ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KREDIT BERMASALAH Studi Kasus pada PD. BPR BKK KEBUMEN Aris Susetyo ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan pembentuk kredit bermasalah. Variabel penelitian yang diidentifikasi pembentuk kredit bermasalah berdasarkan prinsip 5C yang meliputi : character, capacity, capital, condition of economy, dan collateral. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah/debitur kredit di PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang Puring sejumlah 150 responden dengan plafon di atas 10 juta dan diambil menurut kualitasnya. Kredit kurang lancar (50 responden), kredit diragukan (50 responden), dan kedit macet (50 responden). Setelah dilakukan pengujian dengantingka kepercayaan 5% diperoleh hasil bahwa faktor dominan pembentuk kredit bermasalah yaitu : 1. Kredit tidak lancar : 1) Faktor kepedulian sosial dan keuangan (4 variabel), 2) Faktor agunan dan omset usaha (2 variabel). 2. Kredit diragukan : 1) Faktor karakter dan keuangan (4 variabel), 2) Faktor produksi dan aset simpanan (4 variabel), 3) Faktor mental wirausaha dan aset usaha (4 variabel), 4) Faktor hubungan sosial dan omset usaha (3 variabel), 5) Faktor agunan tanah (1 variabel). 3. Kredit macet : 1) Faktor agunan dan keuangan (5 variabel), 2) Faktor mental wirausaha dan permodalan (4 variabel), 3) Faktor motivasi wiraswasta dan modal cadangan (2 variabel), 4) Faktor hubungan sosial (1 variabel). Kata kunci : character, capacity, capital, condition of economy, collateral, kredit bermasalah, dan analisis faktor. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tugas bank sebagai lembaga intermediasi keuangan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah funding. Pengertian menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank maka pihak perbankan memberi rangsangan bunga. Semakin tinggi bunga yang diberikan akan menambah minat masyarakat dalam menyimpan uangnya di bank. Disamping pemberian suku bunga yang menarik, dalam merangsang minat masyarakat agar menyimpan uang di bank, pihak bank harus mampu menanamkan kepercayaan. Kepercayaan terhadap masyarakat dapat dipupuk dengan adanya rasa keamanan, Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 38 bahwa dana yang disimpan di bank nantinya akan dibayar baik pokok maupun bunga yang dijanjikan dengan tepat waktu. Tugas bank yang kedua adalah menyalurkan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Sebelum kredit ini diberikan pihak bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Tujuan analisis ini adalah agar pihak bank yakin bahwa kredit yang diberikan nantinya benar-benar aman. Dalam arti nasabah yang diberi kredit mampu mengembalikan pokok dan bunganya sesuai dengan waktu yang disepakati bersama. Meskipun demikian penyaluran kredit oleh suatu bank kepada nasabah selalu mengandung resiko bermasalah. Kemungkinan kredit bermasalah ini disebabkan oleh ketidakjujuran nasabah dalam memberikan data analisis kredit sehingga menyebabkan kesalahan analisis atau disebabkan oleh bencana yang tidak dapat dihindari oleh nasabah sehingga menghentikan usahanya. Timbulnya kasus kredit bermasalah dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis kredit baik secara kualitatif maupun kualitatif atas data usaha perusahaan dan calon debitur. Analisis atas data usaha perusahaan dan calon debitur dilakukan dengan menggunakan 5C Priciples dan studi kelayakan bisnis (H.Moh.Tjoekam 1999 : 94). Sasaran terakhir penerapan prinsip tersebut, adalah diperolehnya informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) calon debitur untuk melunasi pinjaman pokok beserta bunganya, sehingga pihak bank memperoleh keyakinan terlebih dahulu bahwa kredit yang akan disalurkan benarbenar akan kembali sesuai dengan yang diperjanjikan (Kasmir, 2000:91-95). Mendasari kenyataan yang ada, ternyata PD.BPR BKK Kebumen Cabang Puring memiliki wilayah operasional sebagian besar di wilayah Kecamatan Puring dan sekitarnya yang memiliki kehidupan masyarakat yang beragam, belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Hal tersebut disebabkan keterbatasan Sumber Daya manusia (SDM) internal bank. Juga adanya faktor eksternal seperti : kondisi serta tipikal masyarakat yang sangat beragam dan cenderung kurang memahami bahkan mengabaikan arti penting administrasi dan prosedur pemberian kredit. Faktor tingkat persaingan usaha antar lembaga bank dan non bank yang tidak mungkin dihindari sehingga kurang selektif dalam menerima nasabah kredit yang berdampak pada proses dan sistem operasional, terutama dalam melaksanakan analisa terhadap pemohon kredit, pembinaan serta pengawasan penggunaan kredit. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kategori kredit bermasalah sebagai berikut : 1. Kredit kurang lancar Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan. 2. Kredit diragukan Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaaan selam 6 (enam) bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. 3. Kredit macet Kredit macet adalah kredit yang pegembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 39 Kesehatan bank dapat diukur dari rasio NPL (Non Performing Loans). Rasio NPL adalah prosentase perbandingan kredit bermasalah (kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet) dengan total volume kredit. Terjadinya kredit bermasalah sering diawali dengan munculnya berbagai indikasi dan gejala. Oleh karenanya, bank harus mampu mengamati dan mendeteksi secara dini terhadap timbulnya kredit bermasalah sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan lebih dini (preventif). Kredit bermasalah sering menghantui dunia perbankan dalam penyaluran kredit dan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kredit bermasalah memiliki potensi yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank dan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan tingkat kesehatan bank. Sehingga pengawasan terhadap kredit merupakan hal yang harus dilaksanakan pada lembaga perbankan. Melaksanakan analisa dan pengawasan terhadap kredit bermasalah akan lebih sulit dilakukan dibanding dengan penyaluran kredit baru, karena memperbaiki performance kredit bermasalah memang sulit dibandingkan dengan pemberian atau penyaluran kredit baru. Oleh karena hal ini bank harus senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan selalu waspada terhadap gejala atau faktor yang merupakan indikasi akan terjadinya masalah dalam penyaluran kredit. Untuk menjaga agar kredit yang di berikan berjalan lancar, maka diperlukan pengawasan serta seperangkat alat analisis yang memadai, yang dalam hal ini mencakup tentang : Character, Capacity, Capital, Condition of economic, dan Collateral atau sering disebut prinsip 5C. Dengan menggunakan faktor- faktor tersebut, penilaian atau analisa yang teliti, tepat dan akurat akan dapat dijadikan dasar untuk pemutusan atau eksekusi sebuah kredit. Lancar tidaknya sebuah kredit sangat ditentukan oleh cara dan ketelitian petugas analisa kredit. Kelengkapan, ketelitian, kejelian dan kehati-hatian merupakan sebuah kewajiban bagi petugas analisa kredit dengan tujuan agar Non Performing Loans (NPL) dapat ditekan sehingga berdampak pada membaiknya tingkat kesehatan bank dan peningkatan pendapatan (profit) bank. Tabel 1 Jumlah Nasabah dan Volume Kredit Bermasalah Tahun 2004-2008 Tahun Jumlah Nasabah Volume Kredit NPL 2004 905 3.425.150.000 8,2 % 2005 982 3.515.975.000 8,4 % 2006 971 3.862.285.000 8,1 % 2007 1015 4.001.500.000 7,8 % 2008 1121 4.151.971.000 8,0 % Sumber : Laporan Tahunan PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang Puring Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah nasabah dan volume kredit bermasalah mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai dengan 2008. Angka NPL tahun 2004 (8,2%), tahun 2005 (8,4%), tahun 2006 (8,1%), tahun 2007 (7,8%) dan tahun 2008 (8,0%). Kondisi kredit bermasalah tersebut masih di atas ketentuan standar Bank Indonesia yaitu NPL maksimal 5% (lima per seratus). Dengan kondisi Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 40 tersebut di atas maka pelaksanaan analisa kredit di PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang Puring belum maksimal. Hal ini tercermin masih tingginya kredit bermasalah. Agar kredit yang diberikan sesuai dengan harapan atau berjalan dengan lancar, maka diperlukan seperangkat alat analisis yaitu prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Condition of economy, dan Collateral). Kelima faktor tersebut dijadikan sebagai dasar untuk memutuskan atau eksekusi kredit. LANDASAN TEORI. Pengertian Kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjamantara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu (Lukman Dendawijaya, 2005:5-6). Apabila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau Badan usaha berlandaskan kepercayaan pada saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah janka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur (bank) dan debitur (pengguna/user) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pengertian kredit adalah : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah janka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan(bagi Perbankan Syariah). Analisis Kredit. Adalah suatu tindakan upaya penilaian yang seksama terhadap Character, Capacity, Capital, Condition of economy, Collateral serta prospek usaha debitur / nasabah melalui pendekatan kuantitatif dan kulitatif terhadap aspek mikro dan makro ekonomi, yang mempengaruhi kegiatan suatu jenis usaha dalam rangka memberikan keyakinan bahwa kredit yang akan diberikan akan kembali beserta bunga/pembagian hasil tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Agar dalam melaksanakan analisa diperoleh keyakinan bahwa calon debitur akan mampu melunasi kreditnya, maka bank harus berpegang teguh kepada prinsip dasar analisis yaitu : 1. Prinsip 5 C. 1) Character, yaitu untuk mengetahui sifat-sifat positif / negatif calon debitur sebagai pengusaha. Bank harus melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, terutama sikap tanggungjawab dan kemauan atas kewajiban yang telah disepakati bersama diantaranya : meliputi iktikad baik, ketekunan motifasi, pengalaman, hubungan dengan pihak lain, temperamen keharmonisan keluarga, aktifitas sosial, aktifitas keagamaan. Penerapan ini dalam analisa kredit kelompok pengusaha mikro (KPM) dan umum adalah : 1. Mempunyai cukup pengalaman didalam memgelola usaha. 2. Dipilih dan direkomendasikan oleh tokoh masyarakat setempat. 3. Bersedia ikut serta dan diterima dalam ikatan tanggung renteng diantara anggota kelompok. Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 41 4. Apabila diperlukan, yang bersangkutan bersedia menyerahkan harta pribadinya sebagai jaminan. 2) Capacity, yaitu penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan(Lukman Dendawijaya, 2005:90). 3) Capital, penelitian pada aspek ini diarahkan pada kondisi keuangan atau permodalan calon debitur , memgingat kredit pada dasarnya hanya merupakan tambahan pembiayaan bagi suatu usaha /proyek dan tidak menyediakan sepenuhnya jumlah pembiayaan yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar calon debitur lebih bertanggungjawab dalam menjalankan usahanya, karena ikut menanggung resiko terhadap kegagalan usahanya. Sedangkan yang disebut sebagai modal adalah jumlah equiti yang ditanamkan pada perusahaan dan dapat berupa modal disetor, cadangan-cadangan, laba dll. 4) Condition of economy, maksudnya bahwa kegiatan usaha debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri dan usaha masih mempunyai prospek kedepan setidaknya selam kredit masih dinikmati oleh debitur yang bersangkutan . Adapun aspek meliputi : manajemen, produksinya jelas, kemampuan produksi ,pangsa pasar omset legalitas usaha, teknis produksi dan laba /rugi. 5) Collateral, adalah jaminan kredit yang dapat menambah tingkat keyakinan bank bahwa calon debitur dengan usaha yang dimilikinya akan mampu melunasi kredit. Dalam hal ini agunan merupakan jaminan tambahan jika bank menganggap aspek-aspek pendukung calon debitur masih lemah. Jaminan ini terlepas dari obyek kredit dan dapat berupa kekayaan lain dari calon debitur atau jaminan dari pihak ketiga. Penilaian kualitas kredit Berdasarkan ketentuan umum Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif Dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat, Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk kredit ditetapkan dalam 4 (empat) golongan yaitu : 1. Lancar (Kolektibilitas/Kualitas 1) yaitu : 1) Apabila tidak terdapat tunggakan pokok dan atau bunga 2) Apabila terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali angsuran. 3) Kredit belum jatuh tempo. 2. Kurang lancar (Kolektibilitasnya/ Kualitas 2) yaitu : 1) Apabila terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga lebih dari 3 (tiga) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran. 2) Kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan. 3. Diragukan (Kolektibilitas/kualitas 3) yaitu : 1) Apabila terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga lebih dari 6 (enam) kali angsuran tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran. 2) Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan tetapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan. 4. Macet (Kolektibilitas/Kualitas 4) yaitu : Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 42 1) Apabila terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran. 2) Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua ) bulan. 3) Kredit telah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang Negara (BUPN). 4) Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kapada perusahaan asuransi kredit. Prinsip 5 P 1. People, bank harus melakukan penilaian terhadap calon debitur, termasuk mitra usahanya, orang/lembaga yang memback-up, pelanggan dan pemasok yang dianggap penting dalam menunjang kegiatan usaha. 2. Purpose, bank harus melakukan penelitian tehadap tujuan permohonan kredit dari calon debitur agar penggunaan kredit tersebut terarah, aman, produktif, serta membawa manfaat bagi perusahaan, masyarakat, bank dan otoritas moneter. 3. Payment, penilaian ini dilaksanakan pada sumber-sumber pelunasan primer dan sekunder, sehingga kemungkinan penyelesaian kredit dapat dilaksanakan tanpa kesulitan yang berarti. 4. Protection, apabila usaha debitur mengalami kegagalan, bank harus terlindungi dengan baik dari kesulitan menyelesaikan kreditnya. Bank harus mempunyai alternatif penyelesaian dengan agunan yang dikuasai dan pengikatan yuridis sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Perspective, posisi usaha debitur pada waktu yang akan datang harus mampu mengikuti kondisi ekonomi, keuangan dan fiskal. Tinjauan Penelitian Terdahulu Mutasir (2007) melakukan penelitian tentang alat analisis yang meliputi 5C , faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kredit bermasalah pada PD. BPR BKK Sadang. Mutasir melakukan pengujian terhadap alat analisis: Character, Capacity, Capital, Condition of economy, Collateral dengan jumlah sampel 90 debitur dengan plafond 5 juta keatas selama 3 tahun dengan alat analisis regresi berganda. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor manakah diantara ; Character, Capacity, Capital, Condition of economy, Collateral yang paling berpengaruh terhadap terjadinya kredit bermasalah pada PD. BPR BKK Sadang. Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kredit bermasalah adalah faktor karakter. M Budi Waluyo (2007) melakukan penelitian tentang analisis melakukan penelitian tentang alat analisis yang meliputi 5C , faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kredit bermasalah pada PD BPR BANK PASAR Kabupaten Kebumen. M Budi Waluyo melakukan pengujian terhadap alat analisis : Character, Capacity, Capital, Condition of economy, Collateral dengan jumlah sempel 120 debitur selama 3 tahun dengan alat analisis regresi berganda. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor manakah diantara ; Character, Capacity, Capital, Condition of economy, Collateral yang mempengaruhi terhadap kredit bermasalah (NPL) pada PD. BPR BPR BANK PASAR Kabupaten Kebumen. Dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh M Budi Waluyo diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial penilaian terhadap kriteria yang diproyeksikan ke dalam 5 C mempunyai pengaruh terhadap kolektibilitas. Nilai yang sangat berpengaruh terhadap kolektibilitas dengan pengujian Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 43 yang didukung oleh hasil uji t statistik, bahwa yang sangat berpengaruh adalah Character dan secara bersama-sama penilaian terhadap kriteria kredit yang diproyeksikan kedalam 5 C mempunyai pengaruh terhadap kolektibilitas. METODOLOGI PENELITIAN Populasi penelitian adalah nasabah PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang Puring sebanyak 1.121 debitur. Sedangkan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling, yaitu metode sampling yang tidak menggunakan metode diacak. Dalam hal ini penulis akan mengambil nasabah yang dipilih menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel dengan harapan dapat mewakili seluruh nasabah PD.BPR BKK Kebumen Cabang Puring dari berbagai golongan debitur. Adapun jumlah sampel yang digunakan peneliti sebanyak 150 debitur. Adapun kredit yang digunakan sebagai sampel adalah jenis kredit usaha yang memiliki plafon diatas 10 juta dan diambil menurut kualitasnya (tidak lancar, diragukan, dan macet). Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Character Yaitu sifat-sifat positif/negatif calon debitur sebagai pemohon atau penerima kredit. 2. Capacity Yaitu kemampuan calon debitur atau penerima kredit untuk memenuhi kewajibannya, kemampuan untuk mencari dan mengkombinasikan sumber daya yang terkait dengan bidang usaha, kemampuan memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen/pasar dan mampu menyusun rencana dan mewujudkannya menjadi suatu realita. 3. Capital Yaitu kondisi keuangan dan permodalan yang telah dimiliki calon debitur atau penerima kredit, mengingat kredit pada dasarnya hanya merupakan tambahan pembiayaan bagi suatu usaha/proyek, dan tidak menyediakan sepenuhnya jumlah pembiayaan yang diperlukan. 4. Collateral Adalah jaminan kredit yang dapat menambah tingkat keyakinan bank bahwa calon debitur dengan usaha yang dimilikinya akan mampu melunasi kredit. 5. Condition of economic Yaitu calon debitur dalam kegiatan usahanya mampu mengikuti fluktuasi ekonomi, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan usahanya masih mempunyai prospek ke depan, setidaknya selama kredit masih dinikmati oleh debitur yang bersangkutan. Analisis Faktor. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dengan menamakannya sebagai faktor (Santoso dan Tjiptono,2000:48). 1. Menentukan variabel yang akan dianalisis. Variabelnya yaitu : itikad (V1), motivasi wiraswasta (V2), pengalaman usaha (V3), hubungan dengan pihak lain (V4), temperamen (V5), keharmonisan keluarga (V6), aktivitas sosial (V7), aktivitas keagamaan (V8), agunan tanah(V9), agunan bangunan (V10), agunan kendaraan (V11), tempat usaha (V12), kemampuan produksi (V13), likuiditas Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 44 (V14), rentabilitas (V15), teknoligi/alat produksi (V16), modal awal(V17), modal cadangan (V18), pendapatan (V19), tabungan (V20), manajemen (V21), produksi (V22), teknik produksi (V23), pangsa pasar (V24), omset usaha (V25), legalitas usaha (V26), laba usaha (V27), kepemilikan deposito (V28), kepemilikan emas (V29), kepemilikan barang elektornik (V30). 2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan: 1) Barlett test of sphericity yang dipakai untuk menguji bahwa variabelvariabel dalam sampel berkorelasi. 2) Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) untuk mengetahui kecukupan sampel atau pengukuran kelayakan sampel. Analisis faktor dianggap layak jika besaran KMO > 0,5. 3) Uji Measure of Sampling Adequacy (MSA) yang digunakan untuk mengukur derajat korelasi antar variabel dengan kriteria MSA > 0,5. 3. Penentuan jumlah faktor didasarkan pada besarnya eigen value setiap faktor yang muncul. Faktor-faktor inti yang dipilih adalah faktor yang memiliki eigen value > 1. 4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk tersebut. Rotasi ini dilakukan mempermudah interprestasi dalam menentukan variabel mana saja yang tercantum dalam suatu faktor karena terkadang ada beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi dengan lebih dari satu faktor atau jika sebagian factor loading dari variabel bernilai di bawah terkecil yang telah di tetapkan. Dalam penelitian ini di gunakan rotasi varimax, yaitu metode rotasi faktor yang meminimalkan jumlah variabel dengan loading yang tinggi pada satu faktor. 5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang telah terbentuk tersebut, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Deskripsi Penelitian Karakreristik responden berdasarkan umur, dari hasil olah data dapat pengelompokan responden berdasarkan umur, diketahui bahwa ≥ 51 tahun (40%), 41-50 tahun (38%), 31- 40 tahun (14%) dan 21-30 tahun (8%). Karakteristik berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa laki –laki 62% dan perempuan 38% sedangkan karakteristik berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa responden sebagian besar tingkat pendidikannya SLTA (56%), SMP (22%), Diploma (12%) dan Sarjana (10%). Karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan PNS/Pensiunan (32%), pedagang (24%), wiraswasta (22%), petani (12%) dan swasta (10%). Analisis Faktor Untuk mengetahui faktor dan pembentuk kredit bermasalah di PD. BPR BKK Kebumen Cabang Puring digunakan pendekatan analisis faktor. Dalam hal ini harus dirumuskan tujuan dari penggunaan analisis faktor. Melalui analisis faktor akan dapat diketahui faktor dan variabel pembentuk kredit bermasalah di PD.BPR BKK Kebumen Cabang Puring. Untuk menjawab permasalahan ini berdasarkan beberapa kajian dan pertimbangan maka terdapat 30 variabel yang akan diteliti. Dalam melakukan analisis data, dibedakan menurut kategori kredit (kurang lancar, diragukan dan macet). Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 45 1. Kredit kurang lancar a. Pengujian Pertama matrik korelasi. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada tahapan ini diperoleh hasil Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 905.896 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi sedangkan hasil Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,439 dimana angka tersebut masih di bawah 0,5. Sedangkan hasil Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA), yang diberlakukan untuk mengukur derajat korelasi antar variabel dimana setiap variabel dianalisis dapat diketahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan mana yang harus dikeluarkan. b. Pengujian kedua matrik korelasi Pada Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 43.434 dengan signifikansi 0,003. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05dan hasil Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,543 dimana angka tersebut di atas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. Sedangkan Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA), karena ada variabel yang tidak memenuhi syarat maka dilakukan proses ulang. Untuk melakukan proses ulang matrik korelasi variabel yang dianalisis selanjutnya adalah variabel yang memenuhi syarat atau nilai MSA > 0,5 a. Pengujian ketiga matrik korelasi Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 31,933 dengan signifikansi 0,007. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05. Berdasar Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,598 dimana angka tersebut di atas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. Sedangkan Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA), hasil pegujian didapat tiap variabel memiliki nilai MSA > 0,5 maka memenuhi syarat untuk dilakukan proses selajutnya. b. Menentukan jumlah faktor Pada tahapan proses ini, faktor yang dipilih adalah terbatas pada faktor dengan eigen value ≥ 1 sehingga dengan batasan ini terdapat lima faktor ng terbentuk. Kelima faktor tersebut mampu menjelaskan semua varian yang ada dalam data sebesar 51,680 % c. Rotasi Faktor Matrik faktor yang terbentuk sebelum dilakukan rotasi masih menunjukan hasil yang tidak jelas bedanya sehingga masih sulit untuk diinterpretasikan. Masalah tersebut dapat diupayakan dengan melakukan rotasi faktor untuk memudahkan penjelasan seluruh faktor yang dianalisis dalam model. Pada penelitian ini digunakan rotasi varimax, rotasi ini dipilih karena untuk menghindari factor loading yang tinggi masuk ke dalam satu factor. d. Interpretasi faktor Pada dasarnya factor loading mengidentifikasikan korelasi antar variabel dengan faktor yang bersangkutan. Semakin tinggi factor loading berarti semakin erat hubungan antar variabel dengan faktor tersebut. Kedua faktor yang diperoleh dari hasil reduksi akan diberi nama, dimana penamaan faktor tergantung Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 46 pada nama-nama variabel yang menjadi satu kelompok pada interpretasi masingmasing analis dan aspek lainnya. Pemberian nama ini sebenarnya subyektif serta tidak ada ketentuan yang pasti mengenai pemberian nama ini. Hasil interpretasi dari masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Faktor 1 diberi nama “Kepedulian sosial dan Keuangan”. Faktor ini merupakan faktor yang paling dominan karena memiliki eigen value tertinggi yaitu 2,027. Variabel yang terdapat dalam dalam faktor ini terdiri dari variabel hubungan dengan pihak lain, aktivitas keagamaan, likuiditas dan modal cadangan. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman varian sebesar 33,785 %. 2) Faktor 2 diberi nama “Agunan dan Omset usaha” karena variabel-variabel yang mewakili terdiri dari variabel agunan bangunan dan omset usaha. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman varian sebesar 17,895 %. 2. Kredit diragukan a. Pengujian pertama matrik korelasi Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada tahapan ini diperoleh hasil Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 670.638 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05 dan Uji Kaiser-MeyerOlkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,539 dimana angka tersebut sudah diatas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. b. Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA), yang diberlakukan untuk mengukur derajat korelasi antar variabel dimana setiap variabel dianalisis dapat diketahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan mana yang harus dikeluarkan. Pada variabel yang memiliki nilai MSA > 0,5 yaitu : V1, V4, V5, V6, V7, V9, V11, V13, V14, V16, V18, V21, V22, V23, V24, V25, V28, V29 dan V30. Sedangkan V2, V3, V8, V10, V12, V15, V17, V19, X20, V26,dan V27 karena nilainya < 0,5 tidak dapat diproses lebih lanjut. c. Pengujian kedua matrik korelasi berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 339.957 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05. Sedangkan hasil Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,697 dimana angka tersebut sudah diatas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA), yang diberlakukan untuk mengukur derajat korelasi antar variabel dimana setiap variabel dianalisis dapat diketahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan mana yang harus dikeluarkan. Pengujian ketiga matrik korelasi a. Pengujian matrik korelasi berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 285,109 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05, sedangkan Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,747 dimana angka tersebut sudah diatas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA). Berdasarkan hasil penelitian dapat ilihat bahwa semua variabel yang Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 47 memiliki nilai MSA > 0, hal ini berarti semua variabel dapat diproses lebih lanjut. Menentukan jumlah factor, pada tahapan proses ini, faktor yang dipilih adalah terbatas pada faktor dengan eigen value ≥ 1 sehingga dengan batasan ini terdapat lima faktor yang terbentuk. Kelima faktor tersebut mampu menjelaskan semua varian yang ada dalam data sebesar 64,086 %. Setelah terbentuk 5 faktor, masing-masing variabel belum ada kejelasan masuk faktor mana. Hal ini karena masih ada variabel nilainya tidak berbeda jauh untuk masuk tiap faktornya. d. Rotasi Faktor, matrik faktor yang terbentuk sebelum dilakukan rotasi masih menunjukan hasil yang tidak jelas bedanya sehingga masih sulit untuk diinterpretasikan. Masalah tersebut dapat diupayakan dengan melakukan rotasi faktor untuk memudahkan penjelasan seluruh faktor yang dianalisis dalam model. Pada penelitian ini digunakan rotasi varimax, rotasi ini dipilih karena untuk menghindari factor loading yang tinggi masuk kedalam satu faktor. Setelah dilakukan rotasi varimax, dapat dilihat bahwa variabel yang berjumlah 17 tersebut masuk kedalam lima faktor yang merupakan variabel-variabel yang yang mewakili faktornya. e. Interpretasi factor, Pada dasarnya factor loading mengidentifikasikan korelasi antar variabel dengan faktor yang bersangkutan. Semakin tinggi factor loading berarti semakin erat hubungan antar variabel dengan faktor tersebut. Kelima faktor yang diperoleh dari hasil reduksi akan diberi nama, dimana penamaan faktor tergantung pada namanama variabel yang menjadi satu kelompok pada interpretasi masing- masing analis dan aspek lainnya. Pemberian nama ini sebenarnya subyektif serta tidak ada ketentuan yang pasti mengenai pemberian nama ini. Hasil interpretasi sebagai berikut : 1) Faktor 1 diberi nama “Karakter dan Keuangan”. Faktor ini merupakan faktor yang paling dominan karena memiliki eigen value tertinggi yaitu 2,775. Variabel yang terdapat dalam dalam faktor ini terdiri dari variabel itikad, aktivitas sosial, likuiditas, dan produksi. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman varian sebesar 16,323 %. 2) Faktor 2 diberi nama “Produksi dan Aset simpanan” karena variabelvariabel yang mewakili terdiri dari variabel kemampuan produksi, modal cadangan, kepemilikan deposito, dan kepemilakan emas. Faktor ini merupakan salah satu faktor pembentuk kredit bermasalah dengan eigen value 2,402 dan total varian 14,127 %. 3) Faktor 3 diberi nama “Mental wirausaha dan Aset usaha. Faktor ini memiliki eigen value 2,375. Variabelvariabel dalam faktor ini terdiri dari variabel temperamen, teknik produksi, omset usaha, dan kepemilikan barang elektronik. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman varian sebesar 13,970 %. 4) Faktor 4 diberi nama “Hubungan sosial dan Omset usaha” variabel yang mewakili faktor ini adalah variabel hubungan dengan pihak lain, keharmonisan keluarga, agunan kemdaraan dan pangsa pasar. Faktor ini mempunyai eigen value 2,019 dan 11,878 % mampu menjelaskan keragaman varian. Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 48 5) Faktor 5 diberi nama “ Agunan Tanah” karena variabel yang mewakili faktor ini yaitu agunan tanah yang nilai eigen value 1,324 dan 7,788 % mampu menjelaskan keragaman varian. 3. Kredit macet Pengujian Pertama matrik korelasi Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada tahapan ini diperoleh hasil Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 652,563 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05 dan Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,499 dimana angka tersebut masih di bawah 0,5 sedangkan Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA), nilai MSA yang tidak memenuhi syarat tidak dianalisis lebih lanjut. a. Pengujian kedua matrik korelasi, berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 245,848 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05, sedangkan Uji Kaiser-MeyerOlkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,712 dimana angka tersebut di atas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. b. Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA) Hasil analisis dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki nilai MSA > 0,5 yaitu : V2, V3, V7, V9, V11, V14, V15, V17, V18, V22, V27 dan V29 sedangkan V12 dan V19 tidak diproses lebih lanjut. c. Pengujian ketiga matrik korelasi, berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar 222,042 dengan signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar variabel terjadi korelasi karena signifikansi < 0,05. Berdasarkan hasil Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat adalah 0,743 dimana angka tersebut di atas 0,5. Dengan demikian kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut. Sedangkan Uji Measure of Sampling Adequancy (MSA) dapat dilihat bahwa semua variabel yang memiliki nilai MSA > 0, hal ini berarti semua variable dapat diproses lebih lanjut. d. Menentukan jumlah faktor Pada tahapan proses ini, faktor yang dipilih adalah terbatas pada faktor dengan eigen value ≥ 1 sehingga dengan batasan ini terdapat empat (4) faktor yang terbentuk. Keempat faktor tersebut mampu menjelaskan semua varian yang ada dalam data sebesar 69,443 %. Setelah terbentuk 4 faktor, masing-masing variabel belum ada kejelasan masuk faktor mana. Hal ini karena masih ada variabel nilainya tidak berbeda jauh untuk masuk tiap faktornya. e. Rotasi Faktor Matrik faktor yang terbentuk sebelum dilakukan rotasi masih menunjukan hasil yang tidak jelas bedanya sehingga masih sulit untuk diinterpretasikan. Masalah tersebut dapat diupayakan dengan melakukan rotasi faktor untuk memudahkan penjelasan seluruh faktor yang dianalisis dalam model. Pada penelitian ini digunakan rotasi varimax, rotasi ini dipilih karena untuk menghindari factor loading yang tinggi masuk kedalam satu Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 49 faktor. Setelah dilakukan rotasi varimax, dapat dilihat bahwa variabel yang berjumlah 12 tersebut masuk kedalam empat faktor yang merupakan variabel-variabel yang yang mewakili faktornya. Interpretasi faktor Pada dasarnya factor loading mengidentifikasikan korelasi antar variabel dengan faktor yang bersangkutan. Semakin tinggi factor loading berarti semakin erat hubungan antar variabel dengan faktor tersebut. Pemberian nama dari masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Faktor 1 diberi nama “Agunan dan Keuangan”. Variabel yang terdapat dalam factor ini meliputi : agunan kendaraan, likuiditas, rentabilitas, laba usaha dan kepemikan emas. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman varian sebesar 24,578 %. 2) Faktor 2 diberi nama “Mental wiraswasta dan Permodalan” karena variabel-variabel yang mewakili terdiri dari variable pengalaman usaha, agunan tanah, modal awal dan teknik produksi.. Faktor ini merupakan salah satu faktor pembentuk kredit bermasalah dengan eigen value 2,384 dan total varian 19,863 %. 3) Faktor 3 diberi nama “Motivasi wiraswasta dan Modal cadangan”, karena variabel-variabel yang mewakili faktor ini menunjukan motivasi wiraswasta dan modal cadangan. Faktor ini memiliki eigen value 1,878. 4) Faktor 4 diberi nama “Hubungan sosial” variabel yang mewakili faktor ini adalah variabel aktivitas sosial. Faktor ini mempunyai eigen value 1,22 dan 9,351 % mampu menjelaskan keragaman varians. PEMBAHASAN Kredit kurang lancar Pada pengujian ini dari 30 variabel yang diidentifikasi sebagai pembentuk kredit bermasalah menghasilkan 6 variabel yang diektraksi menjadi 2 faktor dominan. Faktorfaktor dominan tersebut adalah : 1. Faktor kepedulian sosial dan keuangan yang mewakli variabel hubungan dengan pihak lain, aktivitas keagamaan, likuiditas, dan modal cadangan. 2. Faktor agunan bangunan dan omset usaha yang mewakili variabel agunan bangunan dan omset usaha. Kredit diragukan Pada pengujian ini dari 30 variabel yang diidentifikasi sebagai pembentuk kredit bermasalah menghasilkan 17 variabel yang diektraksi menjadi 5 faktor dominan. Faktorfaktor dominan tersebut adalah : 1. Faktor karakter dan keuangan yang mewakili variabel itikad, aktivitas sosial, likuiditas, dan produksi. 2. Faktor produksi dan aset simpanan yang mewakili variabel kemampuan produksi, modal cadangan, kepemilikan deposito, dan kepemilikan emas. 3. Faktor mental wiraswasta dan aset usaha yang mewakili variabel temperamen, teknik produksi, omset usaha, dan kepemilikan barang elektronik. 4. Faktor hubungan sosial dan omset usaha yang mewakili variabel hubungan dengan pihak lain, keharmonisan keluarga, agunan kendaraan, dan pangsa pasar. 5. Faktor agunan tanah yang mewakili variabel agunan tanah. Kredit macet Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 50 Pada pengujian ini dari 30 variabel yang diidentifikasi sebagai pembentuk kredit bermasalah menghasilkan 12 variabel yang diektraksi menjadi 4 faktor dominan. Faktorfaktor dominan tersebut adalah : 1. Faktor agunan dan keuangan yang mewakili variabel agunan kendaraan, likuiditas, rentabilitas, laba usaha, dan kepemilikan emas. 2. Faktor mental wiraswasta dan permodalan yang mewakili variabel pengalaman usaha, agunan tanah, modal awal, dan teknik produksi. 3. Faktor motivasi wiraswasta dan modal cadangan yang mewakili variabel motivasi wiraswasta dan modal cadangan. 4. Faktor hubungan sosial yang mewakili variabel aktivitas sosial. Dari hasil pengujian di atas dapat dilihat komposisi variabel pembentuk kredit bermasalah pada masing-masing faktor 5C berbeda-beda untuk tiap jenis kredit bermasalah. Secara keseluruhan untuk kredit bermasalah, variabel yang terbanyak pada faktor caracter yaitu 2 variabel (kredit kurang lancar), 5 variabel (kredit diragukan), 3 variabel (kredit macet). Pada faktor capacity yaitu 2 variabel ( kredit kurang lancar), 4 variabel (kredit diragukan), 4 variabel (kredit macet). Pada faktor capital yaitu 1 variabel (kredit kurang lancar), 1 variabel ( kredit diragukan), 1 variabel (kredit macet). Pada faktor condition of economi yaitu 1 variabel (kredit kurang lancar), 4 variabel (kredit diragukan), 1 variabel (kredit macet). Pada faktor collateral yaitu 3 variabel (kredit diragukan) dan 2 variabel (kredit macet). KESIMPULAN Dari hasil analisis yang telah dilakukan, faktor-faktor yang dominan pembentuk kredit bermasalah di PD. BPR BKK Kebumen Cabang Puring untuk masingmasing kredit bermasalah berbeda-beda faktor dan variabel pembentuknya. Faktor pembentuk kredit bermasalah tersebut yaitu : 1. Faktor pembentuk kredit kurang lancar terbentuk dari 2 faktor yang meliputi 6 variabel yaitu : hubungan dengan pihak lain, aktivitas keagamaan, agunan bangunan, likuiditas, modal cadangan, dan omset usaha. 2. Faktor pembentuk kredit diragukan terbentuk dari 5 faktor yang meliputi 17 variabel yaitu : itikad debitur, hubungan dengan pihak lain, temperamen, keharmonisan keluarga, aktivitas sosial, agunan tanah, agunan kendaraan, kemampuan produksi, likuiditas, modal cadangan, teknik produksi, produksi, pangsa pasar, omset usaha, kepemilikan deposito, kepemilikan emas, dan kepemilikan barang elektronik. 3. Faktor pembentuk kredit macet terbentuk dari 4 faktor yang meliputi 12 variabel yaitu : motivasi wiraswasta, pengalaman usaha, aktivitas sosial, agunan tanah, tempat usaha, likuiditas, rentabilitas, modal awal, modal cadangan, teknik produksi, laba usaha, dan kepemilikan deposito. Dilihat dari komposisi variabel pembentuknya untuk masing-masing kredit bermasalah berdasarkan prinsip 5C, variabel likuiditas dan modal cadangan adalah variabel dominan pada kredit bermasalah (kredit kurang lancar, diragukan, dan macet). Oleh karena itu menganalisis kredit perlu penilaian lebih mendalam atau perhatian yang lebih teliti dari likuiditas (capacity) dan modal cadangan (capital) usaha debitur. Penilaian terhadap data likuiditas dan modal cadangan usaha debitur akan berdampak pada kredit yang disalurkan. Apabila hasil Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008 51 penilaian likuiditas dan modal cadangan debitur dinilai baik maka diharapkan kredit yang disalurkan nantinya akan berjalan dengan lancar atau tidak terjadi kredit bermasalah demikian juga sebaliknya. Penilaian atas data debitur tidak hanya difokuskan pada likuiditas dan modal cadangan tetapi pada aspek yang lain juga perlu diperhatikan antara lain: hubungan dengan pihak lain (caracter), agunan tanah dan agunan kendaraan (capacity), teknik produksi dan omset usaha (condition of economi), dan kepemilikan deposito (collateral). DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya,Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Fuad, Munir, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo, Jakarta. Mutasir,2007, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Skripsi.Tidak dipublikasikan.Kebumen.STIE Putra Bangsa Kredit Bermasalah Santoso dan Tjiptono 2000,Riset Pemasaran : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit Elex Media Komputindo Tjoekam,Mohammad,1999,Perkreditan Utama, Jakarta Bisnis Inti Bank Komersial, Gramedia Pustaka Wahono,2007, Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermasalah, Skripsi,Tidak dipublikasikan.Kebumen. STIE Putra Bangsa Kredit Waluyo,Budi,2007, Manfaat Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermasalah, Skripsi.Tidak dipublikasikan. STIE Putra Bangsa Kredit Bank Indonesia, 1998, Undang-Undang Perbankan No.10, Jakarta. Bank Indonesia, 2006, No.8, Tentang Penilaian Aktiva Produktif, Jakarta Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008 52