BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kerja pada zaman sekarang berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini telah membuka pintu bagi beberapa kalangan untuk terus menggali potensi-potensi yang ada pada perusahaannya agar tetap bertahan dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan maksimal. Fenomena mengenai kinerja karyawan (job performance) sering diperbincangkan banyak kalangan, pada PT. Pelita Air Service kinerja karyawannya dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu yang mempengaruhi kinerja karyawannya adalah cara atasan dalam memimpin bawahannya, sehingga hubungan mengenai cara mempimpin dari seorang atasan dengan performa kerja karyawannya menjadi sesuatu hal yang ingin saya angkat untuk diteliti. Hal ini juga didasari oleh pendapat Kouzes dan Posner (2007, h.18), “Good leaders are known for standing by their principles. Research suggests that clarity about personal values has the greatest effect on employees’ feelings about their work”. Kepemimpinan sampai saat ini masih dipandang sebagai faktor yang sangat penting untuk efektivitas organisasi, bahkan juga mempengaruhi hampir semua kehidupan manusia (Handoyo, 2010, h.1). Menurut Raharjo dan Purbudi (1997, h.66 dalam Sugianto, 2011,h.16) bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan atau organisasi ditentukan oleh kepemimpinan, bentuk kepemimpinan yang efektif akan berdampak pada kemajuan perusahaan atau organisasi dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi. Banyak sekali teori-teori mengenai kepemimpinan yang telah diciptakan dan dikembangkan untuk membahas lebih dalam kepemimpinan itu sendiri. 1 Beberapa teori mengenai kepemimpinan menggunakan pendekatan teori perilaku untuk menentukan bagaimana pemimpin mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan dan lain sebagainya, salah satu contohnya adalah teori mengenai sifat manusia Teori X dan Y dari Mc. Gregor (1960). Teori Y berlandaskan asumsi optimistis tentang manusia, Teori X mempunyai dasar yang lebih gelap yaitu orang mempunyai kecenderungan mendasar untuk menghindari keharusan bekerja (Adair, 2008). Adapula teori lain mengenai kepemimpinan yang menggunakan pendekatan situasional yaitu perilaku atau gaya kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh seorang pemimpin, contohnya model kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard (1969-1972). Pelita Air Service adalah maskapai penerbangan nasional di Indonesia. PT PAS memiliki basis udara (air base) di Bandar Udara Halim Perdanakusuma dan memiliki Bandar Udara Pondok Cabe (Jakarta Selatan). Kantor pusatnya yang terletak di Jl. Abdul Muis, Jakarta Pusat, memiliki ratusan karyawan yang terdiri dari staf manajemen serta jajaran karyawan udara (air crew) yang terlatih dan dapat diandalkan. Berdiri pada tahun 1963 dengan nama Pertamina Air Service (PT. PAS), semula Pelita Air difokuskan pada layanan penyewaan pesawat (air charter). Selama beberapa dekade, Pelita Air melayani jasa penerbangan bagi beberapa perusahaan minyak di Indonesia, baik perusahaan asing maupun domestik. Semula PT. PAS berdiri di bawah naungan Pertamina (BUMN milik pemerintah), untuk memenuhi kebutuhan transportasi internal perusahaan, lalu dikembangkan menjadi maskapai yang menyediakan layanan penyewaan pesawat bagi perusahaan lain sejenis. Sepanjang 1970 – 1990, Pelita Air menjadi jasa layanan penyewaan pesawat bagi pelanggan tertentu saja. PT. PAS kemudian 2 berdiri sendiri, melepaskan dari manajemen Pertamina. Kini Pelita Air berada di bawah manajemen PT. Pelita Air Service (PAS). PT. PAS memiliki sistem tersendiri dalam perekrutan dan penempatan karyawan-karyawannya. Untuk penempatan pergeseran jabatan baru, ditentukan oleh sistem golongan pada pegawai mereka. Golongan pada PT. PAS dibagi menjadi tiga : (1) Golongan utama, (2) Golongan madya, dan (3) Golongan biasa. Setiap karyawan dapat membuat memorandum untuk kenaikan jabatan/golongan apabila lama kerjanya sudah mencukupi. Dengan kata lain seorang karyawan dapat naik jabatan tidak begitu dipengaruhi kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut naiknya jabatan di tingkat manajer pada bagian Human Resources & General Affair (HRGA) perlu mendapatkan perhatian khusus, disamping itu juga di PT. PAS belum memiliki penilaian dan pelatihan leadership secara menyeluruh dan juga terdapat beberapa penurunan kinerja bawahan pada bagian HRGA. Hal ini menjadi penting dilakukan penelitian pada bagian Human Resources & General Affair sebab disanalah perusahaan mengelola sumber daya manusia yang diarahkan agar dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan. Peran seorang atasan dalam mengelola kinerja karyawan sangatlah krusial. Coaching merupakan salah satu tugas seorang atasan agar mampu mengelola kinerja karyawannya secara efektif (Nugroho, Hasanuddin, & Brasit, 2011). Jaques dan Clement (1996, h.195 dalam Nugroho,Hasanuddin, & Brasit 2011, h.2) menyatakan bahwa agar terjadi praktek manajerial yang efektif, seorang atasan perlu menerapkan Sepuluh Praktek Manajerial Kunci (Ten Key Managerial Practices) yaitu : melakukan praktek manajerial dua arah, menjelaskan konteks, merencanakan, memberikan tugas, melakukan penilaian efektivitas personal, meninjau penggajian, melakukan coaching melakukan seleksi dan induksi, melakukan deseleksi dan pemberhentian dan melakukan peningkatan secara berkelanjutan. 3 Menurut Kouzes & Posner (2007, h.8), “Leadership can happen anywhere, at any time. It happen in a huge business or a small one”. Kepemimpinan didefinisikan sebagai hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama (Rost 1993, dalam Sunarta, 2011). Dibutuhkan interaksi sosial satu sama lain yang saling membantu dan membutuhkan, sehingga tercipta lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman agar para pimpinan dan bawahan saling terlibat dalam mewujudkan tujuan organisasi (Sunarta, 2011, h.2). Kepemimpinan memiliki tiga implikasi dasar yaitu: (1) Kepemimpinan berarti kemampuan membujuk atau mempengaruhi, memotivasi, mengajak, dan mengarahkan orang lain kepada suatu tujuan yang telah ditentukan. (2) kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi, artinya sebuah kepemimpinan hanya ada dan bisa berlangsung jika ada pengikut/bawahan. Kepemimpinan tanpa bawahan tidak memiliki makna apa-apa, sebaliknya bawahan tanpa adanya kepemimpinan akan liar dan sesat. (3) Kepemimpinan merupakan sebuah proses bagaimana bisa melakukan sesuatu terhadap bawahannya sehingga bisa memelihara motivasi kerjanya (Sunarta, 2011, h.5). Kouzes dan Posner (2007) meneliti dan mengembangkan lima perilaku kepemimpinan yang didasarkan pada karakteristik kepemimpinan yang diinginkan diperoleh dari manajer melalui kuesioner penelitiannya. Kelima dimensi diidentifikasi dari data adalah sebagai berikut : 1. Challenging the process : pemimpin berfokus dalam mencari dan menerima tantangan, mengenali dan mendukung ide-ide inovatif, bereksperimen dengan sistem yang baru dan berani mengambil resiko untuk membawa perubahan. 4 2. Inspiring the vision : kemampuan seorang pemimpin untuk membayangkan masa depan dan dengan jelas mengartikulasikan visi kepada orang lain, sehingga mendapatkan dukungan dari bawahannya dan kepercayaan dalam visi. 3. Enabling Others to Act : meliputi konsep-konsep seperti kerjasama tim, kepercayaan, keyakinan dan pemberdayaan. 4. Modelling The Way : pentingnya pemimpin menjadi suatu teladan bagi para bawahannya dan pemimpin bersedia bertindak atas keyakinannya, bukan hanya berbicara mengenai dirinya saja. 5. Encouranging the Heart : meliputi tindakan kecil atau besar oleh seorang pemimpin yang mendorong dan mendukung para bawahannya serta membantu tim merayakan kemenangan. Hal ini merupakan ekspresi perasaan yang tulus. Hasil dari cara-cara kepemimpinan tersebut mempunyai pengaruh yang berlainan pula dalam suasana kerja kelompok, cara-cara bertingkah laku dan cara kerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda mempunyai kepentingan masing-masing, yang bahkan saling berbeda dan berakibat terjadi konflik. Tanpa kepemimpinan yang baik, hal-hal yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian tidak akan dapat direalisasikan. Kepemimpinan sangat diperlukan agar semua sumber daya yang telah diorganisasikan dapat digerakkan untuk merealisasikan tujuan organisasi (Kasminto & Sjamsuddin, 2007, h.4). Karyawan adalah seseorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari sebuah perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja untuk digaji. Berhubungan dengan karyawan pasti takkan lepas dari kinerja karyawan, maka setiap perusahaan akan selalu melakukan penilaian kinerja karyawan. 5 Cara pandang dari setiap karyawan terhadap informasi-informasi yang ia tangkap akan berbeda-beda, begitu pula dengan memandang cara kepemimpinan atasannya. Persepsi individu terhadap cara kepemimpinan atasannya ini akan berpengaruh kepada perilaku mereka dalam bekerja. Persepsi dari bawahan ini akan digunakan untuk mengevaluasi kemampuan pimpinannya agar terlihat areaarea yang akan mendapatkan perbaikan. Kinerja pegawai yang baik adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya instansi untuk meningkatan produktivitas. Kinerja merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi atau instansi (Sudayat, 2009). Menurut Sunarni dan Istanti (2007, h.3) kinerja karyawan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1. Faktor kemampuan : a. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat b. Keterampilan : kecakapan dan kepribadian 2. Faktor motivasi : a. Kondisi sosial : kepemimpinan, organisasi formal dan informal, serikat kerja b. Kebutuhan individu : fisiologis, sosial c. Kondisi fisik : lingkungan kerja Dalam meningkatkan kinerja organisasi, perlu adanya perbaikan dari faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Pada hal ini keberhasilan suatu organisasi juga tidak terlepas dari kualitas pemimpinnya, sebab pemimpin yang berkualitas itu mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dalam perusahaan, memiliki kemampuan untuk mengarahkan kegiatan bawahan yang dipimpinnya, mengantisipasi segala perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, dapat 6 mengkoreksi segala kelemahan-kelemahan yang ada, dan sanggup membawa organisasi kepada tujuan yang telah disepakati dalam jangka waktu yang telah ditetapkan (Sugianto, 2011). 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah untuk mengertahui “Apakah terdapat korelasi antara cara atasan memimpin dengan kinerja bawahan?”. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui korelasi antara cara memimpin atasan menurut Teori Kouzes & Posner dengan kinerja bawahan di PT. Pelita Air Service. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis • Memberikan sumbangan pemikiran mengenai Cara Atasan Memimpin (Teori Kouzes & Posner) Atasan Terhadap Kinerja Bawahan. • Sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan indikator-indikator Cara Atasan Memimpin (Teori Kouzes & Posner), dan Kinerja, serta sebagai bahan kajian lain di bidang psikologi industri dan organisasi. 1.4.2 Manfaat Praktis • Kegunaan bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengetahui cara memimpin dari atasan PT. PAS yang lebih efektif yang dapat meningkatkan kinerja bawahan, sehingga perusahaan dapat mengembangkan personal insight & knowledge bagi para karyawan dan atasannya yang akan membantu dalam kemajuan perusahaan. 7 • Kegunaan bagi pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama dalam teori Kinerja (job performance) dan Cara Atasan Memimpin yang efektif menurut teori Kouzes & Posner. 8