Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi

advertisement
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur
penting dalam SPK, yaitu: (1) peserta dalam kelompok; (2) aturan kelompok;
(3) upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) tujuan yang harus dicapai.
Peserta dalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dan setiap
kelompok
belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan
berdasarkan
beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang berdasarkan atas
latar belakang kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran
baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan.
Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi
pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan
semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa
sebagai anggota kelompok. Misalnya pembagian tugas setiap anggota
kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan
kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru,
baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.
Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dallam kegiatan kelompok, sehingga
antarpeserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman,
maupun gagasan-gagasan.
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, dan
evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami
sasaran setiap kegiatan belajar.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
1
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
B. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Kagan
(1994)
pembelajaran
kooperatif
adalah
strategi
pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari
tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota
tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga
untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi
bersama-sama. Students work through the assignment until all group members
successfully understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan
sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan
kognitif Vygotsky. Dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam
menyusun pengetahuan mereka. Menurut Santrock (2008), ada tiga klaim
dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami
apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan
kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas
mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi
oleh latar belakang sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan
anak mendorong pelaksanaan pengajaran yang menggunakan strategi
pembelajaran kolaboratif atau kooperatif.
Dari tinjauan psikologi belajar, Djamarah (2008) mengemukakan bahwa
belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam pengertian tersebut, belajar melibatkan dua unsur penyusun tubuh
manusia, yaitu jiwa dan raga. Untuk mendapatkan perubahan, gerak raga
harus sejalan dengan proses jiwa. Dengan demikian, perubahan yang
diperoleh bukanlah perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan gerakan fisik
sebagai sebab masuknya kesan-kesan baru.
Dari tinjauan fisiologi otak, neuron-neuron yang berperan dalam
pemrosesan informasi membentuk modul-modul yang saling berhubungan dan
membentuk jalur majemuk yang pada gilirannya membentuk daerah atau
komunitas korteks. Setiap modul memiliki rancangan genetic khusus yang
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
2
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
menjadikannya ahli dalam satu aena interaksi dengan dunia. Beberapa sirkuit
memproses sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, beberapa
memproses indrawi, dan lainyya menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan
gerakan, warna dan sebagainya. Oleh karena semua sistem kompleks ini
memproses
informasi
secara
khusus,
maka
disebut
sebagai
sistem
pembelajaran (Given, 2007).
Sistem pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh
input lingkungan dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan
aspek bawaan dan bersifat permanen sedangkan input lingkungan yang paling
kuat adalah pola pengasuhan dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam
pembelajaran kooperatif, memberikan peluang yang sangat tinggi dalam
mengembangkan lima sistem pembelajaran primer anak, yaitu emosional,
sosial, kognitif, fisik dan reflektif.
Menurut Given (2007), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu
menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan
hubungan pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk sistem emosional
berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang
tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat untuk belajar, dengan
membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan
mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai.
Jika pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil
dan sistem emosional siswa siap untuk belajar.
Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk
menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang
lain. jika sistem emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal,
maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau
pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola
menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan
berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan
sebagai berkah individual untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang
harus diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui
kerja sama tulus anta-individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan
petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
3
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Given (2007), sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan
dengan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan perkembangan
kecakapan akademis lainny. Sistem kognitif mengandalkan input sensoris, dan
berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem
memori secara memadai untuk mengontsruksi pengetahuan dan kecakapan.
Perhatian pada sistem kognitif menempatkan guru pada peran fasilitator
pembelajaran dan siswa pada peran pemecah masalah dan pengambil
keputusan nyata. Sistem kognitif berfungsi paling baik jika sistem lain yakni
emosional, sosial, fisik dan reflektif tidak bersaing dalam menarik perhatian.
Jika sistem emosional dan sosial tertekan, sistem kognitif kehilangan
kemampuan untuk memusatkan perhatian pada upaya mengatasi masalah dan
membuat keputusan akademis. Dengan demikian, memperoleh kecakapan dan
pengetahuan menjadi prioritas kedua dan ketiga dalam sistem operasi
majemuk pikiran.
Pembelajaran
juga
sangat
tergantung
pada
kebutuhan
sistem
pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal, serta kecenderungan siswa
untuk terlibat dalam pembelajaran. Meskipun sebagian siswa menghindari
pembelajaran tactual dan kinestetik, namun siswa lain bisa menikmati
pembelajaran hanya jika modalitas ini dilibatkan. Sistem pembelajaran fisik
menyukai tugas akademik yang menantang yang mirip olah raga, dan perlu
terlibat aktif karena sistem ini tidak bisa memproses informasi secara pasif.
Sedangkan sistem pembelajaran reflektif melibatkan pertimbangan
pribadi terhadap pembelajarannya sendiri. Sistem ini menuntut siswa untuk
memahami diri sendiri, dan ini bisa dikembangkan dengan pelbagai cara
pembelajaran. Sebagai contoh, menyimpan catatan prestasi dan interpretasi
kemajuan siswa bisa menjadi petunjuk tentang sistem dan subsistem
pembelajaran yang paling efektif untuk anak tertentu. untuk mengoptimalkan
perkembangan sistem pembelajaran reflektif, otak perlu mendapatkan instruksi
eksplisit dalam pemantauan diri dan analisis kinerja. Disinilah peran guru dalam
bertindak sebagai pencari bakat yang mengenali kelebihan siswa, kemudian
membimbing dan memupuk kelebihan itu menjadi bakat nyata.
Aspek penting lain yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem kognitif
di kelas adalah guru. Guru harus menunjukkan minat dan memahami dengan
baik kandungan materi yang diajarkan. Jika siswa merasa bahwa guru antusias
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
4
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
terhadap materinya, antusiasme itu menular karena dapat mendorong hasrat
kuat untuk belajar dan meraih prestasi akademis. Guru pun harus menunjukkan
penerimaan dan penghargaan terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan gaya
belajar yang disukai masing-masing.
Pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima
sistem pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan
rancangan pembelajaran berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang
mengembangkan kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan
kolaboratif yang proporsional. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif
merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi terutama jika
disediakan penghargaan tim atau kelompok dan tanggung jawab individual.
Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga
anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi
kepentingan mereka juga. Sedangkan tanggung jawab individual merupakan
bentuk akuntabilitas individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang
penting bagi tim atau kelompok. Metode pembelajaran kooperatif telah sering
digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk
kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya.
Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah
menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematis dan
praktis yang ditujukan unutk digunakan sebagai elemen utama dalam pola
pengaturan di kelas.
C. Karakteristik dan prinsip prinsip SPK
Karakteristik SPK
a. Pembelajaran secara tim
b. Berdasarkan pada managemen kooperatif
c. Kemauan unyuk bekerjasama
d. Keterampilan bekerjasama
Prinsip prinsip SPK
a. Prinsip ketergantungan positif
b. Tanggungjawab perseorangan
c. Interaksi tatap muka
d. Partisipasi dan komunikasi
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
5
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada dasarnya terdiri atas empat tahap
yakni: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4)
pengakuan tim.
1. Penjelasan materi
Tahap penjelasan dimaksudkan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam
tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada
tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang
harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam
pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, maupun demonstrasi. Di samping itu guru juga
dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian
dapat lebih menarik siswa.
2. Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada keolmpoknya masingmasing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat
heterogen,artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan=perbedaan
setiap anggotanya,baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial
ekonomi dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik.
3. Penilaian
Penilaian dalam SPK dapat dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis
dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual
nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil
akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap
kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya, Hal ini disebabkan nilai
kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil
kerja sama setiap anggota kelompok.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
6
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
4. Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol, atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
Pengakuan dan penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk
terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu
meningkatkan prestasi mereka.
Keunggulan dan kelemahan SPK
Keunggulan SPK
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain.
c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. SPK
dapat
membantu
memberdayakan
setiap
siswa
untuk
lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e. SPK merupakan suatu strategi yang baik untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa
harga diri, mengembangkan hubungan interpersonal dengan yang lain,
mengembangkan ketrampilan mengatur waktu dan sikap positif terhadap
sekolah.
f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya
g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
7
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan SPK
a. Untuk memahami dan mengerti filosofi SPK memang butuh waktu
Ciri utama SPK adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika
tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran
langsung dari guru,bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
b. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil
atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
c. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
d. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting unuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan kepada kemampaun secara individual. Oleh karena itu
idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus
belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
8
Download