BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapatkan informasi melalui indera baik indera penglihatan, penciuman, pendengaran dan sebagainya. Informasi tersebut masuk pada susunan saraf yang memegang peranan penting dalam menafsirkan pesan. Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau menafsirkan pesan dinamakan dengan persepsi (Rakhmat, 2000:51). Secara etimologis Leavitt mengemukakan persepsi berasal dari bahasa latin perception dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data (Pareek, 1996). Attkinson (1996:276) menyatakan bahwa persepsi merupakan penelitian bagaimana kita mengintegrasikan sensasi dalam perceps objek, dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts tersebut untuk mengenali dunia (percepts adalah hasil dari proses perseptual). Ahli lain seperti Robbins 12 (2006:89) menyatakan persepsi merupakan proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberi makna kepada lingkungan mereka. Adapun persepsi dalam penelitian ini penerimaan stimulus dari lingkungan merupakan suatu proses melalui proses penglihatan, pendengaran, penghayatan dan penciuman yang menimbulkan suatu pesan. 2. Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi menurut Walgito (2003:90) terjadi dalam tiga proses yang terdiri dari: a. proses fisik: objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor; b. proses fisiologis: stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak; c. proses psikologis: proses didalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Ahli lain seperti Mar’at (1992) mengemukakan bahwa proses persepsi terdiri atas dua komponen pokok yaitu seleksi dan interpretasi. Seleksi yang dimaksud adalah proses penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka. 13 Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan interpretasi terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu obyek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan demikian sebaliknya. Selain itu, adanya pengalaman langsung antara individu dengan objek yang dipersepsi baik positif maupun negatif. Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai satu stimulus melainkan beberapa stimulus tetapi tidak semua stimulus mendapatkan respon. Secara sistematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini. st1 st2 st3 respon sp Fi Fi Fi Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi 14 Keterangan : St = stimulus, Fi = faktor internal, Sp = struktur pribadi (organisme) 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2006) dibagi ke dalam tiga golongan seperti tampak pada gambar 2.1. Faktor pada pemersepsi : • Sikap • Motif • Keputusan • Pengalaman • Harapan Faktor dalam situasi: • Waktu • Keadaan atau tempat kerja • Keadaan sosial Persepsi Faktor pada target : • Hal baru • Gerakan • Bunyi • Ukuran • Latar belakang • Kedekatan Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi 15 Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ketika individu memandang objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi diantaranya sikap, kepribadian, motif, keputusan, dan minat, pengalaman masa lalu, dan harapan. Hal ini menjadikan target yang akan diminati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Orang yang banyak bicara kemungkinan mendapatkan perhatian lebih dari kelompok tertentu daripada mereka yang pendiam, demikian pula individu yang luar biasa menarik atau luar biasa tidak menarik, karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan target tertentu dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan untuk mendekatkan benda-benda yang berdekatan atau mirip. Konteks dimana objek atau peristiwa tertentu yang dilihat oleh seseorang juga penting. Waktu ketika objek atau peristiwa tertentu terlihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti lokasi, cahaya, suhu udara, dan sejumlah faktor situasi lainnya. Faktor kedua, yang berkaitan dengan situasi yang meliputi waktu ketika objek atau sesuatu yang menjadi perhatian itu muncul, keadaan atau tempat dimana suatu objek atau peristiwa terjadi, dan keadaan sosial atau lingkungan. Faktor ketiga, berkaitan dengan target atau objek atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian, misalnya hal-hal ini berkaitan dengan sesuatu 16 yang baru dilakukan, latar belakang objek yang menjadi pusat perhatian tersebut, dan sebagainya. B. Iklan dan Tagline 1. Pengertian Iklan Iklan merupakan sarana komunikasi antara produsen dengan konsumennya, dengan iklan ini produsen menawarkan produk baik itu barang maupun jasa kepada konsumennya. Iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan dapat merupakan cara yang berbiaya efektif guna menyebarkan pesan, entah untuk membangun preferensi merek atau untuk mendidik orang (Kotler & Keller, 2007:244). Sedangkan Widjaja (1996) menyatakan bahwa iklan merupakan suatu bentuk presentasi gagasan, barang, atau jasa yang bukan perorangan dan dibayar oleh sponsor yang dikenal atau iklan juga bisa diartikan sebagai kegiatan memuat dan menyebarluaskan pesan dalam media yang bersifat umum tentang perusahaan, organisasi dan atau tentang produknya, jasanya atau gagasan yang terkandung didalamnya. Kasali (1992:9) mengungkapkan iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan oleh suatu masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. 17 2. Tujuan Iklan Kotler & Keller (2007:245) menggolongkan tujuan iklan menjadi empat golongan sebagai berikut: a. iklan infomatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada; b. iklan persuasive dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa; c. iklan pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali; d. iklan penguatan dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat. 3. Klasifikasi Iklan Iklan merupakan segala bentuk presentasi non personal mengenai gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. Menurut Buchari Alma (2007:182) ada enam klasifikasi iklan, yang terdiri dari: a. price advertising yaitu advertising yang menonjolkan harga yang menarik; b. brand advertising yang memberikan impressi tentang nama brand kepada pembaca atau pendengarnya; c. quality advertising yang mencoba menciptakan impressi bahwa produk yang direklamekan mempunyai mutu tinggi; 18 d. product adversiting berusaha mempengaruhi konsumen dengan faedah-faedah dari pemakaian suatu produk; e. institusional advertising yaitu menonjolkan nama dari perusahaan dengan harapan agar konsumen mempunyai kesan mendalam tentang nama perusahaan tersebut, sehingga ini merupakan jaminan mutu; f. prestige advertising yang berusaha memberikan fashion pada suatu produk atau mendorong masyarakat mengasosiasikan produk tersebut dengan kekayaan atau kedudukan. 4. Pengertian Tagline/Slogan Salah satu dari beberapa komponen iklan adalah copywriting atau naskah iklan. Dimana di dalamnya terdiri dari headline, bodycopy, dan tagline atau slogan. Tagline yang merupakan bagian dari copywriting biasanya muncul diakhir tayangan iklan serta kata atau kalimat yang digunakan sangat singkat namun menggigit. Tagline merupakan bagian dari iklan yang bertujuan agar iklan tersebut mudah diingat oleh konsumen. Tagline dalam suatu iklan memegang peranan yang penting. Nuradi,dkk (1996:56) menyebutkan bahwa tagline adalah kalimat singkat sebagai penutup teks inti yang menyimpulkan secara singkat tujuan komunikasi suatu iklan. Tagline ini merupakan suatu ungkapan pendek berisi pesan padat dan mudah diingat. Sebuah tagline, slogan, atau garis tema adalah frase pendek yang merangkum merek dan menandai komunikasi perusahaan serta menyertai 19 nama merek perusahaan baik sebelum, sesudah atau disamping nama merek perusahaan (Callen, 2010). Arnold (2009) mengemukakan bahwa tagline merupakan ungkapan (frase) pendek yang menyampaikan ide penting kepada pelanggan. Tagline ini bisa disamakan dengan slogan atau jargon dalam iklan. Hal ini di dukung oleh pernyataan Salver (2005) yang menyatakan bahwa slogan adalah frase pendek yang mengkomunikasikan penggambaran atau informasi yang meyakinkan tentang merek. Penggunaan tagline ini adalah untuk memperkuat kemampuan iklan dalam mencapai sasarannya yaitu mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan serta mengetahui titik pembeda dari pesaing Susanto & Wijanarko (2004:86). Pengenalan tagline biasanya dilakukan melalui above the line (ATL) berupa penayangan iklan diberbagai media cetak dan elektronik seperti iklan IM3, Murah Itu IM3 dan Sinyal Kuat Indosat. Tagline dalam penelitian ini adalah bagian dari iklan yang dapat digunakan sebagai penutup iklan agar konsumen mudah mengingat isi pesan dan daya pembeda dari pesaing yang lain. 5. Tujuan Tagline Altsiel & Grow (2007:166) mengemukakan bahwa tujuan utama dari tagline adalah untuk membangun atau memperkuat merek, untuk melakukan hal ini, tagline harus melakukan hal berikut: 20 a. menyediakan kontinuitas untuk periklanan, tagline salah satunya komponen umum dari suatu periklanan multimedia yang bisa menjadikan iklan berbeda serta tagline yang baik telah melalui perubahan dalam strategi periklanan; b. memperoleh kejelasan mengenai suatu produk dengan menyiratkan suatu pesan produk. 6. Karakteristik Tagline/Slogan Bagehot (1993) mengemukakan bahwa karakteristik tagline/slogan ada tiga, yang dipaparkan sebagai berikut. (a) kesederhanaan/simple, dapat ditandai gambar tanpa kata-kata atau gambar yang didukung oleh kata-kata menarik. Pembuatan slogan tidak harus logo merek produk yang diiklankan melainkan elemen visual yang unik terkait dengan produk yang berkaitan citra merek. Hal ini didukung oleh Agustrijanto (2006:92) yang menyatakan bahwa pesan penjualan harus dapat diterima audience dengan penafsiran yang tidak menciptakan masalah; (b) mudah diingat/memorable, kesuksesan sebuah iklan adalah salah satu yang tersimpan dalam memori konsumen sehingga penglihatan atau iklan yang mengutamakan suara dan iklan merek produk diingat oleh konsumen. Salah satu proses belajar paling mendasar manusia adalah pengulangan kata menarik atau 21 kumpulan kata kunci yang mudah diingat. Proses ini digunkan untuk meraih slogan yang sukses pada iklan produk; (c) memperkuat merek/strong, slogan yang bermanfaat sebagai dasar perbedaan promosi iklan untuk produk yang sama agar saling melengkapi sebagai pengembangan sebuah slogan yang sukses telah memiliki rasa membangun kembali pengakuan dan keakraban dengan produk. 7. Isi Tagline/Slogan Menurut Foster (2001) isi tagline/slogan, sebaiknya mengandung isi seperti dibawah ini: a. it should be memorable, memorabilitas/kemudahan diingat bertalian dengan kemampuan slogan tersebut dapat dipanggil kembali tanpa bantuan. Hal ini didasarkan pada pusat merek tersebut dan berapa banyak kata-kata tersebut dan berapa banyak kata-kata tersebut tetap digunakan dari tahun ke tahun. Tetapi jika slogan ini merupakan suatu yang baru, buatlah yang mengesankan; b. it should recall the brand name, idealnya merek dagang harus tercakup dalam slogan; c. it should include a key benefit, sebuah tagline merupakan baris terakhir untuk menanamkan suatu kunci keuntungan maka tidak boleh dtinggalkan; 22 d. it should differentiate the brand, disini pembedaannya adalah bahwa tagline perlu melukiskan suatu karakteristik tentang merek yang menetapkannya, terlepas dari pesaingnya; e. it should impart positive feelings for the brand, menanamkan perasaan positif untuk merek; f. it should reflect the brand's personality, anggaplah sebagai merek seseorang. Kemudian pertimbangkan apakah tagline tersebut dapat bekerja untuk orang; g. it should be strategic, beberapa perusahaan dapat secara efektif menyampaikan strategi bisnis mereka dalam bentuk slogan; h. it should be campaignable, tagline perlu bekerja menyeberang ke dalam satu rangkaian eksekusi periklanan. Maka kita mempunyai selusin iklan yang berbeda, masing-masing dengan citra uniknya, dengan tagline umum yang mendukung semua itu; i. it should be competitive, banyak slogan yang tidak memiliki kompetensi diferensiasi, maka kita dapat menambahkan unsur itu terhadap merek dagang manapun; j. it should be original, dalam periklanan keaslian itu adalah raja; k. it should be simple, slogan adalah kata-kata akhir dimana kamu ingin orang sederhana; mendapatkannya. Maka tetaplah membuatnya 23 l. it should be neat, suatu slogan yang rapi akan membangunkan orang pada suatu titik di dalam persepsi; m. it should be believable, kebebasan menulis diizinkan bahkan dilebih-lebihkan; n. it should help in ordering the brand, membantu dalam pemasaran merek. C. Loyalitas Pelanggan 1. Pengertian Loyalitas Pelanggan Pelanggan berasal dari kata custom yang didefinisikan membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan mempraktikkan kebiasaan. Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli suatu produk. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu. Kotler & Keller (2009:163) mendeskripsikan pengertian kesetiaan pelanggan, “ A deeply high commitment to re-buy or repatronize a preferred product or service in the future despite situasional influences and marketing efforts having the potential to cause switchinh behavior. ” Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa kesetiaan pelanggan merupakan sebuah perjanjian dalam membeli kembali atau berlangganan sebuah produk atau jasa yang disenangi dimasa depan berdasarkan situasi yang mempengaruhi dan usaha pemasaran memiliki potensial untuk mempengaruhi. 24 Griffin (2005:5) mengemukakan bahwa konsep loyalitas lebih mengarah pada perilaku (behavior) daripada sikap dan seseorang yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelian yang diartikan sebagai suatu pola pembelian yang teratur dalam waktu yang lama dilakukan oleh unit-unit pembuat atau pengambil keputusan. Hal yang sama diungkapkan oleh Zikmund (2003:69) yang menyatakan bahwa konsep loyalitas pelanggan mengarah kepada komitmen pelanggan terhadap merek, pabrik, penyedia layanan dan lain sebagainya berdasarkan respon sikap dan perilaku yang menyenangkan seperti pembelian ulang. Lain lagi dengan Bernes (2003:38) yang mendefinisikan loyalitas pelanggan merupakan bukti dari emosi yang mentransformasikan perilaku pembelian berulang menjadi suatu hubungan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka loyalitas dalam penelitian ini merupakan kesetiaan pelanggan akan produk yang digunakan dengan menunjukkan respon yang menyenangkan. 2. Aspek yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Memiliki pelanggan yang loyal adalah salah satu tujuan akhir dari perusahaan karena loyalitas dapat menjamin kelanggenan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Zikmund (2003:840) mengemukakan bahwa terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi loyalitas pelanggan, yakni : 25 a. satisfaction (kepuasan), merupakan perbandingan anatara harapan sebelum melakukan pembelian dengan kinerja yang dirasakan; b. emotional bonding (ikatan emosi), dalam hal ini konsumen dapat terpengaruh oleh sebuah merek yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga konsumen dapat diidentifikasikan dalam sebuah merek; c. trust (kepercayaan), merupakan kemauan seseorang untuk mempercayakan perusahaan atau sebuah merek untuk melakukan atau menjalankan sebuah fungsi; d. choise reduction and habit (kemudahan), jika konsumen akan merasa nyaman dengan subuah merek ketika situasi mereka melakukan transaksi memberikan kemudahan. Faktor-faktor tersebut dapat membentuk loyalitas pelanggan berdasarkan persfektif sikap dan perilaku. Loyalitas pelanggan yang didasari persfektif sikap dipengaruhi oleh faktor pertama sedangkan loyalitas yang didasari persfektif perilaku dipengaruhi oleh kedua hal lainnya. Loyalitas yang berdasarkan perilaku didefinisikan sebagai seberapa konsisten seorang konsumen membeli sebuah merek diukur melalui proporsi atau jumlah pembelian. Zikmund (2003:840) mengemukakan terdapat lima bentuk loyalitas berdasarkan perilaku, antara lain undivided loyality yaitu perilaku konsumen selalu membeli merek yang sama pada sebuah produk, occasional switcher yaitu selalu memilih merek yang sama, namun dapat berubah jika produk itu tidak tersedia di pasar, switched loyality yaitu 26 konsumen yang sebelumnya memiliki loyalitas terhadap suatu merek, namun berpindah ke merek lain, divided loyality yaitu konsumen yang memiliki loyalitas terhadap bebebrapa merek, serta indifference diartikan sebagai konsumen yang tidak memiliki loyalitas terhadap sebuah merek dan dia tidak memiliki kepedulian akan hal ini. 3. Jenis-jenis Loyalitas Pelanggan Jenis-jenis loyalitas pelanggan menurut Griffin (2005:22) sebagai berikut: a. no loyality (tidak ada kesetiaan), untuk berbagai alasan yang berbeda ada pelanggan yang tidak mengembangkan suatu kesetiaan terhadap produk atau jasa tertentu.pada dasarnya suatu usaha harus menghindari kelompok ini untuk dijadikan target karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang setia; b. inertia loyality (kesetiaan yang tidak aktif), suatu tingkat keterikatan yang rendah dengan pembelian ulang yang tinggi akan mewujudkan inertia loyality, dasar yang digunakan untuk pembelian produk atau jasa biasanya karena faktor kebiasaan atau faktor kemudahan situasional yang biasanya banyak terjadi pada barang atau jasa yang sering dipakai; c. laten loyality (kesetiaan tersembunyi), suatu keterikatan yang relatif tinggi yang disertai tingkat pembelian yang rendah menggambarkan 27 laten loyality dari pelanggan, pembelian ulang banyak dipengaruhi oleh faktor situasional daripada faktor kebiasaan; d. preium loyality (kesetiaan premium), merupakan jenis kesetiaan dengan tingkat keterikatan yang tinggi, selaras dengan aktivitas pembelian kembali yang diharapkan dari setiap pelanggan dalam setiap usaha, pada presentase tinggi orang-orang akan bangga jika menggunakan produk dan dengan senang hati membagi pengetahuan dari pengalaman mereka kepada teman atau keluarga. 4. Karakteristik Pelanggan yang Loyal Konsumen yang loyal merupakan asset yang tidak ternilai bagi perusahaan, karena menjadi sebagian mitra perusahaan. Terjadinya loyalitas merek disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan dan ketidakpuasan dengan merek tersebut yang terakumulasi secara terus menerus disamping adanya persepsti tentang kualitas produk (Hasan, 2008:83). Dengan dukungan kepuasan pelanggan, pelanggan yang loyal akan menunjukkan perilaku kepada arah positif dimana adanya interaksi yang berkelanjutan dan kontribusi kepada merek dan perusahaan yang menyediakan produk dan jasa yang dikonsumsinya. Griffin (2005:31) mengemukakan karakteristik konsumen yang loyal terdiri dari: a. melakukan pembelian secara teratur; b. membeli antar lini produk/jasa; 28 c. merekomendasikan produk pada orang lain; d. menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing. Lain halnya dengan Schiffman & Kanuk (2007:10) yang menjelaskan apabila pelanggan telah loyal maka akan loyal customers buy more product yang artinya pelanggan yang setia akan mau membeli lebih banyak produk, customer loyal are less price sensitive and less attention to competitors advertising yang artinya pelanggan setia akan tidak terpengaruh dan tidak sensitive terhadap iklan promosi harga yang ditawarkan pesaing, servicing existing customer, who are familiar with the firm’s offering and processes is cheaper yang artinya melayani pelanggan yang sudah ada pada database perusahaan yang telah mengenali apa yang ditawarkan dan proses perusahaan dengan baik adalah lebih murah, loyal customers spreads positive word-ofmouth pelanggan yang setia memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut. 5. Tahapan Dalam Loyalitas Pelanggan Griffin (2005:35) mengemukakan bahwa seseorang tumbuh menjadi pelanggan yang loyal setelah mengalami tahapan dalam suatu proses. Proses itu dilalui dalam jangka waku tertentu, dengan kasih sayang dan dengan perhatian yang diberikan di setiap tahap. Berikut ini tahapan untuk mengubah pembeli menjadi pelanggan yang loyal. Tahap satu: suspect. Tersangka (suspect) adalah orang yang mungkin membeli produk. Disebut tersangka karena percaya atau menyangka akan membeli namun belum cukup yakin. 29 Tahap dua: prospek. Prospek adalah orang yang membutuhkan produk dan memiliki kemampuan untuk membeli. Meskipun prospek ini belum sampai pada tahap membeli, calon pelanggan mengetahui produk yang ditawarkan. Tahap tiga: prospek yang diskualifikasi. Prospek yang diskualifikasi adalah prospek yang sudah diketahui perusahaan bahwa calon pelanggan tidak memiliki kemampuan untuk membeli. Tahap empat: pelanggan pertama kali. Pelanggan pertama kali adalah orang yang telah membeli satu kali. Dimana pembeli ini dapat menjadi pelanggan atau pesaing. Tahap lima: pelanggan berulang. Pelanggan berulang adalah pembeli yang telah membeli dari dua kali atau lebih. Pembeli telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan yang sama atau lebih. Tahap enam: klien. Klien membeli apapun yang dapat digunakan. Klien membeli secara teratur, memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut yang menjadikannya kebal terhadap pesaing. Tahap tujuh: penganjur (advocate). Seperti klien, pendukung membeli apapun yang digunakan serta membeli secara teratur kemudian merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli produk. Adapun ketujuh tahapan itu digambarkan seperti dibawah ini. 30 Client Repeat customers First-time customers Disqualified prospect Prospect Suspect Gambar 2.2 The Loyality Pyramid 6. Manfaat Loyalitas Pelanggan Terciptanya loyalitas pelanggan dapat memberikan manfaat bagi pelanggan seperti mengurangi biaya mencari dan mengidentifikasi produk dengan cepat dan tepat bagi pelanggan, mengurangi resiko dengan menyediakan jaminan kualitas dan konsistensi (ketetapan), serta mengurangi resiko sosial dan psikologi yang berhubungan dengan penggunaan produk yang salah dengan menyediakan hadiah psikologi berupa penggunaan produk yang dapat memberikan symbol tentang status pelanggan dan wibawa Cravens & Piercy (2003:321). Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal dikemukakan oleh Griffin (2005:12) diantaranya mengurangi biaya pemasaran (biaya untuk menarik pelanggan yang baru), mengurangi biaya transaksi (biaya negosiasi kontrak, pemrosesan order), mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit), meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar 31 pangsa pasar perusahaan, word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal berarti puas, serta mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian). D. Penelitian Terdahulu Penelitian Sofyan (2002) mendapatkan hasil bahwa intensitas menonton tayangan iklan Rinso di televisi mempengaruhi pemahaman terhadap isi iklan, pengetahuan dan kepercayaan terhadap produk Rinso. Responden percaya bahwa Rinso deterjen berkualitas baik sehingga mereka loyal terhadap produk Rinso sebagai direpresentasikan dengan sering membeli dan sering menggunakan Rinso ketika mencuci pakaian keluarga. Selain itu penelitian selanjutnya yang mendukung dilakukan oleh Sari (2009) mendapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara tagline iklan dengan costomer loyality. Penelitian yang terkait selanjutnya oleh Fazry (2011) mendapatkan hasil tagline dan above the line berpengaruh terhadap keputusan penggunaan kartu Axis di SMA Negeri 3 Cimahi. Beberapa penelitian ini yang menjadi dasar penelitian saya untuk melakukan penelitian Hubungan Antara Persepsi Tagline Iklan IM3 di Televisi dengan Loyalitas Pelanggan. E. Kerangka Berfikir Persepsi merupakan suatu proses menafsirkan atau memaknakan sesuatu dari lingkungan yang dipengaruhi oleh penglihatan, penciuman, penghayatan. Dalam konteks penelitian ini tanggapan yang muncul dari 32 pelanggan baik positif maupun negatif terhadap stimulus merupakan cerminan persepsi pelanggan terhadap tagline iklan IM3. Persepsi terjadi berdasarkan adanya perhatian pelanggan terhadap tagline iklan IM3 di televisi. Setiap pelanggan akan menafsirkan stimulus tersebut berbeda-beda, hal ini karena orang menonton televisi dengan intensitas yang berbeda-beda. Dengan demikian, orang menonton televisi akan membentuk suatu perhatian dalam menentukan tanggapan pelanggan terhadap tagline iklan IM3 di televisi. Dengan kata lain, persepsi pelanggan dapat positif atau negatif persepsi. Persepsi positif akan menimbulkan tanggapan positif terhadap tagline iklan IM3 yang menjadikan konsumen tertarik untuk melakukan pembelian. Jika pelanggan merasa puas akan produk maka pembelian tidak akan kurang dari dua kali. Hal ini menjadikan hubungan jangka panjang sehingga perusahaan dapat memahami keinginan pelanggan sesuai kebutuhannya. Dengan demikian dapat terjadi kepuasan konsumen yang menciptakan loyalitas pelanggan. Jika pelanggan memberikan persepsi negatif terhadap tagline iklan IM3 maka akan terjadi hal sebaliknya. Hal ini terjadi karena perilaku konsumen terhadap jasa atau produk dalam menyeleksi, membeli serta menggunakan jasa sampai dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Winardi, 1991). Apabila kebutuhan konsumen terpenuhi akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Hal ini dapat mendorong konsumen untuk membeli secara teratur produk yang dikeluarkan, 33 membeli antar lini, merekomendasikan kepada orang lain serta menunjukkan kekebalan terhadap produk pesaing (Griffin, 2005:31). Dengan demikian persepsi tagline iklan IM3 memiliki peranan penting untuk loyalitas yang merupakan bukti dari konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas suatu perusahaan. F. Hipotesis Hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. (Ho) : “Tidak terdapat korelasi yang positif antara persepsi terhadap tagline iklan IM3 di televisi dengan loyalitas pelanggan.” 2. (Ha) : “Terdapat korelasi yang positif antara persepsi terhadap tagline iklan IM3 di televisi dengan loyalitas pelanggan.”