BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara emerging market yang menjadi incaran investor global, baik untuk investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) maupun investasi portofolio. Ada fakta menarik bahwa terjadi pergeseran jenis investasi yang dimasuki oleh investor asing. Porsi yang masuk ke sektor berbasis sumber daya alam (SDA) menurun, dan beralih ke sektor manufaktur, seperti permesinan, industri logam, elektronika, transportasi, serta kimia dan farmasi. (www.beritasatu.com) Untuk berinvestasi para investor membutuhkan suatu informasi mengenai kinerja perusahaan. Dimana informasi tersebut dapat diungkapkan melalui laporan keuangan yang menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Sedangkan efektifitas manajemen dapat diukur dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi yang biasa disebut dengan profitabilitas. Tujuan dari setiap perusahaan tentunya adalah laba yang tinggi. Pentingnya informasi laba tersebut merupakan tanggung jawab dari pihak manajemen yang diukur kinerjanya dari pencapaian laba yang diperoleh. Situasi ini memungkinkan manajer untuk melakukan perilaku menyimpang dalam 1 2 penyajian dan pelaporan informasi laba tersebut yang dikenal dengan praktek manajemen laba. Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan dan merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan (Sri Sulistyanto, 2008:15). Manajemen laba tentunya sangat menyesatkan bagi para investor. Menurut Munter dan Ketz (1999) manajemen laba harus dicegah karena dapat menyesatkan keputusan investor. Akan tetapi, manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi namun lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Selain faktor tingkat profitabilitas perusahaan, faktor leverage juga sering kali menjadi alasan para manajer untuk melakukan manajemen laba. Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam aktivitas manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai leverage finansial tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan akuntansi dan mempercepat atau menunda pengakuan biaya dan pendapatan agar 3 lebih kecil atau lebih besar dari yang seharusnya. Hal inilah yang memungkinkan pihak manajemen melakukan manajemen laba untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan. Kasus kecurangan akuntansi melalui praktek manajemen laba telah banyak terjadi baik di dalam negeri maupun dunia international. Kasus yang terhangat hingga saat ini adalah kasus pajak yang dilakukan oleh Grup Bakri, salah satunya adalah kasus PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara milik Grup Bakrie selain PT. Bumi Resource Tbk dan PT. Arutmin Indonesia yang diduga terkait tindak pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah penyelidikan) oleh Ditjen Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp. 1,5 triliun dan ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang dilakukan oleh KPC pada tahun 2007 untuk meminimalkan pajak (www.ortax.org). Hal inilah yang dapat menimbulkan praktek manajemen laba yang berhubungan dengan pajak tangguhan dalam merekayasa penjualan untuk meminimalkan pajak yang dibayar. Menurut PSAK No. 46, pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan untuk periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Seperti yang diungkapkan oleh Scott (2000) bahwa salah satu motivasi perusahaan melakukan manajemen laba adalah motivasi perpajakan. Pengakuan pajak tangguhan adalah konsekuensi dari alokasi pajak antar periode pelaporan keuangan dengan menggunakan “pendekatan neraca”. Teknik pencatatan ini mengakibatkan pengakuan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan. (Marisi : 2009). 4 Penelitian mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya dilakukan oleh Yulianti (2005) yang mengemukakan bahwa pengukur manajemen laba (akrual dan beban pajak tangguhan) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian perusahaan. Hal serupa menurut Birgita D. (2010) menyimpulkan bahwa beban pajak tangguhan dan beban pajak kini, yang digunakan bersama-sama mampu mendeteksi laba pada saat seasoned equity offering. Sedangkan menurut Rikaz Z. (2009) menyimpulkan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh dalam mendeteksi manajemen laba dan akrual (total akrual) juga tidak berpengaruh dalam mendeteksi manajemen laba. Selain itu menurut penelitian Dewyta Dabukke (2012) yang meneliti mengenai Leverage dan pajak tangguhan terhadap manajemen laba menunjukan bahwa secara parsial hasil pengujian variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan pajak tangguhan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan menurut Cyntia Ayu (2011) mengemukakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba secara parsial, profitabilitas dengan proksi ROA memberikan pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap manajemen laba. Beban pajak tangguhan dan profitabilitas memberikan pengaruh secara serentak terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian sebelumnya yang memperoleh beberapa hasil yang berbeda, maka penelitian ini akan meniliti lebih lanjut dengan mengambil variabel beban pajak tangguhan, profitabilitas, leverage dan manajemen laba. Penelitian ini 5 mengambil periode tahun 2010 s/d 2012, dan diharapkan mampu mendukung penelitian sebelumnya serta memberikan masukan yang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis mengambil judul “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manajemen Laba” Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba? 3. Apakah leverage berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba? 4. Apakah pajak tangguhan, profitabilitas & leverage secara serentak berpengaruh terhadap manajemen laba? C. Batasan Masalah Terdapat beberapa perhitungan yang digunakan untuk mencari tingkat profitabilitas, yaitu Gross Profit Margin (GPM). Net Profit Margin (NPM), 6 Rentabilitas Ekonomi, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share ( EPS). Maka untuk mempermudah pengumpulan dan pengolahan data, dalam penelitian ini tingkat profitabilitas dihitung menggunakan perhitungan rasio return on asset (ROA). D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba. 2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba. 3. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap manajemen laba. 4. Untuk mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan, profitabilitas dan leverage terhadap manajemen laba secara serentak. Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis Mengetahui sejauh mana beban pajak tangguhan, profitabilitas dan leverage perusahaan. dapat mempengaruhi praktik manajemen laba pada suatu 7 2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor dan calon investor yang tertarik menanamkan modalnya melalui pasar modal supaya lebih berhati-hati dalam mencermati kualitas laporan keuangan yang diterbitkan dalam prospektus dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam mempertimbangkan keputusan investasi. 3. Bagi pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan berupa gambaran teori dan praktek manajemen laba.