analisis sulawesi tengah

advertisement
EKONOMI MAKRO SULAWESI TENGAH
Harga-Harga dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi yang relatif pesat sebagai hasil pembangunan yang
dicapai biasanya tercermin dengan semakin meningkatnya hasil produk domestik dan
selanjutnya akan meningkatkan pendapatan Penduduk yang ditandai dengan naiknya
tingkat konsumsi masyarakat.
Dalam usaha mengetahui tingkat pendapatan penduduk dan mengukur tingkat
konsumsi masyarakat dibutuhkan data-data di sektor ekonomi yang antara lain adalah
data tenaga kerja dan perkembangan tingkat harga yang merupakan salah satu
indikator utama dalam menggambarkan stabilitas perekonomian suatu negara atau
daerah. Berdasarkan data tersebut juga capat dilihat keseimbangan antara penawaran
(Supply) dengan permintaan (Demand) akan barang dan jasa pada saat tertentu.
Dalam publikasi ini disajikan beberapa jenis data tentang rata-rata harga
produsen, nilai tukar petani serta indeks harga konsumen (IHK). Sajian data rata-rata
harga produsen mencakup harga produsen tanaman palawija, harga produsen tanaman
sayuran, harga produsen tanaman buah-buahan, harga produsen tanaman perkebunan
rakyat, harga produsen tanaman hasil perkebunan rakyat, harga produsen peternakan
besar, unggas dan hasil peternakan.
Pada tahun 2005 terjadi perubahan untuk indeks yang diterima sebesar -0,11
persen, indeks yang dibayarkan mengalami perubahan (peningkatan) sebesar 1,73
persen, sementara untuk nilai tukar petani mengalami perubahan sebesar -2,78 persen.
Bila dilihat perubahan nilai tukar petani dari tahun 2004 ke 2005 maka terjadi
penurunan sebesar 7,60 persen.
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan indikator inflasi suatu daerah
yang mencakup tujuh kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat, mulai
dari bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sampai dengan
transpor dan komunikasi.
Laju Inflasi yang terjadi di Kota Palu tahun 2005 (Januari s/d Desember), secara
umum adalah sebesar 16,33 persen.
Dilibat dari kelompok pengeluaran konsumsi masyarakat, laju inflasi tertinggi
pada tahun 2005 (Januari s/d Desember) terjadi pada kelompok transportasi dan
komunikasi sebesar 37,82 persen, kemudian kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau sebesar 22,51 persen, kelompok perumahan sebesar 18,45, kelompok
sandang sebesar 10,14 persen, kelompok bahan makanan 8,17 persen, kelompok
kesehatan 6,99 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga 2,213 persen.
Secara umum tingginya laju inflasi yang terjadi selama tahun 2005 dibandingkan
dengan tahun 2004 adalah pertama, pasokan/stok barang selama tahun 2005 yang
tersedia di pasaran kurang sehingga lonjakan harga yang tinggi hampir setiap saat
terjadi. Kedua pendistribusian barang yang semakin sulit adanya kelangkaan BBM ke
seluruh Kabupaten/Kota. Ketiga, adanya rencana pemerintah untuk menaikkan bahan
bakar minyak (BBM) serta ketidakstabilan nilai tukar rupiah dipasaran.
TENAGA KERJA
Alasan mengapa terjadinya pengganguran?
Umumnya pencari kerja yang terdaftar tersebut menginginkan pekerlaan diluar
bidang pertanian karena tempat tinggal mereka di daerah perkotaan dan tingkat
pendidikan yang lumayan, sementara tingkat ketrampilan tidak mendukung untuk
bekerja pada sektor non pertanian. Pencari kerja ini sebaiknya diarahkan untuk bekerja
di sektor pertanian karena dilihat dari penyediaan lahan Sulawesi Tengah masih
merupakan wilayah yang cukup potensial untuk perluasan areal pertanian.
Pola perkembangan Tingkat Partismasi Angkatan Kerja (TPAK) sangat
dipengaruhi oleh susunan umur dan janis kelamin. Pada umur muda perkembangan
TPAK umumnya rendah dan pada satu saat akan mendekati "Nol", Hal ini
dimungkinkan apabila penduduk usia muda mempunyai peluang yang makin meningkat
untuk bersekolah. Demikian juga halnya dengan TPAK penduduk usia tua, semakin
berkembang keadaan ekonomi suatu negara semakin kecil partisipasinya dalam
angkatan kerja, karena adanya pengaturan jaminan hidup penduduk usia tua , sehingga
mereka tidak perlu lagi bekerja mau berusaha mencari pekerjaan. Sedangkan pada
kelompok umur dewasa ada kecenderungan perkembangan konstan dari waktu ke
waktu. Pada umumnya lapangan pekerjaan di sektor formal dapat diketahui tetapi
lapangan pekerajaan di sektor non formal tidak mudah diketahui. Kesempatan kerja
formal di Sulawesi Tengah dapat dikatakan masih sempit hal ini terlihat dengan adanya
jurang cukup besar antara pelamar pekerjaan (pencari kerja) dengan jumlah lowongan
kerja yang tersedia.
KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
 Kebijakan fiscal
-
Meningkatkan ekspor di dalam hal hasil pertanian untuk meningkatkan devisa
daerah.
 Kebijakan moneter
-
Discount rate
Dengan cara Menurunkan tingkat suku bunga di BPD sehingga usaha sector rill
mendapatkan pinjaman dengan efisien dan efektif.
 Kebijakan secara umum
-
Memberikan kredit bagi usaha kecil menengah agar usaha tersebut menjaring para
pengangguran.
Kebijakan
-
Pembenahan infrastuktur , pelayanan yang cepat, mudah, transparan.
-
Regulasi
-
Kepastian dan perlindungan hukum
-
Pemantapan kerjasama kawasan dan ekonomi regional
-
Promosi investasi
Download