BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Spesifikasi Alat Dalam perancangannya penulis membuat alat medis Patient Warmer dengan dimensi, panjang 38cm, lebar 32cm dan tinggi 10cm. Kemudian perencanaan untuk supply tegangan yang akan masuk ke Alat sebesar 220 Volt AC, Single phase dengan frekwensi 50 Hz. Sementara untuk pengaman dari adanya arus berlebih yang akan masuk ke sistem karena adanya short circuit, faktor lingkungan dan lain-lain maka penulis mengamankan system tersebut dengan adanya fuse sebesar 3 A. Adapun elemen yang digunakan dalam hal ini adalah elemen kering dengan spesifikasi elemen tersebut adalah 380 watt. Alat yang penulis buat dibangun dengan empat jangkauan suhu. Adapun jangkauan suhu tersebut adalah : 32°C, 38°C, 43°C, 46°C. Sementara untuk menampilkan settingan suhu dan suhu real pada sistem ini, penulis menggunakan tiga buah seven segment sebagai indikator display. Untuk menentukan besarnya setting suhu yang kita inginkan penulis menggunakan karakteristik dari dua buah push button yang berfungsi 37 sebagai Up dan Down Counter. Adapun penjelasan dari penceranaan dari beberapa diagram blok yang membangun sistem ini di jelaskan di bawah ini. 3.1 Perencanaan Diagram Blok Untuk memudahkan penulis menuangkannya dalam bentuk suatu alat yang nyata, maka penulis membuat dan menyusun suatu sistem-sistem yang terkait pada alat tersebut dalam bentuk blok diagram. Gambar 3.1 Diagram Blok Pemodelan Alat Patient Warmer Berbasis Digital Adapun keterangan dari diagram blok diatas adalah sebagai berikut: 1. Setting suhu berfungsi untuk menentukan besarnya suhu yang akan gunakan. Adapun range pemilihan suhu yang dapat digunakan yaitu sebesar 320C, 38 0C, 430C, dan 460C. 38 2. Sensor Suhu 1 berfungsi untuk mendeteksi panas yang dihasilkan oleh elemen. 3. Sensor Suhu 2 sebagai sistem keamanan jika terjadi kerusakan pada sensor 1. 4. Komparator 1 berfungsi untuk membandingkan antara nilai tegangan yang berasal dari rangkaian setting suhu dengan tegangan sensor suhu 1. 5. Komparator 2 berfungsi untuk membandingkan antara nilai tegangan yang berasal dari rangkaian setting suhu dengan tegangan sensor suhu 2. 6. Buffer 1 dan 2 berfungsi untuk untuk menjaga agar tegangan yang dihasilkan oleh keluaran LM 35 tetap/konstan. 7. Heater berfungsi untuk menghasilkan panas yang nantinya panas tersebut di deteksi oleh sensor suhu. 8. Display berfungsi untuk menampilkan parameter-parameter yaitu menampilkan suhu yang diinginkan dan suhu yang keluar dari selang. Rangkaian-rangkaian diatas merupakan suatu sistem yang sinkron sehingga membentuk dan menciptakan sistem kerja. Besarnya suhu untuk melakukan mengaktifkan heater disetting pada rangkaian setting suhu. Rangkaian ini yang berfungsi memberikan berapa suhu yang akan digunakan dalam pemanasan. Pada alat ini penulis memberikan range suhu yang dapat digunakan yaitu dari 32 0C, 380C, 43 0C, dan 460C. Kemudian keluaran dari rangkaian setting suhu akan dimasukkan ke dalam blok komparator. Dimana blok komparator ini akan membandingkan nilai antara output dari setting suhu dengan sensor suhu utama yang sebelumnya telah mengalami proses bufferisasi. 39 Sensor suhu 1 akan mendeteksi besarnya panas yang terdapat pada elemen. Di komparator ini akan terjadi 2 kondisi, yaitu output akan bernilai +SAT atau –SAT. Komparator akan +SAT jika nilai output setting suhu yang dimasukkan ke dalam blok komparator lebih besar dari nilai output sensor suhu. Hal ini menyebabkan elemen dalam kondisi aktif. Sebaliknya jika nilai output setting suhu sama dengan atau lebih kecil dari nilai output sensor suhu utama, maka komparator akan –SAT sehingga menyebabkan elemen dalam keadaan mati. Sensor suhu 2 berfungsi sebagai sistem keamanan pada sistem ini. Kerjanya rangkaian ini sinkron dengan kerja dari rangkaian sensor suhu 1. Jika suhu yang dihasilkan lebih besar dari pada suhu yang disetting, maka lampu indikator akan menyala dan bunyi buzzer. Display akan menampilkan parameterparameter dari settingan suhu yang kita pilih dan juga rangkaian ini akan menampilkan berapa besar temperatur yang dikeluarkan oleh selang. Gambar 3.2 Pemodelan Alat Patient Warmer Berbasis Digital 40 3.2 Perencanaan Rangkaian Setting Suhu Rangkaian setting suhu berfungsi untuk menentukan berapa besar temperatur yang akan digunakan. Dua buah push button digunakan untuk memilih besarnya suhu yang akan digunakan. Gambar 3.3 Rangkaian setting suhu Inputan dari push button dari tombol up atau tombol down, akan masuk ke dalam IC 4011 yang berfungsi sebagai gerbang NAND. Misalnya kita akan menaikkan suhu dari 32 0C menjadi 380C. Maka ketika tombol up ditekan sekali, sinyal inputan tersebut akan masuk kedalam IC 4011. Dalam IC 4011 output yang dihasilkan akan berlogika high jika salah satu dari inputannya bernilai 0. Dari keterangan tersebut maka output dari IC 4011 pada kondisi ini akan berlogika low karena inputan dari kedua IC ini berlogika high. Lalu output yang dihasilkan ini akan mentrigger IC 74193 41 yang masuk melalui pin 5. IC 74193 ini akan memberikan sinyal inputan kepada IC 4028 yang berfungsi sebagai dekoder. Setelah mengalami proses dekoderisasi pada IC 4028, maka sinyal yang telah didekoderisasi tersebut akan dikeluarkan pada salah satu pin pada IC 4028 ini yaitu pin 3, 14, 2, dan 15. Ini ditandai dengan perpindahan LED yang dipasang pararel. Setelah itu output dari IC 4028 akan diterima oleh IC 4066. Dimana IC 4066 berfungsi sebagai saklar bilateral. Kerja dari IC 4066 ini harus disinkronkan dengan adanya perhitungan nilai-nilai suhu yang akan digunakan. Adapun perhitungan dari nilai suhu yang akan digunakan adalah sebagai berikut. 1. Suhu yang digunakan sebesar 320C Diketahui : R7 = 330 Ω Vcc = 5 Volt Ditanya : VR Dijawab : Vout = (R7 X Vcc) (VR + R7) 0,32 V = (330 Ω X 5V) (VR + 330 Ω) {(0,32 VR) + (0,32 V X 330 Ω)} = 1650 (0,32 VR + 105,6 V) = 1650 VR = 1650 – 105,6 0,32 42 VR = 1544,4 0,32 = 4826,25 Ω = 4,83 KΩ 2. Suhu yang digunakan sebesar 380C Diketahui : R7 = 330 Ω Vcc = 5 Volt Ditanya : VR Dijawab : Vout = (R7 X Vcc) (VR + R7) 0,38 V = (330 Ω X 5V) (VR + 330 Ω) {(0,38 VR) + (0,38 V X 330 Ω)} = 1650 (0,38 VR + 125,4 V) = 1650 VR = 1650 – 125,4 0,38 VR = 1524,6 0,38 = 4012,10 Ω = 4,01 KΩ 43 3. Suhu yang digunakan sebesar 430C Diketahui : R7 = 330 Ω Vcc = 5 Volt Ditanya : VR Dijawab : Vout = (R7 X Vcc) (VR + R7) 0,43 V = (330 Ω X 5V) (VR + 330 Ω) {(0,43 VR) + (0,43 V X 330 Ω)} = 1650 (0,43 VR + 141,9 V) = 1650 VR = 1650 – 141,9 0,43 VR = 1508,1 0,43 = 3507,20 Ω = 3,50 KΩ 4. Suhu yang digunakan sebesar 460C Diketahui : R7 = 330 Ω Vcc = 5 Volt Ditanya : VR 44 Dijawab : Vout = (R7 X Vcc) (VR + R7) 0,46 V = (330 Ω X 5V) (VR + 330 Ω) {(0,46 VR) + (0,46 V X 330 Ω)} = 1650 (0,46 VR + 151,8 V) = 1650 VR = 1650 – 151,8 0,46 VR = 1498,2 0,46 = 3256,95Ω = 3,25 KΩ Tabel 3.1 Perencanaan setting suhu SETTING NILAI VR V REFERENSI ( mV) 32 0C 4,83 kΩ 320 38 0C 4,01 kΩ 380 43 0C 3,50 kΩ 430 46 0C 3,25 kΩ 460 3.4 Perencanaan Rangkaian Sensor Suhu 1 dan 2 Rangkaian sensor suhu merupakan suatu rangkaian yang difungsikan untuk mendeteksi berapa besar temperatur yang ada di elemen. Sensor suhu yang 45 digunakan dalam tahap perencanaan alat ini adalah LM 35. Kemudian dalam menyangga output dari LM 35 ini, maka penulis merancangnya dengan dibangun oleh sebuah LM 741. LM 35 ini merupakan suatu sensor suhu yang perubahannya linier terhadap suhu yang dideteksi. Dengan ketentuan perubahan linier 10 mV setiap kenaikan 1 0C. Gambar 3.4 Rangkaian sensor suhu 1 pada rangkaian kontrol heater Output dari LM 35 ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian buffer. Rangkaian buffer ini dibentuk oleh LM 741. Tujuan dari memasukkan output dari LM 35 ke rangkaian buffer adalah untuk menjaga agar tegangan yang dihasilkan oleh keluaran LM 35 tetap/konstan. Gambar 3.5 Rangkaian sensor suhu 2 pada rangkaian suhu lebih 46 Karena kita mengetahui fungsi dari rangkaian buffer adalah menguatkan arus pada output buffer dengan penguatan tegangan yang sama. Selain itu rangkaian buffer juga berfungsi untuk mengubah impedansi input yang tinggi ke impedansi input yang rendah. Setelah melalui proses bufferisasi baru kemudian tegangan tersebut disupply ke rangkaian komparator. 3.5 Perencanaan Rangkaian Suhu Lebih Rangkaian sensor lebih adalah sistem keamanan jika terjadi kerusakan sensor 1. Apabila kita tinjau dari rangkaian diatas, penulis merencanakan rangkaian suhu lebih tersebut didukung oleh LM 35 untuk mendeteksi panas dan LM 741 untuk menyangga tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 agar tetap stabil sebelum diberikan ke rangkaian komparator. Dan juga memanfaatkan kerja dari LM 741 yang penulis aplikasikan sebagai penguat non inverting. Gambar 3.6 Rangkaian suhu lebih 47 Sebelum output dari setting suhu dibandingkan dengan sensor pengaman, terlebih dahulu nilai keluaran setting suhu tersebut penulis masukkan ke dalam rangkaian penguat non inverting. Gunanya adalah sebagai faktor penguatan. Karena bahwa ketika suatu elemen tidak aktif yang diakibatkan output dari rangkaian komparator bernilai –SAT, maka masih ada panas berlebih dari elemen tersebut. Untuk menghindari buzzer berbunyi pada rangkaian sensor suhu lebih ini, maka sebelum output dari rangkaian setting suhu tersebut dibandingkan dengan rangkaian sensor pengaman terlebih dahulu dan dikuatkan dengan menggunakan rangkaian penguat non inverting. Terdapat juga komparator yang bangun oleh sebuah LM 741. Ini berfungsi untuk membandingkan antara inputan yang berasal dari sensor pengaman dengan inputan yang berasal dari penguatan non inverting. Sebagai indikator pada rangkain ini penulis menggunakan switching dan buzzer, dalam perancangannya penulis membangunnya dengan memanfaatkan kerja dari transistor dan buzzer sebagai pemberi informasi. Sebenarnya kerja dari rangkaian ini sangat dipengaruhi oleh adanya kerja dari rangkaian komparator. Dimana transistor akan berlaku sebagai saklar tertutup jika output yang dihasilkan oleh komparator bernilai +SAT. Dengan demikian basis pada transisitor akan terbias. Dengan terbiasnya basis pada transistor maka akan terjadinya close loop pada rangkaian switching dan buzzer. Dengan demikian buzzer akan berbunyi. Dan sebaliknya transistor akan berlaku sebagai saklar terbuka jika output yang dihasilkan oleh komparator bernilai -SAT. Dengan demikian basis pada transistor tidak terbias. Dengan tidak terbiasnya basis pada transistor maka akan terjadinya 48 open loop pada rangkaian switching dan buzzer. Dengan demikian buzzer tidak berbunyi. Dalam tahap ini penulis merancang penguatan sebesar 2 X terhadap setiap nilai tegangan setting suhu yang digunakan. Dengan contoh, jika kita menggunakan setting suhu sebesar 320 C, maka buzzer akan berbunyi pada suhu diatas 34 0 C. Begitupun dengan nilai tegangan setting suhu yang lainnya. Untuk mendapatkan faktor penguatan tersebut, maka kita harus merancang dan menghitung nilai Ri yang terdapat pada rangkaian penguat non inverting. Adapun cara untuk mencari nilai Ri yang digunakan adalah: Diketahui : Rf = 6,8 KΩ Ei = 0,32V Vout = 0,34 V Ditanya : Ri Dijawab : Vout = {(Rf/Ri) + 1}X Ei 0,34 V = {(6,8 KΩ/Ri) + 1)}X 0,32 V 0,34 V = (15 KΩ + Ri) X 0,32 V Ri 0,34 V Ri = 2,176 KΩ + 0,32 Ri 0,02 Ri = 2,176 KΩ Ri = 2,176 KΩ 0,02 Ri = 108,8 KΩ 49 Untuk mendapatkan nilai Ri sebesar 108,8 KΩ tentulah sulit. Kemudian untuk mempermudah hal ini, penulis mengganti nilai Ri tersebut sebesar 100 KΩ. Tabel 3.2 Nilai-nilai penguatan di setiap setting suhu Tegangan Suhu Perencanaan Toleransi Faktor Penguatan (A) ( Ei ) tegangan suhu ( Vout ) 0,32 V 0,34 V 1,062 0,38 V 0,40 V 1,052 0,43 V 0,45 V 1,046 0,46 V 0,48 V 1,043 3.5 Perencanaan Rangkaian Kontrol Heater Rangkaian kontrol heater ini mengendalikan kerja dari heater. Adapun pendukung dari rangkaian ini adalah buffer, komparator, switching, dan optoisolator. Pada perencanaannya, buffer dan komparator menggunakan IC LM 741, switching memanfaatan kerja dari transistor yang akan mengalami keadaan saturasi atau cut off, dan optoisolator menggunakan MOC 3020. Ketika alat dalam kondisi on, rangkaian kontrol heater ini sudah aktif. Besarnya suhu yang digunakan untuk pemanasan dan juga sebagai referensi dari kestabilan kontrol heater ini sendiri tergantung dari setting suhu yan digunakan. Hal ini bisa terjadi karena output dari komparator benilai +SAT akibat adanya 50 perbedaan nilai tegangan yang masuk antara nilai tegangan setting suhu yang dimasukkan pada kaki 3 dengan nilai tegangan yang masuk pada kaki 2 yang berasal dari nilai pendeteksian oleh sensor suhu yang dikonversikan menjadi tegangan. Buffer akan menyangga tegangan yang berasal dari output sensor suhu yang dipasang didalam selang. Dimana fungsi dari sensor suhu itu sendiri adalah mendeteksi perubahan panas yang terdapat didalam selang. Adapun fungsi dari penyanggaan yang dilakukan oleh buffer adalah agar tegangan yang masuk ke komparator bernilai tetap atau stabil. Setelah itu nilai tegangan keluaran dari buffer (kaki 6) akan dibandingkan dengan nilai tegangan setting suhu yang dipilih. Proses perbandingan tersebut akan dimasukkan ke dalam komparator. Gambar 3.7 Rangkaian kontrol heater Keluaran dari buffer (kaki 6) akan dimasukkan ke kaki 2 pada komparator. Sedangkan setting suhu yang dipilih akan dimasukkan ke kaki 3 pada komparator. Output yang dihasilkan oleh komparator hanya akan berlaku dua kondisi saja. 51 Yaitu output akan bernilai +SAT jika nilai tegangan yang masuk pada kaki 3 lebih besar daripada input yang masuk pada kaki 2. Dan sebaliknya output dari komparator akan bernilai –SAT jika tegangan yang masuk pada kaki 2 lebih besar daripada input yang masuk pada kaki 3. Kemudian transistor akan berfungsi sebagai saklar tertutup jika basis pada transistor tersebut terbias, sehingga menyebabkan akan terjadinya pergerakan arus dari basis ke emiter dan dari kolektor ke emiter. Terbiasnya basis tersebut memiliki syarat yang utama yaitu basis akan terbias jika nilai tegangan yang melewati basis tersebut + 0,7 V. Sementara jika output dari komparator tersebut bernilai +SAT, maka basis tersebut sudah tentu terbias. Karena +SAT sama dengan bernilai + supply yang digunakan untuk catu daya komparator tersebut. Dalam hal ini catu daya yang digunakan sebesar +12 V. Setelah basis pada transistor terbias, maka lampu pada MOC pun akan ikut terbias. Untuk menjaga agar tegangan yang melewati lampu pada MOC tidak berlebihan yang dapat menyebabkan putusnya lampu tersebut, maka tegangan yang berasal dari kolektor, penulis hubungkan terlebih dahulu dengan tahanan sebesar 10 KΩ. Setelah lampu pada MOC menyala, secara otomatis DIAC pada MOC tersebut akan terbias. Dengan terbiasnya DIAC tersebut, maka gate pada TRIAC akan terbias. Dengan terbiasnya gate pada TRIAC, akan terjadi aliran arus dari kaki main terminal 1 menuju kaki main terminal 2 sehingga heater pun akan ikut aktif. Pada perencanaannya, penulis menggunakan LM 35 sebagai sensor suhu. LM 35 tersebut akan mendeteksi besarnya panas per derajat celcius. Dengan aiknya suhu yang dideteksi oleh LM 35, semakin lama proses naiknya suhu 52 tersebut akan sama bahkan lebih besar dengan nilai setting suhu yang digunakan. Karena kita mengetahui setiap perubahan 1 0 C akan sebanding dengan 10 mV. Ketika nilai tegangan yang masuk pada kaki 2 di komparator lebih besar dari nilai setting suhu yang masuk pada kaki 3, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya proses pembalikkan fasa. Awalnya output dari komparator bernilai +SAT, akan berpindah menjadi –SAT. Hal ini akan menyebabkan basis pada transistor tidak terbias sehingga menyebabkan transistor difungsikan sebagai saklar terbuka. Dengan kondisi transistor yang dianalogikan sebagai saklar terbuka, maka lampu pada MOC pun tidak menyala yang mengakibatkan DIAC dan gate pada TRIAC tidak terbias. Dengan adanya kondisi itu, maka heater pun akan mati. 3.6 Perencanaan Rangkaian Display Rangkaian display ini berfungsi menampilkan berapa besarnya suhu yang disetting dan suhu yang dikeluarkan pada selang. Rangkaian ini menggunakan IC 3162 sebagai perubah dari data analog menjadi data digital dan IC 3161 sebagai dekoder untuk IC 3162. Selain itu untuk menampilkan data-data tersebut yang sudah dirubah menjadi data-data digital dan didekoderisasi, harus didukung media untuk menampilkan data-data tersebut. Dalam penampilan rangkain ini penulis gunakan adalah 3 seven segment. Dua buah seven segment untuk menampilkan besarnya suhu. Kemudian 1 buah seven segment lagi untuk menampilkan satuan dari suhu tersebut dengan satuan derajat celcius. Masukan dari rangkaian display ini terletak pada kaki pin 11 pada IC 3162. Kemudian sebagai faktor kalibrasi yang terdapat pada pin 8 dan pin 9 53 pada IC 3162, penulis rancang dengan menggunakan sebuah variabel resistor dengan nilai tahanan sebesar 50 KΩ. Sedangkan sebagai faktor penguatan baik yang terdapat pada pin 13 dan 11 pada IC 3162. Gambar 3.8 Rangkaian display