bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Wisata
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan,
2010, p. 11) menjabarkan kata–kata yang berhubungan dengan kepariwisataan
sebagai berikut:
•
Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan “Travel”.
•
Pariwisata : Perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain,
dalam bahasa Inggris disebut dengan “Tour”.
•
Wisatawan : Orang yang melakukan perjalanan, dalam bahasa Inggris
disebut dengan “Travelers”.
•
Kepariwisatan : Hal–hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam
bahasa Inggris disebut dengan “Tourisme”.
2.2 Pariwisata
Pariwisata memiliki arti yang sangat luas. Pengertian pariwisata bukanlah
sekedar bepergian dan melakukan kegiatan untuk mengisi waktu luang. Pariwisata
berkaitan dengan obyek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, transportasi yang
digunakan, pelayanan, restoran, akomodasi, hiburan, interaksi antara wisatawan
dengan penduduk setempat, serta industri yang terkait. Oleh karena itu, pariwisata
merupakan suatu lembaga dengan banyak interaksi dengan sektor lainnya, yang
12 13 mengakibatkan jutaan orang menjadi bagian dari kelembagaan ini. Dengan kata lain
konsep pariwisata adalah konsep yang multidimensi, yaitu menyangkut banyak
aspek, seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan aspek-aspek lainnya.
Menurut beberapa ahli pengertian pariwisata adalah sebagai berikut:
1. Pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan di suatu tempat ketempat lain dengan
maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi sematamata untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam (Yoeti, 2010).
2. Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel”
dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan
melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai
suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok
dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan
kepuasan dan kesenangan (Sinaga, 2010).
3. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan. Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah.
4. Pariwisata adalah kegiatan orang-orang yang bepergian tinggal di tempat
di luar lingkungan mereka selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut
untuk bersantai, berbisnis dan tujuan lainnya (UNWTO, 2010)
14 Dari banyaknya pengertian pariwisata, maka semakin sulit untuk membatasi
pengertian pariwisata itu sendiri. Namun dari seluruh definisi diatas, kita bisa
menyimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan untuk
mengunjungi suatu tempat, yang sifatnya sementara dan tidak melakukan pekerjaan
yang langsung menghasilkan pendapatan dari tempat-tempat yang dikunjungi.
Pengertian melakukan suatu perjalanan, berarti keluar dari tempat asalnya (tourist
generating area), dan apabila perjalanan tersebut selesai, maka akan kembali ke
daerah asalnya. Berdasarkan lamanya perjalanan ini, maka kemudian ada yang
menginap ditempat yang dikunjungi dan adapula yang langsung pulang.
2.3 Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata.
Wisatawan sangat beragam, tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya
mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda.
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka
sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris.
Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang
sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang
melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan
kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai
akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya
jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010, p. 12).
15 Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):
1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada
budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual.
2. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme
(mencari keuntungan) secara berkelompok.
3. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada
kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai
sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.
4. Wisatawan
tradisional
Materialis,
wistawan
yang
berpandangan
konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.
2.4 Kepariwisataan
Beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian kepariwisataan
adalah sebagai berikut:
1. Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan batasan
pariwisata
yang
bersifat
teknis,
yaitu
“…kepariwisataan
adalah
keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya
orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal
ditempat itu untuk melakukan pekerjaan yang penting yang memberi
keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara”.
2. Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11)
kepariwisatan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan
16 jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk
melihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata
luar negri).
Host and Guest (1989) dalam (Kusumaningrum, 2009, p. 3) mengklasifikasikan
jenis pariwisata sebagai berikut:
1. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.
2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi
atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.
3. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang
berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak
social dengan suasana santai.
4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang
relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari,
mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta
perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk
menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan
budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
6. Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan
kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan,
restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.
17 7. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm
Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari
kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini
bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.
2.5 Berkemah (Camping)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemah adalah tempat tinggal yang
darurat biasanya hanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah yang
dibuat dari kain terpal dan sebagainya. Jadi berkemah mempunyai arti yaitu hidup
diluar rumah dalam beberapa waktu. Dengan menggunakan tenda dan alat-alat yang
sederhana serta cara dan tujuan yang benar. Berkemah sebagai aktivitas rekreasi
mulai popular pada awal abad ke-20. Kegiatan ini juga umumnya disertai dengan
kegiatan rekreasi luar ruangan lainnya, seperti mendaki gunung berenang memancing
dan bersepeda gunung.
2.6 Motorhome
Menurut David Batten-Hill dalam buku Motorhomes: The Complete Guide
(Batten-Hill, 2010, hal. 14)
“A motorhome (or motor coach) is a type of self-propelled recreational vehicle
or RV which offers living accommodation combined with a vehicle engine.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan Motorhome merupakan tipe kendaraan
rekreasi yang menawarkan akomodasi rumah tinggal yang dikombinasikan dengan
mesin kendaraan yang bergerak otomatis layaknya rumah berjalan.
18 2.6.1 Jenis-jenis Motorhome
Motorhome terbagi dalam lima jenis dilihat dari ukuran dan kegunaanya,
menurut National Caravan Council A Class, Coachbuilt, Campervan,
Lowprofile, dan Micro
1. A Class
Gambar 2.1 Motorhome A Class
Salah satu jenis rumah mobil mewah dengan ruang tidur yang nyaman,
ukuran dapur yang tidak kecil beserta kamar mandi.
2. Coachbuilt
Gambar 2.2 Motorhome Coachbuilt
Salah satu jenis motorhome yang popular dengan model dan
spesifikasi dengan kualitas tinggi. Jenis ini menyediakan ruang tidur
ekstra, sangat cocok untuk keluarga.
19 3. Campervan
Gambar 2.3 Motorhome Campervan
Campervan memiliki 2 jenis pilihan, atap yang meninggi dan atap
terbuka, keduanya memiliki kenyamanan yang sama layaknya rumah,
mudah dikerendarai dan dapat diganti menjadi mobil keluarga.
4. Lowprofile
Gambar 2.4 Motorhome Lowprofile
Memungkinkan penyimpanan ekstra, bentuk lebih ramping dan hemat
bahan bakar, merupakan kendaraan yang ideal bagi dua orang yang
ingin memiliki banyak ruang karena memiliki banyak layout
didalamnya.
5. Micro
Gambar 2.5 Motorhome Micro
20 Mudah dikendarai hampir serupa dengan mobil biasa cocok untuk satu
atau dua orang yang ingin bepergian.
2.7 Pemasaran
Kegiatan pemasaran sering diartikan sebagai kegiatan dalam memasarkan suatu
produk yang diperjual belikan oleh perusahaan dan ditujukan kepada para konsumen.
Namun jika dilihat makna sebenarnya pemasaran bukan hanya sekedar menjual
produk saja, akan tetapi pemasaran juga memiliki aktvitas penting dalam
menganalisis dan mengevaluasi segala kebutuhan dan keinginan para konsumen.
Pemasaran juga meliputi segala aktivitas di dalam perusahaan. (Kotler & Keller,
2012)
Adapun definisi pemasaran menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2012,
hal. 27) yang mengatakan bahwa:
“Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what
they need and want through creating, offering, and freely exchanging products
and services of value with others.”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa pemasaran merupakan proses sosial yang
melibatkan individu atau kelompok untuk mendapatkan kebutuhan atau keinginan
dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempetukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
2.8 Strategi Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2012), strategi pemasaran adalah strategi yang
menggabungkan semua tujuan pemasaran ke dalam satu rencana yang komperhensif.
21 Sebuah strategi pemasaran yang baik harus diambil dari riset pasar dan fokus pada
bauran produk yang tepat untuk mencapai potensi keuntungan maksimum dan
mempertahankan bisnis. Strategi pemasaran adalah dasar dari rencana pemasaran.
Di dalam bisnis model ini akan menggunakan dua strategi pemasaran, strategi
STP Analisis dan Bauran Pemasaran
2.8.1 STP (Segmenting, Targeting, dan Postioning) Analisis
Segmenting, Targeting, dan Positioning atau STP adalah suatu langkah
dalam marketing untuk menentukan calon customer potensial dan tepat. Calon
Customer ini nantinya akan merupakan target utama dari penjualan produk dan
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Bygrave & Zacharakis (2014, hal. 161162).
2.8.1.1
Segmenting
Dalam proses segmenting, customer dan pasar akan digolongkan
menjadi beberapa kelompok berdasarkan kriteria tertentu.
1. Market Segmenting
Market Segmenting adalah proses Segmenting pasar yang
membagi pasar menjadi beberapa kelompok. Menurut Kotler & Keller
(2012, hal. 254), Market Segmenting dibagi menjadi lima level yaitu:
a. Mass Marketing
Mass Marketing adalah titik utama dalam Segmenting
berdasarkan pasar. Yang termasuk dalam Mass Marketing
22 perusahaan yang melakukan produksi, distribusi dan promosi
secara massal untuk sebuah produk.
b. Segmenting Marketing
Segmented Marketing membagi customer berdasarkan
keinginan dan kebutuhan mereka. Dalam proses marketing ini,
customer yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama
atau mirip dikelompokkan. Dengan mengelompokan customer
berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang mirip.
c. Niche Marketing
Dalam Niche Marketing, pembagian dalam Segment
Marketing
dibagi
kembali.
Pembagian
tersebut
akan
menciptakan sebuah subsegment. Subsegment ini memiliki
customer yang lebih sedikit dan memiliki ciri khas tertentu. Ciri
khas inilah yang menjadi keunggulan dari perusahaan tersebut.
d. Local Marketing
Dalam Local Marketing pembagian customer berdasarkan
beberapa area tertentu. Aktifitas Marketing dari Local Marketing
berkutat di sekitar bagaimana menjangkau customer sedekat
mungkin dengan produk atau jasa suatu perusahaan.
e. Individual Marketing
Aktifitas
utama
dari
Individual
Marketing
adalah
menawarkan suatu produk atau jasa yang lebih individu. Dengan
kata lain, perusahaan menawarkan produk atau jasa yang sesuai
23 dengan keinginan customer. Aktifitas Marketing ini tidak dapat
dilakukan oleh semua perusahaan karena proses Marketing
memiliki kompleksitas yang tinggi, dimana setiap individu
memiliki keinginan yang berbeda satu dengan yang lain.
2. Consumer Markets Segmenting
Consumer Markets Segmenting dibagi menjadi empat kategori
yaitu berdasarkan geografis, demografis, psikografis dan perilaku
(behavior).
a. Geographic Segmentation
Geographic Segmentation adalah segmentasi dengan
membagi customer berdasarkan letak geografiknya. Daerah
geografik yang dimaksud adalah seperti Kota, Provinsi maupun
Negara.
b. Demographic Segmentation
Demographic Segmentation adalah segmentasi dengan
membagi customer berdasarkan variable-variabel tertentu, seperti
jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan, agama, kelas sosial
dan pendidikan.
c. Psychographic Segmentation
Psychographic Segmentation adalah segmentasi dengan
membagi customer berdasarkan keadaan psikologi dari customer.
24 Dalam suatu demografik sangat mungkin anggotanya memiliki
keadaan psikologi yang berbeda-beda satu sama lain.
d. Behavioral Segmentation
Behavioral
membagi
Segmentation
customer
adalah
berdasarkan
segmentasi
pengetahuan,
dengan
kelakuan,
kegunaan dan tanggapan akan produk yang akan ditawarkan
3. Business Markets Segmenting
Business Markets Segmenting adalah segmentasi market bisnis
berdasarkan variable-variabel tertentu. Variabel-variabel tersebut sama
dengan Consumer Markets. Variabel-variabelnya antara lain adalah
Demographic,
Operation
Variables,
Purchasing
Apporaches,
Situational Factors dan Personal Characeristics.
2.8.1.2
Targeting
Menurut Kotler dan Keller (2012, hal. 254) setelah membagi-bagi
pasar menjadi beberapa kategori, aktifitas yang perlu dilakukan berikutnya
adalah menentukan segmen atau kategori mana yang akan perusahaan tuju
sebagai customer utama. terdapat lima buah pola dalam menentukan target
pasar. Pola tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Single Segment Concentration
Dalam Single Segment Concentration perusahaan hanya
menyasar satu buah segmen. Segala proses aktifitas bisnisnya seperti
operasi, distribusi dan promosi hanya berkutat di segmen tersebut
25 saja. Namun dengan hanya menyasar satu segmen maka akan ada
saatnya segmen tersebut berada dalam masa suram. Selain itu adanya
pesaing juga akan memperlemah perusahaan tersebut.
2. Selective Specialization
Dalam Selective Specialization, perusahaan akan memilih
segmen mana yang menarik dan tepat bagi perusahaan. Ada
kemungkinan antara satu segmen dengan yang lain tidak saling
berhubungan, namun yang penting adalah bahwa segmen tersebut
menghasilkan banyak uang bagi perusahaan.
3. Product Specialization
Dalam Product Specialization, perusahaan akan membuat satu
produk yang dapat dijual kepada beberapa pasar. Kekurangan dari
target market dengan pola ini adalah perkembangan teknologi yang
akan
membuat
produk
milik
perusahaan
akan
ketinggalan
dibandingkan pesaing.
4. Market Specialization
Dalam Market Specialization, perusahaan akan membuat
banyak produk untuk satu pasar saja. Dengan kata lain, perusahaan
akan menyediakan segala produk yang dibutuhkan oleh customer.
Kelemahan dari pola ini adalah ketika customer mengurangi
pengeluarannya untuk membeli produk perusahaan.
26 5. Full Market Coverage
Dalam Full Market Coverage, Perusahaan akan menyediakan
banyak produk untuk melayani kebutuhan segala jenis customer.
Untuk dapat melakukan pola Targeting ini dibutuhkan perusahaan
yang besar, agar dapat menutupi segala kegiatan operasi, distribusi,
dan promosi.
2.8.1.3
Postioning
Positioning adalah aktifitas untuk menempatkan brand atau merek
perusahaan dalam pikiran customer yang menjadi target dari produk atau
jasa yang ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan tingkat
keuntungan yang didapat oleh perusahaan. (Kotler & Keller, 2012).
2.8.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran
pemasaran
(Marketing
mix)
yang
memiliki
peranan
penting
dalam
mempengaruhi konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari
semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para
konsumen. Pengertian bauran pemasaran menurut (Kotler & Amstrong, 2012,
hal. 75).
“The marketing mix is the set of tactical marketing tools that the firm
blends to produce the response it wants in the target market.”
27 Definisi tersebut menjelaskan bahwa Pengertian Bauran Pemasaran
(Marketing Mix) menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong dalam bukunya
Principle of Marketing (2012, hal. 75) adalah seperangkat alat pemasaran
terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang
diinginkan pasar sasaran.
Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang
dikenal dalam istilah 4P, yaitu product ( produk), price (harga), place (tempat
atau saluran distribusi), dan promotion (promosi), sedangkan dalam pemasaran
jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti people (orang),
physical evidence (fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga dikenal
dengan istilah 7P maka dapat disimpulkan bauran pemasaran jasa yaitu product,
price, place, promotion, people, physical evidence, and process. Adapun
pengertian 7P menurut Kotler dan Amstrong (2012:62)
1. Produk
Produk (product), adalah mengelola unsur produk termasuk
perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk
dipasarkan dengan mengubah produk atau jasa yang ada dengan
menambah dan mengambil tindakan yang lain yang mempengaruhi
bermacam-macam produk atau jasa.
2. Harga
Harga (price), adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan
menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus
28 menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran
ongkos angkut dan berbagi variabel yang bersangkutan.
3. Distribusi
Distribusi
(place),
yakni
memilih
dan
mengelola
saluran
perdagangan yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga
untuk melayani pasar sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi
untuk pengiriman dan perniagaan produk secara fisik.
4. Promosi
Promosi (promotion), adalah suatu unsur yang digunakan untuk
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa yang baru
pada perusahaan melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan,
maupun publikasi.
5. Sarana Fisik
Sarana fisik (Physical Evidence), merupakan hal nyata yang turut
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan
produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana
fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan,
logo, warna dan barang-barang lainnya.
6. Orang
Orang (People), adalah semua pelaku yang memainkan peranan
penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi
pembeli. Elemen dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan
konsumen lain. Semua sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian
29 karyawan dan penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan penyampaian jasa.
7. Proses
Proses (Process), adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan
aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses
ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa
merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan
jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa
itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai bauran pemasaran
(marketing mix), maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
memiliki peranan yang berpengaruh dalam menentukan penjualan
sehingga dapat mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian.
2.9 Produk
Banyak orang berpikir produk adalah sebuah tawaran yang berwujud, namun
sebenarnya produk memiliki dimensi yang lebih daripada itu. Produk menurut Philip
Kotler dan Kevin Keller (2012, hal. 347) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang
dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti,
organisasi, informasi, dan ide. Istilah lain dari produk yaitu penawaran dan
pemecahan. Produk atau penwaran dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu barang
30 fisik, jasa, dan pemcahan. Tingkat kepentingan produk fisik lebih tergantung kepada
jasa ayng mereka berikan dari pada kepemilikiannya.
2.9.1
Klasifikasi Produk
Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan
ciricirinya: daya tahan, wujud dan penggunaan (konsumen atau industri) Setiap
jenis produk memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai. (Kotler & Keller,
2012, hal. 349).
Pada dasarnya barang dapat dikalsifikasikan menjadi tiga kelompok
menurut daya tahan dan wujud, diantaranya adalah :
1. Barang yang tidak tahan lama (non durable goods) adalah barang
berwujud yang biasanya tetap bertahan walau biasanya dikonsumsi
dalam satu atau beberapa kali penggunaa. Karena barang ini
dikonsumsi dengan cepat dan sering di beli, maka strategi yang tepat
adalah dengan menyediakannya di berbagai lokasi, selain itu tipe
barang seperti ini hanya membutuhkan marjin yang kecil, dan
memasang iklan besar-besaran untuk memancing orang yang
mencobanya dan membangun preferensi.
2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang yang berwujud yang
biasanya digunakan walaupun sudah digunakan berkali-kali. Produk
tahan lama biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih
pribadi, mempunyai marjin yang lebih tinggi dan memerlukan biaya
lebih banyak garansi dari penjual.
31 3. Jasa (services) adalah produk-produk yang tidak berwujud tidak
terpisahkan, dan mudah habis. Akibatnya produk ini biasanya
memerlukan
pengendalian
mutu,
kredibiltas
pemasok,
dan
kemampuan penyesuaian lebih tinggi.
2.10 Jasa
Dikatakan oleh Kotler & Amstrong (2012, hal. 248) jasa adalah sebuah
aktivitas, keuntugan, ataupun kepuasan yang ditawarkan untuk diperjual-belikan yang
memiliki nilai intangible dan tidak menghasilkan suatu barang atau bentuk yang
nyata.
Jasa adalah suatu proses menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan
untuk berinteraksi dengan pelanggan sehingga dapat menciptakan nilai pelanggan itu
sendiri, yaitu nilai yang bentuknya intangible.
2.10.1 Karakteristik Jasa
Adapun karakteristik jasa yang dikemukakan oleh Philp Kotler dan Gary
Amstrong (2012, hal. 292), yaitu :
1. Tidak berwujud (intangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat ,
dirasa , didengar , diraba atau dicium sebelum ada transaksi pembelian ada
beberapa cara dan strategi yang bisa diterapkan dalam penjualan jasa.
Misalnya sebuah Bank , maka Bank tersebut harus mampu menciptakan :
a. Tempat (place)
32 Yaitu berupa pelayanan interior maupun eksterior Bank yang
mampu memberikan kesan yang meyakinan atau menarik
pelanggan , misalnya mengenai kebersihan , penataan
tempatnya , dan lain-lain.
b. Karyawan (people)
Yaitu berupa keramahannya , kecepatannya , kerapiannya , dan
lain-lain.
c. Peralatan (equipment)
Yaitu berupa kecanggihan peralatan yang dipergunakan (seperti
computer) dan lain-lain.
d. Harga (price)
Yaitu berupa bunga yang jelas dan bersaing.
2. Tidak dapat dipisahkan (inseparbility)
Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya , apakah
sumber itu merupakan orang atau mesin , apakah sumber itu hadir atau
tidak , produk fisik yang berwujud tetap ada.
3. Berubah-ubah (variabelity)
Jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa ini
sangat bergantung pada siapa yang menyajikan , kapan dan dimana
disajikan , dalam hal pengendalian kualitas.
Perusahaan jasa dapat mengambil 3 langkah pokok yaitu :
a. Seleksi dan melatih karyawan yang cemerlang.
33 b. Selalu mengstandarisasi proses pelayanan dan organisasi melalui
berbagai macam cara seperti menempatan ruangan dan personil
pda tempat-tempat tertentu , adanya sarana telepon bagi
konsumen yang ingin atau memerlukan telepon.
c. Memonitor tingkat kepuasan konsumen melalui sistem saran
dalam keluhan , surpei pasar , sehingga dengan demikian
pelayanan yang buruk dapat dihindarkan.
4. Jasa dapat musnah (perishability)
Berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau
digunakan beberapa saat kemudian.
2.11 Consumer Behavior
2.11.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan
Dalam menjalankan sebuah bisnis, para pemilik usaha dituntut untuk
memahami konsep-konsep dasar dalam ilmu pemasaran dan perilaku konsumen
yang terdiri dari kebutuhan, keinginan dan permintaan. Pemahaman atas
konsep-konsep dasar ini akan memudahkan produsen menyiapkan konsep
pemasaran yang tepat untuk menghadapi perilaku konsumen yang selalu
berubah dari waktu ke waktu.
Menurut Sangadji & Sopiah (2013), kebutuhan manusia adalah
ketidakberadaan beberapa kepuasaan dasar. Manusia membutuhkan makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal, keamanan, hak milik dan harga diri.
34 Kebutuhan tidak perlu diciptakan oleh pemasar atau produsen karena melekat
pada setiap diri manusia.
Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Produsen
atau pemasar tidak menciptakan kebutuhan tetapi mempunyai peran penting
dalam mempengaruhi keinginan manusia, contohnya manusia membutuhkan
nasi tetapi juga tetap membutuhkan kentang goreng, jagung dan minumanminuman segar. Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan
berubah menjadi permintaan jika didukung dengan kemampuan dan kesediaan
dalam melakukan pembelian.
2.11.2 Perilaku Konsumen
Menurut Read & Leeuwen (2010), kehadiran ilmu perilaku konsumen
bagi perusahaan sebenarnya bertujuan untuk memprediksi, menjelaskan dan
mengendalikan perilaku konsumen. Dengan memprediksi perilaku konsumen,
perusahaan bias merancang pola komunikasi yang tepat melalui kegiatan
promosi dalam rangka mempengaruhi konsumen sehingga mereka tertarik
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dan
perusahaan dapat memprediksi selera konsumen sehingga perusahaan dapat
memproduksi barang atau jasa yang sesuai dengan selera konsumen.
Kotler (2005) menjelaskan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang
unit pembelian dalam bentuk perorangan, kelompok atau organisasi. Masingmasing unit tersebut akan membentuk pasar sehingga muncul pasar individu
35 atau pasar konsumen, unit pembelian kelompok dan pasar bisnis yang dibentuk
organisasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah:
-
Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok atau
organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk
menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan dan pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta dampak dari
proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.
-
Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan
memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian
maupun penghabisan barang dan jasa termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusul.
-
Tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh konsumen yang dimulai
dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan kemudian
berusaha mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk
tersebut dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian yaitu
perasaan puas atau tidak puas.
Menurut Sangadji & Sopiah (2013), adapun tahap-tahap dalam perilaku
konsumen meliputi:
-
Tahap untuk merasakan adanya kebutuhan dan keinginan.
-
Usaha untuk mendapatkan produk atau jasa, mencari informasi tentang
produk/jasa, harga dan saluran distribusi.
36 -
Pengonsumsian, penggunaan dan pengevaluasian produk setelah
digunakan.
-
Tindakan pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas.
Menurut peter & Olson (2008), memahami perilaku konsumen sangat
penting dalam sebuah bisnis meliputi:
-
Teori perilaku konsumen menyediakan pertanyaan-pertanyaan penting
yang harus dijawab manajer dalam pemasaran produk.
-
Praktik pemasaran dirancang untuk merespon bagaimana perilaku
konsumen mempengaruhi perusahaan, individu dan masyarakat.
-
Semua keputusan dan peraturan pemasaran didasarkan pada asumsiasumsi perilaku konsumen.
-
Keberhasilan dan kegagalan strategi atau program-program pemasaran
yang dirancang dan dilaksanakan perusahaan tergantung pada
pemahaman tentang perilaku konsumen.
-
Perilaku konsumen menjadi dasar bagi manajer pemasaran untuk
merancang strategi pemasaran dan menentukan segmentasi pasar,
pemosisian produk, diferensiasi produk, analisis lingkungan dan
kebijakan-kebijakan publik.
-
Mempelajari perilaku konsumen bermanfaat bagi konsumen agar
mereka bisa menjadi konsumen yang cerdas.
-
Teori perilaku konsumen bisa digunakan untuk memahami perilaku
manusia secara umum.
37 -
Dengan mempelajarri perilaku konsumen bisa diperooleh beberaapa
informasii
mengenaai
orientasii
konsumeen,
fakta-faakta
perilaaku
konsumen dan teori yang
y
membim
mbing prosees berpikir konsumen.
Marketting Stimu
ull
•Product
•Price
•Place
•Promotion
n
Buyyer's Characcteristics
O
Other Stimull
•Eco
onomic
•Tecchnological
•Pollitical
•Cultural
•Cultural
•Social
•Personaal
•Psychological
Buyer's Decisions B
Proces
Buyerr's Decisions
•Problem R
Recognition
•Information R
Research
•Evaluation
•Postpurchase B
Behavior
•Product Choice
•Brand
d Choice
•Dealeer Choice
•Purch
hase Timing
•Purch
hase Amou
unt
G
Gambar
2.6 Model
M
Perilaaku Konsum
men
Gambar
G
diatas menunjukkkan terdapaat tiga dimeensi dalam model
m
perilaaku
konsum
men yaitu Stimulus Pemasaran
P
dan Stimuulus Lain, Kotak Hitaam
Konsu
umen dan Respon Konsuumen.
1.
1 Stimulus Ganda
masar yaitu berupa
b
strateegi
Stimulus yang dijalannkan produssen atau pem
bauran peemasaran yaang terdiri daari produk, harga,
h
tempaat dan promoosi.
2.
2 Stimulus Lain
m
uhi perilakuu konsumen adalah fakttor
Stimulus lain yang mempengaru
lingkungaan yakni:
-
Konddisi Ekonomii
Konddisi ekonom
mi mempenggaruhi perillaku konsum
men. Konddisi
ekonoomi yang stabil
s
dan baik akan memudahkkan konsum
men
38 merencanakan pembelian, namun ketika kondisi ekonomi tidak
stabil, tidak mudah bagi konsumen untuk membuat keputusan
pembelian produk. Beberapa variabel yang berkaitan dengan
kondisi ekonomi yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi nasional,
regional dan internasional; peredaran uang; tekanan inflasi;
tekanan deflasi; daya beli konsumen; dan nilai tukar uang.
-
Politik
Variabel
politik
yang
mempengaruhi
kegiatan
pemasaran
diantaranya adalah kebijakan fiscal moneter, hubungan pemerintah
dengan
industri,
situasi
dan
kondisi
politik
di
tingkat
lokal/regional/nasional dan peraturan khusus di bidang pemasaran.
-
Budaya
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam budaya
adalah gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma, kepercayaan,
kebiasaan, selera dan kelas sosial masyarakat.
-
Teknologi
Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang teknologi,
kebutuhan dan keinginan konsumen pun meningkat baik secara
kualitas maupun kuantitas.
3. Kotak hitam konsumen
Dimensi kedua dari model perilaku konsumen dalam pembelian adalah
adalah kotak hitam konsumen yang mencakup:
39 a. Karakteristik konsumen, yaitu jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan penghasilan dan kelas sosial budaya.
b. Proses pengambilan keputusan, yaitu konsumen dimulai dengan
dirasakannya beberapa masalah yaitu kebutuhan dan keinginan
yang belum terpuaskan, pencarian informasi, pengevaluasi,
pembuatan keputusan pembelian dan diakhiri dengan tindakan
pasca pembelian.
4. Respon konsumen
Dimensi ketiga dari model perilaku konsumen adalah respon
konsumen terhadap stimulus produsen atau pemasar. Respon
konsumen dapat berupa tindakan membeli atau tidak membeli produk
yang ditawarkan produsen atau pemasar. Faktor-faktor utama penentu
keputusan pembelian konsumen yaitu Faktor Psikologis (persepsi,
motivasi, pembelajaran sikap, kepribadian), Faktor Situasional
(keadaan sarana dan prasaran tempat belanja, waktu berbelanja) dan
Faktor Sosial (undang-undang/peraturan, keluarga, kelas sosial dan
budaya).
40 2.11.3 Customer Motivation
Self Actualization
Self ‐ Esteem
Social (Love/Belonging)
Safety
physiological
Gambar 2.7 Maslow Hierarchy
Di dalam teori Maslow dijlelaskan mengenai lima kebutuhan manusia, kelima
kebutuhan ini adalah:
1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan dasar seperti sandang,
pangan, papan, dan kebutuhan biologis seperti seks, tidur dan rekreasi.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamtan merupakan kebutuhan aman dari
ancaman, kesehatan, dan kepastian pekerjaan dan materi.
3. Kebutuhan sosial, merupakan kebutuhan dalam memiliki teman,
keluarga dan cinta.
4. Kebutuhan penghargaan diri, merupakan kebutuhan memiliki citra diri
dan dihargai orang lain.
41 5. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk bertindak
sesuai keinginan seperti kreatifitas dan moralitas.
Berdasarkan teori ini, manusia membutuhkan rekreasi untuk memenuhi
kebutuhan fisologis, diantara beberapa jenis rekreasi, didalm bisnis terdapat
jenis-jenis rekreasi yang ditawarkan diantaranya pariwista rekreasi dan
pariwisata alam.
2.12 Perencanaan dan Perkiraan Keuangan
Sebuah bisnis akan berjalan dengan baik apabila perencanaan dan perkiraan
keuangannya sesuai dengan tersusun dengan baik. Hal ini untuk membuat bisnis yang
sedang dijalani dapat berkembang dan juga bertahan. Perencanaan dan perkiraan
keuangan haruslah menggambarkan kondisi financial perusahaan secara akurat.
2.12.1 Financial Report
Pelaporan keuangan dasar yang harus dimiliki perusahaan dan dibutuhkan
dalam business model creation adalah sebagai berikut :
1. Balance Sheet
Balance Sheet merupakan instrument dari financial statement yang
menyajikan posisi dan besaran assets pada suatu periode waktu
tertentu.(Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 23)
2. Income Statement
Income Statement merupakan instrument dari financial statement yang
menyajikan posisi revenuea dan expenses yang menghasilkan net-
42 income stsu net-loss dasr suatu perusahaan pada suatu periode waktu
tertentu. (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 23)
3. Cash Flow
Cash Flow merupakam instrument dari financial statement yang
menyediakan informasi keuangan mengenai uang masuk (cash receipt)
dan uang keluar (cash Payment) dari suatu perusahaan pada suatu
priode waktu tertentu. (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 23)
2.12.2 Analisa Investasi
Analisa Investasi digunakan oleh perusahaan untuk mengukur nilai
investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha pada masa yang akandatang.
1. Net Present Value (NPV)
NPV adalah selisih antara nilai investasi dimana sekarang dengan
nilai proyeksi penghasilan yang diharapkan di masa yang akan dating.
Investment Project dapat diterima jika NPV dari suatu project tersebut
bernilai negative.(Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 336)
Rumusan NPV :
NPV =
Keterangan:
−C0 = Initial Investment
C = Cash Flow
r = Discount Rate
T = Time
43 2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR dijelaskan sebagai tingkat pengembalian yang digunakan dalam
capital Budgeting.Dalam Perhitungannya IRR menggunakan pola trial and
error.(Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 345)
Rumusan IRR :
.
∑
Keterangan:
n= number of cash flows
CFi = cash flow at period i
IRR = Internal Rate of Return
3. Paybak Periode (PP)
Payback Periode didefinisikan sebagai periode waktu yang
dibutuhkan perusahaan untuk mengembalikan initial cash atau mencapai
break event point (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 355)
Rumusan Payback Period :
Payback Period =
4. Break Event Point (BEP)
BEP adalah singkatan dari Break Even Point. BEP atau titik impas
merupakan keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak
memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. (Weygandt, Kimmel,
& Kieso, 2011)
44 Rumus perhitungan BEP dibagi menjadi dua, yaitu perhitungan BEP
dalam unit dan perhitungan BEP dalam rupiah. Untuk menghitung BEP
dalam unit dapat dilakukan dengan rumus:
BEP (Unit) = Total Biaya Tetap : (Harga Jual – Biaya per unit)
Sedangkan, untuk menghitung BEP dalam rupiah dapat dilakukan
dengan rumus:
BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap : 1 – (Biaya per unit : Harga
Jual)
5. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bersih. NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 % (Weygandt, Kimmel, &
Kieso, 2011).
Rumus untuk menghitung NPM adalah sebagai berikut :
Net Profit Margin =
x 100%
6. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan
dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan
operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok
45 penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik
operasi perusahaan (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011)
Rumus untuk menghitung GPM adalah sebagai berikut:
Gross Profit Margin =
7. Return of Investmen (ROI)
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia didalam perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Weygandt,
Kimmel, & Kieso, 2011).
Return on Investment dihitung dengan rumus:
ROI =
2.13 TOWS (Threat-Opportunity-Weakness-Strength) Analisis
Menurut Koontz & Weilhrich (2009) TOWS analisis merupakan kebalikan dari
SWOT analisis, dimana TOWS dimulai dari faktor-faktor eksternal dengan
melakukan analisis Threat dan Opportunity, kemudian baru menganalisis faktor
46 internal yaitu Strength dan Weakness.). TOWS merupakan salah satu alat untuk
menganalisis bisnis baru dari sisi eksternal (threats dan opportunities) dan sisi
internal (strengths dan weakness). Dengan kata lain analisis ini menggunakan
pendekatan “outside-in”. Outside dapat diartikan sebagai kondisi pasar yang ada saat
ini. Analisis TOWS lebih melihat ke masa depan, berbeda dengan SWOT yang
cenderung melihat masa lalu. Dengan cara pandang “outside-in” maka perusahaan
dapat menyusun strategi yang tepat. Setelah menganalisis faktor eksternal,
perusahaan melihat ke faktor internal , apa saja yang merupakan kekuatan kompetitif
dari perusahaan dan apa saja yang perlu di persiapkan untuk menghadapi kompetitor.
TOWS analysis terdiri dari empat kotak, yaitu SO Strategy, WO Strategy, ST
Strategy, dan WT Strategy. Penjelasan mengenai empat strategi tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Strength Opportunity (SO) Strategy
Strength Opportunity Strategy menggunakan kekuatan dari sebuah
perusahaan untuk mengambil peluang yang paling diinginkan. Apabila
perusahaan ini memiliki kelemahan ataupun ancaman, maka perusahaan ini
akan berupaya untuk mengatasinya dan berfokus pada kesempatan yang ada.
2. Weaknesses Opportunity (WO) Strategy
Weaknesses
Opportunity
Strategy
digunakan
untuk
berupaya
meminimalkan kelemahan dan memaksimalkan peluang yang ada.
Contohnya sebuah perusahaan memiliki kelemahan yang pada karyawan
(internal), maka karyawan tersebut dikirim keluar agar dapat belajar dengan
47 asumsi
akan
mendapatkan
peluang
(eksternal)
untuk
memperoleh
keuntungan.
3. Strength Threats (ST) Strategy
Strength Threats Strategy digunakan berdasarkan kekuatan yang
dimiliki perusahan dalam menghadapi ancaman yang ada. Hal ini dilakukan
dengan cara memaksimalkan cara yang sudah ada dan meminimalkan cara
yang akan datang, misalkan teknologi, teknik pemasaran, ataupun keuangan
yang sudah ada untuk melawan ancaman teknik baru dari pesaing.
4. Weaknesses Threats (WT) Strategy
Weaknesses Threats Strategy bertujuan untuk mengurangi kelemahan
dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan. Salah satu cara untuk
melakukan Weaknesses Threats Strategy adalah melalui joint venture,
menahan diri, ataupun likudasi.
INTERNAL
INTERNAL
STRENGTHS
WEAKNESSES
STRENGTH -
WEAKNESSES -
OPPORTUNITY
OPPORTUNITY
STRATEGY
STRATEGY
EXTERNAL
STRENGTH - THREATS
WEAKNESSES –
THREATS
STRATEGY
THREATS
TOWS ANALYSIS
EXTERNAL
OPPORTUNITIES
Gambar 2.8 TOWS Analysis Matrix
48 2.14 PESTEL Analysis
Gambar 2.9 Component of a Companies Macro Environment
Setiap perusahaan yang beroperasi dalam "lingkungan makro" dengan
cangkupan yang luas. Lingkungan tersebut mencakup enam komponen utama
diantaranya adalah faktor-faktor politik, kondisi ekonomi di lingkungan umum
perusahaan (lokal, negara, regional, di seluruh dunia), kekuatan sosial budaya, faktor
teknologi, faktor lingkungan (mengenai lingkungan alam) , dan kondisi hukum /
peraturan.
Setiap
komponen
ini
memiliki
potensi
untuk
mempengaruhi
keberlangsungan bisnis pada suatu perusahaan bahkan suatu industri. Analisis dari
faktor-faktor ini sering disebut sebagai analisis PASTEL, yang berfungsi sebagai
49 pengingat dari enam komponen yang terlibat. (Thompson, Peteraf, Gamble, &
Strickland, 2014)
Keenam komponen lingkungan makro:
1. Political factors
Faktor ini berisi tentang berbagai kebijakan dan proses politik, termauk
sejauh mana pemerinah turut campur tangan dalam perekonomian. Termasuk
dalam bidang kebijakan pajak, kebijakan fiscal, tariff, iklan politik dan
kekuatan dari lembaga seperti system perbankan federal.
2. Economic conditions
Kondisi ekonomi termasuk iklim umum ekonomi dan faktor-faktor
tertentu seperti suku bunga, nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat pengangguran,
tingkat pertumbuhan ekonomi, defisit perdagangan atau surplus, tingkat
tabungan, dan produk domestik per kapita. Ekonomi, faktor juga mencakup
kondisi di pasar saham dan obligasi, yang dapat mempengaruhi kepercayaan
konsumen dan pendapatan tambahan. Beberapa industri, seperti konstruksi,
sangat rentan terhadap penurunan ekonomi.Dalam hal ini industry ritel akan
diuntungkan ketika kondisi ekonomi secara umum melemah, sebagai
konsumen menjadi lebih sadar harga dan biasanya lebih memilih produk
dengan harga yang lebih murah.
3. Sociocultural forces
Kekuatan sosial budaya termasuk nilai-nilai sosial, sikap, faktor budaya,
dan gaya hidup yang akan berdampak pada bisnis, serta faktor demografi
seperti jumlah populasi, tingkat pertumbuhan dan pembagian usia. Kekuatan
50 sosial budaya bervariasi karena adanya perubahan dari waktu ke waktu serta
adanya pengaruh dari faktor lokal. Salah satu contohnya kecenderungan
menuju gaya hidup sehat meningkatkan penjualan alat olah raga dan tempat
fitness. Sementara penurunan penjualan terhadap alcohol dan makanan ringan.
Demografi penduduk dapat berpengaruh besar dalam sebuah industri seperti
industry kesehatan, di mana biaya dan kebutuhan layanan bervariasi dengan
faktor demografi seperti usia dan distribusi pendapatan
4. Technological factors
Faktor
teknologi
meliputi
laju
perkembangan
teknologi
dan
perkembangan teknis dimana telah memiliki potensi untuk berdampak secara
luas di kalangan masyarakat, seperti rekayasa genetika dan nanoteknologi.
Dalam hal ini termasuk lembaga yang terlibat dalam menciptakan
pengetahuan baru dan mengendalikan penggunaan teknologi, seperti
persetujuan R&D, hokum paten dan copyright, dan pengawasan pemerintah
terhadap internet. Perkembangan teknologi mempu menciptakan sebuah
industri baru seperti perusahaan yang berdasarkan nanoteknologi, dan
mengganggu pihak lain, seperti industri rekaman.
5. Environmental forces
Faktor ini merupakan Faktor ekologi dimana di dalamnya mencakup
seperti cuaca, iklim, perubahan iklim, dan faktor-faktor terkait seperti
kekeringan. Faktor-faktor ini dapat berdampak secara langsung terhadap
industri seperti asuransi, pertanian, produksi energi, dan pariwisata. Hal ini
51 mung
gkin memilliki efek seecara tidak langsung teetapi besar pada indusstri
lainn
nya seperti trransportasi.
6. Lega
al and regulaatory
Faktor-fakttor ini meliiputi peratuuran dan unndang-undanng yang harrus
dipattuhi oleh perusahaan
seperti undang-unddang konsuumen, hukuum
perbu
uruhan, hukuum antitrustt, dan kesehaatan kerja seerta peraturann keselamataan.
Salah
h satunya addalahi undang-undang uppah minimum
m, suatu aturran yang harrus
dipattuhi di sebuuah wilayahh dalam hal kelayakan dalam mem
mberikan uppah
padaa setiap karyaawannya.
2
2.15
Portter’s Five Forces
F
Menurrut Porter, M.E
M (2008), terdapat lim
ma komponnen utama dalam
d
Porterr’s
F Forces, yaitu :
Five
2
The Fivve Forces Thhat Shape Inddustry Comppetition
Gambar 2.10
52 1. Threat of new entry
Adanya threat of new entry, tentunya persaingan semakin ketat dan
keinginan untuk meningkatkan marketshare semakin besar dengan cara
menekan harga, cost, maupun investasi sehingga dapat bersaing dengan yang
lainnya.
Masuknya ancaman baru ini hadir karena adanya tingkat entry barrier
yang rendah. Oleh karena itu, ketika threat of new entry tinggi, maka
perusahaan yang ada harus menekan harga, peningkatan kualitas, penambahan
fitur dan meningkatkan investasi.
2. Bargaining power of supplier
Dalam analisis ini melihat bagaimana cara yang mudah atau sulit untuk
masuk kompetitor baru untuk mulai di industry yang sudah ada. Supplier yang
kuat memiliki nilai tersendri untuk produk atau jasa yang ditawarkan. Harga
produk akan cenderung tinggi karena customer sangat ketergantungan kepada
supplier yang memberikan nilai yang lebih..
Supplier dapat dikatakan kuat apabila memiliki produk yang unik dan
berbeda dari supplier lainnya. Selain itu, tidak adanya produk pengganti juga
menjadi faktor bahwa supplier dikatakan kuat.
3. Bargaining power of buyers
Kuatnya posisi pembeli dilihat dari kekuatan untuk menentukan kemana
pembeli akan melakukan transaksi. Pembeli dapat dikatakan kuat apabila pembeli
yang menuntut produk atau jasa yang berkualitas baik dengan membuat harga
53 produk atau jasa menjadi serendah-rendahnya. Seorang pembeli yang memiliki
tingkat negosiasi tinggi adalah pembeli yang kuat.
Faktor yang membuat seorang pembeli memiliki posisi yang kuat antara
lain sedikitnya pembeli untuk produk atau jasa yang ditawarkan, kuantitas produk
yang akan dibeli jumlahnya besar, produk atau jasa yang ditawarkan bersifat
umum, banyaknya supplier lain yang memiliki produk sama.
4. Threat of substitutes
Ancaman produk atau jasa pengganti dimana dengan mudahnya produk dan
jasa pengganti masuk kedalam industri yang sudah ada. Kriteria dari sebuah
produk pengganti adalah produk atau jasa yang memiliki fungsi yang sama
walaupun memiliki bentuk yang berbeda. Contoh sederhananya adalah nasi yang
dapat digantikan dengan jagung sebagai penyedia karbohidrat. Sebuah produk
yang ingin bertahan dari penggantinya harus membuat perbedaan yang cukup
jauh baik dari sisi performa maupun marketing-nya.
Ancaman produk pengganti ini dikatakan tinggi apabila menawarkan
perbandingan price per performance yang menarik maupun biaya untuk beralih
ke produk pengganti tersebut rendah.
5. Competitive rivalry in an industry
Bersaing dengan kompetitor yang sudah ada tentunya menjadi tantangan
tersendiri bagi suatu perusahaan. Persaingan ini dapat dilihat dari harga yang
baru, iklan, produk baru, dan peningkatan dari sisi produk dan jasa.
54 Persaingan diantara para pemain yang sudah ada di dalam suatu
industry dikatakan tinggi apabila jumlah competitor yang banyak,
perkembangan industry yang lambat, dan exit barriers yang tinggi.
2.16 Business Model Canvas
Gambar 2.11 Business Model Canvas
Business Model menjelaskan pendekatan rasional bagaimana sebuah bisnis
usaha membuat (create), menyampaikan (deliver) dan menangkap (capture) sesuatu
yang memiliki nilai (value). (Osterwalder, 2010)
Business Model terbangun atas sembilan blok dasar ( 9 building blocks) yang
saling terhubung satu sama lain sehingga memperkuat bentuk usaha bisnis. Sembilan
building blocks tersebut antara lain :
55 2.16.1 Customer Segments
Customer Segments adalah berbagai kelompok orang atau organisasi
perusahaan bertujuan untuk menjangkau dan melayani pelanggan. Pelanggan
merupakan hal penting dari setiap model bisnis (Osterwalder, 2010, hal. 20)
Tanpa pelanggan, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan lama. dalam rangka
untuk lebih memuaskan pelanggan, perusahaan dapat mengelompokkan mereka
ke dalam segmen yang berbeda dengan kebutuhan umum, perilaku umum, atau
atribut lainnya.
Model bisnis dapat mendefinisikan satu atau beberapa segmen pelanggan
besar atau kecil. Sebuah organisasi harus membuat keputusan mengenai segmen
mana yang dilayani dan segmen mana yang diabaikan. Setelah keputusan ini
dibuat, sebuah model bisnis dapat dirancang berpacu pada pemahaman yang
kuat tentang kebutuhan spesifik pelanggan.
Customer Segments dikelompokkan menjadi 3 segmen :
1. Mass market, segmen pasar umum dimana semua masyarakat
dianggap
sebagai
pelanggan
perusahaan
tanpa
dilakukan
pembedaan.
2. Niche market, segmen pasar khusus yang memiliki permintaan
yang unik dan berbeda dari segmen pasar umumnya. Untuk
memasuki segmen ini produk dan jasa yang ditawarkan perlu
dilakukan penyesuaian khusus sesuai dengan permintaan yang
dinginkan segmen ini.
56 3. Segmented, segmen pasar dibagi menjadi beberapa kategori namun
dengan kebutuhan dan masalah yang serupa namun memiliki
perbedaan pada instensitas kebutuhannya.
4. Diversified, dua jenis segmen yang tidak berhubungan dan juga
memiliki perbedaan kebutuhan dan masalah
5. Multi – sided platform, dua jeni segmen yang memiliki perbedaan
kebutuhan dan masalah namun masih berhubungan.
2.16.2 Value Proposition
Value Propositions menggambarkan rangkaian produk dan jasa yang
menciptakan nilai untuk segmen pelanggan tertentu (Osterwalder, 2010, hal. 22)
Value Propositions adalah alasan mengapa pelanggan beralih dari suatu
perusahaan ke perusahaan yang lain. Itu menyelesaikan masalah pelanggan atau
memenuhi kebutuhan pelanggan. Setiap Value Propositions terdiri dari
rangkaian produk terpilih dan / atau jasa yang melayani kebutuhan dari segmen
pelanggan tertentu.
2.16.3 Channels
Channels menggambarkan bagaimana perusahaan berkomunikasi dengan
pelanggan dan menjangkau Customer Segments untuk menyampaikan Value
Propositions (Osterwalder, 2010, hal. 26)
Fungsi Channels antara lain :
1. Meningkatkan kesadaran di antara para pelanggan tentang produk
dan jasa perusahaan.
57 2. Membantu
pelanggan
mengevaluasi
Value
Propositions
perusahaan.
3. Memungkinkan pelanggan untuk membeli produk dan jasa
tertentu.
4. Menyampaikan Value Propositions kepada pelanggan
5. Memberikan dukungan purna jurnal kepada pelanggan
2.16.4 Customer Relationship
Customer
Relationship
menggambarkan
bagaimana
perusahaan
membangun hubungan dengan segmen pelanggan tertentu (Osterwalder, 2010,
hal. 28) Customer relationship dapat didukung oleh motivasi sebagai berikut :
1. Akuisisi pelanggan
2. Retensi pelanggan
3. Meningkatkan penjualan
2.16.5 Revenue Stream
Revenue Stream merupakan kas perusahaan yang dihasilkan dari setiap
segmen pelanggan dimana biaya harus dikurangkan dari pendapatan untuk
menciptakan laba (Osterwalder, 2010, hal. 30)
Bisnis Model dapat melibatkan dua tipe Revenue Stream yang berbeda :
1. Pendapatan transaksi dihasilkan dari satu kali pembayaran
pelanggan.
2.
Pendapatan
berulang
yang
dihasilkan
dari
pembayaran
berkelanjutan baik memberikan proposisi nilai kepada pelanggan
atau memberikan imbalan dukungan pelanggan pasca pembelian.
58 2.16.6 Key Resources
Key Resources menggambarkan aset paling penting yang dibutuhkan
untuk membuat model bisnis bekerja (Osterwalder, 2010, hal. 34). Resources
tersedia bagi perusahaan untuk membuat dan menawarkan Value Proposition,
mencapai target pasar, memelihara hubungan dengan segmen pelanggan dan
menghasilkan pendapatan. Key Resources dapat berbentuk fisikal, financial,
intelektual atau manusia. Key Resources dapat dimiliki sendiri atau disewa oleh
perusahaan atau diakuisisi dari Key Partners.
2.16.7 Key Activities
Key Activities menggambarkan hal yang paling penting harus dilakukan
oleh perusahaan untuk membuat model bisnis bekerja agar pengoperasian nya
dapat berjalan dengan sukses (Osterwalder, 2010, hal. 36)
2.16.8 Key Partnership
Key Partnership menggambarkan siapa saja jaringan supplier dan rekan
kerja bisnis yang membuat model bisnis bekerja menjadi lebih sukses
(Osterwalder, 2010, hal. 38).
Kita dapat membagi tipe partnership menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Aliansi strategi antara perusahaan bukan pesaing.
2. Competition : strategi berpartner antar perusahaan pesaing
3. Joint venture untuk mengembangkan bisnis baru.
4. Hubungan antara pembeli-suplier untuk menjamin pasokan yang
dapat diandalkan.
59 2.16.9 Cost Structure
Cost structure menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan model bisnis (Alexander Osterwalder, 2012, P40). Blok dasar
ini menggambarkan biaya paling penting yang dikeluarkan sementara
pengoperasian terjadi.
Download