LAPORAN RENCANA PENYULUHAN Tuberkulosis

advertisement
LAPORAN RENCANA PENYULUHAN
Tuberkulosis
Disusun oleh:
Mahasti Andrarini (23.26 885 2011)
Pembimbing : dr. Sari Wahyuningrum
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS I
PUSKESMAS BANJAR III
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
PERENCANAAN PENYULUHAN KESEHATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Topik
: Manajemen Pencegahan Tuberkulosis
Tempat
: Aula Posyandu di Kelurahan Banjar
Hari/tanggal
: Rabu, 1 April 2015
Waktu
: 10 menit
Sasaran
: Ibu-Ibu Posyandu Kelurahan Mekarsari
Tujuan
:
a. Umum
:
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para peserta dapat
memahami mengenai tuberkulosis
b. Khusus
 Diharapkan peserta mampu mengenali tuberkulosis
 Mengetahui dan memahami penyebab tuberkulosis
 Mengetahui dan memahami tentang gejala tuberkulosis
 mengetahui cara penularan tuberkulosis
 mengetahui dan memahami pencegahan tuberkulosis
 mengetahui dan memahami perawatan dan pengobatan
tuberkulosis
7. Isi Materi Singkat
Tuberkulosis
:
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (TBC). Meskipun dapat menyerang hampir semua organ
tubuh, namun bakteri TBC lebih sering menyerang organ paru (80-85%) (Depkes,
2008). Tubekulosis yang menyerang paru disebut tuberculosis paru dan yang
menyerang selain paru disebut tuberculosis ekstra paru.
Tuberculosis paru dengan pemeriksaan dahak menunjukkan BTA (Basil Tahan
Asam) positif, dikategorikan sebagai tuberculosis paru menular (Depkes, 2005).
Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah
seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, hampir 90% penderita
secara klinis tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif dan 10% akan sakit.
Gejala Klinis Tuberkulosis
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.(19)
a) Gejala Respiratorik: (19)
 batuk ≥ 3 minggu
 batuk darah
 sesak napas
 nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang sputum ke luar. (19)
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri
dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. (19)
b) Gejala Sistemik: (19)
 Demam
 Malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun
Pengendalian, Pencegahan dan Pengobatan TB Paru
Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi
penularan maupun infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah
penularan bakteri dari penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan (Crofton, 2002).
Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang
utama adalah memberikan obat anti tuberculosis yang benar dan cukup, serta dipakai
dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara
mengurangi atau menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah
mengupayakan kesehatan lingkungan dan perilaku, antara lain dengan pengaturan
rumah agar memperoleh cahaya matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga,
mengatur
kepadatan
penduduk,
menghindari
meludah
sembarangan,
batuk
sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang. Dengan
demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan (Jusuf, 2010).
Menurut Depkes (2003), selain penyuluhan, pengobatan juga merupakan suatu hal
yang penting dalam upaya pengendalian penyakit TB paru. Tujuan pengobatan TB
paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS
adalah panduan pengobatan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO) dan pemberian panduan OAT didasarkan klasifikasi TBC.
Menurut Hudoyo (2008), mengobati penderita dengan TB paru cukup mudah, karena
penyebab TB paru sudah jelas yaitu, bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
dapat di matikan dengan kombinasi beberapa obat yang sudah jelas manfaatnya.
Sesuai dengan sifat bakteri Mycobacterium tuberculosis, untuk memperoleh efektifitas
pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
1. Obat harus di berikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat (Isoniasid,
Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol) dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua bakteri (termasuk bakteri persisten)
dapat di bunuh. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
2. Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan
dengan pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
8. Saluran komunikasi
9. Metode
10. Alat Peraga (AVA)
a. Leaflet
b. Masker
: Kepala Posyandu
: Penyampaian langsung, tanya jawab
:
Download