bab iii metodologi penelitian - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Industri Pertambangan
1. Definisi Industri Pe rtambangan
Industri
pertambangan
merupakan
industri
yang
tidak
berkelanjutan karena tergantung pada sumberdaya yang tidak terbarukan.
Karakteristik utama industri pertambangan adalah melakukan eksplorasi
atas sumberdaya alam yang terkandung di bawah permukaan tanah, air,
atau di perut bumi.
Selain karakteristik di atas, industri pertambangan juga merupakan
industri padat energi yang menghabiskan cukup banyak listrik, gas alam,
minyak, diesel, dan bahan hidrokarbon lainnya. Sumber energi yang biasa
dan paling besar digunakan di industri pertambangan adalah Minyak.
2. Sejarah Industri Pertambangan
Industri Pertambangan dan Energi di Indonesia sudah ada sejak
awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945, kronologis perkembangan
Industri Pertambangan dan Energi Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Tahun 1945: Lembaga pertama yang menangani pertambangan di
Indonesia adalah Jawatan Tambang dan Geologi yang dibentuk pada
58
tanggal 11 September 1945. Jawatan ini semula bernama Chisitsu
Chosajo, bernaung di kementrian kemakmuran.
b. Tahun 1952: Jawatan Geologi yang pada saat itu berada di
Kementerian Perindustrian, berdasarkan SK Menteri Perekonomian
No. 2360a/M Tahun 1952, diubah menjadi Direktorat Pertambangan
yang terdiri atas dua Pusat Jawatan Pertambangan dan Pusat Jawatan
Geologi.
c. Tahun 1957: Berdasarkan Keppres No. 131 Tahun 1957 Kementerian
Perekonomian dipecah menjadi Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Perindustrian. Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.
4247 a/M tahun 1957, Pusat-pusat di bawah Direktorat Pertambangan
berubah menjadi Jawatan Pertambangan dan jawatan Geologi.
d. Tahun 1959: Kementerian Perindustrian dipecah menjadi Departemen
Perindustrian dasar/Pertambangan dan Departemen Perindustrian
Rakyat, dimana bidang pertambangan Minyak dan Gas Bumi berada di
bawah Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan.
e. Tahun 1961: Pemerintah membentuk Biro Minyak dan Gas Bumi yang
berada di bawah Departemen Perindustrian Dasar dan perta mbangan.
f.
Tahun 1962: Jawatan Geologi dan Jawatan Pertambangan diubah
menjadi Direktorat Geologi dan Direktorat Pertambangan.
g. Tahun 1963: Biro Minyak dan Gas Bumi diubah menjadi Direktorat
Minyak dan Gas Bumi yang berada di bawah kewenangan Pembantu
Menteri Urusan Pertambangan dan Perusahaan Tambang Negara.
59
h. Tahun 1965: Departemen Perindustrian Dasar/Pertambangan dipecah
menjadi tiga departemen, yaitu: Departemen Perindustrian Dasar,
Departemen Pertambangan, dan Departemen Minyak dan Gas Bumi.
i.
Pada 11 Juni 1965, Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi
menetapkan berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas).
j.
Tahun 1966: Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi dilebur
menjadi Kementerian Pertambangan dan Migas yang membawahi
Departemen Minyak dan Gas Bumi.
k. Tahun 1966: Dalam Kabinet Ampera, Departemen Minyak dan Gas
Bumi dan Departemen Pertambangan dilebur menjadi Departemen
Pertambangan.
l.
Tahun 1978: Departemen Pertambangan berubah menjadi Departemen
Pertambangan dan Energi.
m. Tahun 2000: Departemen Pertambangan dan Energi berubah menjadi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
3. Peranan Industri Pertambangan
Kepulauan Indonesia dengan keaneka ragaman hayatinya berada
dalam ancaman bahaya ekologi yang sangat serius. Perhatian yang serius
terhadap
upaya konservasi alam dan partisipasi proaktif dalam
pengembangan masyarakat adalah salah satu kunci sukses kegiatan
pertambangan.
Industri pertambangan di Indonesia selama ini memegang peranan
yang cukup penting sebagai penghasil devisa Negara dan Daerah,
60
sekaligus sebagai pioneer pembangunan, khususnya di daerah-daerah
terpencil. Hal ini karena industri pertambangan seringkali beroperasi di
daerah-daerah terpencil yang jarang dilirik oleh industri lainnya.
Perusahaan pertambangan diharapkan tidak beroperasi sebagai
orang luar, namun sebagai bagian dari masyarakat dan warga korporat
yang baik. Selain itu perusahaan pertambangan juga diharapkan untuk
dapat memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan hidup dan
pengembangan
masyarakat
terutama
di lingkungan beroperasinya
perusahaan. Dengan demikian dapat mengurangi kemungkinan gangguan
bisnis perusahaan.
4. Emiten Pertambangan
Selama tahun 2008-2009, Perusahaan pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada sektor industri pertambangan berjumlah 23
emiten, dan dikelompokkan dalam empat subsektor menurut jenis barang
yang ditambang. Mengingat jumlah emiten pertambangan cukup banyak,
maka disini Penulis hanya memaparkan gambaran umum perusahaan
pertambangan menurut Subsektor pertambangan yang ada, yang diwakili
oleh
masing- masing satu perusahaan pertambangan
untuk
setiap
Subsektor, yaitu:
1. Subsektor Pertambangan Batubara
PT Bumi Resources Tbk merupakan salah satu emiten Bursa
Efek Indonesia yang tergabung dalam subsektor pertambangan
Batubara. PT Bumi Resources merupakan perusahaan induk pengelola
61
sumberdaya alam terbuka, sekaligus sebagai produsen
Batubara
thermal terbesar di Indonesia.
Sebagai perusahaan batubara, PT Bumi Resources Tbk
mencatat laju pertumbuhan tercepat di Asia dan kedua tercepat di
dunia. Perusahaan ini memiliki visi menjadi operator sector
pertambangan dan energy bertaraf internasional yang akan diwujudkan
melalui penciptaan nilai, kemakmuran dan peluang.
Guna
mendukung
terciptanya
kekuatan
serta
stabilitas
perusahaan di masa depan, PT Bumi Resources Tbk berhasil
melakukan diversifikasi usaha melalui pengembangan sektor non
batubara, seperti: seng, timah, tembaga, emas, biji besi, dan gas
methanol. PT Bumi Resources Tbk melakukan Penawaran Umum
Perdana pada tahun 1990, sepenuhnya mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
Pada tahun 1997, PT Bakrie Capital Indonesia mengakuisisi
seluruh saham Perusahaan yang dimiliki oleh Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 (AJB Bumiputera) sejumlah 26.328.600 saham, atau
sebesar 58,51% dari total saham yang dikeluarkan oleh Perseroan.
Pada tanggal 13 Agustus 1998, Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa mencapai keputusan untuk mengalihkan bisnis inti
Perseroan dari hotel dan pariwisata menjadi minyak, gas alam, dan
investasi pertambangan. Perusahaan mengakuisisi 97,5% saham dari
62
Gallo Oil (Jersey) Ltd pada tahun 2000. Gallo Oil didirikan di Jersey,
Chanel Island pada tanggal 17 Desember 1997.
Nama Perusahaan diubah berdasarkan Keputusan Menteri
Kahakiman Republik Indonesia Nomor C-2104 HT.01.04-TH.2000
pada tanggal 20 September 2000, dimana nama PT Bumi Modern Tbk
diubah menjadi PT Bumi Resources Tbk. Pada bulan November 2001,
Perusahaan mengakuisisi 80% saham PT Arutmin Indonesia (Arutmin)
dari BHP Minerals Explorations Inc.
Pada bulan Oktober 2003, Perusahaan mengakuisisi 100%
saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) melalui Sangatta Holdings
limited dan Kalimantan Coal Limited. Secara global, Perseroan
merupakan salah satu eksportir batubara thermal terbesar di dunia, atau
sekitar 8% dari batu bara thermal yang diperdagangkan secara
internasional pada tahun 2005.
Pada bulan April 2004, Perusahaan mengakuisisi 19,99%
saham Arutmin dari PT Ekakarsa Yasakarya Indonesia, sehingga
kepemilikan Perusahaan di Arutmin menjadi 99,99%. Pada bulan
Desember 2005, PT Bumi Resources Tbk menyelesaikan divestasi
saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) berdasarkan Pasal 26 Kontrak
Karya Batubara. Sebagai hasilnya kepemilikan saham Perusahaan di
KPC secara langsung maupun tidak langsung menjadi sebesar 95%.
Tahun 2005, Perusahaan juga telah menyelesaikan divestasi
saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) berdasarkan Pasal 26 Kontrak
63
Karya Batubara. Setelah proses divestasi, kepemilikan saham KPC
menjadi sebagai berikut: unit bisnis SHL dan KCL Perusahaan
masing- masing dengan porsi 24,5%, PT Kutai Timur Energi (sebuah
perusahaan Pemerintah Daerah) dengan kepemilikan 5%, dan PT
Sitrade Coal (unit usaha Perseroan) dengan kepemilikan 32,4%.
Tahun 2006, Perusahaan melanjutkan dengan Buy-Back saham
KPC hingga 10% dari saham beredar. Tahun 2007, 30% kepemilikan
di PT Arutmin dan KPC dijual kepada Tata Power India. Tahun 2008,
Setelah penawaran kompetitif yang kuat, PT Bumi Resources Tbk
diakuisisi oleh Herald Resources Australia Ltd sebesar AUD
552.000.000 untuk unit operasi tambang seng, timah, dan emas di
Sumatera Utara.
Tahun 2009, China Investment Corporation (CIC) berinvestasi
sebesar USD 1,9 miliar di PT Bumi Resources Tbk dalam bentuk
instrumen utang, seperti: USD 1,9 miliar investasi terdiri dari USD 600
juta dibayar kembali dalam empat tahun, USD 600 juta dalam lima
tahun, dan sisanya sebesar USD 700 juta di tahun ke enam. Investasi
menarik uang tunai kupon 12% per tahun.
2. Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
PT Medco Energi (MEDC) merupakan perusahaan Indonesia
pertama yang beroperasi di bidang eksplorasi dan terdaftar sebagai
emiten Subsektor Minyak dan Gas Bumi di Bursa Efek Jakarta sejak
tahun 1994. Sekarang MedcoEnergi telah mengubah dirinya dari
64
perusahaan lokal menjadi perusahaan energi internasional yang
beroperasi di Indonesia dan di luar negeri dengan fokus pada Minyak
dan Gas, pembangkit listrik, dan bahan bakar terbarukan.
Sejak didirikan pada 9 Juni 1980 sebagai perusahaan kontraktor
pengeboran swasta nasional pertama, PT Medco Energi International
Tbk (MedcoEnergi) saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi
kelompok perusahaan energi yang terkemuka di Indonesia. Lingkup
bisnis MedcoEnergi saat ini mencakup eksplorasi pengembangan
produksi minyak dan gas, produksi LPG, jasa pengeboran, produksi
methanol dan tenaga listrik.
Aktivitas MedcoEnergi di bidang eksplorasi dan produksi
minyak dan gas berawal dari akuisisi kontrak-kontrak eksplorasi dan
produksi (TAC dan PSC) migas Tesoro di Kalimantan timur pada
tahun 1992, serta akuisisi 100% kepemilikan di PT S tanvac dari
ExxonMobil pada tahun 1995. Pada tahun 1994, MedcoEnergi menjadi
perusahaan publik dengan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta
dan pada tahun 2005 di Bursa Efek Luksemburg.
Saat ini MedcoEnergi memiliki lebih dari 6.000 karyawan di
seluruh dunia, yaitu di Indonesia, Amerika Serikat, Libya, Yaman,
Kamboja, dan Oman. Melalui unit usaha pengeboran, MedcoEnergi
mulai mengoperasikan 8 anjungan darat dan 6 anjungan lepas pantai,
termasuk 2 anjungan jenis Deep water Jack Up.
65
MedcoEnergi juga memiliki dan mengoperasikan sebuah kilang
methanol, sebuah kilang pengolahan LPG dan tiga pembangkit tenaga
listrik. Ke depannya, MedcoEnergi juga akan mengembangkan usaha
di bidang energi terbarukan, panas bumi, dan distribusi bahan bakar
minyak.
3. Subsektor Pertambangan Logam dan Mineral Lainnya
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merupakan salah satu
emiten Bursa Efek
Indonesia yang masuk
dalam Subsektor
pertambangan Logam dan Mineral Lainnya. PT Aneka Tambang Tbk
adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
di bidang eksplorasi, pertambangan, pemasaran dan pengolahan dari
tiga produk utamanya, yaitu nikel dan feronikel, emas dan perak, serta
bauksit.
BUMN ini berorientasi ekspor dengan lebih dari 90%
produknya dijual ke Negara- negara seperti Jepang, Cina, Korea,
Australia, dan Malaysia. Selain di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT
Aneka Tambang Tbk juga terdaftar di Australian Stock Exchange
(ASX).
Perusahaan menghasilkan arus kas yang sehat, dan pengelolaan
modal secara bijaksana. Perusahaan menjadi perusahaan terbatas yang
dikontrol pemerintah ditahun 1968 dengan penggabungan beberapa
perusahaan pertambangan komoditas tunggal.
66
Perusahaan melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada
tahun 1997 dan mencatatkan sahamnya di BEJ dengan melepas 35%
saham kepada Publik. Pada tahu 1999, saham Antam tercantum di
Bursa Australia sebagai entitas asing. Strategi Antam mempertahankan
fokus pada bisnis inti, yaitu: nikel, emas, dan bauksit dengan maksud
untuk memaksimalkan output untuk meningkatkan pendapatan dan
menekan biaya operasi menjadi lebih rendah.
PT Antam Tbk berencana untuk mempertahankan pertumbuhan
melalui perluasan proyek-proyek yang handal, aliansi strategis,
peningkatan kualitas cadangan dan meningkatkan nilai tambah dengan
bergerak menjauh dari penjualan bahan baku ke pengolahan. Dengan
menghasilkan kas sebanyak mungkin, Antam memastikan akan
memiliki dana yang cukup untuk melunasi hutang, pertumbuhan
keuangan lanjutan, dan membayar deviden.
Sebagai perusahaan pertambangan, Antam menyadari bahwa
operasi perusahaan memiliki dampak langsung terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitarnya. PT Antam Tbk berpendapat bahwa
kelestarian lingkungan dan pengembangan masyarakat proaktif
diperlukan untuk kelancaran operasi tambang.
4. Subsektor Pertambangan Batu-batuan
PT. Mitra Investindo Tbk (MITI) merupakan emiten Bursa
Efek Indonasia, subsektor Pertambangan Batu-batuan. Perseroan
didirikan pada tanggal 16 September 1993 dengan nama PT Minsuco
67
International Finance sebagai perusahaan pembiayaan dengan kegiatan
usaha utama di bidang sewa guna usaha, anjak piutang, dan
pembiayaan konsumen.
Semenjak didirikan Perseroan telah mengalami perubahan
bidang usaha beberapa kali. Pada saat ini Perseroan bergerak dibidang
kontraktor penambangan batu granit dan penjualan barang hasil
tambang. Adapun perjalanan Perseroan semenjak didirikan sampai saat
ini adalah sebagai berikut:
Tahun 1997 Perusahaan berganti nama menjadi PT Maharani
Intifinance. Tahun 1998 Perusahaan berganti nama menjadi PT
Mandiri Inti Finance Tbk. Tahun 2000 Perusahaan berganti bidang
usaha menjadi bidang jasa konsultasi keuangan dan pengembangan
investasi, di tahun yang sama perusahaan juga berganti nama menjadi
PT Siwani Trimitra Tbk. Tahun 2006 Perusahaan melakukan
penggabungan usaha dengan PT Caraka Berkat Sarana dan berganti
nama menjadi PT Mitra Investindo Tbk.
Perusahaan melakukan penawaran umum perdana pada 20 Juni
1997 dengan menerbitkan 120.000.000 dengan nilai nominal Rp500,per saham. Perusahaan mempekerjakan 174 karyawan pada tahun 2008
dan 205 karyawan pada tahun 2009. Lokasi eksploitasi dan
pengembangan perusahaan berada di Daerah Bintan Kepulaua n Riau.
Perusahaan berkedudukan di Plaza Mutiara Lt. 9 Ruang 902, Jl.
Lingkar Mega Kuningan Kav. E 1-2 No. 1 dan 2, Jakarta.
68
Target pasar utama Perseroan meliputi Kepulauan Riau,
Sumatera
daratan dan Singapura, hal ini mengingat lokasi yang
berdekatan dengan daerah penambangan Perseroan. Pada tahun 2009,
pangsa pasar domestik, khususnya Pulau Bintan dan Batam
mendominasi pendapatan Perseroan. Sedangkan untuk pasar ekspor,
khususnya Singapura yang sebelumnya memberikan kontribusi
terbesar terhadap pendapatan Perseroan mengalami penurunan
signifkan pada periode tahun 2009.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 dengan obyek penelitian
perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) / Indonesia Stock Exchange (IDX). Periode pengamatan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah untuk jangka waktu 2 tahun yaitu meliputi data
laporan tahunan perusahaan tahun 2008 – 2009.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal untuk mengetahui pengaruh
antara satu atau lebih variabel bebas (independent variable) terhadap variabel
terikat (dependent variable). Penelitian ini merupakan hypotyhesis testing
yang menguji hipotesis yang telah dirumuskan di awal. Penelitian ini
merupakan penelitian pooled/longitudinal yaitu gabungan dari times series
yang menggunakan dimensi satu waktu dengan beberapa objek penelitian.
69
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Pe nelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock
Exchange (IDX) hingga bulan Mei 2010, yaitu sebanyak 23 perusahaan.
Tabel 3.1
Popolasi Penelitian
Tanggal
Berd iri
(dd/mm/yyyy)
Tanggal
Listing
(dd/mm/yyyy)
Listing tahun
2007
(sebelumnya)
Tidak Rugi/
Delisting
(2008-2009)
Batu Bara:
1
ADRO
2
ATPK
3
BUMI
4
BYA N
5
DEWA
6
GTBO
7
ITM G
8
KKGI
9
PKPK
10 PTBA
11 PTRO
28/ 07/ 2004
12/ 01/ 1988
26/ 06/ 1973
21/ 12/ 2004
08/ 10/ 1991
10/ 06/ 1996
02/ 09/ 1987
28/ 08/ 1990
07/ 12/ 1983
15/ 12/ 1980
11/ 01/ 1901
16/ 07/ 2008
17/ 04/ 2002
30/ 07/ 1990
12/ 08/ 2008
26/ 09/ 2007
09/ 07/ 2009
18/ 12/ 2007
01/ 07/ 1991
11/ 07/ 2007
23/ 12/ 2002
21/ 05/ 1990
X
√
√
X
√
X
√
√
√
√
√
√/√
X/√
√/√
√/√
X/√
X/√
√/√
X/√
√/√
√/√
√/√
Mi nyak & Gas Bumi:
12 ARTI
13 ELSA
14 ENRG
15 MEDC
16 RUIS
31/ 03/ 1993
25/ 01/ 1969
16/ 10/ 2001
09/ 06/ 1980
22/ 08/ 1984
30/ 04/ 2003
06/ 02/ 2008
04/ 06/ 2004
12/ 10/ 1994
12/ 07/ 2006
√
X
√
√
√
X/√
√/√
X/√
√/√
√/√
Logam & Mi neral lai nnya:
17 ANTM
05/ 07/ 1968
18 CITA
27/ 06/ 1992
19 INCO
25/ 07/ 1968
20 TINS
01/ 08/ 1976
27/ 11/ 1997
20/ 03/ 2002
16/ 05/ 1990
19/ 10/ 1995
√
√
√
√
√/√
√/√
√/√
√/√
Batu-batuan:
21 CNKO
22 CTTH
23 MITI
21/ 11/ 2001
03/ 07/ 1996
16/ 07/ 1997
√
√
√
√/√
X/√
√/√
No.
Stock
13/ 09/ 1999
26/ 09/ 1974
16/ 09/ 1993
70
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002: 109). Dalam penelitian, peneliti dapat menjadikan
seluruh obyek atau populasi untuk diteliti namun dapat juga mengambil
sebagian saja dari keseluruhan objek penelitian untuk diteliti.
Pemilihan
sampel
penelitian
didasarkan
pada
metode
nonprobability sampling tepatnya metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil untuk
penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Perusahaan sampel telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak
tahun 2007 atau sebelumnya dan termasuk dalam kelompok Industri
Pertambangan.
b. Perusahaan sampel melakukan pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan (annual report) selama 2
tahun berturut-turut untuk tahun 2008 dan tahun 2009.
c. Perusahaan sampel mengeluarkan laporan keuangan tahunan, dengan
dasar periode tahun kalender yang berakhir tanggal 31 Desember.
d. Perusahaan sampel tidak mengalami dislisting maupun kerugian
selama tiga tahun berturut-turut mulai tahun 2007, 2008 dan 2009.
71
Data dalam penelitian ini menggunakan penggabungan (the polling
data) yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2009 pada perusahaan sampel.
Dari kriteria sampel tersebut diperoleh sampel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
Keterangan
Jumlah Populasi
Jumlah
Perusahaan
23
Dikurangi:
1. Perusahaan yang hanya terdaftar setelah tahun 2007
(3)
2. Perusahaan yang hanya mengalami kerugian/delisting
(6)
3. Perusahaan yang terdaftar setelah tahun 2007 dan
mengalami kerugian/delisting
Total Sampel Penelitian
(1)
13
Dari Tabel 2 diperoleh sampel penelitian sebesar 13 perusahaan
pertambangan. Periode pengamatan dilakukan selama 2 (dua) tahun, yaitu
tahun 2008 dan 2009. Oleh karena itu, total sampel sebanyak 26 laporan
tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
72
1. Dependent Variable
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan
yang lazim diindikasikan dengan price to book value (PBV). Formula
untuk menghitung price to book value ditunjukkan sebagai berikut
(Brigham & Ehrhardt, 2002):
Harga Pasar Saham
Price to book value = ----------------------------Nilai Buku per Saham
Di mana Nilai Buku Saham (Book Value per Share) dapat dihitung
dengan formula:
Jumlah Modal
Book Value per Share = ------------------------------------Jumlah Saham Biasa Beredar
2. Independent Variables
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuanga n
perusahaan (ROA) dan CSR disclosure (CSRI).
a. Return On Asset (ROA)
Return
On
Asset
(ROA)
diperoleh
dengan
cara
membandingkan earnings after tax (EAT) terhadap total asset
average. EAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Total
Asset Average merupakan Rata-rata Total Aktiva awal tahun dan akhir
tahun. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
73
ROA
Earnings After Tax (EAT)
= -----------------------------------Total Asset Average
b. CSR Disclosure Index (CSRI)
CSR
disclosure
merupakan
suatu
informasi
pertanggungjawaban manajemen atas semua kegiatan tanggung jawab
sosial yang dilakukan perusahaan dalam periode satu tahun yang
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Pengukuran variabel
CSRI (Corporate Social Responsibility Index) menggunakan content
analysis yang mengukur variety dari CSRI. Content analysis adalah
salah satu metode pengukuran CSRI yang sudah banyak digunakan
dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Hackston
dan Milne (1996), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam
kategori: Lingkungan, Energi, Kesehatan dan Keselamatan Tenaga
Kerja, Lain- lain Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan Masyarakat, dan
Umum. Total item CSR berkisar antara 63 sampai dengan 78,
tergantung jenis industri. Rincian item CSR menurut jenis industri
dapat dilihat pada Lampiran 1 (Eddy Rismanda Sembiring, 2005).
Pendekatan
untuk
menghitung
CSRI
pada
dasarnya
menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dala m
instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika
tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan
74
untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Formula
untuk menghitung CSRI adalah sebagai berikut:
∑ Xij
CSRIj = --------nj
Keterangan:
CSRIj: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
nj
: Jumlah item sebagai dasar perhitungan CSRI (78 item)
∑ Xij : Jumlah item yang diungkapkan perusahaan j ( nilai 1 = jika
item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan)
Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1
3. Control Variables
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah financial leverage
(LEV) dan size company atau firm size (log of total assets).
a. Financial Leverage (LEV)
Leverage adalah bagaimana sumber dana yang memiliki beban
tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan pendapatan
yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga dapat
meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham
(Sartono, 2001:334). Financial leverage akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan
meningkatkan keuntungan bagi pemegang sahamnya (Petty, Keown,
Scott dan Martin, 1999:490).
75
Mengacu pada Anggraini (2006) dalam Sri Suranta (2008),
pengukuran tingkat financial leverage (LEV) dihitung dengan rumus:
Total Hutang
LEV = ------------------Total Ekuitas
Contoh: Suatu perusahaan memiliki total hutang sebesar
Rp80.000 dan total ekuitas sebesar Rp100.000, maka nilai financial
leverage perusahaan tersebut adalah 0,8 atau 80% (80.000 / 100.000).
b. Size Company atau Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran
perusahaan
adalah
suatu
skala,
yaitu
dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain- lain.
Mengacu pada Plumlee et al. (2007) dalam Sri Suranta (2008), size
company atau firm size diproksikan dengan log of total assets yaitu
logaritma natural dari jumlah seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan,
yang dirumuskan sebagai berikut (Igan Budiasih, 2007):
SIZE = Ln Total Aktiva
Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu
perusahaan besar, menengah, dan kecil. Hasil penelitian Sri Suranta
(2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
positif terhadap nilai perusahaan.
76
F. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan
adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Dilakukan dengan membuka Website yang berisikan informasi dan
data tentang objek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan tahunan,
gambaran umum perusahaan serta perkembangannya yang kemudian
digunakan dalam penelitian ini. Situs yang digunakan adalah:
www.idx.co.id,
www.finance.yahoo.com,
www.duniainvestasi.com,
www.ksei.co.id, dan
www.csrindonesia.com
2. Library Research
Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari
dan memahami buku-buku yang mempunyai hubungan dengan pengaruh
financial performance, CSR Disclosure, financial leverage, dan firm size
terhadap firm value, seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa dan
hasil penelitian yang diperoleh baik dari perpustakaan dan sumber lain.
G. Jenis dan Sumbe r Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber. Data diperoleh dari:
77
1. Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008 sampai dengan
2009 berupa laporan keuangan, harga penutupan saham dan rasio-rasio
keuangan perusahaan.
2. Koran Kompas pada bagian Bisnis & Keuangan, berupa informasi
perdagangan saham yang dikelompokkan menurut sektor industri.
3. IDX Fact Book 2008 dan 2009.
H. Metode Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan software
statistik SPSS 12, karena penulis sudah pernah menggunakan software SPSS
12 sebelumnya. Software SPSS cukup mudah digunakan, dapat menghemat
waktu, dan tampilan hasil analisis mudah dipahami.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil
analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam
penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas,
uji
multikolinieritas,
uji
heteroskedastisitas,
dan
uji
autokorelasi. Adapun masing- masing pengujian tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan
digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak
(Ghozali,2005: 110). Untuk mengetahui data yang digunakan dalam
model regresi berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan
78
menggunakan Kolmogorov-smirnov. Jika nilai Kolmogrov-smirnov
lebih besar dari α = 0,05, maka data normal (Ghozali,2005:115).
Uji
normalitas
dapat
dilihat
dengan
memperlihatkan
penyebaran data (titik) pada normal P plot of regression standarized
residual variabel independent, dimana:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenihi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Salah
satu
asumsi
klasik
adalah
tidak
terjadinya
multikolinearitas diantara variabel- variabel bebas yang berada dalam
satu model. Pengujian asumsi ini untuk menunjukkan adanya
hubungan linear antara variabel-variabel bebas dalam model regresi
maupun untuk menunjukkan ada tidaknya derajat kolinearitas yang
tinggi diantara variabel- veriabel bebas.
Jika antar variabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka
disebut multikolinearitasnya sempurna (perfect multicoliniarity), yang
berarti model kuadrat terkecil tersebut tidak dapat digunakan. Salah
satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu
model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor), yaitu:
79
1) Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan
bahwa tidak terdapt multikolinearitas pada penelitian tersebut.
2) Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan
bahwa terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah
terjadi penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antar
satu observasi ke observasi lain. Diagnosis adanya heteroskedastisitas
secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan
Spearman rank Correlation.
Diagnosis Spearman rank Correlation dapat dilakukan dengan
mengubah data masing- masing variabel menjadi bentuk jenjang, yaitu
dari nilai terendah sampai nilai tertinggi kemudian mengkorelasikan
antara variabel- variabel bebas dengan variabel gangguannya.
Salah satu cara untuk mendiagnosis adanya heteroskedastisitas
dalam suatu model regresi adalah dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Adapun dasar analisis dengan melihat grafik plot adalah sebagai
berikut:
1) Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur maka menunjukkan telah terjadi
heterokedastisitas.
80
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak
terjadi
heterokedastisitas.
d. Autokorelasi
Autokorelasi
adalah
korelasi
antara
anggota-anggota
serangkaian observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang
tersusun
dalam
rangkaian
ruang
(Sumodiningrat
1999:231).
Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians dari
populasinya.
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
pada model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin W atson
(Dw). Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi:
1) Bila nilai Dw terletak antara batas atas atau Upper Buond (du) dan
(4-du), maka koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
2) Bila nilai Dw lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound
sebesar (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol,
berarti ada masalah autokorelasi positif.
3) Bila nilai Dw lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
81
4) Bila nilai Dw terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau Dw terletak antara (4-du dan 4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas (ROA dan CSRI) dan variabel
kontrol (LEV dan SIZE) terhadap variabel terikat (PBV). Adapun
bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3X3 + β4 X4 + e
Dimana:
Y = dependent variable (PBV)
α = Konstanta
β1 , β2, β3 = Koefisien Regresi
X1 = independent variable (ROA)
X2 = independent variable (CSRI)
X3 = control variable (LEV)
X4 = control variable (SIZE)
e
= Faktor pengganggu
82
b. Uji Parsial (Uji – t)
Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung
masing- masing koefisien regresi dengan nilai t tabel (nilai kritis) dengan
tingkat signifikan 5%, dan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana n
adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel.
1) Jika t hitung < t tabel (n-k-1), maka Ho diterima artinya variabel
independen (ROA dan CSRI) dan variabel kontrol (LEV dan SIZE)
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (PBV).
2) Jika t hitung > ttabel (n-k-1), maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
variabel independen (ROA dan CSRI) dan variabel kontrol (LEV
dan SIZE) berpengaruh terhadap variabel dependen (PBV).
c. Uji Simultan (Uji – F)
Uji Simultan (Uji F-statistik) digunakan untuk menguji
besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen (ROA dan CSRI)
dan variabel kontrol (LEV dan SIZE) secara bersama-sama atau
simultan tehadap variabel dependen (PBV). Pembuktian dilakukan
dengan cara membandingkan nilai F kritis (Ftabel) dengan (Fhitung ) yang
terdapat pada tabel analysis of variance.
Untuk
menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikan yang
digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom)
df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, kriteria uji
yang digunakan adalah:
83
1) Jika Fhitung < Ftabel (k-1, n-3), maka Ho diterima artinya secara
statistik dapat dibuktikan bahwa variabel independen (ROA dan
CSRI) dan variabel kontrol (LEV dan SIZE) tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen (PBV).
2) Jika Fhitung > Ftabel (k-1, n-3), maka Ho ditolak dan Ha (Hipotesis
alternative) diterima, artinya secara simultan dapat dibuktikan
semua variabel independent (ROA dan CSRI) dan variabel kontrol
(LEV dan SIZE) berpengaruh terhadap variabel dependen (PBV).
d. Koefisien Determinasi (R2 )
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang
dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara dua
variabel. Nilai koefisien determinasi yang biasanya diberi simbol R2
menunjukkan hubungan pengaruh antara tiga variabel yaitu variabel
independen (ROA dan CSRI), variabel kontrol (LEV dan SIZE), dan
variabel dependen (PBV) dari hasil perhitungan tertentu. Sedangkan r2
digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara tiap variabel X
terhadap variabel Y secara parsial (Sudjana,2002: 383 ).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1).
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen
dan variabel kontrol dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel
independen dan variabel kontrol memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
84
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing- masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
(Ghozali,2005:83).
85
Download