1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan
yang ketat antar perusahaan manufaktur yang mengharuskan setiap perusahaan
semakin meningkatkan kinerja agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Setiap
perusahaan pada umumnya mempunyai suatu tujuan utama dalam jangka panjang
yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui
peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2011). Nilai perusahaan merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual
(Husnan, 2008). Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham, dimana
semakin tinggi harga saham maka nilai perusahaan dan kemakmuran para
pemegang saham juga meningkat.
Brigham dan Houston (2010) menyatakan rasio atas harga pasar terhadap
nilai buku (Price to Book Value) akan memberikan gambaran tentang bagaimana
investor memandang perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan go public, nilai
perusahaan akan tercermin pada harga sahamnya. Perusahaan dengan tingkat
pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya memiliki harga saham yang
lebih besar dari nilai buku jika dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat
pengembaliannya rendah. Rasio ini menunjukkan sejauh mana para investor
bersedia untuk membayar atau membeli suatu saham. Penelitian yang dilakukan
oleh Ahmed dan Nanda (2004) menunjukkan bahwa hampir semua keputusan
investasi di pasar modal didasarkan pada perkembangan rasio PBV. Rasio Price
1
2
to Book Value yang tinggi akan membuat investor percaya atas prospek
perusahaan ke depan.
Maksimisasi nilai perusahaan merupakan cara untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham. Meningkatnya harga saham akan membuat pemilik
atau pemegang saham menjadi lebih kaya atau makmur. Pemegang saham adalah
pemilik perusahaan yang memiliki hak aset perusahaan sebesar modal yang
disetorkan. Pemegang saham membeli atau memiliki suatu saham berharap
memperoleh
pengembalian
keuangan
atas
investasinya
tersebut.Tujuan
maksimisasi nilai perusahaan seharusnya dijadikan landasan dalam menentukan
keputusan-keputusan
keuangan
perusahaan.
Keputusan-keputusan
yang
ditentukan pihak manajemen perusahaan akan dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Begitu pentingnya keputusan keuangan sehingga harus dibuat secara
hati-hati,
sebelum
suatu
keputusan
ditetapkan
sebaiknya
perusahaan
mempersiapkan keputusan tersebut secara matang.
Perusahaan perlu melakukan analisis terhadap laporan keuangan, karena
laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan. Analisis ini sangat berguna bagi manajemen perusahaan itu
sendiri
untuk
mengambil
keputusan
secara
tepat,
merencanakan
dan
mengendalikan perusahaan secara efisien dalam rangka memaksimalkan nilai
perusahaan. Sartono (2008) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan
yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di
bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai kinerja manajemen masa
lalu dan prospeknya di masa datang. Rasio keuangan dapat memberikan indikasi
3
apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban
finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen
persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang
sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat
dicapai.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek penilaian yang
fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan
berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan, yaitu : rasio
likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas yang dapat dicapai oleh
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2010)
kinerja keuangan memiliki hubungan yang positif terhadap nilai perusahaan,
dimana semakin tinggi kinerja yang dicapai suatu perusahaan maka semakin
tinggi
pula
nilai
perusahaannya.
Berdasarkan
tujuan
perusahaan
yaitu
meningkatkan kemakmuran pemilik dan memaksimumkan kekayaan pemegang
saham, maka salah satu cara pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya
dengan penjualan, assests maupun laba bagi modal sendiri (Sartono, 2008). Rasio
profitabilitas terdiri dari gross profit margin, net profit margin, return on
investment dan return on equity. Penelitian ini menggunakan return on equity
sebagai alat ukur dalam penentuan profitabilitas perusahaan.
Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham.
4
Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila
proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar (Sartono,
2001). Return on equity (ROE) menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati
oleh pemegang saham. Pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang
semakin baik karena adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Hal inilah yang dianggap investor sebagai sinyal positif dari
perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan
mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham
untuk menaikkan permintaan saham yang secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap peningkatan harga saham tersebut di pasar modal. Robert (1997)
mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. ROE merupakan rasio yang sangat penting bagi
pemilik perusahaan, karena rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian yang
dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan.
Semakin besar rasio ROE berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bagi pemegang saham. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Wirawati (2008) dan Kusumajaya (2011) juga menunjukkan bahwa variabel
return on equity (ROE) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap price
to book value (PBV) suatu perusahaan.
Nilai pasar perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas
perusahaan ditambah dengan nilai pasar hutang (Hellfret, 2000). Maka
penambahan jumlah ekuitas dengan penggunaan hutang dapat mencerminkan nilai
perusahaan suatu perusahaan. Menurut penelitian Kusumajaya (2011) terdapat
5
beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya: keputusan
pendanaan, kebijakan dividen, keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan dan
ukuran perusahaan. Salah satu keputusan penting dalam manajemen keuangan
adalah keputusan pendanaan yang berkaitan dengan kebijakan penentuan struktur
modal. Struktur
modal suatu perusahaan adalah kombinasi dari hutang dan
ekuitas yang dapat memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan
Houston, 2010). Maka penambahan jumlah ekuitas dengan penggunaan hutang
dapat mencerminkan nilai perusahaan suatu perusahaan.
Struktur modal merupakan kunci perbaikan kinerja dan produktivitas
perusahaan. Kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan struktur modal
(bauran hutang dan ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Mogdiliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa semakin tinggi proporsihutang
maka semakin tinggi nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan adanya
keuntungan dari pengurangan pajak karena adanya bunga yang dibayarkan akibat
penggunaan hutang tersebut mengurangi penghasilan yang terkena pajak. Nilai
perusahaan akan maksimum, apabila perusahaan semakin banyak menggunakan
hutang yang disebut dengan corner optimum hutang decision (Mutamimah, 2003).
Trade off theory memprediksi hubungan yang positif antara struktur modal
dengan nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar dari
biaya tekanan financial dan biaya keagenan. Selain meprediksi hubungan tersebut,
trade off theory juga memprediksi hubungan positif antara struktur modal dengan
tingkat profitabilitas atau
kinerja keuangan perusahaan. Pengurangan bunga
hutang pada perhitungan penghasilan kena pajak memperkecil proporsi beban
6
pajak sehingga proporsi laba bersih setelah pajak menjadi semakin besar, atau
tingkat profitabilitasnya menjadi semakin tinggi.
Pada kenyataannya, penggunaan hutang sepenuhnya dalam operasi
perusahaan sekarang ini sulit dijumpai dan menurut trade off theory semakin
tinggi hutang maka semakin tinggi beban kebangkrutan yang ditanggung
perusahaan. Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus
pendapatan perusahaan. Semakin besar hutang, semakin besar pula kemungkinan
terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tetap berupa bunga dan
pokoknya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena bunga akan
meningkat lebih tinggi daripada penghematan pajak. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, maka manajer keuangan harus berhati-hati dalam menetapkan struktur
modal yang diharapkan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menemukan bahwa
keputusan pendanaan akan berdampak pada nilai perusahaan. Beberapa penelitian
lain juga menunjukkan keputusan perusahaan menggunakan hutang berdampak
pada nilai perusahaan seperti penelitian yang dilakukan oleh Taswan (2003),
Syarif (2007) dan Kusumajaya (2011) yang membuktikan penggunaan hutang
berpengaruh positif signifikan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.Sujoko
dan Soebiantoro (2007) juga menemukan hal yang serupa dengan Taswan (2003)
bahwa penggunaan hutang dalam struktur modal akan berdampak positif pada
nilai perusahaan, namun dilihat dari arah pengaruh hasil penelitian Sujoko dan
Soebiantoro menemukan penggunaan hutang berpengaruh negatif terhadap nilai
7
perusahaan. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Jiraporn dan Liu (2007) yang
menyatakan bahwa kebijakan hutang dari suatu perusahaan berpengaruh tidak
signifikan terhadap nilai perusahaannya. Hal yang serupa juga ditunjukkan pada
penelitian Meythi, dkk (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang dalam
struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Arijit
(2008) dan Safrida (2008), Ruskim (2011) dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa penggunaan leverage ternyata berdampak negatif terhadap kesempatan
peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang
tidak diinginkan atau tidak terduga, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian yang dapat menyebabkan tumbuhnya risiko. Pengindentifikasian
risiko dilakukan agar perusahaan dapat mengelola risiko yang dihadapi. Adanya
pengelolaan atas risiko maka ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko tersebut
dapat diminimalkan.Risiko diukurdari sudut pandang perusahaan dibedakan
menjadirisiko bisnis dan risiko keuangan (Brigham dan Houston, 2010). Risiko
bisnis merupakan ketidakpastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat
pengembalian atau laba di masa mendatang. Dalam trade off theory dikatakan
bahwa semakin banyak hutang semakin tinggi beban atau risiko yang ditangggung
perusahaan seperti: agency cost, biaya kebangkrutan, keengganan kreditur
memberikan pinjaman dalam jumlah besar. Risiko bisnis yang tinggi akan
mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman karena
perusahaan tidak akan sanggup dalam menanggung beban tetap dari hutang.
Implikasi dari trade off theory ini adalah manajer akan berfikir antara
8
penghematan pajak dengan biaya kebangkrutan yang timbul akibat berhutang,
yang selanjutnya akan berdampak pada nilai perusahaan.Maka perusahaan dengan
risiko bisnis tinggi harus menggunakan hutang yang lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin tinggi
risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam
mengembalikan hutangnya (Mutamimah, 2003).
Syukri (2001), Basil dan Taylor (2008), Haryanto (2012) menemukan
bahwa variabel risiko secara statistik signifikan berpengaruh positif terhadap
tingkat hutang perusahaan. Temuan yang berbeda dilakukan oleh Yuniningsih
(2002) dan Pontoh (2013) bahwa variabel risiko perusahaan berhubungan negatif
secara signifikan terhadap financial leverage dan penelitian Mutaminah (2003),
Puspita dan Margasari (2012) yang menyatakan bahwa risiko bisnis tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
Penggunaan kebijakan hutang dapat digunakan untuk menciptakan nilai
perusahaan yang optimal, namun kebijakan hutang juga tergantung dari
pertumbuhan perusahaan. Artinya perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
yang baik relatif lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini
mengindikasikan
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan
yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang
apabila menggunakan hutang sebagai dana operasional perusahaan. Pertumbuhan
(growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem
ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama
(Machfoeds, 1996). Pada umumnya perusahaan yang tumbuh dengan cepat
9
memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi di era persaingan,
menikmati penjualan yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya
peningkatan pangsa pasar. Pertumbuhan cepat juga memaksa sumber daya
manusia yang dimiliki untuk secara optimal memberikan kontribusinya kepada
perusahaan. Susanto (1997) menyatakan agar pertumbuhan cepat tidak memiliki
arti pertumbuhan biaya yang kurang terkendali maka dalam mengelola
pertumbuhan, perusahaan harus memiliki pengendalian operasi dengan penekanan
pada pengendalian biaya. Optimalisasi perusahaan yang merupakan tujuan
perusahaan dapat dicapai melalui fungsi manajemen keuangan, dimana satu
keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan lainnya yang
akan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).
Stulz (1990) menemukan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang
rendah, maka rasio hutang berhubungan secara positif dengan nilai perusahaan,
sedangkan perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang tinggi,
maka rasio hutang berhubungan secara negatif dengan nilai perusahaan. Oleh
karena itu, pengaruh hutang terhadap nilai perusahaan sangat tergantung pada
keberadaan kesempatan pertumbuhan perusahaan. Beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Jae cho dan Pucik (2005), Kusumajaya (2011), Suadnyana (2012),
Kanani (2013) dan
Hermuningsih (2013) membuktikan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006) juga membuktikan bahwa
pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap harga perubahan
saham, hal ini berarti bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan
10
akan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham.
Hasil berbeda ditemukan oleh Safrida (2008) dan Meythi,dkk (2012)yang
menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dantidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Data empiris dari variabel nilai perusahaan (PBV), profitabilitas (ROE),
risiko bisnis (DOL), pertumbuhan perusahaan dan struktur modal (DER) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan 2014
dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Rata – rata Nilai Perusahaan (PBV), Profitabilitas (ROE), Risiko
Bisnis (DOL), Pertumbuhan Perusahan dan Struktur Modal (DER) Pada
Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010 – 2014
No.
1
Variabel
Nilai Perusahaan (PBV)
2010
2011
Tahun
2012
2.08
1.91
2.18
2.66
3.25
-0.17
0.27
0.48
0.59
8.57
18.29
22.50
25.15
-5.33
9.72
4.21
2.65
1.65
0.14
1.56
1.93
-0.28
-1.51
1.42
0.37
0.88
0.71
1.63
3.11
-1.06
-0.17
0.92
1.48
12.97
9.47
18.09
43.61
0.53
-3.5
8.62
25.52
Perubahan (%)
2
Profitabilitas (ROE)
13.90
Perubahan (%)
3
Struktur Modal (DER)
1.93
Perubahan (%)
4
Risiko Bisnis (DOL)
1.94
Perubahan (%)
5
Pertumbuhan Perusahaan
Perubahan (%)
12.44
2013
2014
Sumber: www.idx.co.id 2010 dan 2014
Berdasarkan Tabel 1.1 rata-rata PBV perusahaan industri manufaktur
tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0.17% dan untuk tahun selanjutnya
selalu mengalami peningkatan. Penurunan yang disertai dengan peningkatan
tahun berikutnya akan dipandang positif oleh para investor, maka perlu
11
diperhatikan untuk tahun-tahun berikutnya agar nilai perusahaan terus meningkat.
Pada Tabel 1.1 juga dapat terlihat bahwa tahun 2011 rata-rata profitabilitas
mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar 5.33% dan mengalami
pengingkatan pada tahun selanjutnya. Peningkatan profitabilitas ini dapat pula
menciptakan persepsi positif bagi investor terhadap kinerja perusahaan, sehingga
perusahaan
haruslah
selalu
berusaha
untuk
meningkatkan
profitabilitas
perusahaann agar selalu mendapat respon positif oleh investor.
Berdasarkan pada Tabel 1.1, perusahaan haruslah selalu berupaya untuk
meningkatkan nilai perusahaan dan profitabilitasnya. Semakin meningkatnya
profitabilitas maka nilai perusahaanpun akan semakin meningkat.Manajemen
perusahaan haruslah mengetahui apa saja yang menjadi faktor penentu agar nilai
perusahaan dan profitabilitas perusahaan tersebut semakin meningkat tiap
tahunnya, sehingga faktor tersebut dapat menjadi acuan bagi para manajer
perusahaan dalam kinerja peningkatan profitabilitas dan nilai perusahaan.
Perusahaan
manufaktur
dipakai
sebagai
objek
penelitian
karena
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari
berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal
secara keseluruhan. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh risiko bisnis, pertumbuhan bisnis dan struktur modal terhadap
kinerja keuangan serta nilai perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil yang diperoleh
dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh antar variabel tersebut,
memerlukan pengujian kembali guna memperjelas hubungan antar variabel dan
12
mengetahui lebih banyak lagi variabel-variabel yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas?
2) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas?
3) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas?
4) Apakah risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
5) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan?
6) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
7) Apakahprofitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah :
1) Untuk
mengetahui
signifikansi
pengaruh
risiko
bisnis
terhadap
profitabilitas.
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap profitabilitas.
13
3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap
profitabilitas.
4) Untuk mengetahui pengaruh signifikansi risiko bisnis terhadap nilai
perusahaan.
5) Untuk mengetahui pengaruh signifikansi pertumbuhan perusahaan
terhadap nilai perusahaan.
6) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan.
7) Untuk mengatahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris pada teori
manajemen keuangan, terutama dalam mengidentifikasi pengaruh risiko
bisnis, pertumbuhan perusahaan dan struktur modal terhadap profitabilitas
serta nilai perusahaan.
2) Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
emiten khususnya bagi pihak manajemen perusahaan, karena
dengan
mengetahui
pengaruh
risiko
bisnis,
pertumbuhan
14
perusahaan dan struktur modal terhadap profitabilitas serta nilai
perusahaan akan bermanfaat untuk menentukan kebijakan dan
merancang strategi yang tepat dalam meningkatkan profitabilitas
serta nilai perusahaan sebagai tujuan utama suatu perusahaan.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi calon
investor tentang pengaruh risiko bisnis, pertumbuhan perusahaan
dan struktur modal terhadap profitabilitas serta nilai perusahaan
agar dapat dijadikan suatu bahan analisis dalam menentukan
kebijakan investasi saham.
Download