Templat tesis dan disertasi

advertisement
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemijahan merupakan salah satu bagian dari reproduksi yang menentukan
keberlangsungan hidup suatu spesies ikan agar tetap ada. Faktor-faktor yang
merangsang pemijahan ikan terdiri dari faktor internal (kematangan gonad,
testosteron dan esrtadiol) dan faktor eksternal berupa faktor fisik (cahaya, suhu,
arus), faktor kimia (pH, DO, feromon) dan faktor biologis (adanya lawan jenis dan
predator). Berdasarkan tekniknya pemijahan ikan dapat dibagi menjadi pemijahan
ikan secara alami, semi buatan dan buatan.
Pemijahan alami adalah cara yang paling sederhana, namun tingkat
keberhasilannya mungkin rendah, karena sangat tergantung pada alam. Pemijahan
semi buatan yaitu menyuntik atau memasukkan hormon perangsang pada induk
betina. Selain mahal, telur yang dihasilkan melalui teknik ini tidak bagus. Hal ini
terjadi karena penyuntikan hormon dapat menyebabkan telur yang ada dalam
tubuh ikan dipaksa untuk keluar hingga terjadi pemijahan. Pemijahan buatan
sangat rumit karena harus melalui beberapa tahapan kerja, yaitu menyuntik induk
betina, mengambil sperma, membuat larutan sperma, mengurut telur dan
mencampurkan telur dengan sperma. Selain itu biaya yang diperlukan tidak
sedikit, terutama untuk menyediakan bahan-bahan dan peralatan.
Salah satu cara mempercepat pemijahan adalah dengan merangsang ikan
melalui sistem imbas atau yang lebih dikenal dengan metode Cangkringan.
Metode ini merupakan metode alami yang efektif dan aman karena selama
penanganan, induk tidak mengalami stres sehingga resiko mortalitas kecil, dan
induk ikan mas dapat digunakan sebagai perangsang untuk beberapa kali
pemijahan (Zairin et al. 2005). Sistem imbas dikembangkan oleh Balai Benih Ikan
Sentral (BBIS) Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada awal
tahun 1970-an. Metode ini dilakukan dengan menggunakan ikan mas yang
dipijahkan dalam wadah yang sama dengan induk ikan tawes yang relatif sulit
dipijahkan walaupun telah matang gonad. Hasilnya ketika ikan mas memijah, ikan
tawes juga ikut memijah. Imbas diduga disebabkan oleh adanya semacam
feromon yang dilepas oleh ikan mas (Zairin 2003).
Perilaku pemijahan ikan diindikasikan dipengaruhi oleh feromon, yaitu
sinyal kimia yang dikeluarkan oleh ikan sejenis (Stacey dan Sorensen 2005).
Penggunaan feromon dalam budidaya ikan memiliki nilai praktis yang sangat
tinggi karena dapat diterapkan tanpa langsung menangani ikan sehingga
mengurangi stres serta merangsang proses endogenous normal sehingga
mengurangi kegagalan pemijahan dan pembuahan. Cara ini hanya bekerja pada
induk yang benar-benar matang gonad. Pemijahan yang dirangsang dengan
feromon sangat potensial untuk dikembangkan pada ikan pemijah massal (mass
spawner) (Zairin 2003). Cara ini perlu dikembangkan dengan menemukan sumber
feromon yang dapat dijadikan perangsang pada pemijahan ikan. Namun sampai
saat ini belum diketahui peran ikan mas jantan dalam merangsang pemijahan ikan
tawes dengan metode Cangkringan. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu
dilakukan penelitian mengen ai peran ikan mas jantan dalam merangsang
pemijahan ikan tawes dengan metode Cangkringan.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran ikan mas jantan dalam
merangsang pemijahan ikan tawes dengan metode Cangkringan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian
feromon sebagai perangsang pemijahan ikan di Indonesia mendatang, sehingga
menjadi solusi alternatif bagi pemijahan secara alami.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)
Menurut Saanin (1984) ikan mas (Gambar 1) dapat diklasifikasikan ke
dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Pisces, kelas Osteichtyes,
subkelas Teleostei, ordo Ostariophysi, subordo Cyprinoidea, family Cyprinidae,
genus Cyprinus, dan spesies Cyprinus carpio L. Menurut Hardjamulia (1979) ikan
mas memiliki ciri-ciri badan memanjang, sedikit pipih ke samping (compressed)
mulut dapat disembulkan dan terdapat diujung tengah (terminal), sungut dua
pasang. Selanjutnya Sumantadinata (1981) menjelaskan bahwa ikan mas memiliki
kepala yang relatif kecil dibandingkan dengan badan dan bentuknya agak
meruncing, badan tebal, punggung tinggi, sisik teratur rapih dan batang ekor lebar
dengan sirip terbuka.
Gambar 1 Ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Ikan mas betina sudah dapat mulai dipijahkan setelah berumur satu setengah
sampai dua tahun, setelah mencapai berat sekitar 2 kg (Sumantadinata 1981).
Induk ikan mas yang sudah siap untuk dipijahkan dapat terlihat dari perutnya yang
membesar, pergerakannya yang lamban, serta lubang anus agak terbuka dan
memerah, perutnya lunak jika diraba. Sementara itu, ikan mas jantan yang sudah
siap untuk dipijahkan akan mengeluarkan cairan putih (sperma) apabila bagian
perut diurut ke arah anus. Periode waktu dari satu pemijahan ke pemijahan
Download