PENGKONDISIAN SINYAL DIGITAL 3.1. PENDAHULUAN Suatu pertanyaan yang timbul mengapa kita tertarik dalam mengembangkan pengkondisian sinyal digital. Survei menyeluruh terhadap aplikasi elektronik dalam industri memperlihatlan bahwa teknik konversi ke dalam digital mengalami pengingkatan. Ada banyak alasan untuk konversi ini, namun ada dua hal yang penting. Pertama adalah reduksi terhadap ketidakpasian (uncertainty) ketika melakukan pengkodean informasi secara digital terhadap informasi analog. Jika suatu sistem menyediakan informasi analog, perhatian yang besar harus dilakukan untuk memperhitungkan pengaruh derau listrik, pergeseran (drift) bati suatu penguat, pengaruh pembebanan (loading effects), dan sejumlah permasalahan lain yang dekat dengan elektronika analog. Di dalam sinyal yang dikodekan secara digital, suatu kabel dapat memuat level tinggi atau rendah yang tidak benar-benar rentan terhadap permasalahan di atas berkaitan dengan pemrosesan analog. Akurasi sinyal digital ini dalam merepresentasikan informasi merupakan permasalahan tersendiri. Alasan kedua untuk konversi ke dalam elektronika digital adalah keinginan perkembangan untuk mempergunakan komputer digital dalam proses industri. Secara normal, komputer memerlukan informasi yang dikodekan dalam bentuk digital sebelum dapat dipergunakan. Pertanyaan mengenai kebutuhan untuk pengkondisian sinyal digital menjadi sebuah pertanyaan mengapa komputer sangat banyak digunakan di dalam industri. Hal ini benar-benar hal kompleks dan banyaknya dapat ditulis berulang-ulang. Dengan menyebutkan beberapa alasan yang akan dinyatakan, seperti yang akan didiskusikan lebih lanjut yaitu. (1) kemudahan dengan menggunakan untuk mengendalikan suatu sistem kontrol proses multivariabel, (2) melalui pemrograman komputer, nonlinieritas di dalam output transduser dapat dilinierkan, (3) persamaan kontrol yang rumit dapat diselesaikan untuk menentukan fungsi kontrol yang diperlukan, dan (4) kemampuan untuk mengubah rangkaian pemroses digital yang kompleks dalam bentuk mikro seperti integrated circuits (IC). Sungguh, dengan pengembangan chip mikroporsesor, seluruh komputer dapat diimplementasikan pada satu papan rangkaian tercetak (PCB). Teknologi ini tidak hanya mengurangi ukuran fisik, namun juga dapat mengurangi konsumsi daya serta rata-rata kegagalan. Dengan perkembangan penggunaan komputer dalam teknologi kontrol proses, sangatlah jelas bahwa ada individu dilatih untuk bekerja dalam bidang ini juga harus benar-benar tahu dalam teknologi elektronika digital. Pertanyaan mendasar adalah seberapa jauh persiapan yang diambil dapat mencakup studi mengenai hal kompleks yang terkait. Jawbannya adalah seorang ahli teknologi harus memahami elemen-elemen dan karakteristik dari loop kontrol proses. Dalam konteks ini, elektronika digital dipergunakan sebagai alat untuk mengimplementasikan fitur penting dari kontrol proses dan juga harus dipahami bagaimana piranti tersebut mempengaruhi karakteristik loop. Anggap bahwa seseorang tidak perlu mengetahui secara mendetail bentuk fisik dari kabel yang dibentangkan untuk memahami aplikasi dari strain gages dalam rangka menggunakan piranti ini dengan baik pada proses kontrol. Hal yang sama pula, seseorang tidak perlu mengetahui desain internal dari gerbang-gerbang logika dan mikrokomputer untuk menggunakan piranti ini dalam kontrol proses. Dalam hal ini, sudut pandang dari bab ini sengaja dipilih untuk membantu pembaca yang memiliki latar belakang dalam teknologi digital untuk memahami aplikasinya dalam kontrol proses. 3.2. KONVERTER Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar pengukuran variabel-variabel dinamik dilakukan oleh piranti ini yang menerjemahkan informasi mengenai vaiabel ke bentuk sinyal listrik analog. Untuk menghubungkan sinyal ini dengan sebuahkomputer atau rangkaian logika digital, sangat perlu untuk terlebih dahulu melakukan konversi analog ke digital (A/D). Hal-hal mengenai konversi ini haris diketahui sehingga ada keunikan, hubungan khusus antara sinyal analog dan digital. Seringkali, situasi yang sebaliknya terjadi dimana sinyal digital diperlukan untuk menggerakkan sebuah piranti analog. Dalam hal ini, diperlukan sebuah konverter digital ke analog (D/A). 3.3.1 Komparator Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog adalah piranti (biasanya berupa IC) disebut komparator. Piranti ini, yang diperlihatkan secara skematik dalam Gambar 3.4, secara sederhana membandingkan dua tegangan pada kedua terminal inputnya. Bergantung pada tegangan man yang lebih besar, outputnya akan berupa sinyal digital 1 (high) atau 0 (low). Komparator ini digunakan secara luas untuk sinyal alarm ke komputer atau sistem pemroses digital. Elemen ini juga merupakan satu bagian dengan konverter analog ke digital dan digital ke analog yang akan didiskusikan nanti. a + 1 Va > Vb b - 0 Va < V b Gambar 3.4 Sebuah komparator merubah keadaan logika output sesuai fungsi tegangan input analog Sebuah komparator dapat tersusun dari sebuah opamp yang memberikan output terpotong untuk menghasilkan level yang diinginkan untuk kondisi logika (+5 dan 0 untuk TTL 1 dan 0). Komparator komersil didesain untuk memiliki level logika yang dperlukan pada bagian outputnya. CONTOH 3.7 Sebuah sistem kontrol proses memiliki spesifikasi dimana temperatur tidak boleh melebihi 160C jika tekanan juga melebihi 10N/m2 (Pa). Deasin sebuah sistem utuk mendeteksi kondisi ini, menggunakan transduser tekanan dan temperatur masing-masing dengan fungsi alih 2.2 mV/C dan 0.2 V/N/m2. SOLUSI Kondisi alarm akan terjadi pada saat sinyal temperatur (2.2 mV/C)(160C) = 3.52 V bersamaan dengan sinyal tekanan (0.2 V/N/m2)(10 N/m2) = 2 volt. Rangkaian dari Gambar 3.5 memperlihatkan bagaimana alarm ini dapat diimplementasikan dengan komparator dan satu gerbang AND. Komparator Temperatur Alarm posisi high 3.52 V Tekanan Komparator 2.0 V Gambar 3.5 Diagram rangkaian untuk Dontoh 3.7. 3.3.2 Konverter Digital ke Analog (DAC) Sebuah DAC menerima informasi digital dan mentransformasikannya ke dalam bentuk suatu tegangan ananlog. Informasi digital adalah dalam bentuk angka biner dengan jumlah digit yang pasti. Khususnya ketika dipergunakan sebagai penghubung dengan sebuah komputer, angka biner ini disebut word biner atau word komputer. Digit-digit tersebut disebut bit word. Sehingga, sebuah word 8 bit akan memberikan sebuah angka biner yang memiliki delapan digit, seperti 101101102. Konverter D/A mengonversi sebuah word digital ke dalam sebuah tegangan analog dengan memberikan skala output analog berharga nol ketika semua bit adalah nol dan sejumlah nilai maksmum ketika semua bit adalah satu. Hal ini dapat direpresentasikan secara matematis dengan memperlakukan angka biner sebagai angka pecahan. Dalam konteks ini, output dari konverter D/A dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan (3.1) yang memberikan skala dari sejumlah tegangan referensi. Vx = VR [b12–1 + b22– 2 + . . . + bn2 – n ] (3-3) Dimana Vx = output tegangan analog VR = tegangan referensi b1 b2 . . . bn = word biner n-bit Perlu diketahui bahwa minimum dari Vx adalah nol, dan harga maksimum ditentukan oleh ukuran dari word biner, karena dengan semua bit yang diset berharga satu, ekivalen desimal mendekati harga VR sesuai dengan peningkatan jumah bit. Sehingga sebuah word 4-bit memiliki harga maksimum Vmax = VR [2–1 + 2– 2 + 2– 3 + 2 – 4 ] = 09375 VR Sedangkan sebuah word 8-bit mamiliki harga maksimum Vmax = VR [2–1 + 2– 2 + 2– 3 + 2 – 4 + 2–5 + 2– 6 + 2– 7 + 2 – 8 ] = 09961 VR RESOLUSI KONVERSI Resolusi konversi juga merupakan sebuah fungsi jumlah dari bit-bit yang ada dalam word. Lebih banyak bit, lebih kecil perubahan di dalam output analog untuk perubahan 1-bit di dalam word biner sehingga resolusi semakin besar. Perubahan terkecil yang mungkin terjadi secara sederhana dinyatakan oleh Vx = VR 2 – n (3-4) Dimana Vx = perubahan output terkecil VR = tegangan referensi n = jumlah bit-bit di dalam word sehingga, sebuah konverter D/A word 5-bit dengan tegangan revferensi 10 volt akan menghasilkan perubahan sebesar Vx = (10) (2 – 5) = 0.3125 volt per volt. CONTOH 3.8 Tentukan berapa banyak bit yang harus dimiliki sebuah konverter D/A untuk memberikan peningkatan output sebesar kurang dari 0.04 volt. Tegangan referensi adalah 10 volt. SOLUSI Salah satu cara untuk mendapatkan solusi ini adalah dengan secara kontinyu mencoba ukuran word hingga diperoleh resolusi yang jatuh kurang dari 0.04 volt per bit. Sebuah prosedur yang lebih analitik adalah membentuk persamaan V = 0.04 = (10) (2 – y) sembarang n yang lebih besar dari bagian integer dari eksponen 2 dalam persamaan ini akan memenuhi keperluan. Dengan mengambil logaritma log (0.04) = log (10) (2 – y ) log (0.04) = log (10) – y log 2 y= log (10) - log (0.04) log 2 y = 7.966 sehingga, sebuah n = 8 akan memenuhi kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan Persamaan (3-4). Vx = (10) (2 – 8) Vx = 0.0390625 volt VR a0 a1 a2 a3 a4 Konverter Digital ke Analog an-1 an Vx Tegangan output analog Logika untuk memulai konversi +V GND -V Gambar 3.6 Diagram yang memperlihatkan input dan output dari konverter digital ke analog (DAC) n-bit. KARAKTERISTIK DAC Untuk aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi (IC), yang diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan output tertentu. Dalam Gambar 3.6, kita lihat elemen penting dari DAC dengan input dan output yang diinginkan. Karakteristik yang berkaitan dapat diringkas oleh referensi dari gambar ini. 1. Input Digital. Secara khusus, jumlah bit dalam sebuah word biner paralel disebutkan di dalam lembar spesifikasi. Biasanya, level logika TTL dipergunakan kecuali dikatakan lain. 2. Catu Daya. Merupakan bipolar pada level ± 12 V hingga ± 18 V seperti yang dibutuhkan oleh amplifier internal. 3. Suplai Referensi. Diperlukan untuk menentukan jangkauan tegangan output dan resolusi dari konverter. Suplai ini harus stabil, memiliki riple yang kecl. Dalam beberapa unit, diberikan referensi internal. 4. Output. Sebuah tegangan yang merepresentasikan input digital. Tegangan ini berubah dengan step sama dengan perubahan bit input digital dengan step yang ditentukan oleh Persamaan (3-4). Output aktual dapat berupa bpolar jika konverter didesain untuk menginterpretasikan input digital negatif. 5. Offset. Karena DAC biasanya diimplementasikan dengan op-amp, maka mungkin adanya tegangan output offset dengan sebuah input nol. Secara khusus, koneksi akan diberikan untuk mendukung pengesetan ke harga nol dari output DAC dengan input word nol. 6. Mulai konversi. Sejunlah rangkaian DAC memberikan sebuah logika input yang mempertahankan konversi dari saat terjadinya hingga diterimanya sebuah perintah logika tertentu (1 atau 0). Dalam ini, word input digital diabaikan hingga diterimanya input logka tertentu. Dalam sejumlah hal, sebuah buffer input diberikan untuk memegang (hold) word digital selama dilakukannya konversi hingga selesai, bahkan word ini sendiri dapat muncuk pada jalur input hanya dalam waktu singkat. Buffer-buffer ini biasanya berupa flip-flop (FF) yang yang dimasukkan di antara terminal-terminal input dari konverter dan jalur digital. STRUKTUR DAC Jelasnya, sebuah DAC dipergunakan sebagai kotak hitam (black box), dan tidak ada pengetahuan mengenai cara kerja internal diperlukan. Ada beberapa hal penting ntuk menunjukkan bagaimana konversi dapat diimplementasikan. Konversi yang paling sederhana mempergunakan sebuah suatu deretan op-amp ntuk input dengan tujuan dipilih penguatan yang memberikan suatu output sesuai dengan Persamaan (3-3). Macam yang paling umum adalah mempergunakan sebuah jaringan ladder resistif untuk menghasilkan fungsi transfer. Jaringan ini diperlihatkan dalam Gambar 3.7 dalam hal konverter 4-bit. Dengan pilihan resistor R-2R, dapat diperlihatkan malaui analisis jaringan dimana teganganoutput diberikan oleh Persamaan (3-4). Saklar merupakan saklar analog elektronik. R R R R + 2R 2R Tegangan Output Analog Op Amp 2R b4 2R 2R b3 b2 b1 Gambar 3.7 Jaringan ladder merupakan suatu contoh untuk sebuah rangkaian umum untuk konverter D/A. CONTOH 3.9 Sebuah katup kontrol memiliki variasi linier untuk bukaan sesuai dengan variasi tegangan input dari 0 – 10 volt. Sebuah mikrokomputer menghasilkan output 8-bit untuk mengendalikan pembukaan katup kontrol dengan mempergunakan sebuah DAC 8-bit ntuk menghasilkan tegangan katup. (a) Cari tegangan referensi yang diperlukan untuk mendapatkan suatu pembukaan katup penuh (10 volt); (b) Cari persentase pembukaan katup untuk perubahan 1-bit dalam word input. SOLUSI (a) Kondisi bukaan katup penuh terjadi dengan inpt tegangan 10 volt. Jika sebuah referensi 10 volt dipergunakan, sebuah word digital penuh 11111111 tidak akan memberikan tepat 10 volt, sehingga kita akan mempergunakan sebuah referensi tegangan yang lebih besar. Sehingga kita dapatkan Vx = VR [b12–1 + b22– 2 + . . . + b82 – 8 ] 1 1 1 10 = VR . . . 256 2 4 VR = (b) 10 = 10.0039 0.9961 Persentase perubahan katup tiap step ditentukan pertama kali dari Vx = VR 2 – 8 (3-3) Vx = (10.0039) Vx = 0.0392 V 1 256 sehingga, %= (0.0392)(1 00) = 0.392 % 10 DAC SERIAL Dalam sejumlah kasus, word digital merupakan tipe serial pada jalur input selain bit paralel. Dalam hal ini, diperlukan baik konverter serial maupun konverter serial ke paralel, dengan output bufer. 3.3.3 Konverter Analog ke Digital (ADC) Meskipun ada beberapa transduser yang memberikan output sinyal digital secara langsung dan sdang dikembangkan, sebagian besar transduser tetap hanya mengkonversi variabel dinamik ke dalamsebuah sinyal lsitrik analog. Dengan peningkatan penggunaan logika digital dan komputer di dalam kontrol proses, sangat [erlu untuk mempergunakan sebuah DAC untukmenhasilkan sebuah output yang dikodekan secara digital. Fungsi transfer dari ADC dapat diekspresikan dengan cara yang sama denga Persamaan (3-3) dalam sejumlah tegangan analog yang diberikan sebagai nput, dan konverter mendapatkan sebuah bilangan biner yang jika disubstitusikan ke dalam Persamaan (3-3) memberikan input analog. Sehingga Vx = VR [b12–1 + b22– 2 + . . . + bn2 – n ] (3-5) Dimana Vx = input tegangan analog VR = tegangan referensi b1 b2 . . . bn = output digital n-bit Kita mempergunakan kesamaan pendekatan dalam ersamaan ini karena tegangan di sebelah kanan dapat berubah oleh ukuran step yang terbatas oleh Persamaan (3-4), V = VR 2 – n (3-4) Hal ini berarti bahwa ada ketidakpastian dari V di dalam melakukan konversi dari tegangan analog ke snyal digital. Ketidakpastian ini harus diambil ke dalam perhitungan di dalam aplikasi desain. Jika permasalahan sesuai dengan pertimbangan menentukan suatu resolusi tertentu terhadap tegangan analog, maka ukuran word dan referensi harus dipilih ntuk mendapatkan resolusi ini dalam bilangan yang dikonversikan ke bilangan digital. CONTOH 3.10 Temperatur akan diukur oleh sebuah transduser dengan output 0.02 volt/C. Tentukan referensi ADC yang diperlukan dan ukuran waord untuk mengukur 0 – 100C dengan resolusi 0.1C. SOLUSI Pada temperatur maksimum 100C, tegangan output adalah. (0.02 V/C) (100C) = 4 V sehingga dipergunakan referensi 2 V. Sebuah perubahan 0.1C menghasilkan suatu perubahan tegangan (0.1C) (0.02 V/C)= 2 mV sehingga kita memerlukan ukuran word 0.002 V = (2) (2 – y ) Memilih sebuah ukuran n dengan satu bagian integer dari y. Sehingga, menyelesaikannya dengan logaritma kita dapatkan y= log (2) - log (0.002) log 2 y = 9.996 10 sehingga, sebuah word 10 bit diperlukan untuk resolusi ini. Sebuah word 10-bit memiliki resolusi V = (2) (2 – 10) Vx = 0.00195 volt yang lebih kecil dari resolusi minimum yang diperlukan yaitu 2 mV. CONTOH 3.11 Cari word digital yang diperoleh dari input 3.217 volt untuk sebuah ADC 5-bit dengan referensi 5 volt. SOLUSI Hubungan antara input dan output adalah Vx = VR [a12–1 + a22– 2 + a32– 3 + a42– 4 + a52 – 5 ] (3-5) Sehingga, kita akan mengkodekan sebuah bilangan pedahan yaitu Vx/VR atau a12–1 + a22– 2 + . . . + a52 – 5 = 3.127 = 0.6254 5 Menggunakan metoda perkalian succesive yang dinyatakan dalam SubBab 3.2.2, kita peroleh 0.6254 (2) 0.2508 (2) 0.5016 (2) 0.0032 (2) 0.0064 (2) = 1.2508 a1 = 1 = 0.5016 a2 = 0 = 1.0032 a3 = 1 = 0.0064 a4 = 0 = 0.0128 a5 = 0 Sehingga outputnya adalah 101002. STRUKTUR A/D Hampir semua ADC yang tersedia dalam bentuk rakitan rangkaian terintegrasi (IC) yang dapat dianggap sebagai kotak hitam (black box). Untuk dapat benar-benar mengenal karakteristik dari piranti ii, sangatlah penting untuk memeriksa teknik standar yang dipergunakan untuk melakukan konversi. Ada dua metoda yang dipergunakan untuk melakukan konversi yang merepresentasikan pendekatan yang sangat berbeda untuk permasalahan konversi. ADC PARALEL – FEEDBACK Konverter A/D paralel-feedback menerapkan sistem umpan balik (feedback) untuk melakukan konversi seperti diperlihatkan pada Gambar 3.8. Pada dasarnya, sebuah komparator dipergunakan untuk membandingkan tegangan input Vx terhadap sebuah tegangan umpan balik VP yang berasal dari sebuah DAC seperti tampak dalam gambar. Komparator menghasilkan sinyal yang menggerakkan sebuah jaringan logika yang menaikkan output digital (dan juga input DAC) hingga komparator mengindikasikan dua sinyal adalah sama sesuai resolusi dari konverter. Konverter paralel-feedback yang paling populer adalah pendekatan successive. Pada piranti ini, susunan rangkaian logika dibuat secara successive dan menguji setiap bit, dimulai dengan bit paling penting (MSB) dari word. Kita memulainya dengan semua bit nol. Dari sini, operasi pertama adalah dengan mengeset b1 = 1 dan menguji VF = VR 2 – 1 terhadap Vx melalui komparator. Konversi mulai Komparator Vx + Jaringan pencacah logika Konversi selesai bn Output Digital b2 VF b1 Konverter D/A VR Supply Gambar 3.8 Konverter A/D tipe pendekatan successive sangat umum digunakan dan melibatkan penggunaan konverter D/A. Jika Vx lebih besar, maka b1 adalah satu; b2 diset ke 1 dan dilakukan test bagi Vx terhadap VV = VR(2 – 1 + 2 – 2 ), dan seterusnya. Jika Vx lebih kecil dari VR2–1, maka b1 direset ke nol; b2 diset ke 1 dan dilakukan test bagi Vx terhadap VR 2 – 2. Proses ini diulang hingga bit terendah (least significant bit) dari word. Operasi yang terjadi paling baik diilustrasikan melalui contoh. CONTOH 3.12 Cari pendekatan successive output ADC untuk konverter 4-bit terhadap input 3.217 volt jika referensi adalah 5 volt. SOLUSI Mengikuti prosedur secara garis besar, kita mendapatkan operasi berikut. Dengan V x = 3.217. (1) (2) Mengeset b1 = 1 VF = 5(2 – 1) = 2.5 volt Vx > 2.5 biarkan b1 = 1 Mengeset b2 = 1 VF = 2.5 + 5(2 – 2) = 3.75 volt (3) (4) Vx < 3.75 reset b2 = 0 Mengeset b3 = 1 VF = 5(2 – 3) = 3.125 volt Vx > 3.125 biarkan b1 = 1 Mengeset b4 = 1 VF = 3.125 + 5(2 – 4) = 3.4375 volt Vx < 3.4375 mereset b1 = 0 Melalui prosedur ini, kita dapatkan output merupakan sebuah word biner 10102. Selain input analog, output digital, catu daya, dan referensi input, sebagian besar konverter A/D memiliki sebuah input logika untuk memulai konversi (start conversion) dan sebuah output logika konversi selesai (finished conversion) seperti diperlihatkan pada Gambar 3.8. A/D RAMP Konverter A/D tipe ramp pada intinya membandingkan tegangan input terhadap tegangan ramp yang naik secara linier. Sebuah pencacah (counter) biner diaktifkan untuk mencacah step ramp sampai tegangan ramp sama dengan input. Ramp ini sendiri dihasilkan oleh sebuah rangkaian integrator op-amp, yang didiskusikan dalam SubBab 2.5.6. b1 b2 C - Vx R Komparator bn + VR Pencacah Digital + Op amp Jaringan logika Mulai konversi Konversi selesai Gambar 3.9 Konverter A/D slope ganda mempergunakan integrator op-amp, komparator, dan rangkaian digital yang berkaitan. A/D RAMP SLOPE GANDA ADC ini merupakan tipe yang paling umum dari konverter ramp. Diagram yang disederhanakan dari piranti ini diperlihatkan pada Gambar 3.9. Prinsip kerjanya berdasar pada kemampuan sinyal input untuk menggerakkan integrator untuk waktu tetap T1, sehingga menghasilkan sebuah output V1 1 RC V x (3-6) dt atau karena Vx adalah konstan, V1 1 T1 Vx RC (3-7) Setelah waktu T1, input integrator secara elektronis tersaklar pada suplai referensi yang bernilai negatif. Kemudian komparator melihat sebuah tegangan input yang berkurang dari V1 sebagai V2 V1 1 RC V R dt (3-8) atau , karena VR adalah konstan dan V1 diperoleh dari Persamaan (3-7), V2 1 1 T1 Vx t VR RC RC (3-9) sebuah pencacah diaktifkan pada waktu T1 dan mencacah hingga komparator mengindikasikan V2 = 0 pada waktu tx, Persamaan (3-9) mengindikasikan bahwa Vx sebesar Vx tx VR T1 (3-10) Sehingga, waktu pencacah tx adalah linier terhadap Vx dan juga tidak bergantung pada karakteristik integrator, yaitu R dan C. Prosedur ini diperlihatkan dalam diagram waktu pada Gambar 3.10 konversi dimulai sinyal digital konversi mulai (start) dan selesai (complete) jugadipergunakan dalam piranti ini, dan (dalam beberapa kasus) referensi internal atau eksternal dapat dipergunakan. Output integrator V Waktu T1 tx Berhenti mencacah Mulai mencacah Gambar 3.10 Konverter A/D slope ganda mencacah waktu yang diperlukan untuk zero crossing output integrator dari sebuah input yang diketahui. CONTOH 3.13 Sebuah ADC slope ganda seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.9 memiliki R = 1 k dan C = 0.01 F. referensi adalah 10 volt, dan waktu integrasi adalah 10 s. Cari waktu konversi untuk input 6.8 volt. SOLUSI Kita cari tegangan setelah waktu integrasi 10 s sebagai V1 1 T1 Vx RC V1 (10 μs)(6.8 V) (1 k)(0.01 μF) (3-7) V1 = 6.8 volt Kemudian kita dapatkan waktu yang diperlukan untuk mengintegrasikan ke harga nol V2 = 0 dalam V2 t T1Vx x VR RC RC sehingga, T1Vx VR (10 μs)(6.8 V) tx 10 V tx = 6.8 s tx kemudian waktu konversi total adalah 10 s + 6.8 s = 16.8 s. (3-9) KARAKTERISTIK UMUM Sejumlah besar fitur umum yang mungkin dimiliki oleh konverter A/D, yang penting dalam aplikasi: 1. Input. Biasanya berupa level tegangan analog. Level yang paling umum adalah 0 – 10 volt atau –10 hingga +10 jika dimungkinkan konversi bipolar. Dalam beberapa kasus, level ditentukan oleh sebuah referensi suplai eksternal. 2. Output. Sebuah word biner paralel atau serial yang merupakan hasil pengkodean input analog. 3. Referensi. Stabil, sumber dengan ripple kecil terhadap konversi. 4. Suplai Daya. Biasanya, sebuah suplai bipolar ±12 hingga ±18 V diperlukan untuk amplifier analog dan komparator dan sebuah suplai +5 V untuk rangkaian digital. 5. Input Sample and Hold. Error timbul jika tegangan inputberubah selama proses konversi. Untuk alasan ini, sebuah amplifier sample and hold selalu dipergunakan pada input untuk memberikan sebuah tegangan input tetap ntuk proses konversi. 6. Sinyal digital. Sebagian besar ADC memerlukan sebuah logika input tinggi pada jalur yang diberikan untukmenginisialisasi proses konversi. Ketika konversi selesai, ADC biasanya memberikan sebuah level tegangan tinggi pada jalur lainnya sebagai indikator untuk mengikuti perlengkapan status. 7. Waktu konversi. ADC harus berurutan melalui sebuah set operasi sebelum dapat menemukan output digital yang diinginkan. Untuk alasan ini, sebuah bagian penting dari spesifikasi adalah waktu yang diperlukan untuk konversi. Waktu adalah 10 – 100 s bergantung pada jumlah bit dan desain dari konverter. CONTOH 3.14 Suatu pengukuran temperatur mempergunakan sebuah transduser dengan output 6.5 mV/C digunakan untuk mengukur 100C. Digunakan sebuah ADC 6-bit dengan referensi 10 volt. (a) buat sebuah rangkaian untuk menghubungkan transduser dan ADC; (b) Cari resolusi temperatur. SOLUSI Untuk mengukur 100C ini berarti output transduser pada 100C adalah (6.5 mV/C)(100C) = 0.65 volt (a) Rangkaian interface harus memberikan sebuah penguatan (gain) sehingga pada 100C output ADC adalah 111111. Tegangan input yang akan menghasilkan output ini diperoleh dari Vx = VR [a12–1 + a22– 2 + … + a62 – 6 ] 1 1 1 Vx = 10 . . . 64 2 4 Vx = 9.84375 V (3-5) Sehingga, penguatan yang dibutuhkan harus memenuhi tegangan ini ketika temperatur 100C. 9.84375 0.65 = 15.14 Penguatan = Rangkaian op-amp dari Gambar 3.11 eken memberikan penguatan sebesar ini. (b) Resolusi temperatur dapat dicari melaui arah mundur dari perubahan tegangan LSB dari ADC. V = VR 2 – n V = (10) (2 – 6) = 0.16525 V (3-4) dengan arah mundur melalui penguatan ini berkaitan dengan perubahan transduser VT = 0.15625 = 0.01032 V 15.14 T = 0.01032 V = 1.59 C 0.0065 V/ C atau pada temperatur 14.14 k 6 mV/oC ADC + 1 k 8V Referensi Gambar 3.11 Gambar untuk contoh 3.14 Output 6 bit . 3.3. SISTEM OUTPUT DAN AKUISISI DATA Sebuah komputer digital dapat melakukan sejumlah besar perhitungan dalam hitungan detik, karena waktu tipikal yang diperlukan untuk mengeksekusi satu instruksi dapat hanya beberapa mikrodetik. Sebagai contoh, sebuah mikroprosesor dapat menjumlakan dua bilangan biner 8-bit dalam waktu 2 s. sebaliknya, sebagian besar instalasi kontrol proses melibatkan variasi variabel proses dengan skala waktu hitungan menit. Untuk alasan ini dan alasan lainnya yang dibicarakan dalam Bab 10, penggunaan efisien dari komputer dalam kontrol proses dimaksudkan agar sebuah komputer tunggal dapat mengendalikan sejumlah variabel. Untuk melakukan hal ini, secara periodik komputer akan mengambil sampel harga dari masing-masing variabel, mengevaluasi harga tersebut sesuai denganoperasi kontrol terprogram, dan mengeluarkan output sebuah sinyal pengontrol yang sesuai untuk elemen kontrol final. Di bawah kontrol program, komputer memilih variabel terkontrol lainnya, mengambil sampel, mengevaluasi, dan menghasilkan output, dan begitu seterusnya untuk sema loop di bawah kontrol tersebut. Mengambil sebuah sampel angka dari dnia nyata ke dalam komputer tidaklah mudah. Hal ini membutuhkan sebuah kombinasi hardware dan software (program) untuk memungkinkan bagi komputer membaca bilangan yang merepresentasikan sejumlah variabel proses, seperti temperatur, tekanan, dan lain-lain. Keseluruhan proses melakukan hal ini, dan mengembalikannya sebagai output, semuanya ini disebut interface. Sekarang, seseorang daat mengambil sebuah ADC dan beberapa amplifier yang perlu dan menulis sebuah program yang diperlukan untuk bekerja bersama-sama dengan sebuah interface untuk sejumlah komuter untuk sebuah aplikasi proses. jika komputer dipergunakan untukmengendalikan beberapa loop, kita akan memerlukan sistem tersebut untuk masing-masing variabel sebagai input. Selain itu, untuk mengambil input kita dapat mempergunakan sebauh sistem akuisisi data (Data Acquisition System – DAS) yang memungkinkan lebih dari satu variabel untuk diambil sampelnya dari beberapa sumber untuk dimasukkan ke dalam komputer dengan pemrograman yang sesuai. Begitu juga, sebuah modul output data (Data Output Module – DOM) memungkinkan komputer untuk mengeluarkan sinyal output untuk lebih dari satu sumber di bawah kontrol program. Sistem Akuisisi Data (DAS) Ada banyak tipe yang berbeda dari sistem akuisisi data, namun sangatlah mungkin untuk generalisasi elemen paling pentingnya seperti diperlihaktan pada Gambar 3.12. Paragraf di bawah menyajikan deskripsi umum dari masing-masing blok dari DAS. Perlu diketahui bahwa hampir semua sistem akuisisi data tersedia dalam bentuk modul kecil yang berisi rangkaian-rangkaian yang diperlihatkan dalam Gambar 3.12. Pada umumnya, modul menerima sejumlah input analog, yang disebut kanal (channel), baik sebagai sinyal tegangan differensial (dua kawat – two wire) maupun sinyal tegangan tunggal (terhadap ground). Secara khusus, sebuah sistem dapat memiliki delapan kanal input differensial atau enam belas kanal input tunggal. Kemudian komputer dapat memilih salah satu dari kanal-kanal tersebut dibawah kontrol program untuk input data di dalam kanal. Kanal input analog Multiplekser Analog Jalur data komputer Dekoder Alamat Jalur kontrol Jalur data komputer Amplifier Pengunci output ADC Vref Gambar 3.12 Sistem akuisisi data DEKODER ALAMAT Bagian dari DAS ini menerima sebuah input dari komputer melalui jalur alamat (16 bit untuk mikroprosesor 8-bit) yang berfungsi memilih sebuah kanal analog tertentu yang akan diambil sampelnya. Modul iniseringkali didesain sedemikian rupa sehingga gabungan dari kanal tertentu dan sebuah word alamat komputer dapat dipilih oleh pemakai (user). Dalam beberapa hal, hal ini dilakukan dengan membuat alamat kanal modul muncul pada komputer sesuai dengan alamat lokasi memori, hal ini terkadang dipilih sejmlah kanal input analog. Dengan kata lain, pemilihan kanal input adalah ekivalen dengan pembacaan isi dari sebuah lokasi memori. Dalam sistem yang lain, sebuah kode biner dikirim dari komputer melalui piranti khusus input/ output untuk memilih sebuah kanal analog dan memasukkan data melalui kanal tersebut. Dalam hal ini, pemilihan kanal dilakukan oleh sesuatu yang disebut piranti pemilih kode (device select code). MULTIPLEKSER ANALOG Elemen DAS ini pada dasarnya sebuah saklar yang mengambil sinyal alamat yang dikodekan dan memilih data pada kanal yang terpilih dengan penutupan sebuah saklar yang terhubung pada jalur input analog. Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.13 untuk sebuah sistem akhiran tunggal, multiplekser menerima sebuah input dari dekoder alamat dan mempergunakannya untuk menutup saklar yang sesuai memasukkan sinyal kanal yang akan dilewatkan pada tahap berikutnya dari DAS. Gambar 3.13 memperlihatkan kanal 2 yang telah dipilih, yang mungkin telah dipilih oleh sebuah 10 pada jalur input. Dengan cara yang sama, 00 akan memilih kanal 0, 01 kanal 1, 10 kanal 2, dan 11 kanal 3. sehingga, dekoder alamat harus mengkonversi jalur alamat komputer pada salah satu dari empat kemungkinan tersebut ketika DAS telah dialamatkan oleh komputer. Elemen saklar aktual biasanya berupa Transisto Efek Medan (FETs) yang berada pada posisi resistansi “on”beberapa ratus ohm dan sebuah resistansi “off” ratusan hingga ribuan megaohm. 0 Dari dekoder alamat Kanal analog 1 2 Pemilih saklar Output analog Gambar 3.13 Multiplekser analog empat kanal 3 AMPLIFIER Hampir semua sistem akuisisi data meliputi sebuah bati penguatan yang memungkinkan pengguna (uaser) untuk mengkompensasi level sinyal input. Gabungan ADC umumnya didesain untuk beroperasi dari sebuah jangkauan input unipolar definit atau bipolar sehinggalevel input harus disetel pada daerah ini. Sehingga jika input sinyal ADC harus berada pada jangkauan 0 hingga 5 volt, penguatan dengan suatu bati menjamin bahwa input berada dalam daerah ini. Jika ada perbedaan besar antara bermacam level sinyal input, sejumlah pengkondisian snyal mungkin diperlukan sinyal diberikan pada DAS. ADC Tentu saja, sebuah bagian penting dari DAS adalah konverter analog ke dgital. Konverter ini akan menerima tegangan dengan rentang jangkauan tertenu seperti yang diberikan oleh pengkondisian sinyal yang mendahuluinya. Konverter biasanya dapat dikonfigurasi untuk menerima input unipolar atau bipolar. Hal-hal seperti penyetelan offset dan penyetelan skala penuh harus dilakukan. Modul Output Data (DOM) Paragraf sebelumnya mendeskripsikan sistem yang dipergunakanuntikmemasukkan data ke komputer. Umumnya, hal ini adalah sebuah variabel kontrol proses yang terkontrol. Baik dalam kontrol pengawasan (supervisory control) atau kontrol digital langsung (direct digital control), juga diperlukan untuk memberikan sebuah mekanisme dimana komputer dapat menghasilkan output sebuah sinyal baik sebagai penyetelan setpoint atau kepada elemen kontrol akhir. Antarmuka (interface) jenis ini dibuat untuk sistem beberapa kanal oleh Modul Output Data (Data Output Module – DOM). Blok umum dari piranti ini diberikan dalam Gambar 3.14. Tujuan mum dari dekoder alamat adalah sama dengan DAS, yaitu memungkinkan komputer untuk memilih sebuah kanal output tertentu. Dalam hal ini, komputer “menuliskan” informasi ke dalam sebuah lokasi memori atau alamat output yang dikonversikan ke sebuah tegangan analog oleh DAC. Kita mempergunakan sebuah demultiplekser yang dapat mensaklar output dari DAC ke dalam salah satu dari word data output yang berada dalam jalur data untuk beberapa mikrodetik. Pengunci (latch) menahan (hold) data ini cukup lama untuk konversi dan aplikasi dalam loop kontrol proses. Kanal output analog Multiplekser Analog Jalur data komputer Dekoder Alamat Jalur kontrol Jalur data komputer Pengunci input DAC Vref Gambar 3.14 Modul data output Catatan Aplikasi Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika sebah DAS atau DOM dipergunakan. Paragraf berikut mendiskusikan beberapa faktor ini. SAMPLE AND HOLD Ketika mempergunakan DAS, harus dilakukan perhitungan kaarena sebenarnya sinyal pada kanal input dapat berubah-ubah dengan cepat. Jika perubahan cukup cepat sehingga sinyal bervariasi selama waktu konversi, sebuah sample and hold arus dipergunakan pada kanal tersebut untuk memegang (hold) nilai input selama konversi. Hal ini menambah kompleksitas dari software karena harus dilakukan perhitungan untuk perintah modul sample and hold. KOMPATIBILITAS DENGAN KOMPUTER Dalam beberapa hal, sebuah modul data didesain untuk bekerja hanya dengan satu model atau tipe komputer. Hal ini terbukti ketika digunakannya komputer berbasis mikroprosesor memiliki arsitektur yang benar-benar bervariasi antara rumpun (family). Oleh karena itu perlu untuk memilih sebuah modul data (DAS atau DOM) yang kompatibel dengan karakteristik input/output dari komputer. PEMROGRAMAN HARDWARE Sebagian besar kodul data menawarkan sejumlah pilihan untuk penggunaan operasi input/output. Pilihan ini meliputi operasi unipolar/bipolar, pemilihan alamat, bati penguatan, operasi differensial/akhiran tunggal, dan lain-lain. Secara khusus pilihan-pilihan tersebut dipilih oleh penghubung (jumper) kabel antara kaki-kaki modul atau dengan pemasangan resistor seperti yang dispesifikasikan dalam lembar spesifikasi modul. PEMROGRAMAN SOFTWARE Aspek lainya yang penting dalam antarmuka input/output adalah rutin software yang akan mempergunakan modul data.rutin-rutin tersebut harus kompatibel dengan pemrograman hardware dan karakteristik lain dari modul. Sebagai contoh, program mungkin melibatkan delay yang menunggu ADC menyelesaikan konversi. Aspek ini didiskusikan lebih lanjut dalam Bab 10. WAKTU RESPON KESELURUHAN Sebuah sistem akuisisi data tidak melakukan konversi digital secara langsung terhadap data yang muncul pada kanal yang terpilih ketika pemilihan terjadi. Namun, ada delay ketika multiplekser mengakses kanal sistem, ketika amplifier mendapatkan harga dri kanal, dan ketika ADC melakukan operasi konversi yang dijelaskan dalam subbab mengenai operasi ADC. Waktu yang diperlukan dapat berjalan dari puluhan mikrodetik hingga ratusan mikrodetik, tergantung pada jumlah bit yang dikonversi, bati penguatan dan kecepatan pensaklaran sinyal. RINGKASAN Bab ini menjelaskan latar belakang elektronika digital untuk membuat pembaca mempunyai pengetahuan terhadap elemen-elemen dari pemrosesan sinyal digital dan dapat mempraktekkan analisis sederhana dan mendesain seperti halnya pada kontrol proses. 1. penggunaan word digital memungkinkan pengkodean informasi analog ke dalam sebuah format digital. 2. sangatlah mungkin untuk mengkodekan bilangan desimal pecahan ke dalam bentuk biner dan begitu sebaliknya dengan mempergunakan N10 = b1 2-1 + b2 2-2 + . . . + bm 2-m 3. (3-1) teknik aljabar Boolean dapat diaplikasikan pada pengembangan alarm proses dan fungsi-fungsi kontrol dasar. 4. gerbang-gerbang elektronika digital dan komparator membantu implementasi dari persamaan Boolean proses. 5. DAC dipergunakan untuk mengkonversi word digital ke dalam bilangan analog dengan mempergunakan representasi bilangan pecahan. Dengan resolusi Vx = VR 2 – n 6. (3-4) sebuah ADC tipe pendekatan succesive menentukan word digital output untuk sebuah tegangan input analog dalam sejumlah step, sama seperti bitbit dalam word. 7. ADC slope ganda mengkonversi informasi analog ke digital oleh sebuah kombinasi perhitungan waktu dan integrasi. 8. Sistem Akuisisi Data (DAS) adalah sebuah piranti modular yang menghubungkan sejumlah sinyal analog ke sebuah komputer. Pendekodean alamat sinyal, pemultipleksan, dan operasi ADC terdapat di dalam piranti ini. 9. Modul Data Output (DOM) menyediakan semua kebutuhan perangkat keras bagi sebuah komputer untuk menghasilkan output sinyal analog, termasuk pengalamatan konversi D/A dan pemultipleksan..