UlasanEkonomiHarian Selasa, 18 April 2017 Sebagian besar indeks futures bursa Asia terlihat hijau, indikasi indeks di bursa Asia akan naik hari ini terbantu dengan harga minyak mentah yang dibuka naik pada pagi ini. Namun sebagian besar mata uang Asia utama dibuka melemah terhadap USDolar yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah menuju kisaran antara Rp.13.290 s.d Rp.13.300 per USD. Lana Soelistianingsih, Ekonom/Kepala Riset (021) 2854 8828 [email protected] Kilas Pasar Nilai tukar rupiah ditutup melemah 11,5 poin menjadi Rp.13.285,5 per USD (kurs tengah Bloomberg) kemarin. Sebagian besar indeks di bursa Asia ditutup turun termasuk indeks di bursa Indonesia (IHSG). IHSG turun 39,06 poin menjadi 5.577,49 (5,3% ytd). Sementara indeks di bursa Eropa kompak ditutup melemah, sedangkan indeks di bursa AS kompak naik. indeks Dow naik signifikan 183,67 poin menjadi 20.636,92 (4,4% ytd). Prediksi hari ini Sebagian besar indeks futures bursa Asia terlihat hijau, indikasi indeks di bursa Asia akan naik hari ini terbantu dengan harga minyak mentah yang dibuka naik pada pagi ini. Namun pagi ini sebagian besar mata uang Asia utama dibuka melemah terhadap USDolar yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah, menuju kisaran Rp.13.290 s.d Rp.13.300 per USD. Isu Ekonomi: Kinerja neraca perdagangan pada Maret 2017 ini tercatat surplus sebesar US$1,23 miliar, dan secara kumulatif Januari‐Maret 2017 (Q1‐ 2017) tercatat sebesar US$3,93 miliar, diatas surplus Q1‐2016 sebesar US$1,66 miliar. Membaiknya kinerja ini tertolong dengan nilai ekspor yang naik karena harga dan volume sebagai indikasi naiknya permintaan global. Namun pada kinerja impor sebaliknya, kendati nilai impornya naik tetapi kenaikan ini lebih karena harga sedangkan volume impor turun yang artinya permintaan dalam negeri masih melemah pada Q1‐2017 ini dibandingkan Q1‐2016. Ekonomi Tiongkok pada Q1‐2017 tercatat naik sebesar 6,9% yoy, diatas pertumbuhan pada Q1‐2016 sebesar 6,8% yoy. Kenaikan ini didukung dengan naiknya output di sektor industri, penjualan ritel, dan investasi pemerintah. Perbaikan ekonomi Tiongkok ini menjadi sinyal positif ekonomi global. Perbaikan ini juga mengkonfirmasi meningkatnya ekspor Indonesia ke Tiongkok. Permintaan domestik masih melemah sedangkan permintaan global membaik. Kinerja neraca perdagangan untuk bulan Maret 2017 tercatat surplus sebesar US$1,23 miliar, dan secara kumulatif Januari s.d Maret 2017 (Q1‐2017) tercatat sebesar US$3,93 miliar, diatas surplus periode yang sama di tahun 2016 yaitu sebesar US$1,66 miliar. Kinerja ekspor di sepanjang triwulan ini (Q1‐2017) tercatat sebesar US$40,6 miliar dan kinerja impor tercatat sebesar US$36,7 miliar. Kedua nilai ekspor dan impor tersebut menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan ke‐1 tahun 2016 (Q1‐2016), namun tidak demikian di sisi volume terutama volume impor yang justru turun pada Q1‐ 2017 ini. Volume impor tercatat sebesar 37,8 juta ton di Q1‐2017, turun dibandingkan Q1‐2016 sebesar 38,2 juta ton. Penurunan ini mengindikasikan permintaan domestik masih melemah. Sementara kinerja ekspor sebaliknya, ada perbaikan dari permintaan global terlihat dari volume ekspor selama Q1‐ 2017 yang tercatat sebesar 128,5 juta ton dibandingkan 120,7 juta ton pada Q1‐2016. Kenaikan permintaan ini terutama terjadi pada golongan ekspor non migas bahan bakar mineral (batubara), dan terkonfirmasi dengan meningkatnya ekspor batubara tersebut ke Tiongkok. Kenaikan ekspor ke Tiongkok ini sebagai indikasi membaiknya ekonomi Tiongkok yang menjadi motor ekonomi global. Ekonomi Tiongkok tumbuh diatas ekspektasi. Ekonomi Tiongkok di Q1‐2017 ini tumbuh 6,9% yoy, diatas pertumbuhan pada Q1‐2016 sebesar 6,8% yoy. Kinerja ini seperti mengakhiri siklus pelemahan ekonomi Tiongkok yang melemah sejak Q3‐2015 dan mencapai titik terendahnya di 6,7% selama 3 triwulan pertama di tahun 2016. Kenaikan ini didukung dengan naiknya output di sektor industri, penjualan ritel, dan investasi pemerintah. Kendati ada perbaikan, tetapi pemerintah Tiongkok masih memproyeksikan ekonomi di 2017 ini tumbuh 6,5% menuju pertumbuhan normalnya. Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai ukuran ekonomi Tiongkok di tahun 2016 diperkirakan tercatat sebesar US$11,3 triliun sebagai kedua terbesar di dunia setelah PDB Amerika Serikat sebesar US$18,6 triliun. Membaiknya ekonomi Tiongkok menjadi sinyal positif untuk perekonomian global. Perbaikan ini juga mengkonfirmasi meningkatnya ekspor Indonesia ke Tiongkok. This document is for information only and for the use of the recipient. It is not to be reproduced or copied or made available to others. Under no circumstances is it to be considered as an offer to sell or solicitation to buy any security. Any recommendation contained in this report may not be suitable for all investors. Moreover, although the information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, its accuracy, completeness and reliability cannot be guaranteed. All rights reserved by PT Samuel AsetManajemen. Hal. 1 dari 1