PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION NIA FATMAWATI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail: [email protected] Abstract: Research is result purposed to increase numeracy ability with application realistic mathematic education approach. The method usedin this research was action research who developed by Kemmis and Taggart. Action taken in this research consisted oft wocycles; the first cycle consists of eight treatments and the second cycles consists of seven treatments. Data is used to observation, interview, and documentation throughout the study. Analys data is used based on the statistic depcription and interaktif model Miles and Huberman by steps: data reduction, display, and conclusion drawing or verification by. Ability numeracy of student at pre-intervention is 50%, cycle of one is 75%, and cycle of two is 81,25%. The result showed that the lesson use of realistic mathematic education approach can increase numeracy ability student. Keywords: Numeracy Ability, Approach, Realistic Mathematic Education Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa melalui pendekatan Realistic Mathematic Education. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis danTaggart. Tindakan dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan model interaktif Miles dan Huberman, meliputi: data reduction, display, and conclusion drawing or verification. Analisis data penelitian diperoleh berdasarkan pada peningkatan kemampuan berhitung siswa dari pra-tindakan sampai pada siklus kedua. Kemampuan berhitung siswa pada pra-tindakan adalah 50%, siklus satu 75%, dan siklus dua mencapai 81,25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Kata kunci: Kemampuan Berhitung, Pendekatan, Realistic Mathematic Education hitungan sebagai kegiatan matematika Kegiatan berhitung dalam awal anak. Konsep dasar dari berhi- konteks yang sederhana telah dikenal- tung adalah sistem angka dan jumlah kan sebelum siswa memasuki usia (hitungan) yang merupakan dasar dari sekolah dasar. Baik siswa prasekolah sistem matematika. Banyak siswa maupun sekolah dasar menjadikan mengalami kesulitan dalam belajar 315 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014 matematika salah satunya karena matematika memiliki sifat yang abs- diberikan oleh guru jika hal tersebut dilakukan secara mandiri. Hasil observasi juga menun- trak. Perkembangan kognitif Piaget pada jukkan bahwa guru belum maksimal rentang usia 7-11 tahun berada pada dalam memanfaatkan media yang ada tahap operasional konkret. Pada tahap Siswa ini siswa memandang ”dunia” secara media-media realistik yang menun- objektif secara jang pembelajaran. Beberapa siswa KTSP yang dapat melakukan operasi hitung (Kurikulum Tingkat Satuan Pendi- bilangan adalah siswa yang memiliki dikan) menuntut perubahan paradig- media ma dalam pendidikan dan pembela- siswa yang tidak memiliki media jaran. Pendekatan yang semula lebih tersebut terlihat kesulitan dalam men- banyak bersifat tekstual perlu diubah jawab soal-soal hitungan yang diberi- menjadi kontekstual. kan oleh guru. Proses pembelajaran menjelaskan dan konseptual. bahwa siswa berorientasi Berlakunya kurang berupa difasilitasi abakus, dengan sementara dengan yang kurang maksimal dapat menye- guru, guru mengungkapkan bahwa babkan kemampuan yang kurang nilai matematika siswa khususnya maksimal. Rendahnya kemampuan berhitung berada di atas rentangan 80 berhitung siswa dapat dilihat dari ke atas jika soal-soal yang diberikan ulangan harian dalam mata pelajaran tersebut dikerjakan di rumah karena matematika. Perolehan nilai rata-rata dapat dibantu oleh anggota keluarga untuk mata pelajaran matema-tika siswa, namun jika pengerjaannya khususnya materi berhitung, pada dilakukan di kelas, maka nilai-nilai siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri tersebut berbanding terbalik. Siswa 12 Metro Pusat di semester ganjil sering mendapat nilai rendah atau di tahun ajaran 2013/2014 yaitu 47,66, bawah 60 jika pekerjaan itu dilakukan sedang-kan KKM (Kriteria Ketun- di dalam kelas. Hal ini menunjukkan tasan bahwa siswa kurang mampu dalam adalah 55,00. Siswa yang belum mengerjakan soal-soal hitungan yang tuntas mencapai 56%, atau sebanyak 9 Hasil wawancara Minimal) yang ditetapkan 316 Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati orang siswa dari 16 orang siswa. Ini dengan operasi bilangan bulat melalui menunjukkan keberhasilan penjumlahan, pengurangan, perkalian dalam belajar berhitung baru menca- serta pembagian dan pemakaian hasil- pai 44%. Dengan adanya permasa- nya dalam kehidupan sehari-hari, lahan di atas, maka diperlukan suatu sedangkan upaya salah bungan dengan pemecahan masalah satunya yaitu dengan menerapkan dalam hal bentuk dan keruangan pendekatan (Kajal Deb, 2006: 10) untuk bahwa mengatasinya, Realistic Mathematic operasi spasial berhu- Education. Matematika Matematika tidak akan lepas Kemampuan Berhitung Kemampuan sebagai suatu daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan latihan (Semiawan, 1984: 1). Standar NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) memberikan gambaran rinci mengenai proses dan isi matematika, fokus pada siswa usia dini adalah pemahaman pada angka, sistem angka dan operasi hitung, khususnya penambahan dan pengurangan. Dasar pembelajaran berhitung bagi usia dini salah satunya terdapat dalam teori perkembangan kognitif. Pada tahap perkembangan kognitif anak, Piaget menjelaskan bahwa pada usia 7 tahun perkembangan kognitif anak memasuki tahap operasional konkret. Operasi logika aritmatika berhubungan dari konsep berhitung. Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah sistem yang berisikan model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalanpersoalan nyata (Subarinah, 2006: 1). Ahli lain seperti Hans Freudenthal memandang bahwa matematika merupakan kegiatan insani dan terkait dengan realitas, dekat dengan dunia anak, dan relevan bagi masyarakat, sehingga apa yang harus dipelajari bukanlah matematika sebagai sistem tertutup, melainkan sebagai suatu kegiatan, yakni proses matematisasi matematika (Tarigan, 2006: 3). Belajar matematika hakikatnya adalah 317 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014 membaca aktivitas dari realitas kehi- bangkan di Belanda sejak tahun 1971. dupan kita sendiri (Manfaat, 2010: 9). Menurut Semakin jauh matematika pada reali- ‘realistic’ tidak hanya sekedar menun- tas kehidupan manusia atau sesuatu jukkan adanya suatu koneksi dengan yang real, maka semakin tidak pasti, dunia nyata tetapi lebih mengacu pada semakin jauh dari kepastian, maka fokus Realistic Mathematic Education tidak merujuk pada yang riil. Mate- dalam matika dengan suatu situasi yang bisa dibayangkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan atau dipikirkan (imaginable) oleh anak, sehingga matematika menjadi siswa (Wijaya, 2012: 20). Pendekatan salah satu keterampilan untuk diterap- Realistic kan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi menawarkan kesempatan pada siswa dapat disimpulkan bahwa matematika untuk memanipulasi benda-benda atau merupakan kegiatan yang mengajak alat peraga yang dapat diotak-atik. berhubungan erat siswa untuk mencari, menemukan, Van den menempatkan Mathematic Realistic Heuvel kata penggunaan Education Mathematic dan membangun pengetahuan berda- Education merupakan suatu pende- sarkan perhitungan dengan aktivitas katan nyata dalam kehidupan. dikembangkan untuk mendekatkan belajar matematika yang matematika kepada siswa (Aisyah, Pendekatan Realistic Mathematic Education Pendekatan Realistic Mathematic Education dikembangkan 2007: 7.1). Benda-benda nyata yang akrab dengan keseharian siswa dapat dijadikan sebagai alat dalam Hans pembelajaran matematika. Pembela- Freudenthal yang menyatakan bahwa jaran Realistic Mathematic Education ‘Mathematics activity merupakan pendekatan yang orienta- (Freudenthal, 1991: 14). Menurut sinya menuju kepada penalaran siswa Hans, matematika merupakan sebuah yang bersifat realistik (Tarigan, 2006: aktifitas yang dilakukan. Realistic 4). Menurut Tarigan, matematika Mathematic Education telah dikem- adalah berdasarkan pemikiran as an sebuah pendekatan yang 318 Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati berorientasi kepada pemikiran untuk yang menyediakan hal tersebut menalar sesuatu yang bersifat pasti. kepada siswa. Siswa dapat merekons- Mathematic truksi kembali temuan-temuan dalam Education adalah pembelajaran yang bidang matematika melalui kegiatan menggunakan dunia nyata sebagai eksplorasi dalam memanipulasi objek Realistic titik awal untuk pengembangan ide realistik Strategi Pembelajaran Realistic Mathematic Education Gravemeijer mengidentifika- dikenal dua jenis matematisasi yang sikan kegiatan pembelajaran matema- diformulasikan oleh Treffers yaitu tika matematisasi horizontal dan matema- karakteristik yaitu penggunaan kon- tisasi vertikal (Aisyah, 2007: 7.3). teks, Instrumen vertikal, konstribusi Dalam proses horizontal siswa men- siswa, kegiatan interaktif, dan keter- coba menyelesaikan soal-soal dari kaitan topik. Pada prinsipnya dalam dunia nyata dengan cara mereka pendekatan sendiri, dan menggunakan bahasa dan Education seorang siswa didorong simbol mereka sendiri. Sedangkan secara aktif untuk memahami sesuatu. matematisasi vertikal adalah proses Fakta matematika telah ditemukan formalisasi matematika. sebelumnya namun belum pernah Realistic diajarkan secara langsung. Adapun siswa langkah-langkah pembelajaran dengan dan konsep pendekatan Dalam Mathematic matematika. matematika konsep pendekatan Education Dalam realistik memiliki Realistic beberapa Mathematic dipandang sebagai insan yang memi- pendekatan liki potensi dan seperangkat pengeta- Education menurut Nyimas yaitu: huan serta pengalaman yang diperoleh persiapan, pembukaan, proses pembe- melalui interaksi dengan lingkungan- lajaran, dan penutup (Zulkardi, 2007: nya. Siswa dapat mengembangkan 7.20). Persiapan, guru menyiapkan pengetahuan dan pemahaman mate- masalah kontekstual dan benar-benar matika apabila diberikan ruang dan memahami masalah serta memiliki kesempatan untuk itu. Kelas Realistic berbagai macam strategi. Pembukaan, Realistic Mathematic Mathematic Education adalah kelas 319 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014 ada bagian ini siswa diperkenalkan tahap operasional konkret maka dalam kepada masalah dari dunia nyata belajar berhitung anak membutuhkan kemudian untuk objek nyata. Hal ini pun didukung memecahkan masalah tersebut dengan oleh teori belajar Bruner yang berlan- cara mereka sendiri. Proses pembe- daskan pada tiga model tahapan yaitu lajaran, siswa model tahap enaktif, tahap ikonik, dan dengan media-media konkret untuk tahap simbolis. Tahapan ini menjelas- memecahkan suatu masalah. Siswa kan bahwa dalam belajar, siswa mencoba untuk terlebih menyelesaikan masalah sesuai dengan konkret, kemudian pengalamannya dan media realistik disajikan melalui yang telah difasilitasi oleh guru. Hal selanjutnya pembelajaran direpresen- ini dapat dilakukan secara perorangan tasikan dalam bentuk simbol-simbol maupun secara kelompok. Kemudian abstrak. Pembelajaran dengan pende- setiap siswa atau kelompok mempre- katan Realistic Mathematic Education sentasikan hasil kerjanya di depan mengaitkan secara langsung kegiatan siswa atau kelompok lain dan siswa pembelajaran dengan dunia nyata atau kelompok lain memberi tanggap- siswa, memiliki karakteristik konteks- an terhadap hasil kerja siswa atau tual, bergerak berdasar instrumen kelompok penyaji. Penutup, Setelah vertikal yang disajikan dengan objek- mencapai kesepakatan tentang peme- objek cahan masalah yang diberikan melalui gambar, adanya kontribusi siswa dan diskusi kelas, siswa diajak menarik kegiatan interaktif antara siswa dan kesimpulan dari pelajaran saat itu. guru, serta keterkaitan topik yang Pada akhir pembelajaran siswa harus terintegrasi. siswa guru diminta memfasilitasi berbagai strategi dahulu konkret diberikan objek pembelajaran gambar, serta dan representasi mengerjakan soal evaluasi dalam benMETODE PENELITIAN tuk matematika formal. Berlandaskan teori Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan anak usia 7-11 tahun memasuki Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Metode ini bersifat partisi- 320 Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati patif dan kolaboratif. Pendekatan penghitungan point biserial dan uji kualitatif menjelaskan peristiwa yang reliabilitas menggunakan KR-20. Uji dilakukan dalam penelitian sehingga kredibilitas mendapatkan gambaran dan penjelas- dengan triangulasi, member-check, an yang lengkap dalam pelaksanaan audit penelitian community tindakan. Keberhasilan trail, penelitian, dilakukan expert opinion, validation atau dan peer- 71% debriefing. Analisis data kualitatif siswa tuntas dalam kegiatan belajar yang digunakan ialah berdasarkan berhitung, yaitu dengan mendapatkan pada model Miles dan Huberman, nilai ketuntasan dengan langkah-langkah: (1) data minimal (55,00). Sumber data yang reduction, (2) data display, and (3) dikenai tindakan adalah siswa kelas 1 conclusion drawing or verification. tindakan ditetapkan di atas sebesar standar Sekolah Dasar Negeri 12 Metro Pusat sebanyak 16 orang siswa pada semester II tahun ajaran 2013/2014 dan guru kelas 1 Sekolah Dasar Hasil penelitian setelah kegiatan pembelajaran berhitung diberikan tindakan dengan penerapan pendek- Negeri 12 Metro Pusat. Pengumpulan HASIL DAN PEMBAHASAN data dalam penelitian menggunakan instrumen tes dan non tes. Non tes terdiri atas observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji validitas instrumen terdiri dari validitas konstruk dan validitas isi yang dilakukan dengan meminta pendapat para ahli. Selanjutnya dilakukan juga uji validitas eksternal yang diujikan pada siswa sekolah dasar kelas 1 yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik sumber data. Uji validitas ini menggunakan atan Realistic Mathematic Education, terdapat peningkatan skor kemampuan berhitung dari pra-tindakan sampai pada akhir siklus II. Dari segi individu, setiap siswa mengalami peningkatan kemampuan berhitung mulai dari pra tindakan hingga akhir siklus II. Nilai terendah diperoleh oleh DR dengan nilai pra tindakan 0, siklus 1 meningkat menjadi 15, dan siklus 2 mengalami peningkatan kembali dengan pencapaian nilai 40. Setelah dilakukan analisis melalui penga- 321 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014 matan dan wawancara dengan guru, untuk mengikuti kegiatan pembela- terdapat beberapa faktor yang menye- jaran. babkan DR belum tuntas dalam Data hasil kemampuan berhi- kegiatan pembelajaran berhitung, an- tung secara klasikal bertujuan untuk tara lain: latar belakang keluarga, melihat keberhasilan kelas secara absensi, dan komunikasi. keseluruhan. Hasil penelitian mem- Nilai tertinggi pada akhir buktikan terjadi peningkatan kemam- siklus II diperoleh MI dan BSP. Pada puan berhitung siswa. Peningkatan pra tindakan MI memperoleh nilai 40, terjadi pada perolehan nilai siswa pada siklus II MI mengalami pening- yang mencapai Kriteria Ketuntasan katan kemampuan berhitung yang Minimal (KKM). Pada pra tindakan, cukup signifikan yaitu dengan penca- persentase jumlah siswa yang nilainya paian nilai 100, begitu pula pada lebih dari atau sama dengan 55 siklus II, MI mendapatkan nilai 100. sebesar 50% dengan nilai rata-rata Pada BSP, mulai dari pra tindakan 48,44, pada siklus 1 mencapai 75% hingga pada siklus II, BSP mampu dengan nilai rata-rata 63,13 dan pada mempertahankan nilai 100 yang dipe- siklus II mencapai 81,25% dengan rolehnya. Peningkatan pada MI terjadi nilai rata-rata 72,19. Sementara itu hal karena MI merasa senang dalam sebaliknya terjadi pada perolehan nilai belajar. Sedangkan pada BSP berda- siswa yang kurang dari atau sama sarkan wawancara dengan guru, BSP dengan 55. Pada pra tindakan nilai memang termasuk anak yang mudah yang kurang dari atau sama dengan 55 sekali dalam memahami pembela- sebanyak 50%, sedangkan pada siklus jaran. Baik itu berhitung, Bahasa I menurun menjadi 25%, dan pada Indonesia, IPA, IPS, ataupun mata siklus II menjadi lebih kecil lagi yaitu pelajaran lainnya. Dari segi absensi, 18,75%. BSP tergolong anak yang rajin masuk Kemampuan berhitung siswa sekolah. Pada saat penelitian dengan meningkat seiring dengan meningkat- 15 kali pertemuan, BSP selalu hadir nya berbagai aktivitas dan tindakan Realistic Mathematic Education yang 322 Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati dilakukan guru dan siswa. Pening- Principle of Activity “One learns only katan terjadi karena pada siklus I dan by some activities in the neural II guru telah sukses melaksanakan system: seeings, hearing, smelling, rencana-rencana perbaikan. Diantara- feeling, thinking, physical or motor nya yaitu dalam aspek pemahaman activity. The learner must actively konsep, pada saat berkeliling mem- engage in the ‘learning’, whether it be bimbing kelompok, guru mengarah- of kan siswa mengaitkan konsep yang understanding, a habit, an ideal, an sedang attitude, an interest, or the nature of a dipelajari dengan konsep matematika yang lain dan kehidupan information a skill, an task” (Hamalik, 2009: 172). sehari-hari. Selain itu pula masih Hal ini menjelaskan bahwa berkaitan dengan pemahaman konsep, dalam pembelajaran terdapat beberapa guru siswa sistem aktivitas yang harus digunakan kelompok secara aktif oleh pembelajar. Pembe- dengan bantuan gambar pada papan lajaran dengan pendekatan Realistic tulis, yaitu dengan cara meminta Mathematic Education adalah pembe- bantuan mengondisikan menjelaskan jawaban agar dari perwakilan lajaran yang efektif karena menyedia- dapat menggam- kan kesempatan pada anak melakukan barkan jawaban kelompok pada papan berbagai aktivitas sehingga diperoleh tulis. Penelitian dengan pendekatan kemampuan berhitung yang mening- Realistic Mathematic Education siswa kat disetiap siklusnya. Pemanfaatan diberikan kesempatan untuk melihat, konstruksi siswa telah mampu mem- mendengar, memikirkan, bangkitkan aktivitas siswa dengan memanipulasi objek, dan aktivitas melatih siswa bekerja sendiri atau psikis atau motorik lainnya sehingga turun terjadi sebuah kemampuan dalam berlangsung. Dengan bimbingan yang memperoleh dan memahami infor- diberikan guru siswa dapat melaksa- masi. Kegiatan-kegiatan tersebut seja- nakan kegiatan dengan menjadi lebih lan dengan apa yang diungkapkan mudah. Apabila peran guru sebagai oleh Mehl-Mill-Douglass tentang The pembimbing tidak terlaksana maka siswa kelompok yang meraba, aktif selama pembelajaran 323 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014 prinsip-prinsip lah, menyelesaikan masalah, melapor- lainnya pun juga tidak dapat terlak- kan jawaban penyelesaian masalah sana dengan baik. Dari uraian hasil dan menyimpulkan jawaban. Hal ini analisis data terlihat bahwa pening- menunjukkan katan kinerja atau tindakan-tindakan bukanlah satu kumpulan aturan atau yang dilakukan guru berakibat terha- sifat-sifat yang sudah lengkap yang dap harus kemungkinan besar peningkatan keaktifan siswa siswa bahwa matematika pelajari, matematika sekaligus berakibat terhadap mening- bukan merupakan suatu objek yang katnya kemampuan berhitung siswa. siap saji untuk siswa, melainkan suatu Proses belajar siswa hanya kegiatan yang dinamis yang dapat akan terjadi jika pengetahuan (know- dipelajari dengan cara melakukannya. ledge) yang dipelajari bermakna bagi Berdasarkan hasil temu-an yang telah siswa. akan peneliti paparkan di atas dan didu- menjadi bermakna bagi siswa jika kung dengan teori belajar yang telah proses diuraikan Suatu pengetahuan pembelajaran dilaksanakan sebelumnya, dalam suatu konteks atau permasa- menunjukkan lahan realistik (Wijaya, 2012: 20). matematika realistik dapat meningkat- Hasil penelitian juga membuktikan kan kemampuan berhitung siswa. pendapat dari Hans Freudenthal yang Pengalaman langsung memberikan mengatakan bahwa belajar matema- kesan paling utuh dan paling bermak- tika akan berhasil apabila pembela- na mengenai informasi dan gagasan jaran sebagai yang terkandung dalam pembelajaran aktivitas manusia atau “mathematics karena hampir melibatkan seluruh is an activity” (Freudenthal, 1991: indera, pemahaman yang didapat dari 14). Penelitian dengan pendekatan kegiatan melakukan adalah sebesar pembelajaran Realistic Mathematic 90% Education terbukti membuat mate- internalisasi pada siswa terjadi secara matika khususnya pembelajaran ber- optimal karena guru telah menerapkan hitung menjadi serangkaian aktivitas tiga model tahapan seperti apa yang matematika dibuat (Fajar, bahwa penelitian 2004: pendekatan 88). Proses siswa, mulai dari memahami masa- 324 Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati diungkapkan oleh Bruner, yaitu model Realistic Mathematic Education pada enaktif, ikonik, dan simbolis. siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Pelaksanaan penelitian deng- 12 Metro Pusat ialah dengan berlan- an pendekatan matematika realistik ini daskan pada dunia nyata sebagai guru juga telah memberi kesempatan objek kepada siswa untuk memanipulasi pengetahuan. Setelah diberikan tin- benda-benda konkret atau alat peraga dakan dengan penerapan pendekatan yang Realistic dapat diotak-atik, sehingga konkret dalam membentuk Mathematic Education, siswa menemukan dan memahami kemampuan berhitung siswa menga- konsep berhitung dengan baik. Hal ini lami peningkatan. Ketuntasan siswa sejalan dengan prinsip pendekatan pada awal observasi di semester 1 Realistic Mathematic Education itu ialah 44% dengan nilai rata-rata 47,66 sendiri yang menerapkan penggunaan dan pada saat pra penelitian di konteks dan konstruksi model yang semester 2 ketuntasan mencapai 50% bergerak menuju dengan nilai rata-rata 48,44. Setelah vertikal (Aisyah, 2007: 7.4). Hasil dilaksanakan penelitian pada siklus I dari penelitian ini menunjukkan ter- ketuntasan jadinya peningkatan yang cukup sig- keberhasilan 75% siswa tuntas dan nifikan terhadap kemampuan berhi- nilai rata-rata 63,13. Selanjutnya pada tung siswa disetiap siklusnya. Dari siklus II ketuntasan mencapai 81,25% data yang diperoleh pada saat obser- dengan rata-rata nilai 72,19. dari horizontal meningkat 25% dengan vasi, pra tindakan, tindakan siklus I dan Siklus II diperoleh peningkatan sebesar 33,59% yang persentase akhir yang diperoleh adalah 81,25% dengan nilai rata-rata 72,18. SIMPULAN Peningkatan berhitung melalui kemampuan pendekatan DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Nyimas dkk. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2007. Deb, Kajal. Cognitive Development in Classroom. New Delhi: Adhyayan Publishers & Distributors, 2006. Fajar, Arnie. Portofolio. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. 325 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014 Freudenthal, Hans. Revisting Mathematics Education. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher, 1991. Manfaat, Budi. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung. Cirebon: Eduvision Publishing, 2010. Subarinah, Sri. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti, 2006. Tarigan, Daitin. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2006. Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. 326