Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KREDIT BERMASALAH
Studi Kasus pada PD. BPR BKK KEBUMEN
Aris Susetyo
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan pembentuk kredit
bermasalah. Variabel penelitian yang diidentifikasi pembentuk kredit bermasalah
berdasarkan prinsip 5C yang meliputi : character, capacity, capital, condition of
economy, dan collateral.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah/debitur kredit di PD. BPR
BKK KEBUMEN Cabang Puring sejumlah 150 responden dengan plafon di atas 10 juta
dan diambil menurut kualitasnya. Kredit kurang lancar (50 responden), kredit
diragukan (50 responden), dan kedit macet (50 responden). Setelah dilakukan pengujian
dengantingka kepercayaan 5% diperoleh hasil bahwa faktor dominan pembentuk kredit
bermasalah yaitu :
1. Kredit tidak lancar : 1) Faktor kepedulian sosial dan keuangan (4 variabel), 2)
Faktor agunan dan omset usaha (2 variabel).
2. Kredit diragukan : 1) Faktor karakter dan keuangan (4 variabel), 2) Faktor
produksi dan aset simpanan (4 variabel), 3) Faktor mental wirausaha dan aset usaha
(4 variabel), 4) Faktor hubungan sosial dan omset usaha (3 variabel), 5) Faktor
agunan tanah (1 variabel).
3. Kredit macet : 1) Faktor agunan dan keuangan (5 variabel), 2) Faktor mental
wirausaha dan permodalan (4 variabel), 3) Faktor motivasi wiraswasta dan
modal cadangan (2 variabel), 4) Faktor hubungan sosial (1 variabel).
Kata kunci : character, capacity, capital, condition of economy, collateral, kredit
bermasalah, dan analisis faktor.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tugas
bank
sebagai
lembaga
intermediasi keuangan yang pertama adalah
menghimpun dana dari masyarakat luas yang
dikenal dengan istilah funding. Pengertian
menghimpun dana adalah mengumpulkan
atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas. Agar masyarakat mau
menyimpan uangnya di bank maka pihak
perbankan memberi rangsangan bunga.
Semakin tinggi bunga yang diberikan akan
menambah
minat
masyarakat
dalam
menyimpan uangnya di bank. Disamping
pemberian suku bunga yang menarik, dalam
merangsang
minat
masyarakat
agar
menyimpan uang di bank, pihak bank harus
mampu
menanamkan
kepercayaan.
Kepercayaan terhadap masyarakat dapat
dipupuk dengan adanya rasa keamanan,
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
38
bahwa dana yang disimpan di bank nantinya
akan dibayar baik pokok maupun bunga yang
dijanjikan dengan tepat waktu.
Tugas bank yang kedua adalah
menyalurkan kredit kepada pihak yang
memerlukan dana. Sebelum kredit ini
diberikan pihak bank terlebih dahulu
mengadakan analisis kredit. Tujuan analisis
ini adalah agar pihak bank yakin bahwa
kredit yang diberikan nantinya benar-benar
aman. Dalam arti nasabah yang diberi kredit
mampu mengembalikan pokok dan bunganya
sesuai dengan waktu yang disepakati
bersama. Meskipun demikian penyaluran
kredit oleh suatu bank kepada nasabah selalu
mengandung
resiko
bermasalah.
Kemungkinan
kredit
bermasalah
ini
disebabkan oleh ketidakjujuran
nasabah
dalam memberikan data analisis kredit
sehingga menyebabkan kesalahan analisis
atau disebabkan oleh bencana yang tidak
dapat dihindari oleh nasabah sehingga
menghentikan usahanya.
Timbulnya kasus kredit bermasalah
dapat dilakukan dengan cara melakukan
analisis kredit baik secara kualitatif maupun
kualitatif atas data usaha perusahaan dan
calon debitur. Analisis atas data usaha
perusahaan dan calon debitur dilakukan
dengan menggunakan 5C Priciples dan studi
kelayakan bisnis (H.Moh.Tjoekam 1999 :
94). Sasaran terakhir penerapan prinsip
tersebut, adalah diperolehnya informasi
mengenai itikad baik (willingness to pay) dan
kemampuan membayar (ability to pay) calon
debitur untuk melunasi pinjaman pokok
beserta bunganya, sehingga pihak bank
memperoleh keyakinan terlebih dahulu
bahwa kredit yang akan disalurkan benarbenar akan kembali sesuai dengan yang
diperjanjikan (Kasmir, 2000:91-95).
Mendasari kenyataan yang ada,
ternyata PD.BPR BKK Kebumen Cabang
Puring memiliki wilayah operasional
sebagian besar di wilayah Kecamatan Puring
dan sekitarnya yang memiliki kehidupan
masyarakat yang beragam, belum dapat
dilaksanakan sepenuhnya. Hal tersebut
disebabkan keterbatasan Sumber Daya
manusia (SDM) internal bank. Juga adanya
faktor eksternal seperti : kondisi serta tipikal
masyarakat yang sangat beragam dan
cenderung kurang memahami bahkan
mengabaikan arti penting administrasi dan
prosedur pemberian kredit. Faktor tingkat
persaingan usaha antar lembaga bank dan
non bank yang tidak mungkin dihindari
sehingga kurang selektif dalam menerima
nasabah kredit yang berdampak pada proses
dan sistem operasional, terutama dalam
melaksanakan analisa terhadap pemohon
kredit,
pembinaan
serta
pengawasan
penggunaan kredit.
Berdasarkan
ketentuan
Bank
Indonesia, kategori kredit bermasalah sebagai
berikut :
1. Kredit kurang lancar
Kredit kurang lancar adalah kredit yang
pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan selama 3 (tiga) bulan dari
waktu yang diperjanjikan.
2. Kredit diragukan
Kredit diragukan adalah kredit yang
pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami
penundaaan selam 6 (enam) bulan atau
dua kali dari jadwal yang telah
diperjanjikan.
3. Kredit macet
Kredit macet adalah kredit yang
pegembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan lebih dari satu tahun sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang telah
diperjanjikan.
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
39
Kesehatan bank dapat diukur dari
rasio NPL (Non Performing Loans). Rasio
NPL adalah prosentase perbandingan kredit
bermasalah (kredit kurang lancar, kredit
diragukan dan kredit macet) dengan total
volume kredit. Terjadinya kredit bermasalah
sering diawali dengan munculnya berbagai
indikasi dan gejala. Oleh karenanya, bank
harus mampu mengamati dan mendeteksi
secara dini terhadap timbulnya kredit
bermasalah sehingga dapat mengambil
tindakan pencegahan lebih dini (preventif).
Kredit bermasalah sering menghantui
dunia perbankan dalam penyaluran kredit dan
pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi. Kredit bermasalah memiliki
potensi yang dapat menimbulkan kerugian
bagi bank dan ini merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan
tingkat
kesehatan
bank.
Sehingga
pengawasan terhadap kredit merupakan hal
yang harus dilaksanakan pada lembaga
perbankan. Melaksanakan analisa dan
pengawasan terhadap kredit bermasalah akan
lebih sulit dilakukan dibanding dengan
penyaluran kredit baru, karena memperbaiki
performance kredit bermasalah memang sulit
dibandingkan dengan pemberian atau
penyaluran kredit baru. Oleh karena hal ini
bank harus senantiasa menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan
selalu waspada terhadap gejala atau faktor
yang merupakan indikasi akan terjadinya
masalah dalam penyaluran kredit. Untuk
menjaga agar kredit yang di berikan berjalan
lancar, maka diperlukan pengawasan serta
seperangkat alat analisis yang memadai, yang
dalam hal ini mencakup tentang : Character,
Capacity, Capital, Condition of economic,
dan Collateral atau sering disebut prinsip
5C. Dengan menggunakan faktor- faktor
tersebut, penilaian atau analisa yang teliti,
tepat dan akurat akan dapat dijadikan dasar
untuk pemutusan atau eksekusi sebuah
kredit.
Lancar tidaknya sebuah kredit sangat
ditentukan oleh cara dan ketelitian petugas
analisa kredit. Kelengkapan, ketelitian,
kejelian dan kehati-hatian merupakan sebuah
kewajiban bagi petugas analisa kredit dengan
tujuan agar Non Performing Loans (NPL)
dapat ditekan sehingga berdampak pada
membaiknya tingkat kesehatan bank dan
peningkatan pendapatan (profit) bank.
Tabel 1 Jumlah Nasabah dan Volume Kredit Bermasalah Tahun 2004-2008
Tahun
Jumlah Nasabah
Volume Kredit
NPL
2004
905
3.425.150.000 8,2 %
2005
982
3.515.975.000 8,4 %
2006
971
3.862.285.000 8,1 %
2007
1015
4.001.500.000 7,8 %
2008
1121
4.151.971.000 8,0 %
Sumber : Laporan Tahunan PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang Puring
Berdasarkan tabel di atas, dapat
dilihat bahwa jumlah nasabah dan volume
kredit bermasalah mengalami peningkatan
dari tahun 2004 sampai dengan 2008. Angka
NPL tahun 2004 (8,2%), tahun 2005 (8,4%),
tahun 2006 (8,1%), tahun 2007 (7,8%) dan
tahun 2008 (8,0%). Kondisi kredit
bermasalah tersebut masih di atas ketentuan
standar Bank Indonesia yaitu NPL maksimal
5% (lima per seratus). Dengan kondisi
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
40
tersebut di atas maka pelaksanaan analisa
kredit di PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang
Puring belum maksimal. Hal ini tercermin
masih tingginya kredit bermasalah.
Agar kredit yang diberikan sesuai
dengan harapan atau berjalan dengan lancar,
maka diperlukan seperangkat alat analisis
yaitu prinsip 5C (Character, Capacity,
Capital, Condition of economy, dan
Collateral). Kelima faktor tersebut dijadikan
sebagai dasar untuk memutuskan atau
eksekusi kredit.
LANDASAN TEORI.
Pengertian Kredit.
Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjamantara bank dan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu (Lukman Dendawijaya, 2005:5-6).
Apabila dikaitkan dengan kegiatan
usaha, kredit berarti suatu kegiatan
memberikan nilai ekonomi (economic value)
kepada seseorang atau Badan usaha
berlandaskan kepercayaan pada saat itu,
bahwa nilai ekonomi yang sama akan
dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah
janka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan yang sudah disetujui antara
kreditur (bank) dan debitur (pengguna/user)
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan pengertian
kredit adalah : Penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain, yang mewajibkan peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah janka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan(bagi Perbankan
Syariah).
Analisis Kredit.
Adalah suatu tindakan upaya penilaian
yang seksama terhadap Character, Capacity,
Capital, Condition of economy, Collateral
serta prospek usaha debitur / nasabah melalui
pendekatan kuantitatif dan kulitatif terhadap
aspek mikro dan makro ekonomi, yang
mempengaruhi kegiatan suatu jenis usaha
dalam rangka memberikan keyakinan bahwa
kredit yang akan diberikan akan kembali
beserta bunga/pembagian hasil tepat pada
waktunya sesuai dengan perjanjian.
Agar dalam melaksanakan analisa
diperoleh keyakinan bahwa calon debitur
akan mampu melunasi kreditnya, maka bank
harus berpegang teguh kepada prinsip dasar
analisis yaitu :
1. Prinsip 5 C.
1) Character, yaitu untuk mengetahui
sifat-sifat positif / negatif calon debitur
sebagai pengusaha. Bank harus
melakukan
pengamatan
terhadap
tingkah
laku,
terutama
sikap
tanggungjawab dan kemauan atas
kewajiban yang telah disepakati
bersama diantaranya : meliputi iktikad
baik, ketekunan motifasi, pengalaman,
hubungan
dengan
pihak
lain,
temperamen keharmonisan keluarga,
aktifitas sosial, aktifitas keagamaan.
Penerapan ini dalam analisa kredit
kelompok pengusaha mikro (KPM) dan
umum adalah :
1. Mempunyai
cukup
pengalaman
didalam memgelola usaha.
2. Dipilih dan direkomendasikan oleh
tokoh masyarakat setempat.
3. Bersedia ikut serta dan diterima dalam
ikatan tanggung renteng diantara
anggota kelompok.
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
41
4. Apabila diperlukan, yang bersangkutan
bersedia menyerahkan harta pribadinya
sebagai jaminan.
2) Capacity, yaitu penilaian terhadap calon
nasabah kredit dalam hal kemampuan
memenuhi kewajiban yang telah
disepakati dalam perjanjian pinjaman
atau akad kredit, yakni melunasi pokok
pinjaman disertai bunga sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat yang
diperjanjikan(Lukman
Dendawijaya,
2005:90).
3) Capital, penelitian pada aspek ini
diarahkan pada kondisi keuangan atau
permodalan calon debitur , memgingat
kredit pada dasarnya hanya merupakan
tambahan pembiayaan bagi suatu usaha
/proyek
dan
tidak
menyediakan
sepenuhnya jumlah pembiayaan yang
diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar
calon debitur lebih bertanggungjawab
dalam menjalankan usahanya, karena
ikut menanggung resiko terhadap
kegagalan usahanya. Sedangkan yang
disebut sebagai modal adalah jumlah
equiti yang ditanamkan pada perusahaan
dan dapat berupa modal disetor,
cadangan-cadangan, laba dll.
4) Condition of economy, maksudnya
bahwa kegiatan usaha debitur mampu
mengikuti fluktuasi ekonomi baik dalam
negeri maupun luar negeri dan usaha
masih mempunyai prospek kedepan
setidaknya selam kredit masih dinikmati
oleh debitur yang bersangkutan . Adapun
aspek
meliputi
:
manajemen,
produksinya jelas, kemampuan produksi
,pangsa pasar omset legalitas usaha,
teknis produksi dan laba /rugi.
5) Collateral, adalah jaminan kredit yang
dapat menambah tingkat keyakinan bank
bahwa calon debitur dengan usaha yang
dimilikinya akan mampu melunasi
kredit. Dalam hal ini agunan merupakan
jaminan
tambahan
jika
bank
menganggap aspek-aspek pendukung
calon debitur masih lemah. Jaminan ini
terlepas dari obyek kredit dan dapat
berupa kekayaan lain dari calon debitur
atau jaminan dari pihak ketiga.
Penilaian kualitas kredit
Berdasarkan ketentuan umum Bank
Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas
Aktiva
Produktif
Dan
Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Bank Perkreditan Rakyat, Kualitas Aktiva
Produktif dalam bentuk kredit ditetapkan
dalam 4 (empat) golongan yaitu :
1. Lancar (Kolektibilitas/Kualitas 1) yaitu :
1) Apabila tidak terdapat tunggakan
pokok dan atau bunga
2) Apabila terdapat tunggakan pokok
dan/atau bunga tidak lebih dari 3
(tiga) kali angsuran.
3) Kredit belum jatuh tempo.
2. Kurang lancar (Kolektibilitasnya/ Kualitas
2) yaitu :
1) Apabila terdapat tunggakan pokok
dan/atau bunga lebih dari 3 (tiga) kali
angsuran, tetapi tidak lebih dari 6
(enam) kali angsuran.
2) Kredit telah jatuh tempo tidak lebih
dari 1 (satu) bulan.
3. Diragukan (Kolektibilitas/kualitas 3) yaitu
:
1) Apabila terdapat tunggakan pokok
dan/atau bunga lebih dari 6 (enam)
kali angsuran tetapi tidak lebih dari
12 (dua belas) kali angsuran.
2) Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1
(satu) bulan tetapi tidak lebih dari 2
(dua) bulan.
4. Macet (Kolektibilitas/Kualitas 4) yaitu :
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
42
1) Apabila terdapat tunggakan pokok
dan/atau bunga lebih dari 12 (dua
belas) kali angsuran.
2) Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2
(dua ) bulan.
3) Kredit telah diserahkan kepada Badan
Urusan Piutang Negara (BUPN).
4) Kredit telah diajukan penggantian
ganti rugi kapada perusahaan asuransi
kredit.
Prinsip 5 P
1. People, bank harus melakukan penilaian
terhadap calon debitur, termasuk mitra
usahanya, orang/lembaga yang memback-up, pelanggan dan pemasok yang
dianggap penting dalam menunjang
kegiatan usaha.
2. Purpose, bank harus melakukan penelitian
tehadap tujuan permohonan kredit dari
calon debitur agar penggunaan kredit
tersebut terarah, aman, produktif, serta
membawa manfaat bagi perusahaan,
masyarakat, bank dan otoritas moneter.
3. Payment, penilaian ini dilaksanakan pada
sumber-sumber pelunasan primer dan
sekunder,
sehingga
kemungkinan
penyelesaian kredit dapat dilaksanakan
tanpa kesulitan yang berarti.
4. Protection,
apabila
usaha
debitur
mengalami kegagalan, bank harus
terlindungi dengan baik dari kesulitan
menyelesaikan kreditnya. Bank harus
mempunyai
alternatif
penyelesaian
dengan agunan yang dikuasai dan
pengikatan yuridis sesuai ketentuan yang
berlaku.
5. Perspective, posisi usaha debitur pada
waktu yang akan datang harus mampu
mengikuti kondisi ekonomi, keuangan dan
fiskal.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Mutasir (2007) melakukan penelitian
tentang alat analisis yang meliputi 5C ,
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kredit bermasalah pada PD. BPR BKK
Sadang. Mutasir melakukan pengujian
terhadap alat analisis: Character, Capacity,
Capital, Condition of economy, Collateral
dengan jumlah sampel 90 debitur dengan
plafond 5 juta keatas selama 3 tahun dengan
alat analisis regresi berganda. Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor manakah diantara ; Character,
Capacity, Capital, Condition of economy,
Collateral yang paling berpengaruh terhadap
terjadinya kredit bermasalah pada PD. BPR
BKK Sadang. Dari hasil analisis yang telah
dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kredit bermasalah adalah faktor karakter.
M Budi Waluyo (2007) melakukan
penelitian tentang analisis
melakukan
penelitian tentang alat analisis yang meliputi
5C , faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya kredit bermasalah pada PD BPR
BANK PASAR Kabupaten Kebumen. M
Budi Waluyo melakukan pengujian terhadap
alat analisis : Character, Capacity, Capital,
Condition of economy, Collateral dengan
jumlah sempel 120 debitur selama 3 tahun
dengan alat analisis regresi berganda.
Penelitian
tersebut
bertujuan
untuk
mengetahui faktor-faktor manakah diantara ;
Character, Capacity, Capital, Condition of
economy, Collateral yang mempengaruhi
terhadap kredit bermasalah (NPL) pada PD.
BPR BPR BANK PASAR Kabupaten
Kebumen. Dari hasil analisis yang telah
dilakukan oleh M Budi Waluyo diperoleh
kesimpulan bahwa secara parsial penilaian
terhadap kriteria yang diproyeksikan ke
dalam 5 C mempunyai pengaruh terhadap
kolektibilitas. Nilai yang sangat berpengaruh
terhadap kolektibilitas dengan pengujian
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
43
yang didukung oleh hasil uji t statistik,
bahwa yang sangat berpengaruh adalah
Character
dan
secara
bersama-sama
penilaian terhadap kriteria kredit yang
diproyeksikan kedalam 5 C mempunyai
pengaruh terhadap kolektibilitas.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi penelitian adalah nasabah
PD. BPR BKK KEBUMEN Cabang Puring
sebanyak 1.121 debitur. Sedangkan sampel
penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik non probability sampling,
yaitu metode sampling yang tidak
menggunakan metode diacak. Dalam hal ini
penulis akan mengambil nasabah yang dipilih
menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
sampel dengan harapan dapat mewakili
seluruh nasabah PD.BPR BKK Kebumen
Cabang Puring dari berbagai golongan
debitur. Adapun jumlah sampel yang
digunakan peneliti sebanyak 150 debitur.
Adapun kredit yang digunakan sebagai
sampel adalah jenis kredit usaha yang
memiliki plafon diatas 10 juta dan diambil
menurut kualitasnya (tidak lancar, diragukan,
dan macet).
Variabel
Penelitian
dan
Definisi
Operasional Variabel
Variabel dan definisi operasional dalam
penelitian ini adalah :
1. Character
Yaitu sifat-sifat positif/negatif calon
debitur sebagai pemohon atau penerima
kredit.
2. Capacity
Yaitu kemampuan calon debitur atau
penerima
kredit
untuk
memenuhi
kewajibannya, kemampuan untuk mencari
dan mengkombinasikan sumber daya yang
terkait dengan bidang usaha, kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang dapat
memenuhi
tuntutan
kebutuhan
konsumen/pasar dan mampu menyusun
rencana dan mewujudkannya menjadi
suatu realita.
3. Capital
Yaitu kondisi keuangan dan permodalan
yang telah dimiliki calon debitur atau
penerima kredit, mengingat kredit pada
dasarnya hanya merupakan tambahan
pembiayaan bagi suatu usaha/proyek, dan
tidak menyediakan sepenuhnya jumlah
pembiayaan yang diperlukan.
4. Collateral
Adalah jaminan kredit yang dapat
menambah tingkat keyakinan bank bahwa
calon debitur dengan usaha yang
dimilikinya akan mampu melunasi kredit.
5. Condition of economic
Yaitu calon debitur dalam kegiatan
usahanya mampu mengikuti fluktuasi
ekonomi, baik dalam negeri maupun luar
negeri, dan usahanya masih mempunyai
prospek ke depan, setidaknya selama
kredit masih dinikmati oleh debitur yang
bersangkutan.
Analisis Faktor.
Analisis
dalam
penelitian
ini
menggunakan analisis faktor. Analisis faktor
pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi
data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah
variabel menjadi lebih sedikit dengan
menamakannya sebagai faktor (Santoso dan
Tjiptono,2000:48).
1. Menentukan variabel
yang akan
dianalisis. Variabelnya yaitu : itikad (V1),
motivasi wiraswasta (V2), pengalaman
usaha (V3), hubungan dengan pihak lain
(V4), temperamen (V5), keharmonisan
keluarga (V6), aktivitas sosial (V7),
aktivitas keagamaan (V8), agunan
tanah(V9), agunan bangunan (V10), agunan
kendaraan (V11), tempat usaha (V12),
kemampuan produksi (V13), likuiditas
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
44
(V14), rentabilitas (V15), teknoligi/alat
produksi (V16), modal awal(V17), modal
cadangan (V18), pendapatan (V19),
tabungan (V20), manajemen (V21),
produksi (V22), teknik produksi (V23),
pangsa pasar (V24), omset usaha (V25),
legalitas usaha (V26), laba usaha (V27),
kepemilikan deposito (V28), kepemilikan
emas (V29), kepemilikan barang elektornik
(V30).
2. Menguji variabel-variabel yang telah
ditentukan dengan menggunakan:
1) Barlett test of sphericity yang dipakai
untuk menguji bahwa variabelvariabel dalam sampel berkorelasi.
2) Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) untuk
mengetahui kecukupan sampel atau
pengukuran
kelayakan
sampel.
Analisis faktor dianggap layak jika
besaran KMO > 0,5.
3) Uji Measure of Sampling Adequacy
(MSA) yang digunakan untuk
mengukur derajat korelasi antar
variabel dengan kriteria MSA > 0,5.
3. Penentuan jumlah faktor didasarkan pada
besarnya eigen value setiap faktor yang
muncul. Faktor-faktor inti yang dipilih
adalah faktor yang memiliki eigen value >
1.
4. Melakukan proses factor rotation atau
rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk
tersebut.
Rotasi
ini
dilakukan
mempermudah
interprestasi
dalam
menentukan variabel mana saja yang
tercantum dalam suatu faktor karena
terkadang ada beberapa variabel yang
mempunyai korelasi tinggi dengan lebih
dari satu faktor atau jika sebagian factor
loading dari variabel bernilai di bawah
terkecil yang telah di tetapkan. Dalam
penelitian ini di gunakan rotasi varimax,
yaitu
metode rotasi faktor yang
meminimalkan jumlah variabel dengan
loading yang tinggi pada satu faktor.
5. Interpretasi atas faktor yang telah
terbentuk, khususnya memberi nama atas
faktor yang telah terbentuk tersebut, yang
dianggap bisa mewakili variabel-variabel
anggota faktor tersebut.
Deskripsi Penelitian
Karakreristik responden berdasarkan
umur, dari hasil olah data dapat
pengelompokan responden berdasarkan
umur, diketahui bahwa ≥ 51 tahun (40%),
41-50 tahun (38%), 31- 40 tahun (14%) dan
21-30 tahun (8%). Karakteristik berdasarkan
jenis kelamin diketahui bahwa laki –laki 62%
dan perempuan 38% sedangkan karakteristik
berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa
responden
sebagian
besar
tingkat
pendidikannya SLTA (56%), SMP (22%),
Diploma (12%) dan Sarjana (10%).
Karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan
PNS/Pensiunan (32%), pedagang (24%),
wiraswasta (22%), petani (12%) dan swasta
(10%).
Analisis Faktor
Untuk
mengetahui
faktor
dan
pembentuk kredit bermasalah di PD. BPR
BKK Kebumen Cabang Puring digunakan
pendekatan analisis faktor. Dalam hal ini
harus dirumuskan tujuan dari penggunaan
analisis faktor. Melalui analisis faktor akan
dapat diketahui faktor dan variabel
pembentuk kredit bermasalah di PD.BPR
BKK Kebumen Cabang Puring. Untuk
menjawab permasalahan ini berdasarkan
beberapa kajian dan pertimbangan maka
terdapat 30 variabel yang akan diteliti. Dalam
melakukan analisis data, dibedakan menurut
kategori kredit (kurang lancar, diragukan dan
macet).
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
45
1. Kredit kurang lancar
a. Pengujian Pertama matrik korelasi.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan
pada tahapan ini diperoleh hasil Uji
Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai
yang diperoleh sebesar 905.896 dengan
signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar
variabel
terjadi
korelasi
karena
signifikansi sedangkan hasil Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat
adalah 0,439 dimana angka tersebut masih
di bawah 0,5. Sedangkan hasil Uji
Measure of Sampling Adequancy (MSA),
yang diberlakukan untuk mengukur
derajat korelasi antar variabel dimana
setiap variabel dianalisis dapat diketahui
variabel mana yang dapat diproses lebih
lanjut dan mana yang harus dikeluarkan.
b. Pengujian kedua matrik korelasi
Pada Uji Bartlett (Bartlett Test of
Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar
43.434 dengan signifikansi 0,003. Hal ini
berarti antar variabel terjadi korelasi
karena signifikansi < 0,05dan hasil Uji
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), nilai yang
didapat adalah 0,543 dimana angka
tersebut di atas 0,5. Dengan demikian
kumpulan variabel dapat diproses lebih
lanjut. Sedangkan Uji Measure of
Sampling Adequancy (MSA), karena ada
variabel yang tidak memenuhi syarat
maka dilakukan proses ulang. Untuk
melakukan proses ulang matrik korelasi
variabel yang dianalisis selanjutnya adalah
variabel yang memenuhi syarat atau nilai
MSA > 0,5
a. Pengujian ketiga matrik korelasi
Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity),
nilai yang diperoleh sebesar 31,933
dengan signifikansi 0,007. Hal ini berarti
antar variabel terjadi korelasi karena
signifikansi < 0,05. Berdasar Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat
adalah 0,598 dimana angka tersebut di
atas 0,5. Dengan demikian kumpulan
variabel dapat diproses lebih lanjut.
Sedangkan Uji Measure of Sampling
Adequancy (MSA), hasil pegujian didapat
tiap variabel memiliki nilai MSA > 0,5
maka memenuhi syarat untuk dilakukan
proses selajutnya.
b. Menentukan jumlah faktor
Pada tahapan proses ini, faktor yang
dipilih adalah terbatas pada faktor dengan
eigen value ≥ 1 sehingga dengan batasan
ini terdapat lima faktor ng terbentuk.
Kelima
faktor
tersebut
mampu
menjelaskan semua varian yang ada dalam
data sebesar 51,680 %
c. Rotasi Faktor
Matrik faktor yang terbentuk sebelum
dilakukan rotasi masih menunjukan hasil
yang tidak jelas bedanya sehingga masih
sulit untuk diinterpretasikan. Masalah
tersebut dapat diupayakan dengan
melakukan
rotasi
faktor
untuk
memudahkan penjelasan seluruh faktor
yang dianalisis dalam model. Pada
penelitian ini digunakan rotasi varimax,
rotasi
ini
dipilih
karena
untuk
menghindari factor loading yang tinggi
masuk ke dalam satu factor.
d. Interpretasi faktor
Pada
dasarnya
factor
loading
mengidentifikasikan
korelasi
antar
variabel dengan faktor yang bersangkutan.
Semakin tinggi factor loading berarti
semakin erat hubungan antar variabel
dengan faktor tersebut. Kedua faktor yang
diperoleh dari hasil reduksi akan diberi
nama, dimana penamaan faktor tergantung
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
46
pada nama-nama variabel yang menjadi
satu kelompok pada interpretasi masingmasing analis dan aspek lainnya.
Pemberian nama ini sebenarnya subyektif
serta tidak ada ketentuan yang pasti
mengenai pemberian nama ini. Hasil
interpretasi dari masing-masing faktor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Faktor 1 diberi nama “Kepedulian
sosial dan Keuangan”. Faktor ini
merupakan faktor yang paling dominan
karena memiliki eigen value tertinggi
yaitu 2,027. Variabel yang terdapat
dalam dalam faktor ini terdiri dari
variabel hubungan dengan pihak lain,
aktivitas keagamaan, likuiditas dan
modal cadangan. Faktor ini mampu
menjelaskan keragaman varian sebesar
33,785 %.
2) Faktor 2 diberi nama “Agunan dan
Omset usaha” karena variabel-variabel
yang mewakili terdiri dari variabel
agunan bangunan dan omset usaha.
Faktor ini mampu menjelaskan
keragaman varian sebesar 17,895 %.
2. Kredit diragukan
a. Pengujian pertama matrik korelasi
Berdasarkan pengujian yang dilakukan
pada tahapan ini diperoleh hasil Uji
Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai
yang diperoleh sebesar 670.638 dengan
signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar
variabel
terjadi
korelasi
karena
signifikansi < 0,05 dan Uji Kaiser-MeyerOlkin (KMO), nilai yang didapat adalah
0,539 dimana angka tersebut sudah diatas
0,5. Dengan demikian kumpulan variabel
dapat diproses lebih lanjut.
b. Uji Measure of Sampling Adequancy
(MSA),
yang
diberlakukan
untuk
mengukur derajat korelasi antar variabel
dimana setiap variabel dianalisis dapat
diketahui variabel mana yang dapat
diproses lebih lanjut dan mana yang harus
dikeluarkan. Pada variabel yang memiliki
nilai MSA > 0,5 yaitu : V1, V4, V5, V6,
V7, V9, V11, V13, V14, V16, V18, V21, V22,
V23, V24, V25, V28, V29 dan V30. Sedangkan
V2, V3, V8, V10, V12, V15, V17, V19, X20,
V26,dan V27
karena
nilainya < 0,5
tidak dapat diproses lebih lanjut.
c. Pengujian
kedua matrik korelasi
berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test of
Sphericity), nilai yang diperoleh sebesar
339.957 dengan signifikansi 0,000. Hal ini
berarti antar variabel terjadi korelasi
karena signifikansi < 0,05. Sedangkan
hasil Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO),
nilai yang didapat adalah 0,697 dimana
angka tersebut sudah diatas 0,5. Dengan
demikian kumpulan variabel dapat
diproses lebih lanjut.
Uji Measure of Sampling Adequancy
(MSA),
yang
diberlakukan
untuk
mengukur derajat korelasi antar variabel
dimana setiap variabel dianalisis dapat
diketahui variabel mana yang dapat
diproses lebih lanjut dan mana yang harus
dikeluarkan.
Pengujian ketiga matrik korelasi
a. Pengujian matrik korelasi berdasarkan Uji
Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai
yang diperoleh sebesar 285,109 dengan
signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar
variabel
terjadi
korelasi
karena
signifikansi < 0,05, sedangkan
Uji
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), nilai yang
didapat adalah 0,747 dimana angka
tersebut sudah diatas 0,5. Dengan
demikian kumpulan variabel dapat
diproses lebih lanjut.
Uji Measure of Sampling Adequancy
(MSA). Berdasarkan hasil penelitian dapat
ilihat bahwa semua variabel yang
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
47
memiliki nilai MSA > 0, hal ini berarti
semua variabel dapat diproses lebih lanjut.
Menentukan jumlah factor, pada tahapan
proses ini, faktor yang dipilih adalah
terbatas pada faktor dengan eigen value ≥
1 sehingga dengan batasan ini terdapat
lima faktor yang terbentuk. Kelima faktor
tersebut mampu menjelaskan semua
varian yang ada dalam data sebesar
64,086 %. Setelah terbentuk 5 faktor,
masing-masing variabel belum ada
kejelasan masuk faktor mana. Hal ini
karena masih ada variabel nilainya tidak
berbeda jauh untuk masuk tiap faktornya.
d. Rotasi Faktor, matrik faktor yang
terbentuk sebelum dilakukan rotasi masih
menunjukan hasil yang tidak jelas
bedanya sehingga masih sulit untuk
diinterpretasikan. Masalah tersebut dapat
diupayakan dengan melakukan rotasi
faktor untuk memudahkan penjelasan
seluruh faktor yang dianalisis dalam
model. Pada penelitian ini digunakan
rotasi varimax, rotasi ini dipilih karena
untuk menghindari factor loading yang
tinggi masuk kedalam satu faktor. Setelah
dilakukan rotasi varimax, dapat dilihat
bahwa variabel yang berjumlah 17
tersebut masuk kedalam lima faktor yang
merupakan variabel-variabel yang yang
mewakili faktornya.
e. Interpretasi factor, Pada dasarnya factor
loading mengidentifikasikan korelasi
antar variabel dengan faktor yang
bersangkutan. Semakin tinggi factor
loading berarti semakin erat hubungan
antar variabel dengan faktor tersebut.
Kelima faktor yang diperoleh dari hasil
reduksi akan diberi nama, dimana
penamaan faktor tergantung pada namanama variabel yang menjadi satu
kelompok pada interpretasi masing-
masing analis dan aspek lainnya.
Pemberian nama ini sebenarnya subyektif
serta tidak ada ketentuan yang pasti
mengenai pemberian nama ini. Hasil
interpretasi sebagai berikut :
1) Faktor 1 diberi nama “Karakter dan
Keuangan”. Faktor ini merupakan
faktor yang paling dominan karena
memiliki eigen value tertinggi yaitu
2,775. Variabel yang terdapat dalam
dalam faktor ini terdiri dari variabel
itikad, aktivitas sosial, likuiditas, dan
produksi.
Faktor
ini
mampu
menjelaskan keragaman varian sebesar
16,323 %.
2) Faktor 2 diberi nama “Produksi dan
Aset simpanan” karena variabelvariabel yang mewakili terdiri dari
variabel kemampuan produksi, modal
cadangan, kepemilikan deposito, dan
kepemilakan
emas.
Faktor
ini
merupakan salah satu faktor pembentuk
kredit bermasalah dengan eigen value
2,402 dan total varian 14,127 %.
3) Faktor 3 diberi nama “Mental
wirausaha dan Aset usaha. Faktor ini
memiliki eigen value 2,375. Variabelvariabel dalam faktor ini terdiri dari
variabel temperamen, teknik produksi,
omset usaha, dan kepemilikan barang
elektronik.
Faktor
ini
mampu
menjelaskan keragaman varian sebesar
13,970 %.
4) Faktor 4 diberi nama “Hubungan
sosial dan Omset usaha” variabel
yang mewakili faktor ini adalah
variabel hubungan dengan pihak lain,
keharmonisan
keluarga,
agunan
kemdaraan dan pangsa pasar. Faktor ini
mempunyai eigen value 2,019 dan
11,878 % mampu menjelaskan
keragaman varian.
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
48
5) Faktor 5 diberi nama “ Agunan
Tanah” karena variabel yang mewakili
faktor ini yaitu agunan tanah yang nilai
eigen value 1,324 dan 7,788 % mampu
menjelaskan keragaman varian.
3. Kredit macet
Pengujian Pertama matrik korelasi
Berdasarkan pengujian yang dilakukan
pada tahapan ini diperoleh hasil Uji
Bartlett (Bartlett Test of Sphericity), nilai
yang diperoleh sebesar 652,563 dengan
signifikansi 0,000. Hal ini berarti antar
variabel
terjadi
korelasi
karena
signifikansi < 0,05 dan Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang didapat
adalah 0,499 dimana angka tersebut
masih di bawah 0,5 sedangkan Uji
Measure of Sampling Adequancy
(MSA), nilai MSA yang tidak memenuhi
syarat tidak dianalisis lebih lanjut.
a. Pengujian kedua matrik korelasi,
berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test
of Sphericity), nilai yang diperoleh
sebesar 245,848 dengan signifikansi
0,000. Hal ini berarti antar variabel
terjadi korelasi karena signifikansi <
0,05, sedangkan Uji Kaiser-MeyerOlkin (KMO), nilai yang didapat
adalah 0,712 dimana angka tersebut
di atas 0,5. Dengan demikian
kumpulan variabel dapat diproses
lebih lanjut.
b. Uji Measure of Sampling Adequancy
(MSA)
Hasil analisis dapat dilihat bahwa
variabel yang memiliki nilai MSA >
0,5 yaitu : V2, V3, V7, V9, V11, V14,
V15, V17, V18, V22, V27 dan V29
sedangkan V12 dan V19 tidak diproses
lebih lanjut.
c. Pengujian ketiga matrik korelasi,
berdasarkan Uji Bartlett (Bartlett Test
of Sphericity), nilai yang diperoleh
sebesar 222,042 dengan signifikansi
0,000. Hal ini berarti antar variabel
terjadi korelasi karena signifikansi <
0,05. Berdasarkan hasil Uji KaiserMeyer-Olkin (KMO), nilai yang
didapat adalah 0,743 dimana angka
tersebut di atas 0,5. Dengan demikian
kumpulan variabel dapat diproses
lebih lanjut. Sedangkan Uji Measure
of Sampling Adequancy (MSA) dapat
dilihat bahwa semua variabel yang
memiliki nilai MSA > 0, hal ini
berarti semua variable dapat diproses
lebih lanjut.
d. Menentukan jumlah faktor
Pada tahapan proses ini, faktor yang
dipilih adalah terbatas pada faktor
dengan eigen value ≥ 1 sehingga
dengan batasan ini terdapat empat (4)
faktor yang terbentuk. Keempat
faktor tersebut mampu menjelaskan
semua varian yang ada dalam data
sebesar 69,443 %. Setelah terbentuk 4
faktor, masing-masing variabel belum
ada kejelasan masuk faktor mana. Hal
ini karena masih ada variabel nilainya
tidak berbeda jauh untuk masuk tiap
faktornya.
e. Rotasi Faktor
Matrik faktor yang terbentuk sebelum
dilakukan rotasi masih menunjukan
hasil yang tidak jelas bedanya
sehingga
masih
sulit
untuk
diinterpretasikan. Masalah tersebut
dapat diupayakan dengan melakukan
rotasi faktor untuk memudahkan
penjelasan seluruh faktor yang
dianalisis dalam model. Pada
penelitian ini digunakan rotasi
varimax, rotasi ini dipilih karena
untuk menghindari factor loading
yang tinggi masuk kedalam satu
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
49
faktor. Setelah dilakukan rotasi
varimax, dapat dilihat bahwa variabel
yang berjumlah 12 tersebut masuk
kedalam
empat
faktor
yang
merupakan variabel-variabel yang
yang mewakili faktornya.
Interpretasi faktor
Pada dasarnya factor loading
mengidentifikasikan
korelasi
antar
variabel dengan faktor yang bersangkutan.
Semakin tinggi factor loading berarti
semakin erat hubungan antar variabel
dengan faktor tersebut. Pemberian nama
dari masing-masing faktor tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Faktor 1 diberi nama “Agunan dan
Keuangan”. Variabel yang terdapat
dalam factor ini meliputi : agunan
kendaraan, likuiditas, rentabilitas, laba
usaha dan kepemikan emas. Faktor ini
mampu menjelaskan keragaman varian
sebesar 24,578 %.
2) Faktor 2 diberi nama “Mental
wiraswasta dan Permodalan” karena
variabel-variabel yang mewakili terdiri
dari variable pengalaman usaha,
agunan tanah, modal awal dan teknik
produksi.. Faktor ini merupakan salah
satu
faktor
pembentuk
kredit
bermasalah dengan eigen value 2,384
dan total varian 19,863 %.
3) Faktor 3 diberi nama “Motivasi
wiraswasta dan Modal cadangan”,
karena variabel-variabel yang mewakili
faktor ini menunjukan motivasi
wiraswasta dan modal cadangan.
Faktor ini memiliki eigen value 1,878.
4) Faktor 4 diberi nama “Hubungan
sosial” variabel yang mewakili faktor
ini adalah variabel aktivitas sosial.
Faktor ini mempunyai eigen value 1,22
dan 9,351 % mampu menjelaskan
keragaman varians.
PEMBAHASAN
Kredit kurang lancar
Pada pengujian ini dari 30 variabel
yang diidentifikasi sebagai pembentuk kredit
bermasalah menghasilkan 6 variabel yang
diektraksi menjadi 2 faktor dominan. Faktorfaktor dominan tersebut adalah :
1. Faktor kepedulian sosial dan keuangan
yang mewakli variabel hubungan dengan
pihak lain, aktivitas keagamaan,
likuiditas, dan modal cadangan.
2. Faktor agunan bangunan dan omset
usaha yang mewakili variabel agunan
bangunan dan omset usaha.
Kredit diragukan
Pada pengujian ini dari 30 variabel
yang diidentifikasi sebagai pembentuk kredit
bermasalah menghasilkan 17 variabel yang
diektraksi menjadi 5 faktor dominan. Faktorfaktor dominan tersebut adalah :
1. Faktor karakter dan keuangan yang
mewakili variabel itikad, aktivitas sosial,
likuiditas, dan produksi.
2. Faktor produksi dan aset simpanan yang
mewakili variabel kemampuan produksi,
modal cadangan, kepemilikan deposito,
dan kepemilikan emas.
3. Faktor mental wiraswasta dan aset usaha
yang mewakili variabel temperamen,
teknik produksi, omset usaha, dan
kepemilikan barang elektronik.
4. Faktor hubungan sosial dan omset usaha
yang mewakili variabel hubungan
dengan pihak lain, keharmonisan
keluarga, agunan kendaraan, dan pangsa
pasar.
5. Faktor agunan tanah yang mewakili
variabel agunan tanah.
Kredit macet
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
50
Pada pengujian ini dari 30 variabel yang
diidentifikasi sebagai pembentuk kredit
bermasalah menghasilkan 12 variabel yang
diektraksi menjadi 4 faktor dominan. Faktorfaktor dominan tersebut adalah :
1. Faktor agunan dan keuangan yang
mewakili variabel agunan kendaraan,
likuiditas, rentabilitas, laba usaha, dan
kepemilikan emas.
2. Faktor
mental
wiraswasta
dan
permodalan yang mewakili variabel
pengalaman usaha, agunan tanah,
modal awal, dan teknik produksi.
3. Faktor motivasi wiraswasta dan modal
cadangan yang mewakili variabel
motivasi wiraswasta dan modal
cadangan.
4. Faktor hubungan sosial yang mewakili
variabel aktivitas sosial.
Dari hasil pengujian di atas dapat dilihat
komposisi variabel pembentuk kredit
bermasalah pada masing-masing faktor 5C
berbeda-beda untuk tiap jenis kredit
bermasalah. Secara keseluruhan untuk kredit
bermasalah, variabel yang terbanyak pada
faktor caracter yaitu 2 variabel (kredit
kurang lancar), 5 variabel (kredit diragukan),
3 variabel (kredit macet). Pada faktor
capacity yaitu 2 variabel ( kredit kurang
lancar), 4 variabel (kredit diragukan), 4
variabel (kredit macet). Pada faktor capital
yaitu 1 variabel (kredit kurang lancar), 1
variabel ( kredit diragukan), 1 variabel
(kredit macet). Pada faktor condition of
economi yaitu 1 variabel (kredit kurang
lancar), 4 variabel (kredit diragukan), 1
variabel (kredit macet). Pada faktor
collateral yaitu 3 variabel (kredit diragukan)
dan 2 variabel (kredit macet).
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan,
faktor-faktor yang dominan pembentuk
kredit bermasalah di PD. BPR BKK
Kebumen Cabang Puring untuk masingmasing kredit bermasalah berbeda-beda
faktor dan variabel pembentuknya. Faktor
pembentuk kredit bermasalah tersebut yaitu :
1. Faktor pembentuk kredit kurang lancar
terbentuk dari 2 faktor yang meliputi 6
variabel yaitu : hubungan dengan pihak
lain, aktivitas keagamaan, agunan
bangunan, likuiditas, modal cadangan,
dan omset usaha.
2. Faktor pembentuk kredit diragukan
terbentuk dari 5 faktor yang meliputi 17
variabel yaitu : itikad debitur, hubungan
dengan pihak lain, temperamen,
keharmonisan keluarga, aktivitas sosial,
agunan tanah, agunan kendaraan,
kemampuan produksi, likuiditas, modal
cadangan, teknik produksi, produksi,
pangsa pasar, omset usaha, kepemilikan
deposito, kepemilikan emas, dan
kepemilikan barang elektronik.
3. Faktor
pembentuk
kredit
macet
terbentuk dari 4 faktor yang meliputi 12
variabel yaitu : motivasi wiraswasta,
pengalaman usaha, aktivitas sosial,
agunan tanah, tempat usaha, likuiditas,
rentabilitas,
modal
awal,
modal
cadangan, teknik produksi, laba usaha,
dan kepemilikan deposito.
Dilihat
dari
komposisi
variabel
pembentuknya untuk masing-masing kredit
bermasalah berdasarkan prinsip 5C, variabel
likuiditas dan modal cadangan adalah
variabel dominan pada kredit bermasalah
(kredit kurang lancar, diragukan, dan macet).
Oleh karena itu menganalisis kredit perlu
penilaian lebih mendalam atau perhatian
yang lebih teliti dari likuiditas (capacity) dan
modal cadangan (capital) usaha debitur.
Penilaian terhadap data likuiditas dan modal
cadangan usaha debitur akan berdampak
pada kredit yang disalurkan. Apabila hasil
Jurnal Fokus Bisnis Volume 7 No. 2, bulan Desember, Tahun 2008
51
penilaian likuiditas dan modal cadangan
debitur dinilai baik maka diharapkan kredit
yang disalurkan nantinya akan berjalan
dengan lancar atau tidak terjadi kredit
bermasalah demikian juga sebaliknya.
Penilaian atas data debitur tidak hanya
difokuskan pada likuiditas dan modal
cadangan tetapi pada aspek yang lain juga
perlu diperhatikan antara lain: hubungan
dengan pihak lain (caracter), agunan tanah
dan agunan kendaraan (capacity), teknik
produksi dan omset usaha (condition of
economi),
dan
kepemilikan
deposito
(collateral).
DAFTAR PUSTAKA
Dendawijaya,Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Fuad, Munir, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung
Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo, Jakarta.
Mutasir,2007, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya
Skripsi.Tidak dipublikasikan.Kebumen.STIE Putra Bangsa
Kredit
Bermasalah
Santoso dan Tjiptono 2000,Riset Pemasaran : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta :
Penerbit Elex Media Komputindo
Tjoekam,Mohammad,1999,Perkreditan
Utama, Jakarta
Bisnis Inti Bank Komersial, Gramedia Pustaka
Wahono,2007, Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Bermasalah, Skripsi,Tidak dipublikasikan.Kebumen. STIE Putra Bangsa
Kredit
Waluyo,Budi,2007, Manfaat Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Bermasalah, Skripsi.Tidak dipublikasikan. STIE Putra Bangsa
Kredit
Bank Indonesia, 1998, Undang-Undang Perbankan No.10, Jakarta.
Bank Indonesia, 2006, No.8, Tentang Penilaian Aktiva Produktif, Jakarta
Jurnal Fokus Bisnis Vol 7 No. 2, bulan Desember Tahun 2008
52
Download