BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010, p. 11) menjabarkan kata–kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: • Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan “Travel”. • Pariwisata : Perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dalam bahasa Inggris disebut dengan “Tour”. • Wisatawan : Orang yang melakukan perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan “Travelers”. • Kepariwisatan : Hal–hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam bahasa Inggris disebut dengan “Tourisme”. 2.2 Pariwisata Pariwisata memiliki arti yang sangat luas. Pengertian pariwisata bukanlah sekedar bepergian dan melakukan kegiatan untuk mengisi waktu luang. Pariwisata berkaitan dengan obyek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, transportasi yang digunakan, pelayanan, restoran, akomodasi, hiburan, interaksi antara wisatawan dengan penduduk setempat, serta industri yang terkait. Oleh karena itu, pariwisata merupakan suatu lembaga dengan banyak interaksi dengan sektor lainnya, yang 12 13 mengakibatkan jutaan orang menjadi bagian dari kelembagaan ini. Dengan kata lain konsep pariwisata adalah konsep yang multidimensi, yaitu menyangkut banyak aspek, seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan aspek-aspek lainnya. Menurut beberapa ahli pengertian pariwisata adalah sebagai berikut: 1. Pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan di suatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi sematamata untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam (Yoeti, 2010). 2. Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Sinaga, 2010). 3. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 4. Pariwisata adalah kegiatan orang-orang yang bepergian tinggal di tempat di luar lingkungan mereka selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, berbisnis dan tujuan lainnya (UNWTO, 2010) 14 Dari banyaknya pengertian pariwisata, maka semakin sulit untuk membatasi pengertian pariwisata itu sendiri. Namun dari seluruh definisi diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi suatu tempat, yang sifatnya sementara dan tidak melakukan pekerjaan yang langsung menghasilkan pendapatan dari tempat-tempat yang dikunjungi. Pengertian melakukan suatu perjalanan, berarti keluar dari tempat asalnya (tourist generating area), dan apabila perjalanan tersebut selesai, maka akan kembali ke daerah asalnya. Berdasarkan lamanya perjalanan ini, maka kemudian ada yang menginap ditempat yang dikunjungi dan adapula yang langsung pulang. 2.3 Wisatawan Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan sangat beragam, tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda. Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010, p. 12). 15 Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18): 1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual. 2. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok. 3. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi. 4. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan. 2.4 Kepariwisataan Beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian kepariwisataan adalah sebagai berikut: 1. Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan batasan pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “…kepariwisataan adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal ditempat itu untuk melakukan pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara”. 2. Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisatan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan 16 jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar negri). Host and Guest (1989) dalam (Kusumaningrum, 2009, p. 3) mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut: 1. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik. 2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia. 3. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak social dengan suasana santai. 4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut. 5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut. 6. Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya. 17 7. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya. 2.5 Berkemah (Camping) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemah adalah tempat tinggal yang darurat biasanya hanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah yang dibuat dari kain terpal dan sebagainya. Jadi berkemah mempunyai arti yaitu hidup diluar rumah dalam beberapa waktu. Dengan menggunakan tenda dan alat-alat yang sederhana serta cara dan tujuan yang benar. Berkemah sebagai aktivitas rekreasi mulai popular pada awal abad ke-20. Kegiatan ini juga umumnya disertai dengan kegiatan rekreasi luar ruangan lainnya, seperti mendaki gunung berenang memancing dan bersepeda gunung. 2.6 Motorhome Menurut David Batten-Hill dalam buku Motorhomes: The Complete Guide (Batten-Hill, 2010, hal. 14) “A motorhome (or motor coach) is a type of self-propelled recreational vehicle or RV which offers living accommodation combined with a vehicle engine. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan Motorhome merupakan tipe kendaraan rekreasi yang menawarkan akomodasi rumah tinggal yang dikombinasikan dengan mesin kendaraan yang bergerak otomatis layaknya rumah berjalan. 18 2.6.1 Jenis-jenis Motorhome Motorhome terbagi dalam lima jenis dilihat dari ukuran dan kegunaanya, menurut National Caravan Council A Class, Coachbuilt, Campervan, Lowprofile, dan Micro 1. A Class Gambar 2.1 Motorhome A Class Salah satu jenis rumah mobil mewah dengan ruang tidur yang nyaman, ukuran dapur yang tidak kecil beserta kamar mandi. 2. Coachbuilt Gambar 2.2 Motorhome Coachbuilt Salah satu jenis motorhome yang popular dengan model dan spesifikasi dengan kualitas tinggi. Jenis ini menyediakan ruang tidur ekstra, sangat cocok untuk keluarga. 19 3. Campervan Gambar 2.3 Motorhome Campervan Campervan memiliki 2 jenis pilihan, atap yang meninggi dan atap terbuka, keduanya memiliki kenyamanan yang sama layaknya rumah, mudah dikerendarai dan dapat diganti menjadi mobil keluarga. 4. Lowprofile Gambar 2.4 Motorhome Lowprofile Memungkinkan penyimpanan ekstra, bentuk lebih ramping dan hemat bahan bakar, merupakan kendaraan yang ideal bagi dua orang yang ingin memiliki banyak ruang karena memiliki banyak layout didalamnya. 5. Micro Gambar 2.5 Motorhome Micro 20 Mudah dikendarai hampir serupa dengan mobil biasa cocok untuk satu atau dua orang yang ingin bepergian. 2.7 Pemasaran Kegiatan pemasaran sering diartikan sebagai kegiatan dalam memasarkan suatu produk yang diperjual belikan oleh perusahaan dan ditujukan kepada para konsumen. Namun jika dilihat makna sebenarnya pemasaran bukan hanya sekedar menjual produk saja, akan tetapi pemasaran juga memiliki aktvitas penting dalam menganalisis dan mengevaluasi segala kebutuhan dan keinginan para konsumen. Pemasaran juga meliputi segala aktivitas di dalam perusahaan. (Kotler & Keller, 2012) Adapun definisi pemasaran menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2012, hal. 27) yang mengatakan bahwa: “Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa pemasaran merupakan proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok untuk mendapatkan kebutuhan atau keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempetukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. 2.8 Strategi Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2012), strategi pemasaran adalah strategi yang menggabungkan semua tujuan pemasaran ke dalam satu rencana yang komperhensif. 21 Sebuah strategi pemasaran yang baik harus diambil dari riset pasar dan fokus pada bauran produk yang tepat untuk mencapai potensi keuntungan maksimum dan mempertahankan bisnis. Strategi pemasaran adalah dasar dari rencana pemasaran. Di dalam bisnis model ini akan menggunakan dua strategi pemasaran, strategi STP Analisis dan Bauran Pemasaran 2.8.1 STP (Segmenting, Targeting, dan Postioning) Analisis Segmenting, Targeting, dan Positioning atau STP adalah suatu langkah dalam marketing untuk menentukan calon customer potensial dan tepat. Calon Customer ini nantinya akan merupakan target utama dari penjualan produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Bygrave & Zacharakis (2014, hal. 161162). 2.8.1.1 Segmenting Dalam proses segmenting, customer dan pasar akan digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kriteria tertentu. 1. Market Segmenting Market Segmenting adalah proses Segmenting pasar yang membagi pasar menjadi beberapa kelompok. Menurut Kotler & Keller (2012, hal. 254), Market Segmenting dibagi menjadi lima level yaitu: a. Mass Marketing Mass Marketing adalah titik utama dalam Segmenting berdasarkan pasar. Yang termasuk dalam Mass Marketing 22 perusahaan yang melakukan produksi, distribusi dan promosi secara massal untuk sebuah produk. b. Segmenting Marketing Segmented Marketing membagi customer berdasarkan keinginan dan kebutuhan mereka. Dalam proses marketing ini, customer yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama atau mirip dikelompokkan. Dengan mengelompokan customer berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang mirip. c. Niche Marketing Dalam Niche Marketing, pembagian dalam Segment Marketing dibagi kembali. Pembagian tersebut akan menciptakan sebuah subsegment. Subsegment ini memiliki customer yang lebih sedikit dan memiliki ciri khas tertentu. Ciri khas inilah yang menjadi keunggulan dari perusahaan tersebut. d. Local Marketing Dalam Local Marketing pembagian customer berdasarkan beberapa area tertentu. Aktifitas Marketing dari Local Marketing berkutat di sekitar bagaimana menjangkau customer sedekat mungkin dengan produk atau jasa suatu perusahaan. e. Individual Marketing Aktifitas utama dari Individual Marketing adalah menawarkan suatu produk atau jasa yang lebih individu. Dengan kata lain, perusahaan menawarkan produk atau jasa yang sesuai 23 dengan keinginan customer. Aktifitas Marketing ini tidak dapat dilakukan oleh semua perusahaan karena proses Marketing memiliki kompleksitas yang tinggi, dimana setiap individu memiliki keinginan yang berbeda satu dengan yang lain. 2. Consumer Markets Segmenting Consumer Markets Segmenting dibagi menjadi empat kategori yaitu berdasarkan geografis, demografis, psikografis dan perilaku (behavior). a. Geographic Segmentation Geographic Segmentation adalah segmentasi dengan membagi customer berdasarkan letak geografiknya. Daerah geografik yang dimaksud adalah seperti Kota, Provinsi maupun Negara. b. Demographic Segmentation Demographic Segmentation adalah segmentasi dengan membagi customer berdasarkan variable-variabel tertentu, seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan, agama, kelas sosial dan pendidikan. c. Psychographic Segmentation Psychographic Segmentation adalah segmentasi dengan membagi customer berdasarkan keadaan psikologi dari customer. 24 Dalam suatu demografik sangat mungkin anggotanya memiliki keadaan psikologi yang berbeda-beda satu sama lain. d. Behavioral Segmentation Behavioral membagi Segmentation customer adalah berdasarkan segmentasi pengetahuan, dengan kelakuan, kegunaan dan tanggapan akan produk yang akan ditawarkan 3. Business Markets Segmenting Business Markets Segmenting adalah segmentasi market bisnis berdasarkan variable-variabel tertentu. Variabel-variabel tersebut sama dengan Consumer Markets. Variabel-variabelnya antara lain adalah Demographic, Operation Variables, Purchasing Apporaches, Situational Factors dan Personal Characeristics. 2.8.1.2 Targeting Menurut Kotler dan Keller (2012, hal. 254) setelah membagi-bagi pasar menjadi beberapa kategori, aktifitas yang perlu dilakukan berikutnya adalah menentukan segmen atau kategori mana yang akan perusahaan tuju sebagai customer utama. terdapat lima buah pola dalam menentukan target pasar. Pola tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Single Segment Concentration Dalam Single Segment Concentration perusahaan hanya menyasar satu buah segmen. Segala proses aktifitas bisnisnya seperti operasi, distribusi dan promosi hanya berkutat di segmen tersebut 25 saja. Namun dengan hanya menyasar satu segmen maka akan ada saatnya segmen tersebut berada dalam masa suram. Selain itu adanya pesaing juga akan memperlemah perusahaan tersebut. 2. Selective Specialization Dalam Selective Specialization, perusahaan akan memilih segmen mana yang menarik dan tepat bagi perusahaan. Ada kemungkinan antara satu segmen dengan yang lain tidak saling berhubungan, namun yang penting adalah bahwa segmen tersebut menghasilkan banyak uang bagi perusahaan. 3. Product Specialization Dalam Product Specialization, perusahaan akan membuat satu produk yang dapat dijual kepada beberapa pasar. Kekurangan dari target market dengan pola ini adalah perkembangan teknologi yang akan membuat produk milik perusahaan akan ketinggalan dibandingkan pesaing. 4. Market Specialization Dalam Market Specialization, perusahaan akan membuat banyak produk untuk satu pasar saja. Dengan kata lain, perusahaan akan menyediakan segala produk yang dibutuhkan oleh customer. Kelemahan dari pola ini adalah ketika customer mengurangi pengeluarannya untuk membeli produk perusahaan. 26 5. Full Market Coverage Dalam Full Market Coverage, Perusahaan akan menyediakan banyak produk untuk melayani kebutuhan segala jenis customer. Untuk dapat melakukan pola Targeting ini dibutuhkan perusahaan yang besar, agar dapat menutupi segala kegiatan operasi, distribusi, dan promosi. 2.8.1.3 Postioning Positioning adalah aktifitas untuk menempatkan brand atau merek perusahaan dalam pikiran customer yang menjadi target dari produk atau jasa yang ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan tingkat keuntungan yang didapat oleh perusahaan. (Kotler & Keller, 2012). 2.8.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran pemasaran (Marketing mix) yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para konsumen. Pengertian bauran pemasaran menurut (Kotler & Amstrong, 2012, hal. 75). “The marketing mix is the set of tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in the target market.” 27 Definisi tersebut menjelaskan bahwa Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong dalam bukunya Principle of Marketing (2012, hal. 75) adalah seperangkat alat pemasaran terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam istilah 4P, yaitu product ( produk), price (harga), place (tempat atau saluran distribusi), dan promotion (promosi), sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti people (orang), physical evidence (fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga dikenal dengan istilah 7P maka dapat disimpulkan bauran pemasaran jasa yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence, and process. Adapun pengertian 7P menurut Kotler dan Amstrong (2012:62) 1. Produk Produk (product), adalah mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan mengubah produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk atau jasa. 2. Harga Harga (price), adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus 28 menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagi variabel yang bersangkutan. 3. Distribusi Distribusi (place), yakni memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga untuk melayani pasar sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan perniagaan produk secara fisik. 4. Promosi Promosi (promotion), adalah suatu unsur yang digunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa yang baru pada perusahaan melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, maupun publikasi. 5. Sarana Fisik Sarana fisik (Physical Evidence), merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya. 6. Orang Orang (People), adalah semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Semua sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian 29 karyawan dan penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa. 7. Proses Proses (Process), adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa itu sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai bauran pemasaran (marketing mix), maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran memiliki peranan yang berpengaruh dalam menentukan penjualan sehingga dapat mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. 2.9 Produk Banyak orang berpikir produk adalah sebuah tawaran yang berwujud, namun sebenarnya produk memiliki dimensi yang lebih daripada itu. Produk menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2012, hal. 347) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide. Istilah lain dari produk yaitu penawaran dan pemecahan. Produk atau penwaran dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu barang 30 fisik, jasa, dan pemcahan. Tingkat kepentingan produk fisik lebih tergantung kepada jasa ayng mereka berikan dari pada kepemilikiannya. 2.9.1 Klasifikasi Produk Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ciricirinya: daya tahan, wujud dan penggunaan (konsumen atau industri) Setiap jenis produk memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai. (Kotler & Keller, 2012, hal. 349). Pada dasarnya barang dapat dikalsifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujud, diantaranya adalah : 1. Barang yang tidak tahan lama (non durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walau biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaa. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering di beli, maka strategi yang tepat adalah dengan menyediakannya di berbagai lokasi, selain itu tipe barang seperti ini hanya membutuhkan marjin yang kecil, dan memasang iklan besar-besaran untuk memancing orang yang mencobanya dan membangun preferensi. 2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang yang berwujud yang biasanya digunakan walaupun sudah digunakan berkali-kali. Produk tahan lama biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mempunyai marjin yang lebih tinggi dan memerlukan biaya lebih banyak garansi dari penjual. 31 3. Jasa (services) adalah produk-produk yang tidak berwujud tidak terpisahkan, dan mudah habis. Akibatnya produk ini biasanya memerlukan pengendalian mutu, kredibiltas pemasok, dan kemampuan penyesuaian lebih tinggi. 2.10 Jasa Dikatakan oleh Kotler & Amstrong (2012, hal. 248) jasa adalah sebuah aktivitas, keuntugan, ataupun kepuasan yang ditawarkan untuk diperjual-belikan yang memiliki nilai intangible dan tidak menghasilkan suatu barang atau bentuk yang nyata. Jasa adalah suatu proses menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk berinteraksi dengan pelanggan sehingga dapat menciptakan nilai pelanggan itu sendiri, yaitu nilai yang bentuknya intangible. 2.10.1 Karakteristik Jasa Adapun karakteristik jasa yang dikemukakan oleh Philp Kotler dan Gary Amstrong (2012, hal. 292), yaitu : 1. Tidak berwujud (intangibility) Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat , dirasa , didengar , diraba atau dicium sebelum ada transaksi pembelian ada beberapa cara dan strategi yang bisa diterapkan dalam penjualan jasa. Misalnya sebuah Bank , maka Bank tersebut harus mampu menciptakan : a. Tempat (place) 32 Yaitu berupa pelayanan interior maupun eksterior Bank yang mampu memberikan kesan yang meyakinan atau menarik pelanggan , misalnya mengenai kebersihan , penataan tempatnya , dan lain-lain. b. Karyawan (people) Yaitu berupa keramahannya , kecepatannya , kerapiannya , dan lain-lain. c. Peralatan (equipment) Yaitu berupa kecanggihan peralatan yang dipergunakan (seperti computer) dan lain-lain. d. Harga (price) Yaitu berupa bunga yang jelas dan bersaing. 2. Tidak dapat dipisahkan (inseparbility) Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya , apakah sumber itu merupakan orang atau mesin , apakah sumber itu hadir atau tidak , produk fisik yang berwujud tetap ada. 3. Berubah-ubah (variabelity) Jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa ini sangat bergantung pada siapa yang menyajikan , kapan dan dimana disajikan , dalam hal pengendalian kualitas. Perusahaan jasa dapat mengambil 3 langkah pokok yaitu : a. Seleksi dan melatih karyawan yang cemerlang. 33 b. Selalu mengstandarisasi proses pelayanan dan organisasi melalui berbagai macam cara seperti menempatan ruangan dan personil pda tempat-tempat tertentu , adanya sarana telepon bagi konsumen yang ingin atau memerlukan telepon. c. Memonitor tingkat kepuasan konsumen melalui sistem saran dalam keluhan , surpei pasar , sehingga dengan demikian pelayanan yang buruk dapat dihindarkan. 4. Jasa dapat musnah (perishability) Berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa saat kemudian. 2.11 Consumer Behavior 2.11.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Dalam menjalankan sebuah bisnis, para pemilik usaha dituntut untuk memahami konsep-konsep dasar dalam ilmu pemasaran dan perilaku konsumen yang terdiri dari kebutuhan, keinginan dan permintaan. Pemahaman atas konsep-konsep dasar ini akan memudahkan produsen menyiapkan konsep pemasaran yang tepat untuk menghadapi perilaku konsumen yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Menurut Sangadji & Sopiah (2013), kebutuhan manusia adalah ketidakberadaan beberapa kepuasaan dasar. Manusia membutuhkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, keamanan, hak milik dan harga diri. 34 Kebutuhan tidak perlu diciptakan oleh pemasar atau produsen karena melekat pada setiap diri manusia. Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Produsen atau pemasar tidak menciptakan kebutuhan tetapi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi keinginan manusia, contohnya manusia membutuhkan nasi tetapi juga tetap membutuhkan kentang goreng, jagung dan minumanminuman segar. Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan berubah menjadi permintaan jika didukung dengan kemampuan dan kesediaan dalam melakukan pembelian. 2.11.2 Perilaku Konsumen Menurut Read & Leeuwen (2010), kehadiran ilmu perilaku konsumen bagi perusahaan sebenarnya bertujuan untuk memprediksi, menjelaskan dan mengendalikan perilaku konsumen. Dengan memprediksi perilaku konsumen, perusahaan bias merancang pola komunikasi yang tepat melalui kegiatan promosi dalam rangka mempengaruhi konsumen sehingga mereka tertarik untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dan perusahaan dapat memprediksi selera konsumen sehingga perusahaan dapat memproduksi barang atau jasa yang sesuai dengan selera konsumen. Kotler (2005) menjelaskan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian dalam bentuk perorangan, kelompok atau organisasi. Masingmasing unit tersebut akan membentuk pasar sehingga muncul pasar individu 35 atau pasar konsumen, unit pembelian kelompok dan pasar bisnis yang dibentuk organisasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah: - Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta dampak dari proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat. - Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian maupun penghabisan barang dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul. - Tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk tersebut dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian yaitu perasaan puas atau tidak puas. Menurut Sangadji & Sopiah (2013), adapun tahap-tahap dalam perilaku konsumen meliputi: - Tahap untuk merasakan adanya kebutuhan dan keinginan. - Usaha untuk mendapatkan produk atau jasa, mencari informasi tentang produk/jasa, harga dan saluran distribusi. 36 - Pengonsumsian, penggunaan dan pengevaluasian produk setelah digunakan. - Tindakan pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas. Menurut peter & Olson (2008), memahami perilaku konsumen sangat penting dalam sebuah bisnis meliputi: - Teori perilaku konsumen menyediakan pertanyaan-pertanyaan penting yang harus dijawab manajer dalam pemasaran produk. - Praktik pemasaran dirancang untuk merespon bagaimana perilaku konsumen mempengaruhi perusahaan, individu dan masyarakat. - Semua keputusan dan peraturan pemasaran didasarkan pada asumsiasumsi perilaku konsumen. - Keberhasilan dan kegagalan strategi atau program-program pemasaran yang dirancang dan dilaksanakan perusahaan tergantung pada pemahaman tentang perilaku konsumen. - Perilaku konsumen menjadi dasar bagi manajer pemasaran untuk merancang strategi pemasaran dan menentukan segmentasi pasar, pemosisian produk, diferensiasi produk, analisis lingkungan dan kebijakan-kebijakan publik. - Mempelajari perilaku konsumen bermanfaat bagi konsumen agar mereka bisa menjadi konsumen yang cerdas. - Teori perilaku konsumen bisa digunakan untuk memahami perilaku manusia secara umum. 37 - Dengan mempelajarri perilaku konsumen bisa diperooleh beberaapa informasii mengenaai orientasii konsumeen, fakta-faakta perilaaku konsumen dan teori yang y membim mbing prosees berpikir konsumen. Marketting Stimu ull •Product •Price •Place •Promotion n Buyyer's Characcteristics O Other Stimull •Eco onomic •Tecchnological •Pollitical •Cultural •Cultural •Social •Personaal •Psychological Buyer's Decisions B Proces Buyerr's Decisions •Problem R Recognition •Information R Research •Evaluation •Postpurchase B Behavior •Product Choice •Brand d Choice •Dealeer Choice •Purch hase Timing •Purch hase Amou unt G Gambar 2.6 Model M Perilaaku Konsum men Gambar G diatas menunjukkkan terdapaat tiga dimeensi dalam model m perilaaku konsum men yaitu Stimulus Pemasaran P dan Stimuulus Lain, Kotak Hitaam Konsu umen dan Respon Konsuumen. 1. 1 Stimulus Ganda masar yaitu berupa b strateegi Stimulus yang dijalannkan produssen atau pem bauran peemasaran yaang terdiri daari produk, harga, h tempaat dan promoosi. 2. 2 Stimulus Lain m uhi perilakuu konsumen adalah fakttor Stimulus lain yang mempengaru lingkungaan yakni: - Konddisi Ekonomii Konddisi ekonom mi mempenggaruhi perillaku konsum men. Konddisi ekonoomi yang stabil s dan baik akan memudahkkan konsum men 38 merencanakan pembelian, namun ketika kondisi ekonomi tidak stabil, tidak mudah bagi konsumen untuk membuat keputusan pembelian produk. Beberapa variabel yang berkaitan dengan kondisi ekonomi yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, regional dan internasional; peredaran uang; tekanan inflasi; tekanan deflasi; daya beli konsumen; dan nilai tukar uang. - Politik Variabel politik yang mempengaruhi kegiatan pemasaran diantaranya adalah kebijakan fiscal moneter, hubungan pemerintah dengan industri, situasi dan kondisi politik di tingkat lokal/regional/nasional dan peraturan khusus di bidang pemasaran. - Budaya Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam budaya adalah gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma, kepercayaan, kebiasaan, selera dan kelas sosial masyarakat. - Teknologi Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang teknologi, kebutuhan dan keinginan konsumen pun meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. 3. Kotak hitam konsumen Dimensi kedua dari model perilaku konsumen dalam pembelian adalah adalah kotak hitam konsumen yang mencakup: 39 a. Karakteristik konsumen, yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan penghasilan dan kelas sosial budaya. b. Proses pengambilan keputusan, yaitu konsumen dimulai dengan dirasakannya beberapa masalah yaitu kebutuhan dan keinginan yang belum terpuaskan, pencarian informasi, pengevaluasi, pembuatan keputusan pembelian dan diakhiri dengan tindakan pasca pembelian. 4. Respon konsumen Dimensi ketiga dari model perilaku konsumen adalah respon konsumen terhadap stimulus produsen atau pemasar. Respon konsumen dapat berupa tindakan membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan produsen atau pemasar. Faktor-faktor utama penentu keputusan pembelian konsumen yaitu Faktor Psikologis (persepsi, motivasi, pembelajaran sikap, kepribadian), Faktor Situasional (keadaan sarana dan prasaran tempat belanja, waktu berbelanja) dan Faktor Sosial (undang-undang/peraturan, keluarga, kelas sosial dan budaya). 40 2.11.3 Customer Motivation Self Actualization Self ‐ Esteem Social (Love/Belonging) Safety physiological Gambar 2.7 Maslow Hierarchy Di dalam teori Maslow dijlelaskan mengenai lima kebutuhan manusia, kelima kebutuhan ini adalah: 1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan biologis seperti seks, tidur dan rekreasi. 2. Kebutuhan keamanan dan keselamtan merupakan kebutuhan aman dari ancaman, kesehatan, dan kepastian pekerjaan dan materi. 3. Kebutuhan sosial, merupakan kebutuhan dalam memiliki teman, keluarga dan cinta. 4. Kebutuhan penghargaan diri, merupakan kebutuhan memiliki citra diri dan dihargai orang lain. 41 5. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk bertindak sesuai keinginan seperti kreatifitas dan moralitas. Berdasarkan teori ini, manusia membutuhkan rekreasi untuk memenuhi kebutuhan fisologis, diantara beberapa jenis rekreasi, didalm bisnis terdapat jenis-jenis rekreasi yang ditawarkan diantaranya pariwista rekreasi dan pariwisata alam. 2.12 Perencanaan dan Perkiraan Keuangan Sebuah bisnis akan berjalan dengan baik apabila perencanaan dan perkiraan keuangannya sesuai dengan tersusun dengan baik. Hal ini untuk membuat bisnis yang sedang dijalani dapat berkembang dan juga bertahan. Perencanaan dan perkiraan keuangan haruslah menggambarkan kondisi financial perusahaan secara akurat. 2.12.1 Financial Report Pelaporan keuangan dasar yang harus dimiliki perusahaan dan dibutuhkan dalam business model creation adalah sebagai berikut : 1. Balance Sheet Balance Sheet merupakan instrument dari financial statement yang menyajikan posisi dan besaran assets pada suatu periode waktu tertentu.(Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 23) 2. Income Statement Income Statement merupakan instrument dari financial statement yang menyajikan posisi revenuea dan expenses yang menghasilkan net- 42 income stsu net-loss dasr suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 23) 3. Cash Flow Cash Flow merupakam instrument dari financial statement yang menyediakan informasi keuangan mengenai uang masuk (cash receipt) dan uang keluar (cash Payment) dari suatu perusahaan pada suatu priode waktu tertentu. (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 23) 2.12.2 Analisa Investasi Analisa Investasi digunakan oleh perusahaan untuk mengukur nilai investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha pada masa yang akandatang. 1. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara nilai investasi dimana sekarang dengan nilai proyeksi penghasilan yang diharapkan di masa yang akan dating. Investment Project dapat diterima jika NPV dari suatu project tersebut bernilai negative.(Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 336) Rumusan NPV : NPV = Keterangan: −C0 = Initial Investment C = Cash Flow r = Discount Rate T = Time 43 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR dijelaskan sebagai tingkat pengembalian yang digunakan dalam capital Budgeting.Dalam Perhitungannya IRR menggunakan pola trial and error.(Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 345) Rumusan IRR : . ∑ Keterangan: n= number of cash flows CFi = cash flow at period i IRR = Internal Rate of Return 3. Paybak Periode (PP) Payback Periode didefinisikan sebagai periode waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengembalikan initial cash atau mencapai break event point (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011, p. 355) Rumusan Payback Period : Payback Period = 4. Break Event Point (BEP) BEP adalah singkatan dari Break Even Point. BEP atau titik impas merupakan keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011) 44 Rumus perhitungan BEP dibagi menjadi dua, yaitu perhitungan BEP dalam unit dan perhitungan BEP dalam rupiah. Untuk menghitung BEP dalam unit dapat dilakukan dengan rumus: BEP (Unit) = Total Biaya Tetap : (Harga Jual – Biaya per unit) Sedangkan, untuk menghitung BEP dalam rupiah dapat dilakukan dengan rumus: BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap : 1 – (Biaya per unit : Harga Jual) 5. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 % (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011). Rumus untuk menghitung NPM adalah sebagai berikut : Net Profit Margin = x 100% 6. Gross Profit Margin (GPM) Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok 45 penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011) Rumus untuk menghitung GPM adalah sebagai berikut: Gross Profit Margin = 7. Return of Investmen (ROI) Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011). Return on Investment dihitung dengan rumus: ROI = 2.13 TOWS (Threat-Opportunity-Weakness-Strength) Analisis Menurut Koontz & Weilhrich (2009) TOWS analisis merupakan kebalikan dari SWOT analisis, dimana TOWS dimulai dari faktor-faktor eksternal dengan melakukan analisis Threat dan Opportunity, kemudian baru menganalisis faktor 46 internal yaitu Strength dan Weakness.). TOWS merupakan salah satu alat untuk menganalisis bisnis baru dari sisi eksternal (threats dan opportunities) dan sisi internal (strengths dan weakness). Dengan kata lain analisis ini menggunakan pendekatan “outside-in”. Outside dapat diartikan sebagai kondisi pasar yang ada saat ini. Analisis TOWS lebih melihat ke masa depan, berbeda dengan SWOT yang cenderung melihat masa lalu. Dengan cara pandang “outside-in” maka perusahaan dapat menyusun strategi yang tepat. Setelah menganalisis faktor eksternal, perusahaan melihat ke faktor internal , apa saja yang merupakan kekuatan kompetitif dari perusahaan dan apa saja yang perlu di persiapkan untuk menghadapi kompetitor. TOWS analysis terdiri dari empat kotak, yaitu SO Strategy, WO Strategy, ST Strategy, dan WT Strategy. Penjelasan mengenai empat strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Strength Opportunity (SO) Strategy Strength Opportunity Strategy menggunakan kekuatan dari sebuah perusahaan untuk mengambil peluang yang paling diinginkan. Apabila perusahaan ini memiliki kelemahan ataupun ancaman, maka perusahaan ini akan berupaya untuk mengatasinya dan berfokus pada kesempatan yang ada. 2. Weaknesses Opportunity (WO) Strategy Weaknesses Opportunity Strategy digunakan untuk berupaya meminimalkan kelemahan dan memaksimalkan peluang yang ada. Contohnya sebuah perusahaan memiliki kelemahan yang pada karyawan (internal), maka karyawan tersebut dikirim keluar agar dapat belajar dengan 47 asumsi akan mendapatkan peluang (eksternal) untuk memperoleh keuntungan. 3. Strength Threats (ST) Strategy Strength Threats Strategy digunakan berdasarkan kekuatan yang dimiliki perusahan dalam menghadapi ancaman yang ada. Hal ini dilakukan dengan cara memaksimalkan cara yang sudah ada dan meminimalkan cara yang akan datang, misalkan teknologi, teknik pemasaran, ataupun keuangan yang sudah ada untuk melawan ancaman teknik baru dari pesaing. 4. Weaknesses Threats (WT) Strategy Weaknesses Threats Strategy bertujuan untuk mengurangi kelemahan dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan. Salah satu cara untuk melakukan Weaknesses Threats Strategy adalah melalui joint venture, menahan diri, ataupun likudasi. INTERNAL INTERNAL STRENGTHS WEAKNESSES STRENGTH - WEAKNESSES - OPPORTUNITY OPPORTUNITY STRATEGY STRATEGY EXTERNAL STRENGTH - THREATS WEAKNESSES – THREATS STRATEGY THREATS TOWS ANALYSIS EXTERNAL OPPORTUNITIES Gambar 2.8 TOWS Analysis Matrix 48 2.14 PESTEL Analysis Gambar 2.9 Component of a Companies Macro Environment Setiap perusahaan yang beroperasi dalam "lingkungan makro" dengan cangkupan yang luas. Lingkungan tersebut mencakup enam komponen utama diantaranya adalah faktor-faktor politik, kondisi ekonomi di lingkungan umum perusahaan (lokal, negara, regional, di seluruh dunia), kekuatan sosial budaya, faktor teknologi, faktor lingkungan (mengenai lingkungan alam) , dan kondisi hukum / peraturan. Setiap komponen ini memiliki potensi untuk mempengaruhi keberlangsungan bisnis pada suatu perusahaan bahkan suatu industri. Analisis dari faktor-faktor ini sering disebut sebagai analisis PASTEL, yang berfungsi sebagai 49 pengingat dari enam komponen yang terlibat. (Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland, 2014) Keenam komponen lingkungan makro: 1. Political factors Faktor ini berisi tentang berbagai kebijakan dan proses politik, termauk sejauh mana pemerinah turut campur tangan dalam perekonomian. Termasuk dalam bidang kebijakan pajak, kebijakan fiscal, tariff, iklan politik dan kekuatan dari lembaga seperti system perbankan federal. 2. Economic conditions Kondisi ekonomi termasuk iklim umum ekonomi dan faktor-faktor tertentu seperti suku bunga, nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, defisit perdagangan atau surplus, tingkat tabungan, dan produk domestik per kapita. Ekonomi, faktor juga mencakup kondisi di pasar saham dan obligasi, yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan pendapatan tambahan. Beberapa industri, seperti konstruksi, sangat rentan terhadap penurunan ekonomi.Dalam hal ini industry ritel akan diuntungkan ketika kondisi ekonomi secara umum melemah, sebagai konsumen menjadi lebih sadar harga dan biasanya lebih memilih produk dengan harga yang lebih murah. 3. Sociocultural forces Kekuatan sosial budaya termasuk nilai-nilai sosial, sikap, faktor budaya, dan gaya hidup yang akan berdampak pada bisnis, serta faktor demografi seperti jumlah populasi, tingkat pertumbuhan dan pembagian usia. Kekuatan 50 sosial budaya bervariasi karena adanya perubahan dari waktu ke waktu serta adanya pengaruh dari faktor lokal. Salah satu contohnya kecenderungan menuju gaya hidup sehat meningkatkan penjualan alat olah raga dan tempat fitness. Sementara penurunan penjualan terhadap alcohol dan makanan ringan. Demografi penduduk dapat berpengaruh besar dalam sebuah industri seperti industry kesehatan, di mana biaya dan kebutuhan layanan bervariasi dengan faktor demografi seperti usia dan distribusi pendapatan 4. Technological factors Faktor teknologi meliputi laju perkembangan teknologi dan perkembangan teknis dimana telah memiliki potensi untuk berdampak secara luas di kalangan masyarakat, seperti rekayasa genetika dan nanoteknologi. Dalam hal ini termasuk lembaga yang terlibat dalam menciptakan pengetahuan baru dan mengendalikan penggunaan teknologi, seperti persetujuan R&D, hokum paten dan copyright, dan pengawasan pemerintah terhadap internet. Perkembangan teknologi mempu menciptakan sebuah industri baru seperti perusahaan yang berdasarkan nanoteknologi, dan mengganggu pihak lain, seperti industri rekaman. 5. Environmental forces Faktor ini merupakan Faktor ekologi dimana di dalamnya mencakup seperti cuaca, iklim, perubahan iklim, dan faktor-faktor terkait seperti kekeringan. Faktor-faktor ini dapat berdampak secara langsung terhadap industri seperti asuransi, pertanian, produksi energi, dan pariwisata. Hal ini 51 mung gkin memilliki efek seecara tidak langsung teetapi besar pada indusstri lainn nya seperti trransportasi. 6. Lega al and regulaatory Faktor-fakttor ini meliiputi peratuuran dan unndang-undanng yang harrus dipattuhi oleh perusahaan seperti undang-unddang konsuumen, hukuum perbu uruhan, hukuum antitrustt, dan kesehaatan kerja seerta peraturann keselamataan. Salah h satunya addalahi undang-undang uppah minimum m, suatu aturran yang harrus dipattuhi di sebuuah wilayahh dalam hal kelayakan dalam mem mberikan uppah padaa setiap karyaawannya. 2 2.15 Portter’s Five Forces F Menurrut Porter, M.E M (2008), terdapat lim ma komponnen utama dalam d Porterr’s F Forces, yaitu : Five 2 The Fivve Forces Thhat Shape Inddustry Comppetition Gambar 2.10 52 1. Threat of new entry Adanya threat of new entry, tentunya persaingan semakin ketat dan keinginan untuk meningkatkan marketshare semakin besar dengan cara menekan harga, cost, maupun investasi sehingga dapat bersaing dengan yang lainnya. Masuknya ancaman baru ini hadir karena adanya tingkat entry barrier yang rendah. Oleh karena itu, ketika threat of new entry tinggi, maka perusahaan yang ada harus menekan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur dan meningkatkan investasi. 2. Bargaining power of supplier Dalam analisis ini melihat bagaimana cara yang mudah atau sulit untuk masuk kompetitor baru untuk mulai di industry yang sudah ada. Supplier yang kuat memiliki nilai tersendri untuk produk atau jasa yang ditawarkan. Harga produk akan cenderung tinggi karena customer sangat ketergantungan kepada supplier yang memberikan nilai yang lebih.. Supplier dapat dikatakan kuat apabila memiliki produk yang unik dan berbeda dari supplier lainnya. Selain itu, tidak adanya produk pengganti juga menjadi faktor bahwa supplier dikatakan kuat. 3. Bargaining power of buyers Kuatnya posisi pembeli dilihat dari kekuatan untuk menentukan kemana pembeli akan melakukan transaksi. Pembeli dapat dikatakan kuat apabila pembeli yang menuntut produk atau jasa yang berkualitas baik dengan membuat harga 53 produk atau jasa menjadi serendah-rendahnya. Seorang pembeli yang memiliki tingkat negosiasi tinggi adalah pembeli yang kuat. Faktor yang membuat seorang pembeli memiliki posisi yang kuat antara lain sedikitnya pembeli untuk produk atau jasa yang ditawarkan, kuantitas produk yang akan dibeli jumlahnya besar, produk atau jasa yang ditawarkan bersifat umum, banyaknya supplier lain yang memiliki produk sama. 4. Threat of substitutes Ancaman produk atau jasa pengganti dimana dengan mudahnya produk dan jasa pengganti masuk kedalam industri yang sudah ada. Kriteria dari sebuah produk pengganti adalah produk atau jasa yang memiliki fungsi yang sama walaupun memiliki bentuk yang berbeda. Contoh sederhananya adalah nasi yang dapat digantikan dengan jagung sebagai penyedia karbohidrat. Sebuah produk yang ingin bertahan dari penggantinya harus membuat perbedaan yang cukup jauh baik dari sisi performa maupun marketing-nya. Ancaman produk pengganti ini dikatakan tinggi apabila menawarkan perbandingan price per performance yang menarik maupun biaya untuk beralih ke produk pengganti tersebut rendah. 5. Competitive rivalry in an industry Bersaing dengan kompetitor yang sudah ada tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi suatu perusahaan. Persaingan ini dapat dilihat dari harga yang baru, iklan, produk baru, dan peningkatan dari sisi produk dan jasa. 54 Persaingan diantara para pemain yang sudah ada di dalam suatu industry dikatakan tinggi apabila jumlah competitor yang banyak, perkembangan industry yang lambat, dan exit barriers yang tinggi. 2.16 Business Model Canvas Gambar 2.11 Business Model Canvas Business Model menjelaskan pendekatan rasional bagaimana sebuah bisnis usaha membuat (create), menyampaikan (deliver) dan menangkap (capture) sesuatu yang memiliki nilai (value). (Osterwalder, 2010) Business Model terbangun atas sembilan blok dasar ( 9 building blocks) yang saling terhubung satu sama lain sehingga memperkuat bentuk usaha bisnis. Sembilan building blocks tersebut antara lain : 55 2.16.1 Customer Segments Customer Segments adalah berbagai kelompok orang atau organisasi perusahaan bertujuan untuk menjangkau dan melayani pelanggan. Pelanggan merupakan hal penting dari setiap model bisnis (Osterwalder, 2010, hal. 20) Tanpa pelanggan, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan lama. dalam rangka untuk lebih memuaskan pelanggan, perusahaan dapat mengelompokkan mereka ke dalam segmen yang berbeda dengan kebutuhan umum, perilaku umum, atau atribut lainnya. Model bisnis dapat mendefinisikan satu atau beberapa segmen pelanggan besar atau kecil. Sebuah organisasi harus membuat keputusan mengenai segmen mana yang dilayani dan segmen mana yang diabaikan. Setelah keputusan ini dibuat, sebuah model bisnis dapat dirancang berpacu pada pemahaman yang kuat tentang kebutuhan spesifik pelanggan. Customer Segments dikelompokkan menjadi 3 segmen : 1. Mass market, segmen pasar umum dimana semua masyarakat dianggap sebagai pelanggan perusahaan tanpa dilakukan pembedaan. 2. Niche market, segmen pasar khusus yang memiliki permintaan yang unik dan berbeda dari segmen pasar umumnya. Untuk memasuki segmen ini produk dan jasa yang ditawarkan perlu dilakukan penyesuaian khusus sesuai dengan permintaan yang dinginkan segmen ini. 56 3. Segmented, segmen pasar dibagi menjadi beberapa kategori namun dengan kebutuhan dan masalah yang serupa namun memiliki perbedaan pada instensitas kebutuhannya. 4. Diversified, dua jenis segmen yang tidak berhubungan dan juga memiliki perbedaan kebutuhan dan masalah 5. Multi – sided platform, dua jeni segmen yang memiliki perbedaan kebutuhan dan masalah namun masih berhubungan. 2.16.2 Value Proposition Value Propositions menggambarkan rangkaian produk dan jasa yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan tertentu (Osterwalder, 2010, hal. 22) Value Propositions adalah alasan mengapa pelanggan beralih dari suatu perusahaan ke perusahaan yang lain. Itu menyelesaikan masalah pelanggan atau memenuhi kebutuhan pelanggan. Setiap Value Propositions terdiri dari rangkaian produk terpilih dan / atau jasa yang melayani kebutuhan dari segmen pelanggan tertentu. 2.16.3 Channels Channels menggambarkan bagaimana perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan dan menjangkau Customer Segments untuk menyampaikan Value Propositions (Osterwalder, 2010, hal. 26) Fungsi Channels antara lain : 1. Meningkatkan kesadaran di antara para pelanggan tentang produk dan jasa perusahaan. 57 2. Membantu pelanggan mengevaluasi Value Propositions perusahaan. 3. Memungkinkan pelanggan untuk membeli produk dan jasa tertentu. 4. Menyampaikan Value Propositions kepada pelanggan 5. Memberikan dukungan purna jurnal kepada pelanggan 2.16.4 Customer Relationship Customer Relationship menggambarkan bagaimana perusahaan membangun hubungan dengan segmen pelanggan tertentu (Osterwalder, 2010, hal. 28) Customer relationship dapat didukung oleh motivasi sebagai berikut : 1. Akuisisi pelanggan 2. Retensi pelanggan 3. Meningkatkan penjualan 2.16.5 Revenue Stream Revenue Stream merupakan kas perusahaan yang dihasilkan dari setiap segmen pelanggan dimana biaya harus dikurangkan dari pendapatan untuk menciptakan laba (Osterwalder, 2010, hal. 30) Bisnis Model dapat melibatkan dua tipe Revenue Stream yang berbeda : 1. Pendapatan transaksi dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan. 2. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik memberikan proposisi nilai kepada pelanggan atau memberikan imbalan dukungan pelanggan pasca pembelian. 58 2.16.6 Key Resources Key Resources menggambarkan aset paling penting yang dibutuhkan untuk membuat model bisnis bekerja (Osterwalder, 2010, hal. 34). Resources tersedia bagi perusahaan untuk membuat dan menawarkan Value Proposition, mencapai target pasar, memelihara hubungan dengan segmen pelanggan dan menghasilkan pendapatan. Key Resources dapat berbentuk fisikal, financial, intelektual atau manusia. Key Resources dapat dimiliki sendiri atau disewa oleh perusahaan atau diakuisisi dari Key Partners. 2.16.7 Key Activities Key Activities menggambarkan hal yang paling penting harus dilakukan oleh perusahaan untuk membuat model bisnis bekerja agar pengoperasian nya dapat berjalan dengan sukses (Osterwalder, 2010, hal. 36) 2.16.8 Key Partnership Key Partnership menggambarkan siapa saja jaringan supplier dan rekan kerja bisnis yang membuat model bisnis bekerja menjadi lebih sukses (Osterwalder, 2010, hal. 38). Kita dapat membagi tipe partnership menjadi 4 tipe, yaitu : 1. Aliansi strategi antara perusahaan bukan pesaing. 2. Competition : strategi berpartner antar perusahaan pesaing 3. Joint venture untuk mengembangkan bisnis baru. 4. Hubungan antara pembeli-suplier untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan. 59 2.16.9 Cost Structure Cost structure menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis (Alexander Osterwalder, 2012, P40). Blok dasar ini menggambarkan biaya paling penting yang dikeluarkan sementara pengoperasian terjadi.