1 UPAYA MEMBUMIKAN E-GOVERNMENT Sedikit Uraian Tentang

advertisement
UPAYA MEMBUMIKAN E-GOVERNMENT
Sedikit Uraian Tentang Penerapan Teknologi Informasi
Pemerintah Kota Blitar
Oleh : Hery SB 1
---------------------------------------------------------
1. PENDAHULUAN
Globalisasi adalah satu kata yang paling banyak dibicarakan orang dewasa ini
dengan pemahaman makna yang beragam. Namun, apa yang dipahami dengan istilah
globalisasi akhirnya membawa kesadaran bagi manusia, bahwa semua penghuni planet
bumi ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada
rentang jarak yang secara fisik membentang ( masyarakat global ). Dunia dipandang
sebagai satu kesatuan dimana semua manusia di muka bumi ini terhubung satu sama
lain dalam jaring-jaring kepentingan yang amat luas.
Pembicaraan mengenai globalisasi adalah pembicaraan mengenai topik yang
amat luas yang melingkupi aspek mendasar kehidupan manusia dari ideologi, budaya,
politik, ekonomi dan sosial. Globalisasi di bidang ekonomi barangkali menjadi contoh
yang lebih mengemuka dan menggambarkan bagaimana sebuah kebijakan global bisa
berdampak pada banyak orang di tingkat lokal, sementara wacana globalisasi dalam hal
yang lain mungkin tidak begitu mudah diamati secara jelas.
Teknologi Informasi (TI) yang kini berkembang amat pesat, tak bisa dipungkiri
telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi
tersebut. Mulai dari wahana TI yang paling sederhana berupa perangkat radio dan
televisi, hingga internet dan telepon gengam dengan protokol aplikasi tanpa kabel
(WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak ruang kesadaran
banyak orang. Perubahan informasi kinipun tidak lagi ada dalam skala bulan, minggu
atau hari atau bahkan jam, melainkan sudah berada dalam skala menit dan detik.
TI telah mengubah wajah ekonomi konvensional yang lambat dan mengandalkan
interaksi sumber daya fisik secara lokal menjadi ekonomi digital yang serba cepat dan
mengandalkan interaksi sumber daya informasi secara global. Peran Internet tidak bisa
dipungkiri dalam hal penyediaan informasi global. Sehingga dalam derajat tertentu, TI
disamaratakan dengan Internet. Internet sendiri memang fenomenal kemunculannya
sebagai salah satu tiang pancang penanda kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Internet menghilangkan semua batas-batas fisik yang memisahkan
manusia dan menyatukannya dalam dunia baru, yaitu dunia "maya". Setara dengan
perkembangan perangkat keras komputer, khususnya mikro-prosesor, dan infrastruktur
komunikasi, TI di internet berkembang dengan kecepatan yang sukar dibayangkan.
1
Hbs adalah warga masyarakat Kota Blitar yang mencoba peduli terhadap penerapan TI Pemerintahan.
1
Konsep perdagangan elektronik melalui internet, yang dikenal dengan nama eCommerce pun terlahir dimana proses kelahirannya merupakan buah perkawinan TI
dengan dampak globalisasi ekonomi. Pun demikian dalam aktivitas pemerintahan, mau
tidak mau harus mengakui peran penting dari TI tersebut.
Penerapan Teknologi Informasi untuk pemerintahan populer disebut dengan
istilah electronic government atau disingkat dengan e-government (e-govt). Banyak
pihak memahami e-govt dalam konteks yang sempit, sekadar instansi pemerintah
memiliki situs internet (website) maka sudah ber-e-govt-lah mereka. Di pihak lain ada
yang berpendirian bahwa suatu instansi pemerintah sudah menerapkan e-govt bila
telah memanfaatkan aplikasi Telematika secara menyeluruh, tidak hanya sekedar
memiliki website saja.
Didalam tulisan ini penulis memang sengaja tidak memuat hal-hal yang bersifat
teknis. Dan tidak dipungkiri bahwa apa yang akan diuraikan dalam kolom ini masih
banyak kekurangan, apalagi substansi yang diuraikan lebih mengedepankan tinjauan
secara umum. Akan tetapi penulis berharap semoga catatan kecil ini bermanfaat dan
mampu memberikan warna terhadap dinamika pembangunan di Kota Blitar.
2. TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK PEMERINTAHAN
Secara umum E-Government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi
informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti : G2C (Government
to Citizen), G2B (Government to Business Enterprises), dan G2G (inter-agency
relationship). Terlepas dari beragamnya definisi tentang e-government, esensi yang
terpenting dari e-govt adalah memanfaatkan Telematika untuk meningkatkan kinerja
instansi pemerintah. Dalam konteks ini peningkatan kinerja tidak dapat diartikan dalam
konteks yang sempit, namun dapat meliputi tercapainya tata pemerintahan yang bersih,
efektif, efisien, transparan, baik dalam pengelolaan internal maupun dalam pelayanan
kepada publik (good governance ).
Secara generik, salah satu komponen utama e-govt adalah aplikasi sistem
informasi pemerintahan yang mampu memberikan layanan secara online melalui media
internet. Aplikasi ini memberi informasi yang selalu aptodate tentang berbagai hal,
menyediakan data dan berbagai sumberdaya yang mungkin bila ditempuh secara
konvensional akan banyak memakan energi serta memiliki fasilitas interaksi antara
anggota masyarakat dengan penyelenggara layanan publik tanpa harus bertemu secara
fisik.
Berdasarkan INPRES No. 3 Tahun 2003, Menteri Negara Komunikasi dan
Informasi telah mendorong pemanfaatan TI untuk instansi pemerintahan baik pusat
maupun didaerah. Terlaksananya pemanfaatan TI secara nasional dengan berpedoman
pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government dilakukan dalam
beberapa tahapan. Dimana pada tahap awal dari pengembangan e-govt adalah
pembangunan situs web pemerintahan dengan sasaran agar masyarakat Indonesia
dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah
2
daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam pengembangan demokrasi di Indonesia
dengan menggunakan media internet. Kebijakan awal ini bermuara pada indikator
terlaksananya pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan
terukur.
Seiring dengan pembangunan situs web pemerintahan itupun juga turut dipacu
pembangunan pada aspek yang lainnya seperti sarana prasarana hardware, software,
jaringan infrastruktur dan SDM. Dimana dimasing
masing institusi pemerintahan
berbeda beda baik karakter maupun tahapan/ strategi penerapannya.
3. POTRET KEGAGALAN E-GOVT
E-government bukan hanya website, masih banyak aplikasi Telematika lain
dalam konteks e-govt yang menjadi sarana untuk meningkatkan produktivitas,
efektifitas dan efisiensi kinerja pemerintahan. Namun demikian muncul pertanyaan
kritis, bukankah sebagian besar instansi pemerintah pusat dan daerah sudah ber-e-govt
tetapi mengapa masih ada kegagalan pemerintah ?
Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Mohon ma af sebelumnya bila analisa
berikut ini dianggap keliru. Kemungkinan Pertama, barangkali para pelaku
pengembangan e-govt sebagaian besar berlatar belakang Teknologi Informasi (TI),
mereka melihat e-govt sama seperti implementasi aplikasi sistem informasi di organisasi
swasta/ bisnis. Sistem dibangun khusus sesuai dengan cara kerja yang sudah ada yang
belum efisien. Para konsultan TI ini sangat senang untuk merancang sistem semacam
itu karena dapat mengajukan biaya yang mahal. Atau malah sebaliknya, para
penggagas e-govt merasakan bahwa TI adalah sarana khusus sehingga membutuhkan
SDM yang memiliki latar belakang TI. Sehingga aspek pembelajaran dan pemberdayaan
SDM yang ada akan diabaikan. Dalam artian yang lain tanpa disadari telah terjadi upaya
diskriminasi profesi dan mengeksklusifkan suatu profesi. Ironisnya lagi bila penerapan
TI yang kemudian dilembagakan dalam suatu organisasi khusus, namun tidak memiliki
pondasi perencanaan yang stratejik dan hanya kepanjangan tangan kepentingan
penguasa untuk memformalkan diri bahwa satuan kerja dibawahnya telah ber e-govt.
Kedua, mungkin didalam pembiayaan pembangunan e-govt menggunakan
pendekatan proyek, ketika habis masa dan anggaran proyek tersebut, maka berakhirlah
riwayat e-govt. Ketiga, kurangnya komitmen dari stakeholder, terutama keteladanan
dan kemauan para birokrat ( political will ). Keempat, belum ada skenario manajemen
perubahan dari sistem lama ke sistem baru. Termasuk dalam skenario ini adalah
perlunya meninjau ulang serta mengubah peraturan dan perundangan yang tidak
sejalan dengan karakter e-govt seperti prosedur perijinan yang terlalu birokratif.
Kelima, Kegagalan karena teknologi itu sendiri. Indikasi yang sering muncul antara lain
mobilitas energi tinggi khususnya tarif listrik dan pulsa. Belum lagi masalah dampak dari
jaringan global seperti virus komputer, Hacker, Cracker dan lain sebagainya.
3
Menanggapi berbagai kemungkinan diatas penulis mencoba merujuk pendapat
McLuhan (1990) yang menyatakan bahwa ada dua area kebijakan pemerintah (political
will) terkait dengan teknologi informasi yang harus dibangun, yang pertama teknologi
informasi dan komunikasi sebagai sarana (medium) dan yang kedua adalah isi informasi
(message).
Teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana (medium), yang pasti
sebagaimana diuraikan dimuka pendekatannya adalah bagaimana teknologi informasi
dan komunikasi memiliki daya guna dan daya dukung terhadap kinerja pemerintahan.
Disini letak kerumitan perencanaan dan pengadaan piranti teknologi informasi
(hardware dan software) baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Ditambahkan lagi
sejak awal pemerintah dituntut untuk mampu merencanakan secara bijak dan
mempertimbangkan kemampuan serta dampak yang akan dikehendaki. Dampak yang
akan dikehendaki memang bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi
melalui kewenangannya pemerintah sudah barang tentu secara proaktif dituntut untuk
ikut mendorong pemanfaatan TI yang tepat guna, tepat sasaran dan meliputi aspek
yang lebih luas di masyarakat. Salah satu contoh mendorong penggunaan perangkat
lunak nonkomersial berbasis open source ketimbang software komersial.
Tak mau dianggap pembajak, Banyak sekali institusi di tanah air yang terpaksa
membayar Microsoft atas semua varian Windows yang digunakan. Jelas, tak ada
salahnya jujur. Namun jangan lupa, yang akan mengeruk laba adalah Microsoft. Maka,
ketimbang menghamburkan uang untuk membeli lisensi, lebih baik mendorong rakyat
menggunakan open source macam Linux dan sebagainya. Memperkenalkan egovernance tidak identik dengan meng-install Windows dan Microsoft Office di kantorkantor pemerintahan, bukan? Belum lagi persoalan teknis yang disebabkan oleh
perkembangan teknologi informasi itu sendiri yang hingga kini sulit dibendung
eksistensinya, karena dunia dewasa ini tengah mengalami perubahan besar dari
dampak globalisasi.
Meminjam istilah bapak Romi Satria Wahono pada sambutan malam
penganugerahan situs Indonesia terbaik tahun 2004 dimana salah satu situs yang
dirintis pemerintah Kota Blitar yakni situs Perpustakaan Proklamator Bung Karno juga
masuk didalam nominasi pemilihan situs terbaik tersebut, menyatakan bahwa dunia
dewasa ini tengah menghadapi Revolusi Teknologi dan Informasi . Tidak hanya
teknologinya yang berkembang sedemikian dahsyat akan tetapi juga informasi yang
datang laksana air bah yang kadang tidak dapat diukur apakah manusia sudah
demikian digdaya atau malah sebaliknya tidak berdaya.
Buah dari perkembangan teknologi informasi tak selamanya manis, ambil saja
beberapa kasus yang tengah mengemuka seperti cyber crime. Bagaimana dampak dari
pembobolan situs pemerintah, seperti situs Kota Blitar tahun 2003 ? Bagaimana dampak
dari ketidak harmonisan antara indonesia dan Malaysia karena kasus Ambalat tempo
hari yang berakibat terjadi perang maya yang berupa pengrusakan data, pembobolan
database pada situs situs berbau go.id (indonesia) dan .my ( Malaysia). Memang
dunia maya/ cyberspace merupakan fasilitas yang rentan sekali terinfeksi oleh
4
kejahatan maya' (Cybercrime) yang tidak saja datang dari lingkup lokal atau regional
akan tetapi internasional. Namun demi melihat tuntutan jaman yang sedemikian pesat,
tanpa berkecil hati kita mesti menempuhnya dan harus ikut terjun didalamnya dengan
semangat untuk menjadikan media tersebut sebagai wahana pembelajaran bersama
(sharing knowledge). Ada kiasan dalam bahasa jawa yang mungkin bisa dijadikan spirit
didalam menghadapi pesatnya laju perkembangan teknologi informasi yakni, Ojo
Kagetan, Ojo Nggumunan, Ojo Dumeh lan Adigang adiguna.
Dalam lingkup message, tampaknya pemerintah harus bekerja lebih keras dan
mungkin mengambil risiko tidak menjadi populer. Mengapa? Karena agenda ini
menyangkut isi informasi. Bukan bertujuan untuk menelanjangi pekerjaan
pemerintahan namun transparansi kini juga menjadi tuntutan publik. Tidak heran
manakala komunitas tertentu menginginkan data seperti APBD, pengadaan barang dan
jasa pemerintah harus dapat diakses melalui internet dan tuntutan tuntutan lainnya
yang tidak begitu saja dapat diabaikan oleh pemerintah.
4. BAGAIMANA DENGAN PEMERINTAH KOTA BLITAR
Diakui atau tidak, meskipun penerapan teknologi informasi di lingkungan
pemerintah Kota Blitar untuk saat ini masih belum memiliki bentuk yang konstruktif,
baik dilihat dari sudut kelembagaan maupun dari kebijakannya, namun keberadaan
teknologi informasi bukanlah barang baru dan TI telah menjadi unsur terpenting
didalam kegiatan pemerintahan. Boleh juga dikatakan penerapan e-govt Kota Blitar
dewasa ini masih dalam tahap penanaman pondasi yang secara konsisten terus
dikembangkan dengan pertimbangan faktor strategi, efisiensi dan efektifitas.
Pembenaran atas hal ini adalah dengan mengingat tujuan e-govt yang terletak pada
daya guna dan daya dukung teknologi informasi terhadap kinerja pemerintahan bukan
pada aspek pengadaan teknologinya. Menurut Amartya Sen, pemenang hadiah Nobel
bidang Ekonomi tahun 1998, teknologi harus berpihak dan mengabdi pada manusia,
bukan sebaliknya. Maka yang harus dilakukan dalam konteks pembangunan e-govt dan
bahkan dalam konteks globalisasi saat ini adalah membangun kembali keberpihakan TI
melalui strategi yang membela mereka yang selama ini ditinggalkan dan diabaikan
dalam arus globalisasi.
Meskipun belum memiliki komponen kebijakan yang secara baku menjadi
pedoman, penerapan teknologi informasi di lingkungan Pemerintah Kota Blitar ( egovernment ) melalui instansi Bappeda Kota Blitar diarahkan menjadi salah satu pilar
pendukung upaya - upaya untuk mewujudkan visi Kota Blitar sebagaimana tertuang
dalam Renstra Kota Blitar yaitu, Pada tahun 2010 Kota Blitar telah menjadi Kota PETA
yang Tertib, Rapi, indah dan aman yang didukung oleh system Perdagangan Barang
dan Jasa Unggulan, serta Layanan Prima Pemerintahan Berdasarkan Prinsip-prinsip
Otonomi Daerah yang demokratis, akuntabel, terbuka dan berkeadilan sosial dengan
Dilandasi Ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
5
Implementasi dari penerapan e-government Kota Blitar ditempuh melalui
beberapa tahapan dan kerangka prioritas yang disesuaikan dengan sasaran program
pembangunan Kota Blitar. Meskipun belum memiliki acuan resmi/ legal formal namun
regulasi dan pentahapan dari penerapan teknologi informasi yang telah dirintis sejak
tahun 2002 tersebut, kini dapat dirasakan. Bila dirunut secara seksama penerapan
teknologi informasi pemerintah Kota Blitar terbagi kedalam 3 (tiga) tahapan yang
konsisten antara lain :
a. Tahap Publisitas
Tahap pembangunan sarana Komunikasi satu arah. Secara garis besar
penerapan e-government Kota Blitar pada tahap ini minimal dapat memberikan
sarana penyajian data atau informasi yang selalu uptodate dan signifikan kepada
masyarakat. Bentuk nyata dari pengapliksian tahapan ini seperti adanya
informasi aktual kepada publik/ berita, pengumuman, basis data dan lain
sebagainya.
b. Tahap Interaktifitas
Tahap pembangunan sarana Komunikasi dua arah. Secara garis besar penerapan
e-government Kota Blitar dalam tahap ini sudah terbentuk sarana komunikasi,
berdialog, diskusi bahkan komplain antara Pemerintah dan masyarakat. Bentuk
pengapliksian dalam tahapan ini seperti e-mail, chatting, forum pengaduan,
forum diskusi on-line, tele-conference dan lain sebagainya.
c. Tahap Transaksifitas
Tahap Optimalisasi dan pengembangan Komunikasi dua arah. Secara garis besar
penerapan e-government Kota Blitar selain telah menjadi media interaksi yang
informatif juga mampu menjadikannya sebagai media konsultasi, penawaran online hingga transaksi pelayanan secara online dengan didukung sistem scurity
yang handal. Bentuk dari pengapliksian tahapan ini seperti e-procurement, KTP
online, pembayaran pajak secara online dan lain sebagainya.
Salah satu bentuk penerapan e-government Kota Blitar antara lain Portal
informasi dan layanan Pemerintah Kota Blitar ( www.blitar.go.id ). Situs resmi
Pemerintah Kota Blitar tersebut selain dikelola secara bersama sama seluruh instansi
terkait untuk pelayanan informasi publik juga menjadi media pengintegrasian seluruh
sub sistem operasional yang ada. Kondisi eksisting Portal tersebut bila ditinjau dari
tahapan diatas telah mulai memasuki tahap Interaktifitas.
Didalam pengembangan portal itu sendiri juga terjadi dinamika, aktifitas, bahkan
tak jarang memunculkan pro dan kontra yang dengan sendirinya akan menjadikan
irama tersendiri dari proses pembangunan e-govt Kota Blitar. Jika boleh
mengumpamakan, pembangunan e-govt Kota Blitar itu laksana tumbuhnya rumput
diatas tanah kering bahkan diatas karang. Rumput yang tumbuh diatas karang jelas
akan lebih kokoh akarnya dibandingkan dengan rumput yang tumbuh diatas lahan
persawahan.
6
Semangat besar yang menjadi denyut pembangunan seluruh komponen e-govt
Kota Blitar selain mengupayakan terwujudnya budaya teknologi informasi dilingkungan
pemerintahan juga upaya memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk mendukung
terwujudnya layanan publik yang lebih baik. Dimana yang menjadi muara dari strategi
pemanfaatan teknologi informasi ini adalah terwujudnya tata kerja pemerintahan yang
lebih baik dan berkesinambungan ( good governance ).
Selain aplikasi Situs, pemerintah Kota Blitar juga memiliki komitment untuk
membangun e-govt yang lebih menyeluruh dan menyentuh masyarakat. Untuk akses
internet sebagai salah satu bentuk layanan pemerintah kepada msyarakatpun telah
disediakan sarana Inkomnet yang terbangun sekitar akhir tahun 2003, dimana
pengelolaannya berada dibawah naungan Dinas Inkomparda. Belum lagi pada tahun
2005 ini telah terhubungnya PIPP yang kedepan akan dikembangkan menjadi virtual
market place, maka akan semakin jelas kedudukan dan dayaguna TI sebagai komponen
strategis pembangunan di Kota Blitar.
Sementara itu didalam internal pemerintahan sendiri pemberdayaan dan
pengembangan infrastruktur dan aplikasi teknologi informasi juga kian ditumbuh
kembangkan setahap demi setahap. Pemanfaatan jaringan LAN (local Area Network)
untuk aktifitas kerja pemerintahan maupun untuk akses internet tidak disadari telah
menjadi budaya baru birokrasi. Belum lagi rencana pengembangan kedepan yang
mengupayakan dan mengoptimalkan dayaguna portal Intranet pemerintah Kota Blitar,
serta upaya mengintegrasikan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD ) melalui
kegiatan pengembangan jaringan yang meyeluruh, terintegrasi dan terpadu (Wide Area
Network/ WAN dan Metropolitan Area Network/ MAN Kota Blitar ). Seluruh rangkaian
aktifitas pengembangan pada sisi teknologinya ini, agenda kedepan yang tak kalah
penting adalah penyusunan rencana induk teknologi informasi pemerintah Kota Blitar.
Pedoman ini penting kaitannya terhadap keberlanjutan e-government di Kota Blitar
beserta ruang lingkup pengembangannya.
4. BENANG MERAH
Entah dianggap gagal atau tidak penerapan teknologi informasi pemerintah Kota
Blitar, yang jelas aktifitas untuk membangun e-govt Kota Blitar sampai saat ini masih
tetap berlangsung. Hal ini bukan terletak pada seberapa banyak bangunan baru
teknologi informasi beridiri, atau seberapa banyak pernangkat dan sumber daya
manusia pengelola yang berbasis teknologi informasi. Pembangunan e-govt bukanlah
pekerjaan untuk dan dalam skala satu dua hari, bukan pula kegiatan seperti layaknya
pembangunan fisik yang banyak menggunakan batu, semen dan lain sebagainya.
Pembangunan e-govt harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, perlu
perencanaan yang matang dan sistematis disertai skala prioritas yang jelas dengan
tahapan langkah-langkah dalam pengaplikasikannya. Pembangunan e-govt meliputi
seluruh aspek aktifitas pemerintahan bahkan budaya kerja yang melingkupinya.
7
Persoalan budaya dan etos kerja inilah tantangan yang tidak mudah untuk
dihadapi. Yang jelas melalui e-govt tidak sama artinya dengan mengubah tata kerja
yang telah ada, pun demikian tidak dapat disamakan juga dengan memunculkan tata
kerja tandingan dari sistem kerja yang dilakukan secara konvensional. Karena hakekat
e-government merupakan sinergisitas antara komponen elektornik dan birokrasi. Lebih
rumitnya lagi ketika upaya
upaya untuk mempertegas ranah ini terbentur dengan
kebijakan yang tidak senafas dengan e-government. Oleh sebab itu selain
membutuhkan political will yang kuat, sudah saatnya budaya teknologi informasi ini
mulai diberdayakan atau budaya itu tidak akan pernah ada.
Upaya untuk mewujudkan budaya teknologi informasi dilingkungan
pemerintahan tanpa harus menggurui, membebani, menjadikannya lebih menarik dan
mengedepankan metode belajar bersama, kalau boleh penulis menamakannya sebagai
salah satu bentuk upaya membumikan e-government. Tidak berlebihan bila tanpa perlu
menempuh sekolah formal tentang TI saja masyarakat sudah terbiasa keluar masuk
warnet. Bentuk kemasan CD, hingga internet, www, e-mail, virus komputer chatting
dan lain sebagainya telah menjadi bagian kehidupan dimasyarakat. Lambat laun tidak
bisa dipungkiri eksistensi TI pasti diterima masyarakat tanpa harus digurui secara
teoritis apa yang dimaksud dengan istilah
istilah macam compact disk, world wide
web, electronic mail, torjan variant virus, Hypertext Markup Language / html, TCP/ IP,
networking dan lain sebagainya. Jadi kini bukan alasan lagi bagi pengembang dan para
pemikir teknologi informasi untuk tidak dapat berbagi ilmu, istilah kerennya knowledge
based society penting untuk segera dibangun. Pun demikian juga aspek penghargaan
atas buah pemikiran para pengembang dan ahli teknologi informasi sudah semestinya
juga diperhatikan. Mohon ma af, seringkali disekitar kita dengan mudahnya melakukan
pengutipan, penggandaan, copy paste terhadap karya
karya intelektual yang
mengabaikan aspek HAKI. Hali ini bukan berarti penulis mempermaslahkan hal yang
kecil, akan tetapi penulis mencoba memperhatikan hal yang kecil tersebut. Meskipun
kecil namun tidak berarti mengecilkan arti pentingya aspek penghargaan terhadap haki.
Beberapa uraian diatas bila dikaitkan dengan penerapan e-govt di Kota Blitar
jelas sangat berhubungan karena yang menjadi tujuan e-govt bukan teknologinya akan
tetapi daya guna dan daya dukung penerapan TI untuk mendukung terwujudnya tata
kerja pemerintahan dan layanan publik yang lebih baik. Lebih dari itu pemerapan
teknologi informasi pemerintah Kota Blitar diharapkan akan terus berkembang,
berkelanjutan dan berkesinambungan seiring dengan laju pembangunan Kota Blitar.
Banyak bangsa di dunia yang telah membuktikan bahwa dengan menguasai
teknologi mereka dapat mencapai kemajuan, kemakmuran, dan meningkatkan
harkatnya di mata bangsa lain. Kota Blitar khususnya dan Indonesia pada umumnya
hendaknya mengikuti apa yang telah ditempuh itu agar dapat memecahkan persoalan
yang dihadapi seperti pengangguran dan kemiskinan.
8
Mengutip beberapa informasi dari situs pemerintahan di luar Indonesia, seperti
Malaysia, Thailand, juga India dan Cina, yang menjadi maju dan disegani karena
menguasai teknologi. Mereka berhasil keluar dari krisis ekonomi dan mampu
meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Malaysia kini telah mencapai tingkat
pendapatan 8.000 dollar AS per kapita, sedangkan Indonesia hanya sepersepuluhnya.
Penulis berkeyakinan tidak ada jalan lain bagi bangsa ini untuk mewujudkan
kemakmuran kecuali generasi mudanya menguasai teknologi. Menguasai dalam artia
tidak harus menempuhnya melalui jalur akademik, akan tetapi melalui komitment yang
terbingkai dalam semangat belajar bersama. Semangat berbagi pengetahuan tanpa
mengabaikan arti penting penghargaan terhadap hak-hak kekayaan intelektual dari
mereka yang terlebih dahulu memahami.
Bila pemikiran ini dapat diterima mka ada tiga tahap yang bisa ditempuh untuk
menjadikan teknologi elemen kunci pembangunan, yaitu menyadarkan semua pihak
akan pentingnya teknologi sebagai motor pembangunan, membuktikan teknologi
sebagai agen perubahan (agent of cange ), dan terakhir baru menikmati hasil kemajuan
teknologi. Mari kita secara bersama
sama dan bekerjasama untuk mewujudkan
bangunan e-government Kota Blitar yang memiliki daya guna dan daya dukung dengan
semangat Membangun Potensi Lokal Dengan Kekuatan Lokal Menuju Era Global.
9
Download