4 bab 2 landasan teori

advertisement
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pemasaran
2.1.1
Definisi Pemasaran
Banyak orang menganggap bahwa pemasaran adalah penjualan, padahal kedua
hal tersebut tidaklah sama, perbedaan adalah penjualan dipenuhi dengan masalah
kebutuhan penjualan untuk menjual produknya dan mendapat laba, konsep pemasaran
lebih dipenuhi oleh gagasan dan ide untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dengan
memanfaatkan produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan,
penerimaan dan pengkonsumsian produk-produk tersebut (Kotler,2001).
Sedangkan menurut Kismono (2001, p293) Pemasaran adalah sekelompok
aktivitas yang saling berkaitan yang dirancang untuk mengidentifikasi kebutuhan
konsumen dan mengembangkan distribusi, promosi, dan penetapan harga serta
pelayanan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2005, p10) adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai
dengan orang lain.
2.1.2
Tujuan Kegiatan Pemasaran
Menurut Rangkuti (2002, p5) tujuan kegiatan pemasaran adalah :
•
Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan.
5
•
Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang berhubungan
dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai kegiatan, mulai dari
penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk,
komunikasi kepada konsumen, sampai pengiriman produk agar sampai ke tangan
konsumen secara cepat.
2.1.3
Bauran Pemasaran ( Marketing Mix )
Menurut Kotler (2002, p18) Bauran Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran
yang digunakan untuk menerus mencapai tujuan pemasaran dipasar sasaran. Kotler
Mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat komponen kebijaksanaan pemasaran
terpadu (The Marketing Mix).
Keempat Komponen pemasaran yaitu:
Bauran
Pemasaran
Produk
Saluran
Keanekaragaman produk
Kualitas
Design
Bentuk
Merek
Kemasan
Ukuran
Pelayanan
Pengembalian
Saluran
Ruang lingkup
Lokasi
Persediaan
Pengangkutan
Pasar sasaran
Harga
Promosi
Daftar harga
Rabat
Potongan
Syarat kredit
Jangka waktu pembayaran
Promosi penjualan
Iklan
Usaha penjualan
Hubungan masyarakat
Pemasaran langsung
Sumber (Kotler, 2002, p18)
Gambar 2.1 Bauran Pemasaran
6
1. Produk (Product)
Merupakan kombinasi ”barang dan jasa” yang perusahaan tawarkan kepada pasar
sasaran. Menurut Kotler (2001, p9) Alat pemasaran yang paling mendasar adalah produk
penawaran berwujud perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk,
merk dan kemasan produknya. Perusahaan harus menyediakan berbagai pelayanan seperti: sewa
guna usaha, pengiriman, perbaikan dan pelatihan.
Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam bauran pemasaran mengenai produk
adalah: keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk, merk, kemasan dan ukuran,
pelayanan, serta jaminan.
2. Harga (Price)
Merupakan sejumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan produk
tersebut. Menurut Kotler (2001, p82), alat pemasaran yang penting adalah harga, jumlah uang
yang pelanggan bayar untuk produk tertentu dimana perusahaan harus memutuskan harga
grosiran dan eceran, potongan harga, dan persyaratan kredit. Dimana harga harus sebanding
dengan penawaran nilai kepada pelanggan. Jika tidak, pembeli akan berpaling ke produk
pesaing.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai yang ditetapkan
perusahaan sebagai tolak ukur konsumen dalam memilih produk tersebut. Adapun didalam harga
tersebut terdapat unsur-unsur sebagai berikut: daftar harga, potongan harga, rabat, jangka
waktu pembayaran, dan syarat kredit.
Dalam menentukan kebijaksanaan harga sebaiknya perusahaan memperhatikan faktor
lain seperti: Kondisi perekonomian, tingkah laku konsumen, harga dari pesaing, harga pokok
penjualan, peraturan pemerintah, dan struktur pasar dimana produk ditawarkan.
7
3. Tempat (Place)
Menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan
produk dapat diperoleh dan tersedia bagi Konsumen sasaran. Menurut pendapat Kotler (2001,
p82) Tempat adalah
berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk
dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Perusahaan harus mengidentifikasi,
merekrut dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk
dan pelayanannya secara efisien kepada pasar.
4. Promosi (Promotion)
Merupakan
berbagai
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar
membeli. Menurut pendapat Kotler (2001,p82) promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.
Jadi perusahaan harus mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualanya.
2.1.4
Bauran Promosi
“Promotion includes all the activity the company undertakes to communicate and
promote it’s products to target market.” (Kotler, 2003 : 114).
Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan
dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.
Pada dasarnya promosi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka waktu tertentu dan diharapkan akan
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Setiap perusahaan yang akan melakukan kegiatan promosi sebelumnya tentu akan
menentukan strategi-strategi yang sebagian besar menggunakan berbagai kombinasi. Dimana
bauran promosi ini meliputi:
1. Periklanan (Advertising)
8
Kotler (2003 : 590) mendefenisikan periklanan sebagai berikut :
“Advertising is any paid from of non personal presentation and promotion of ideas, good,
or services by an identified sponsor.”
Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa
secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
Menurut Kotler (2003 : 580) periklanan mempunyai 4 (empat) ciri khas yaitu :
a. Penampilan publik
Iklan adalah model komunikasi yang paling memasyarakat. Sifat iklan
publik menghasilkan suatu pengesahan terhadap produk yang diiklankan dan
juga memberikan penawaran yang standar.
b. Daya serap
Iklan adalah media yang dapat meresap. Karena penjual bisa
mengulang-ulang pesan mereka, juga memungkinkan pembeli menerima dan
membandingkan pesan dari berbagai saingan.
c.
Ungkapan perasaan yang diperjelas
Iklan mampu mendramatisasikan suatu perusahaan beserta produknya
melalui lukisan indah, bunga, dan warna menarik. Kadang-kadang alat ini
berhasil mengungkapkan perasaan, tetapi bisa melesat dari perasaan.
d. Tidak adanya tatap muka
Para audience tidak merasa harus memperhatikan atau memberi
tanggapannya
pada
iklan.
Media
umum
yang
banyak
digunakan
oleh
perusahaan yaitu : Surat kabar, Majalah, Televisi, Radio, Pos langsung, Papan
reklame, dan Brosur.
2. Penjualan Perorangan (personal selling)
Personal selling adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang
ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan
pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.
9
Penjualan perorangan merupakan salah satu cara promosi. Penjualan langsung
berhubungan secara pribadi dengan calon pembeli dengan maksud untuk menawarkan
barang atau jasa, sehingga terciptalah komunikasi dua arah yang memungkinkan calon
pembeli mengambil keputusan pada saat itu juga, dimana hal ini tidak terlepas dari
keahlian penjual dalam membujuk calon pembeli.
3. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Pengertian promosi penjualan menurut Swastha (2002 : 279), yaitu :
“Kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang
mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alatalat seperti : peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.”
Selain itu, defenisi yang dikemukakan oleh Catur (2001 : 250) sebagai berikut :
“Promosi penjualan adalah promosi dengan menggunakan alat-alat yang beraneka ragam
yang dirancang untuk merangsang respon pasar yang lebih cepat atau yang lebih kuat.”
Kotler (2003 : 609), mendefenisikan promosi penjualan sebagai berikut :
“Sales promotion consist of diverse collection of incentive tools, mostly short term,
designed to stimulate quicker or greater purchase of particular products or services by
consumer or the trade.”
Berdasarkan objek yang dituju promosi penjualan dikategorikan sebagai berikut :
1)
Promosi konsumen
Promosi konsumen ini ditujukan untuk konsumen akhir, misalnya dengan
memberi kupon berhadiah, jaminan uang kembali bila produk yang dipakai
mengecewakan
sesudah
dipakai,
dan
demonstrasi
pertunjukan
yang
memperlihatkan keinginan dan keunggulan produk tersebut.
2)
Promosi perdagangan
Promosi perdagangan ini ditujukan kepada pedagang perantara atau
badan tertentu, seperti, misalnya dengan pemberian barang sebagai hadiah,
potongan harga atas pembelian pada waktu tertentu dan jumlah tertentu.
10
3)
Promosi target penjual
Promosi target penjual ini ditujukan kepada para pramuniaga dari
perusahaan, seperti, misalnya, pemberian bonus sebagai tambahan gaji
berdasarkan prestasi yang dibuat diatas standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Promosi yang menggunakan sejumlah alat seperti : diskon, kontes, kupon, sample
produk untuk menawarkan 3 manfaat pokok, yaitu :
o
Komunikasi : memberikan informasi yang dapat menarik perhatian konsumen
agar tertarik untuk membeli produk.
o
Insentif : memberikan kontribusi, konsesi atau dorongan yang dapat bernilai
tambah bagi pelanggan.
o
Invitasi : Proses penghargaan agar konsumen segera melakukan transaksi.
4. Hubungan Masyarakat (Public Relation/Publicity)
Kotler (2003 : 616) mendefenisikan hubungan masyarakat sebagai berikut:
“Public relation (PR) involves a variety of programs designed to promote and create or
protect a company images or it’s individual products.”
Hubungan masyarakat (HUMAS) melibatkan berbagai program yang dirancang
untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau tiap produknya.
5.
Pemasaran langsung (Direct Marketing)
Defenisi pemasaran langsung menurut Kotler (2003 : 620) adalah :
“Direct marketing is the use of consumer direct channels to reach and deliver goods and
services with out using marketing middleman.”
Pemasaran langsung adalah penggunaan langsung kekonsumen untuk meraih
dan mengantarkan barang dan jasa tanpa menggunakan perantara. Dapat dijelaskan
pemasaran langsung adalah penggunaan jasa pos, telepon, alat-alat perhubungan bukan
pribadi lain untuk berkomunikasi atau mengumpulkan respon dari pelanggan tertentu,
11
meskipun mempunyai beberapa bentuk, seperti pos langsung (Direct mail), pemasaran
melalui telepon (Telemarketing), dan sebagainya.
2.1.5
10 Tujuan Utama Promosi
1.
Meningkatkan volume:
volume produk atau jasa yang terjual dalam jangka panjang tergantung pada
faktor pemasaran mendasar seperti kualitas, biaya, distribusi dan nilai.
2.
Meningkatkan pembelian coba-coba (trial):
Meningkatkan pembelian untuk coba-coba adalah tujuan yang berdiri sendiri dan
sangat mendasar bagi pertumbuhan bisnis manapun.
3.
Meningkatkan pembelian ulang (repeat purcase):
Promosi pembelian ulang dan promosi peningkatan volume saling melengkapi.
Pelanggan
yang
sudah
ada
sangat
memungkinkan
untuk
dipersiapkan
meningkatkan pola pembelian regulernya dan membeli dalam jumlah nesar.
4.
Meningkatkan loyalitas:
Loyalitas terhadap produk atas jasa lebih bersifat subjektif dan pribadi ketimbang
promosi untuk pembelian kembali. Adalah hal yang mungkin bagi seseorang
untuk membeli sesuatu secara reguler karena paling murah dan terbaik, tanpa
merasakan loyalitas terhadap merek tersebut.
5.
Memperluas kegunaan:
Kadang kala perusahaan harus memperluas kegunaan suatu produk atau jasa
karena kegunaan awal dari produk atau jasa tersebut telah hilang.
6.
Menciptakan ketertarikan:
Memberikan suatu alasan untuk membeli sutu merek produk atau merek lain,
sama mudahnya dengan menciptakan ketertarikan dan gairah.
7.
Menciptakan kesadaran (awareness):
12
Menciptakan kesadaran adalah tujuan bisnis yang logis. Khususnya pada industri
dimana pembelian dilakukan tidak begitu sering atau untuk suatu merek baru.
8.
Mengalihkan perhatian dari harga:
Perang harga adalah suatu bentuk mutual masochisme dimana dari waktu ke
waktu banyak industri hancur,kehabisan tenaga dan jatuh melarat karenanya,
hingga mereka menemukan cara yang lebih masuk akal untuk bersaing satu
sama lain.
9.
Mendapatkan dukungan dari perantara (intermediary):
Beberapa produk dan jasa sangat tergantung pada dukungan pedagang grosir,
distributor, agen, pengecer, dan perantara lainnya.Sementar produk dan jasa
yang dijual langsung ke pengguna akhir.
10.
Melakukan diskriminasi para pengguna:
Diskriminasi diantara sesama pengguna memungkinkan perusahaan untuk
mengembangkan paket khusus dari produk, harga, distribusi dan promosi untuk
kategori pengguna yang berbeda.
2.1.6 Menentukan bauran Promosi
Menentukan variabel bauran promosi yang paling efektif merupakan tugas yang
paling sulit dalam manajemen pemasaran. Di dalam praktek pihak manajemen harus
mencari kombinasi yang terbaik atas penggunaan alat-alat tersebut. Kesulitan yang
dihadapi oleh pihak manajemen adalah tidak dapat mengetahui secara pasti tentang
luasnya kegiatan periklanan, pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan
masyarakat dan publisitas, serta penjualan personal yang dipakai untuk mencapai tujuan
program penjualan. Selain itu, seberapa besar hasil yang dapat dicapai dari pengeluaranpengeluaran untuk kegiatan promosi.
Empat faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan bentuk bauran
promosi, yakni:
13
1. Dana yang tersedia
Terlepas dari persoalan bagaimana bentuk bauran promosi yang paling baik,
faktor penentu sebenarnya adalah besarnya dana yang disediakan untuk keperluan ini.
Suatu perusahaan dengan dana cukup dapat membuat program periklanannya lebih
berhasil daripada perusahaan dengan sumber dana terbatas. Perusahaan kecil atau yang
keuangannya lemah akan lebih mengandalkan penjualan personal atau periklanan
bersama-sama produsen pengecer.
2. Sifat Pasaran
Sebagaimana dalam segi sulit lainnya, dalam pemasaran ini keputusan mengenai
susunan bauran promosi akan sangat dipengaruhi oleh sifat pasaran.
3. Sifat Produk
Perusahaan-perusahaan
yang
memasarkan
Convinience
Goods,
biasanya
mengandalkan periklanan oleh produsen. Penjualan personal perannya terbatas. Bauran
promosi bentuk ini yang paling baik, Karena Convenience Goods itu didistribusikan secara
luas dan tidak memerlukan demonstrasi dan penerangan khusus.
4. Tahap Daur Produk
a. Tahap perkenalan (Introduction)
Pada tahap ini barang mulai dipasarkan dalam jumlah besar walaupun volume
penjualannya belum tinggi. Barang yang dijual umumnya barang baru (betul-betul baru)
atau baru dalam bentuk atau modelnya. Pada tahap ini, biaya yang dikeluarkan untuk
promosi tinggi, karena kegiatan promosinya harus dilakukan secara agresif.
b. Tahap pertumbuhan (Growth)
Pada tahap ini, kurva penjualan semakin meningkat dengan cepat karena
permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal produk yang
bersangkutan. Maka promosi yang dilakukan perusahaan tidak seagresif tahap
14
sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi
lebih ketat.
c. Tahap kedewasaan (Maturity)
Pada tahap ini, tingkat laba mulai menurun dan persaingan sangat ketat. Usaha
periklanan mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
d. Tahap penurunan (Decline)
Pada tahap ini, sebaiknya perusahaan sudah membuat produk baru atau yang
lebih baik. Ini disebabkan karena pruduk yang lama penjualannya sudah tidak menentu
dan tingkat labanya semakin menurun, bahkan kegiatan-kegiatan promosinya sudah tidak
lagi menguntungkan.
2.2
Pengertian produk
1. Produk
Masalah-masalah di dalam marketing atau pemasaran mampunyai hubungan erat
dengan produk (apa yang dijual), konsumen dan profitabilitas. Khusus untuk produk adalah
bahwa sebuah produk dapat berupa gagasan, barang, jasa atau segala kombinasi dari
ketiganya. Konsumen hanya dapat dipengaruhi tapi tidak dapat dikendalikan dan
profitabilitas merupakan hasil akhir dari seluruh kegiatan dibidang pemasaran. Dengan
demikian hanya produk saja yang dapat secara nyata dikendalikan dan ini menunjukkan
pentingnya kebijaksanaan produksi dalam konsep pemasaran secara menyeluruh. Keputusan
keputusan mengenai pemilihan produk secara bertautan akan mempengaruhi keputusankeputusan lainnya.
Pemilihan produk mempunyai aspek yang lebih luas lagi yaitu pengaruhnya pada
posisi perusahaan itu sendiri, banyak orang beranggapan bahwa tidak perlu memikirkan
masalah kebijaksanaan produk karena dengan adanya riset pemasaran semua kebutuhan
konsumen akan dapat dikenali dan berdasar hasil tersebut, keputusan-keputusan atas produk
dapat dilaksanakan.
15
Pengertian produk secara mudah dapat dipahami tetapi agak sulit dirumuskan secara
pasti. Beberapa ahli pemasaran mencoba merumuskan pengertian produk sebagai berikut:
•
Produk adalah “ Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan”. (Kotler, edisi 9e,52)
•
Produk adalah “ Sesuatu yang dibuat suatu pabrik; merk adalah sesuatu yang dibeli oleh
pelanggan. Produk dapat ditiru oleh pesaing, merk itu unik. Produk dapat segera
ketinggalan jaman, merk berhasil itu abadi”. (Marketing Manajemen, King;51)
•
Produk adalah” Hasil akhir yang mengandung elemen-elemen fisik, jasa dan hal-hal
imbolis yang dibuat dan dijual oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan dan
keuntungan bagi pembelinya.” (Kotler, Manajemen Pemasaran; Drs.M.Mursyid;71).
2.3
Analisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternal harus dilakukan pendekatan analisis yang berguna
untuk memahami keadaan perusahaan saat ini dan prediksi di masa depan (Pearce and
Robinson,2002), yaitu:
9
Analisis lingkungan umum.
9
Analisis lingkungan industri.
2.3.1 Analisis Lingkungan Umum
Analisis lingkungan umum merupakan gabungan dari faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan suatu industri dari luar secara umum dan terlapas dari faktor perusahaan.
Menurut Hitt (2002), lingkungan umum dapat dikelompokkan dalam beberapa dimensi yang
dikelompokkan ke dalam 6 segmen, yakni:
9
Faktor politik, dimana arah kebijakan dan stabilitas politik suatu negara menjadi faktor
penting bagi kelancaran bisnis dan investasi. Situasi politik yang tidak kondusif akan
berdampak negatif bagi dunia bisnis, demikian pula sebaliknya. Beberapa hal utama yang
perlu diperhatikan dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang baik, adalah:
16
9
1.
Undang-undang perburuhan
2.
Peraturan tentang perdagangan
3.
Stabilitas pemerintahan
4.
Sistem perpajakan
Faktor ekonomi, dimana kondisi dan kesehatan ekonomi suatu wilayah dapat
mempengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan. Dalam analisis faktor ekonomi dapat
mengacu pada faktor-faktor berikut:
9
1.
Tingkat inflasi
2.
Suku bunga
3.
Investasi
4.
Siklus bisnis
5.
Produktifitas tenaga kerja
Faktor sosial kultural, berkaitan dengan perilaku sosial dan nilai budaya yang berlaku di
masyarakat, termasuk faktor demografi.
9
Faktor global, dimana bisnis dalam negeri selalu berorientasi dan berkaitan dengan
adanya kecendrungan yang melanda masyarakat dalam negeri tersebut dalam mengikuti
trend atau gaya hidup komunitas dunia secara global, misal: mode, teknologi.
9
Faktor Teknologi, dimana akhir-akhir ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan
pesat, baik dibidang bisnis maupun dibidang yang mendukung kegiatan bisnis.
9
Faktor ekologi, dimana ekologi sendiri adalah ilmu tentang hubungan keselarasan antara
manusia dengan maluk hidup lainnya dan dengan komponen alam lainnya. Faktor ekologi
berkaitan dengan persediaan bahan mentah dan hasil bumi, ketersediaan energi dan
masalah lingkungan lainnya.
17
2.3.2
Analisis Lingkungan Industri
Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri menurut Porter
Pendatang Baru
Potensial
(Ancaman Mobilitas)
Pemasok
(Kekuatan
Pemasok)
Pesaing-pesaing
Industri
(Rival Segmen)
Pembeli
(Kekuatan
Pembeli)
Pengganti /
Substitusi
(Ancaman Substitusi)
Gambar 2.2
Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri
(Sumber : Kotler, 2002)
Keterangan Diagram Porter
1.
Rintangan masuk (Barriers to Entry) bagi pendatang baru (New Entrans)
adalah:
I.
Semakin kecil hambatan yang dihadapi, maka ancaman masuknya pendatang
baru dalam suatu industri adalah besar.
18
II.
Semakin besar hambatan yang dihadapi oleh pendatang baru untuk memasuki
suatu industri, maka ancaman pendatang baru bagi industri yang sudah ada
adalah relatif kecil.
III.
Hambatan-hambatan itu merupakan situasi dan kondisi yang membatasi
perusahaan dalam memperoleh jalan masuk kedalam suatu industri. Ada 6
sumber utama hambatan masuk:
I. Skala Ekonomis: Skala Ekonomis menghalangi masuknya pendatang
baru kesuatu industri karena memaksa pendatang baru ini untuk masuk
dengan skala besar atau harus memikul biaya yang tinggi (Cost
Disadvantage).
II. Diferensiasi Produk: Identifikasi merek menimbulkan hambatan karena
memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar guna
merebut kesetiaan pelanggan.
1. Kebutuhan
Modal:
Keharusan
menanamkan
sumber
daya
keuangan yang besar agar dapat bersaing menimbulkan
hambatan masuk, khususnya jika modal terseut dibutuhkan
untuk pengeluaran yang bersifat tidak akan kembali
seperti
iklan.
III. Hambatan biaya bukan skala: Perusahaan-perusahaan yang sudah ada
mungkin memiliki keunggulan biaya yang tidak dimiliki calon pendatang
baru, terlepas dari ukuran dan skala ekonomis yang dapat mereka capai.
IV. Akses
kesaluran
distribusi:
Pendatang
baru
tentu
saja
harus
mengamankan distribusi produk atau jasa mereka.
V. Kebijakan pemerintah: Pemerintah dapat membatasi atau bahkan
melarang masuknya pendatang baru kedalam industri, melalui tindakantindakan
seperti
kebutuhan baku.
keharusan
adanya
ijin
dan
pembatasan
akses
19
2. Daya Tawar Pemasok: Kekuatan masing-masing pemasok atau pembeli bergantungan
pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada tingkat kepentingan relatif
penjualan atau pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan
bisnisnya.
Kelompok Pemasok Jika:
I.
Jika ini didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih terkonsentrasi ketimbang
industri tempat mereka menjual produk.
II.
Produk pemasok bersifat unik atau setidak-tidaknya terdiferensiasi, atau jika
terdapat biaya pengalihan (Switching Cost).
III.
Pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam industri.
IV.
Pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi maju keindustri
pembeliannya.
V.
Industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok.
3. Daya tawar pembeli: Daya tawar pembeli kuat jika
I.
II.
III.
Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam sejumlah (Volume) besar.
Produk yang dibeli bersifat standar atau tidak terdifrensiasi.
Produk yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk
pembeli dan merupakan komponen biaya cukup besar.
IV.
V.
Pembeli menerima laba yang rendah.
Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli.
VI.
Produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi pembeli.
VII.
Pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik.
4. Produk Substitusi: Dengan menetapkan batas harga tertinggi (Calling Price), produk
atau jasa substitusi membatasi potensi suatu industri. Jika industri tidak mampu
20
meningkatkan kualitas produk atau jasa mendifrensiasikannya, laba dan pertumbuhan
industri dapat terancam. Produk-produk pengganti menjadi semakin kuat ketika
produsen mencapai kapasitas maximum dalam upaya mereka memenuhi permintaan.
5. Persaingan dikalangan anggota industri terjadi karena mereka berebut posisi
dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk, dan peran
iklan. persaingan tajam seperti ini bersumber pada sejumlah faktor:
I.
Jumlah peserta persaingan banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran
dan kekuatan.
II.
Pertumbuhan industri lambat, menyulut perang memperebutkan bagian pasar
yang melibatkan perusahaan perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.
III.
Produk atau jasa tidak terdifrensiasi atau tidak membutuhkan biaya pengalihan.
IV.
Biaya tetap (Fixed Cost) tinggi atau produk tersebut mudah rusak (perisable),
mengundang keinginan kuat untuk menurunkan harga.
V.
2.4
Penambahan kapasitas harus dalam jumlah besar
Analisis Lingkungan Internal Perusahaan.
Secara garis besar, aspek-aspek internal perusahaan dapat di analisis melalui
beberapa pendekatan (Pearce and Robinson), yaitu:
1. Pendekatan Nilai Rantai (Value Chain)
2. Pendekatan Fungsional, tang terdir dari pemasaran, keuangan, operasional /
produksi, SDM, dan sistem informasi manajemen.
2.4.1
Pendekatan Nilai Rantai (Value Chain)
Analisis pendekatan nilai rantai (value chain) didasarkan pada serangkaian kegiatan yang
berurutan dari sekumpulan nilai yang dijalankan untuk menciptakan, memproduksi,
21
memasarkan, mendistribusikan, serta mendukung produk yang dikembangkan perusahaan.
Semua aktifitas dalam nilai rantai dibagi atas 2 kategori yaitu aktifitas utama dan pendukung.
1. Aktifitas Utama, yaitu aktifitas-aktifitas yang melibatkan diri dalam penciptaan fisik
produk barang maupun jasa, penjualan/pemasaran dan pendistribusian kepada
konsumen serta aktifitas purna jual. Terdiri dari 5 aktifitas, yaitu:
9
Inbound logistics, terdiri dari aktifitas yang berhubungan dengan penanganan
material, penyimpanan/perdagangan, dan inventory control (penerimaan barang,
penyimpanan, distribusi)
9
Operation, yakni aktifitas mengubah materil dalam inbound logistics menjadi
suatu produk, meliputi aktifitas yang berhubungan dengan mesin, perakitan,
pengemasan dan pemeliharaan alat.
2. Aktifitas pendukung, yaitu aktifitas-aktifitas yang mendukung aktifitas utama dengan
berbagai fungsi, yaitu ketersediaan fasilitas infra struktur, manajemen, SDM, pengadaan
barang dan pengembangan teknologi. Dibagi menjadi 4 aktifitas, yakni:
9
Pembelian, yang berkaitan dengan semua input yang diperlukan untuk
memproduksi barang dan jasa. Meliputi pepmbelian bahan baku, mencari
dan memilih supplier termasuk mambeli fixed asset, seperti mesin-mesin,
bangunan dan peralatan kantor.
9
Pengembangan
teknologi,
yang
terdiri
dari
berbagai
aktifitas
pengemabangan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
produk dan proses manufaktur, termasuk kegiatan R&D dan pemilihan
teknologi.
9
Manajemen SDM, meliputi aktifitas yang berkaitan dengan SDM, seperti
perekrutan karyawan, pemberian training.
9
Infrastruktur perusahaan, yakni segala aktifitas yang secara kolektif
memdukung semua unsur dalam nilai rantai, seperti mamjemen umum,
keuangan dan akuntansi serta legal/hukum.
22
2.4.2
Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional terdiri dari 5 aspek fungsional (Pearce & Robinson, 2000), yaitu:
1. Pemasaran
Dalam fungsi pemasaran, ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan sesuai
dengan harapan dan tujuan perusahaan, seperti informasi pasar, distribusi kegiatan
pemasaran, promosi, loyalitas dan kepuasan pelanggan, harga jual produk, dll.
2. Keuangan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah kemampuan
perusahaan dalam menghimpun dana untuk jangka pendek dan jangka panjang, beban
hutang sebagai upaya memperoleh tambahan modal, hubungan baik dengan penanam
modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja dan sistem
akuntansi yang handal.
3. Operasional / produksi
Kegiatan operasional dan produksi suatu perusahaan harus mengacu pada
prinsip
efisiensi,
efektivitas,
produktivitas.
Sedangkan
faktor-faktor
yang
perlu
diperhatikan yaitu hubungan baik dengan supplier, sistem logistik yang handal, pemilihan
fasilitas lokasi, pemanfaatan teknologi dan inovasi dengan tepat, proses produksi yang
integral dan sistem pengendalian mutu.
4. Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu membina relasi yang baik dengan semua karyawan dari berbagai level.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah peraturan yang jelas mengenai kebijakan SDM,
sistem pelatihan, motivasi kerja, produktivitas tenaga kerja, penilaikan kinerja karyawan,
sistem gaji dan imbalan.
2.5
Segmentasi
2.5.1
Pengertian Market Segmentation (Segmentasi Pasar)
23
Menurut Kasali (2001, p119-120) Segmentasi adalah "Proses mengotak-kotakkan pasar
(yang heterogen) ke dalam kelompok-kelompok "potential customers" yang memiliki kesamaan
kebutuhan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan
uangnya."
Kotler dan Armstrong (2001, p285) berpendapat “Segmentasi pasar adalah membagi
suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan,
karateristik atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran
pemasaran yang ada.”
Sebelum melakukan segmentasi pasar, maka perusahaan perlu memahami segmen pasar
yang ada. Pengertian segmen pasar (market segment) menurut Kotler dan Armstrong, 2001,
p68) adalah ”Suatu kelompok konsumen yang memberikan respon dengan cara yang sama
terhadap serangkaian usaha-usaha pemasaran tertentu.”
Menurut Paul dan Olson (2000, pp135-136) mendefinisikan ”Segmentasi pasar (Market
Segmentation) sebagai proses memilah suatu pasar menjadi grup-grup yang berisikan konsumen
yang sejenis dan memilih grup dan individu yang paling tepat untuk dilayani perusahaan.”
24
Secara umum dapat digambarkan tugas yang dilakukan dalam segmentasi pasar:
Menganalisis hubungan
Konsumen-produk
Meneliti dasar-dasar
segmentasi
Mengembangkan posisi
produk
Memilih strategi
segmentasi
Mendesain strategi bauran
pemasaran
Gambar 2.3 Tugas yang dilakukan dalam segmentasi pasar
(Sumber : Consumer Behaviour, J Paul dan C. Olson (2000, p137))
2.5.2
Dasar Segmentasi Pasar
Menurut Kotler (2002, p300), variabel segmentasi utama terdiri dari :
1. Segmentasi Geografis
Membagi pasar dalam unit geografis yang berbeda-beda seperti negara bagian, provinsi,
termasuk kepadatan penduduk, iklim dan sebagainya.
2. Segmentasi Demografis
Membagi pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan pada variable seperti usia,
jenis kelamin, ukuran keluarga, penghasilan, pekerjaan, agama, ras, pendidikan,
kewarganegaraan dan kelas sosial.
25
3. Segmentasi Psikografis
Membagi berdasarkan gaya hidup atau kepribadian dianut dari barang yang mereka
konsumsi menunjukkan gaya hidup mereka.
4. Segmentasi Perilaku
Pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan pengetahuan sikap pemakaian,
tanggapan mereka terhadap suatu produk.
5. Segmentasi Manfaat
Membagi konsumen berdasarkan pada perbedaan manfaat yang mereka cari dari produk
yang dibeli.
2.5.3
Pendekatan Segmentasi
Menurut Kasali (2001, p47) terdapat dua pendekatan dalam melakukan segmentasi
yaitu:
1. Pendekatan Segmentasi a-priori
Segmentasi yang dilakukan sebelum suatu porduk/jasa/ide/kampanye diluncurkan
kepada pasar. Dengan cara a-priori para profesional menunjukkan siapa sasaran
pasarnya, berapa usianya, berapa penghasilannya per bulan, di mana kelas sosialnya, di
mana mereka dapat dijangkau, dan tentu saja bagaimana perilaku mereka.
2. Pendekatan Segmentasi Post-hoc
Segmentasi yang dilakukan setelah suatu produk/jasa/ide/kampanye dijalankan setelah
konsumen datang, data dikumpulkan, diolah dan anda meminta agar data itu berbicara
siapa mereka, siapa konsumen anda.
2.5.4
Tingkat Segmentasi Pasar
Argumen bagi pemasaran massal adalah bahwa ia menciptakan pasar potensial terbesar,
yang akan menghasilkan biaya yang paling rendah, yang pada gilirannya dapat menghasilkan
harga yang lebih rendah atau marjin yang lebih tinggi. Namun tidak mengejutkan, Banyak
26
perusahaan yang beralih dari pemasaran mikro pada satu tempat tingkat berikut ini (Kotler,
2002, pp286-289) :
1. Pemasaran Massal
Pemasaran ini menciptakan pasar potensial terbesar yang melakukan biaya yang lebih
rendah, yang pada akhirnya dapat menghasilkan biaya yang lebih rendah.
2. Pemasaran Segmen
Mengisolasi segmen yang sangat lebar yang membentuk suatu pasar sasaran dan
mengadaptasi apa yang ditawarkannya agar dapat lebih mendekati kebutuhan satu atau
beberapa segmen.
3. Pemasaran Relung (Niche)
Memilah suatu segmen menjadi beberapa sub segmen dengan mendefinisikan suatu
grup dengan suatu peringkat perlakuan yang berbeda yang mungkin bertujuan untuk
mencari suatu kombinasi manfaat yang khusus.
4. Pemasaran Mikro
Praktik penyesuaian produk dan program pemasaran agar cocok dengan cita rasa
Individu atau lokasi tertentu. Pemasaran mikro mencakup :
a) Pemasaran lokal, yaitu penyesuaian merek dan promosi pada kebutuhan dan
keinginan grup konsumen lokal.
b) Pemasaran individual, yaitu menyesuaikan produk dan program pemasaran pada
kebutuhan dan keinginan konsumen individu.
Pemasaran
Massal
Pemasaran
Segmen
Pemasaran
Pemasaran
Ceruk
Ceruk
Tidak ada Segmentasi
Pemasaran
Pemasaran
Mikro
Mikro
Segmentasi sepenuhnya
Gambar 2.4 Tingkat Segmentasi Pasar
(Sumber : Prinsip-prinsip Pemasaran, Kotler dan Amstrong (2001, p69))
27
2.5.5
Segmentasi yang Efektif
Menurut Kotler (2000, p37) segmentasi agar dapat berguna, maka segmen-segmen
pasar haruslah, sebagai berikut:
1. Dapat diukur: ukuran, daya beli, dan profil segmen yang dapat diukur.
2. Dapat diakses: Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
3. Substansial: Segmen pasar harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani.
4. Dapat dibedakan: Segmen-segmen yang ada harus dapat dibedakan secara konseptual
dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen bauran pemasaran.
5. Dapat ditindak lanjuti : Proses yang efektif dapat didesain menarik dan melayani
segmentasi tersebut.
2.6
Targeting (Penentuan Pasar Sasaran)
2.6.1
Pengertian Targeting (Penentuan Pasar Sasaran)
Pengertian Targeting menurut Kotler dan Armstrong (2001, p285) adalah "Suatu proses
evaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen pasar
untuk digarap.”
Menurut Kasali (2001, p371) ”Targeting atau menetapkan target pasar adalah tahap
selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran)
yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran.
Setelah perusahaan mengidentifikasikan peluang-peluang segmen pasarnya, ia harus
mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa banyak dan segmen-segmen mana
yang akan dibidik. Target pasar dalam segmentasi pasar suatu perusahaan harus memerhatikan
faktor-faktor dalam mengevaluasi pasar, evaluasi ini bertujuan untuk memutuskan berapa
banyak dan mana yang menjadi sasaran pasar. Faktor-faktor tersebut adalah (Tjiptono, 2002,
pp75-76) :
1. Ukuran dan pertumbuhan segmen
Perusahaan harus menentukan apakah suatu segmen potensial memiliki karakteristik
28
ukuran dan pertumbuhan yang tepat.
2. Daya tarik struktur segmen
Adakalanya suatu segmen memenuhi kriteria ukuran dan pertumbuhan yang
dikehendaki, tetapi tidak menarik bila dipandang dari aspek profitabilitas.
3. Tujuan dan sumber daya perusahaan
Meskipun suatu segmen telah memenuhi kriteria di atas, tetapi bila tidak sesuai dengan
tujuan perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kapabilitas dan sumber daya yang
memadai, maka segmen tersebut harus diabaikan.
2.6.2
Kriteria Targeting yang Optimal
Menurut Clansy and Shulman dalam bukunya Kasali, berjudul ”Membidik Pasar Indonesia:
Segmentasi, Targeting, Positioning” (2001, pp375-377) ada 4 (empat) kriteria yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan pasar sasaran yang optimal, di antaranya :
1. Responsif
Pasar sasaran harus responsif terhadap produk dan program-program pemasaran yang
dikembangkan.
2. Potensi Penjualan
Potensi penjualan harus cukup luas. Semakin besar pasar sasaran semakin besar
nilainya. Besarnya bukan hanya ditentukan oleh jumlah populasi, tetapi juga daya beli
dan keinginan pasar untuk memiliki produk tersebut.
3. Pertumbuhan Memadai
Pasar tumbuh perlahan-lahan sampai akhirnya meluncur dengan pesat dan mencapai
titik pendewasaannya. Kalau pertumbuhan lambat, tentu dipikirkan langkah-langkah agar
produk ini berhasil di pasar.
4. Jangkauan Media
Pasar sasaran dapat dicapai dengan optimal kalau marketer tepat memilih media untuk
mempromosikan dan memperkenalkan produknya.
29
2.6.3
Memilih Segmen Pasar
Menurut Kotler (2002, pp314-315) bahwa dalam memilih segmen pasar terdapat lima
pola pemilihan pasar sasaran:
1.
Konsentrasi Segmen Tunggal
Melalui pemasaran yang terkonsentrasi, perusahaan mendapatkan pengetahuan yang kuat
tentang kebutuhan segmen dan meraih posisi pasar yang kuat di segmen tersebut. Risikonya
adalah apabila konsumen suatu produk secara tiba-tiba berhenti membeli maka penghasilan
perusahaan akan menurun tajam atau pesaing mungkin menyerang segmen tersebut.
2.
Spesialisasi Selektif
Dalam hal ini, perusahaan memilih sejumlah segmen secara objektif masing-masing segmen
menarik
dan
memadai.
Strategi
cakupan
multi
segmen
itu
memiliki
keuntungan
pendiversifikasian risiko perusahaan
3.
Spesialisasi Produk
Dalam hal ini, perusahaan berkonsentrasi dalam menghasilkan produk tertentu yang dijual ke
beberapa segmen. Melalui strategi spesialisasi produk, perusahaan membangun reputasi
yang kuat di bidang poduk tertentu. Risiko yang tidak menguntungkan adalah produk
tersebut mungkin digantikan oleh teknologi yang benar-benar baru.
4.
Spesialisasi Pasar
Dalam hal ini, perusahaan berorientasi untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu
kelompok pelanggan tertentu. Perusahaan mendapatkan reputasi yang kuat dengan
mengkhususkan diri dalam melayani kelompok pelanggan itu dan menjadi saluran pemasaran
bagi semua produk baru yang mungkin digunakan kelompok pelanggan ini.
5.
Cakupan Seluruh Pasar
Dalam hal ini, perusahaan berusaha melayani seluruh kelompok dari pelanggan dengan
menyediakan semua produk yang mungkin mereka butuhkan. Hanya perusahaan yang
sangat besar yang dapat melaksanakan strategi cakupan seluruh pasar.
30
Kosentrasi
Spesialisasi
Spesialisasi
segmen-tunggal
selektif
produk
M1
M2
M3
M1
M2
M3
M1
P1
P1
P1
P2
P2
P2
P3
P3
P3
Spesialisasi
M2
M3
Cakupan
pasar
M1
M2
seluruh pasar
M3
M1
P1
P1
P2
P2
P3
P3
M2
M3
Keterangan: P : Produk / M : Market
Gambar 2.5 Lima Pola Pemilihan Pasar
(Sumber : Kotler, Manajemen Pemasaran, 2002, p313)
2.6.4
Strategi untuk Menentukan Targeting
Targeting adalah menentukan segmen pasar mana yang ingin dituju oleh perusahaan.
Strategi untuk menentukan targeting (Rangkuti, 2003, pp46-48), adalah :
1.
Undifferentiated Marketing
Pada pasar yang dibedakan (undifferentiated marketing) perusahaan melakukan strategi
yang sama untuk seluruh pasar. Dengan demikian, produk yang dihasilkan cenderung
bersifat massal. Bentuk promosi dilakukan secara besar-besaran, dan perusahaan
31
memperoleh keuntungan skala ekonomis karena memproduksi dalam jumlah yang sangat
besar sehingga biaya produksi per unitnya menjadi sangat rendah.
2.
Differentiated Marketing
Strategi yang dilakukan pada pasar yang berbeda-beda (differentiated marketing) adalah
sangat spesifik, tergantung pada sistem pasar yang akan dilayani. Konsekuensi dari strategi
yang diterapkan secara differentiated ini pada umumnya adalah masalah biaya tinggi.
Perusahaan harus mengeluarkan biaya promosi yang sangat spesifikasi dan biaya-biaya
research dan development yang sangat besar.
3.
Concentrated Marketing
Strategi ini diterapkan apabila perusahaan ingin berfokus pada pasar yang relatif sempit
tetapi memilih potensi pasar yang sangat luas. Strategi terpusat ini (concentreted) sangat
bermanfaat apabila sumber daya yang dimiliki perusahaan sangat terbatas, dan perusahaan
hendaknya memperkenalkan produk baru.
2.6.5
Faktor-faktor yang Memengaruhi Strategi Targeting
Proctor dalam bukunya Kasali, berjudul ”Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi,
Targeting, Positioning” (2001, p391- 393) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang perlu
mempengaruhi pemilihan strategi pasar sasaran, anatara lain :
1.
Tahap dalam Product Life- cycle
Pasar
sasaran
umumnya
harus
ditinjau
kembali
begitu
produk
memasuki
tahap
pendewasaan. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan produk mulai terhenti dan adakalanya
menurun.
2.
Keinginan Konsumen dalam keseluruhan pasar
Pasar yang terdiri dari konsumen yang besarnya terbatas relatif dapat didekati tanpa
memerlukan strategi differensiasi pasar. Semakin kompleks struktur pasar, maka semakin
mungkin melakukan differensiasi.
3.
Potensi dalam pasar
32
Posisi perusahaan atau produk relatif terhadap pesaing menentukan strategi sasaran .
4.
Struktur dan intensitas kompetisi
Ketika suatu pasar dikerubuti oleh demikian banyak peminat, maka pemasar harus memilih
pasar sasarannya secara efektif.
5.
Sumber Daya
Sumber daya yang dimiliki menentukan pemilihan pasar sasaran.
6.
Skala Ekonomis
Skala ekonomis produksi menentukan perusahaan untuk memilih pasar sasaran.
2.7
Positioning (Penempatan Posisi)
2.7.1
Pengertian Positioning (Penempatan Posisi)
Positioning menurut Kotler dan Armstrong (2001, p285) adalah "Perumusan pemosisian
bersaing produk dan menciptakan bauran pemasaran yang lebih rinci."
Menurut Kasali (2001, p527) berpendapat bahwa positioning adalah "Strategi komunikasi
untuk memasuki jendela otak konsumen, agar produk/merek/nama anda mengandung arti
tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk/merek/nama lain
dalam bentuk hubung asosiatif.
Keunggulan bersaing menurut Kotler (2001, p322) adalah "Suatu keunggulan di atas
pesaing yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih kepada konsumen." Baik melalui harga
yang rendah atau dengan menyediakan lebih banyak manfaat yang mendukung penetapan harga
lebih mahal.
2.7.2
Strategi Positioning
Kasali (2001, pp538–542) berpendapat bahwa, ada berbagai srategi positioning yang
dapat diimplementasikan, antara lain :
1. Positioning berdasarkan perbedaan produk
33
Perusahaan dapat menunjukkan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya
terhadap pesaing (unique product feature).
2. Positioning berdasarkan manfaat produk
Manfaat produk dapat pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh
konsumen.
3. Positioning berdasarkan pemakai
Memosisikan produk sebagai yang terbaik dari segi pemakaian produk.
4. Positioning berdasarkan kategori produk
Positioning ini biasanya dilakukan oleh produk-produk yang baru muncul dalam suatu kategori
produk.
5. Positioning kepada pesaing
Memosisikan produk dengan membandingkan diri sebagai yang terbaik dari pesaing yang
disebutkan namanya ataupun yang tersirat.
6. Positioning melalui imajinasi
Memosisikan suatu produk dengan menggunakan imajinasi-imajinasi seperti tempat, orang,
benda-benda, dan lain sebagainya.
7. Positioning berdasarkan masalah
Positioning yang digunakan untuk produk-produk/jasa baru yang belum begitu dikenal, produk
baru
biasanya
diciptakan
untuk
memberi
solusi
terhadap
masalah
yang
dirasakan
konsumennya.
2.7.3
Kesalahan – kesalahan Positioning
Kotler (1987) dalam bukunya Kasali, berjudul ”Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi,
Targetting, Positioning” (2001, p543) menyebutkan ada 4 (empat) macam kesalahan yang dapat
terjadi dalam Positioning, yaitu :
34
1.
Under positioning: Produk mengalami underpositioning jika geregetnya tidak dirasakan
konsumen. Ia tidak memasuki posisi yang jelas sehingga sama saja dengan kerumunan
produk lainnya di pasar.
2.
Overpositioning : Adakalanya Market terlalu sempit memosisikan produknya sehingga
mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya.
3.
Confused Positioning : Konsumen bisa mengalami keraguan karena Marketer menekan
terlalu banyak atribut.
4.
Doubtful Positioning: Posotioning ini diragukan kebenarannya karena tidak didukung
bukti yang memadai .
2.8
Kerangka Pemikiran
PT Unilever Indonesia Tbk
Internal factor
Eksternal factor
STP
Usulan bauran
pemasaran
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran
(Sumber: Penulis)
2.9
Metodologi Penelitian
2.9.1
Jenis dan Metode Penelitian
35
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh nantinya akan dapat digunakan sebagai
pedoman bagi perusahaan dalam usulan bauran pemasaran produk Rinso.
2.9.2
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library
Research) dan penelitian lapangan (Field Reseach).
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca,
mengumpulkan, mencatat, mempelajari textbook dan buku-buku pelengkap atau
refrensi seperti jurnal, majalah, brosur-brosur dan media cetak lainnya di
perpustakaan atau di tempat lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data
sekunder.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data primer yaitu dengan mendatangi
perusahaan, PT. Unilever Indonesia Tbk sehingga kebutuhan akan data pokok
penyusunan skripsi dapat dipenuhi. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan
cara :
•
Wawancara (interview)
Peneliti melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Wawancara
diadakan secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan di PT.
Unilever Indonesia Tbk.
•
Pengisian kuesioner oleh pihak manajemen
•
Pengamatan langsung
Peneliti melihat secara langsung kegiatan perusahaan sehari-hari yang
berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
36
2.9.3
Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran
Menurut Umar (2002, p233) Definisi Operasional adalah penentuan suatu
construct (hal-hal yang sulit diukur) sehingga ia menjadi variabel atau variabel-variabel
yang dapat diukur. Definisi Operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan
oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan peneliti
yang lain untuk melakukan replikasi (pengulangan) pengukuran dengan cara yang sama
atau mencoba untuk mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.
Rentang nilai pembobotan adalah 1-5. Pemberian bobot terhadap faktor-faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
Sedangkan rentang nilai rating adalah 1-4. Pemberian nilai rating terhadap faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dilakukan oleh perusahaan.
Tabel 2.1
Tabel Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
Bobot
Rating
1. Kualitas produk yang baik
1-5
1-4
2. Promosi produk yang menarik
1-5
1-4
3. Pilihan produk yang bervariasi
1-5
1-4
4. Memiliki tenaga kerja yang terampil dan kemampuan
1-5
1-4
1-5
1-4
1-5
1-4
baik
5. memiliki modal yang kuat
Kelemahan (Weaknesses)
1. Sering terjadi keterlambatan pengiriman barang
ketoko/ store
37
2. Sering terjadi overstock barang (kelebihan
1-5
1-4
1-5
1-4
4. Pusat produksi Rinso hanya pada satu lokasi
1-5
1-4
5. Sirkulasi keuangan yang sering terganggu.
1-5
1-4
persediaan)
3. Harga produk yang relatif mahal dibanding
kompetitor
(Sumber: Penulis)
Tabel 2.2
Tabel Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Faktor Eksternal
Peluang (Opportunities)
Bobot
Rating
1. Percepatan teknologi yang mendukung promosi
1-5
1-4
2. Pangsa pasar yang luas
1-5
1-4
3. Loyalitas masyarakat akan produk tinggi
1-5
1-4
4. Masyarakat sudah mengenal produk Rinso
1-5
1-4
5. Banyak Distributor tersebar diseluruh Indonesia
1-5
1-4
1. Banyak pesaing baru dengan produk-produk sejenis
1-5
1-4
2. Banyak produk sejenis yang lebih murah
1-5
1-4
3. percepatan pesaing dalam memasok produk ketoko
1-5
1-4
4. Promosi perusahaan pesaing yang besar-besaran
1-5
1-4
5. Birokrasi pemerintah tentang perluasan perusahaan
1-5
1-4
Ancaman (Threats)
(Sumber: Penulis)
38
2.9.4
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor eksternal
dan analisis faktor internal dari pengisian kuesioner oleh pihak manajemen.
-
Analisis ini didasarkan pada faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal untuk
mengetahui bagaimana kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada
pada perusahaan saat ini.
Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis yaitu :
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan
suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.
2. Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan
perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam
model-model kualitatif.
3. Tahap Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini diambil suatu keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan.
Download