ABSTRAK Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang sah menurut UU Perkawinan Pasal 2 ayat (1) adalah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Akan tetapi akan timbul permasalahan apabila salah satu pihak baik suami atau isteri menyangkal agama atau kepercayaannya setelah melakukan perkawinan tersebut. Salah satu contohnya yang terjadi di dalam perkawinan antara Asmirandah dan Jonas Rivanno yang salah satunya menyangkal suatu agama atau kepercayaannya. Dalam kasus ini pihak suami yaitu Jonas Rivanno yang awal mulanya memeluk agama Kristen, berpindah agama menjadi Islam agar dapat melangsungkan perkawinan dengan Asmirandah yang beragama Islam. Namun setelah melangsungkan perkawinannya, Jonas Rivanno menyangkal bahwa dia sudah berpindah agama menjadi Islam dan masih memeluk agama Kristen. Hal tersebut yang mengakibatkan pihak isteri yaitu Asmirandah melakukan pengajuan pembatalan perkawinan. Sehingga menimbulkan permasalahan mengenai status perkawinan jika pasangan suami atau isteri melakukan penyangkalan agama dan tindakan hukum yang dilakukan isteri jika suami melakukan tindakan penyangkalan agama menurut UU Perkawinan dan KHI. Penulisan ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan meneliti data sekunder, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukun tersier serta data primer yang diperoleh dari hasil wawancara. Spesifikasi penulisan ini adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan, menelaah dan menganalisis secara sistematis, secara faktual serta secara akurat dari objek penulisan itu sendiri. Tahap penulisan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Metode analisis data penelitian ini normatif kualitatif. Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa menurut UU Perkawinan, perkawinan mereka tetap sah. Hal tersebut dikarenakan masih tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA), selama suami tidak menjatuhkan cerai talak dan tidak adanya putusan cerai dari Pengadilan. Akan tetapi, menurut Hukum Islam, perkawinan tersebut menjadi tidak sah akibat dari tindakan suami yang melakukan penyangkalan status agama atau kepercayaannya dan mereka tidak lagi terikat dalam suatu perkawinan yang sah menurut agama Islam dan jika diteruskan maka hubungan biologis mereka hukumnya adalah zina. Kemudian tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh seorang isteri jika suaminya telah melakukan tindakan penyangkalan tentang status agama atau kepercayaannya menurut UU Perkawinan adalah pembatalan perkawinan. iv