kemampuan perbedaan kemampuan pemahaman matematis pemahaman matematis siswa, diperoleh bahwa anatara siswa yang mendapatkan skor rata-rata tes awal (pre-test) kedua kelas pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition tidak berbeda secara signifikan. Begitu juga (AIR) dengan Problem Based Learning (PBL). berdasarkan analisis data pengujian hipotesis tentang perbedaan kemampuan dengan taraf signifikasi KESIMPULAN awal pemahaman matematis siswa pada tes awal (pre-test) model 5% Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data yang telah menunjukan bahwa kedua kelompok memiliki dilakukan kemampuan yang sama. Dengan mempunyai model pembelajaran Auditory Intellectually kemampuan awal yang sama, pembelajaran Repetition (AIR) pada kelas eksperimen I dan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pada Problem Based Learning (PBL) pada kelas kedua kelompok dengan metode yang berbeda, eksperimen II, maka diperoleh kesimpulan selanjutnya diberikan tes akhir (post-test) sebagai untuk kemampuan pemahaman matematis antara mengetahui kemampuan akhir peneliti berikut: dengan “Terdapat menggunakan perbedaan 78 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017 siswa yang mendapatkan model pembelajaran guru MTs Arohmah Garut: Tidak Auditory diterbitkan. Intellectually Repetition (AIR) dengan Problem Based Learning (PBL)”. Novita, D. (2016). Pengembangan LKS berbasis Project Based Learning untuk pembelajaran materi segitiga di kelas VII. Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2). 1-12. DAFTAR PUSTAKA Astuti, T. P. (2013). Perbedaan Kemampuan Nurhayati, Y. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa Antara Yang Mendapatkan Pembelajaran Dengan Snowball Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Throwing Yang Mendapatkan Pembelajaran Kemampuan Pemahaman Matematika Model Numbered Tipe Model Nurkarimah, (2013). Kemampuan Antara Matematis Antara Siswa Yang Mendapatkan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Dengan Snowball Metodologi Pembelajaran. Lembaga Yang Menggunakan Reciprocal Teaching Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Matematika. Pembinaan Antara Banten: Dengan Pada Skripsi N. (2010). (PBL) Pendidikan Ruseffendi, Mendapatkan Dan Yang Mendapatkan ET. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Pendekatan Matematika Yang Garut: tidak diterbitkan. Masalah, Dan Disposisi Matematis Melalui Siswa Pembelajaran Langsung. Skripri STKIP Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan SMP Pemahaman Matematis Pendekatan Problem Based Learning dan Pengembangan Profesi Guru (LP3G). Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Realistik. Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran Disertasi Doktor UPI. Bandung: Tidak Mengembangkan Profesionalisme Guru. diterbitkan. (2011). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pembelajaran Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Konstektual. Bandung: Refika Aditama. Nanang. Siswa Kemampuan Heriawan, Darmajari dan Senjay. (2012). Komalasari. Perbandingan Ramadhani, Y. R. (2013). Perbandingan diterbitkan. Siswa (2006). STKIP. Garut: Tidak diterbitkan. Throwing. Skripsi STKIP. Garut: Tidak Kesumawati, R. Kemampuan Pemahaman Matematik Perbandingan Komunikasi Achievement Tidak diterbitkan. Tidak diterbitkan. F. Team Division (STAD). Skripsi STKIP. Garut: Heads Together (NHT). Skripsi STKIP. Garut: Fitryani, Student (2006). Model Berorintasi Standar Proses Pendidikan. Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Makalah pada Lokakarya Bagi Guru- 68 Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Sundayana, R. (2013). Statistika Penelitian Pendidikan. (Cetakan Ketiga). Garut: STKIP Garut Press. Syarifatunnisa, A. (2013). Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematis antara Siswa yang Mendapatkan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Tipe Jigsaw. Skripsi STKIP. Garut: Tidak diterbitkan. 77 78 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017 68