BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus

advertisement
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan
kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006: 22). Indikator yang biasa digunakan untuk
mengukur pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan
dari pembangunan tersebut. Pertumbuhan ekonomi akan lebih berarti apabila
diikuti dengan pemerataan dari hasil-hasil pembangunan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata.
Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Pembangunan dilakukan tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga dilakukan
pada tingkat yang lebih kecil, yaitu daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
desa. Seringkali pembangunan di wilayah yang lebih kecil mampu memberikan
hasil yang mendukung pembangunan di wilayah yang lebih besar. Pada tingkat
yang lebih kecil, pembangunan dilakukan di tingkat daerah setingkat provinsi
maupun setingkat kabupaten atau kota (Widodo, 2006: 6). Untuk meningkatkan
pembangunan nasional, maka harus didukung dengan pembangunan daerah yang
dilaksanakan secara tepat. Laju pertumbuhan ekonomi daerah biasanya digunakan
untuk menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan daerah dalam periode
waktu tertentu (Rukmana, 2012).
1
2
Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan untuk meningkatkan kekayaan
suatu negara atau wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu
tujuan utama dari pembangunan suatu negara atau wilayah (Bhinadi, 2003).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara berkelanjutan
merupakan prasyarat bagi berlangsungnya suatu proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi terutama diperlukan untuk menggerakkan dan memacu
pembangunan di bidang lainnya. Namun demikian, pembangunan yang lebih
menekankan pada pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan ketimpangan, bukan
hanya ketimpangan pendapatan antarindividu, melainkan juga ketimpangan
wilayah (Riyanti, 2013: 1).
Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah
lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak
mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumbersumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih
daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti sarana dan
prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan,
asuransi, juga tenaga kerja yang terampil di samping itu adanya ketimpangan
redistribusi pembagian pendapatan dari Pemerintah Pusat kepada daerah (Sutarno
dan Kuncoro, 2003).
Pemerintah daerah harus mampu untuk mengidentifikasi dan menganalisis
berbagai potensi ekonomi yang ada di wilayahnya. Sektor yang memiliki
keunggulan
dapat
lebih
dikembangkan
guna
memacu
kesejahteraan
masyarakatnya, namun juga harus diimbangi dengan pengaruh positif terhadap
3
sektor lainnya. Permasalahan pembangunan terjadi ketika pembangunan suatu
sektor tidak dapat mendorong sektor-sektor potensial yang lain untuk turut
berkembang pula. Selain itu, menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada 4
(empat) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah
penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat tekonologi yang digunakan (Rukmana, 2012).
Provinsi Banten merupakan salah satu daerah pemekaran yang dahulu
termasuk dalam Provinsi Jawa Barat, terbentuk melalui Undang-undang Nomor
23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Melalui otonomi tersebut
diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan
pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah (Rukmana,
2012). Untuk keperluan tersebut diperlukan perencanaan yang lebih baik dan
matang dengan menggali sumber daya yang ada dan diharapkan daerah dapat
mengelola sendiri sumber daya tersebut untuk kemakmuran masyarakatnya.
Pada awal pemekaran, Provinsi Banten dengan Ibukota Serang terdiri dari
empat kabupaten yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten
Lebak, Kabupaten Tangerang dan dua kota yaitu Kota Tangerang dan Kota
Cilegon. Dalam perkembangannya, terjadi pemekaran wilayah pada tahun 2007,
Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang, dan pada tahun
2008 Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan.
4
Gambar 1.1
Peta Provinsi Banten
Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa
dengan luas wilayah 9,662.92 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas Indonesia dan
merupakan Provinsi dengan wilayah terkecil kelima di Indonesia dengan jumlah
penduduk pada tahun 2010 sebanyak 10.632.166 jiwa. Wilayahnya berbatasan
langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat di sebelah timur,
Selat Sunda di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, dan Samudra Hindia di
Pertumbuhan (%)
sebelah selatan.
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Banten
Nasional
Tahun
Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2001-2012 (data diolah)
Gambar 1.2
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dan Nasional ADHK 2000,
2001-2012
5
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada Gambar 1.2 yang diukur
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama tahun 2001-2012
mengalami fluktuasi, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2011
yaitu sebesar 6,43 persen sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi
nasional. Pada tahun 2008 dan 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan, hal ini dikarenakan dampak dari krisis keuangan global yang terjadi di
Amerika Serikat yang secara tidak langsung berimbas pada perekonomian di
Indonesia.
Tabel 1.1
Perkembangan Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
ADHK 2000, 2001-2011 (%)
No.
Tahun
Kab.
Pandeglang
Kab.
Lebak
Kab.
Tangerang
Kab.
Serang
Kota
Tangerang
Kota
Cilegon
Ratarata
1
2001
4,71
4,82
5,08
3,10
3,19
7,43
4,72
2
2002
5,58
3,31
4,03
3,55
5,82
7,44
4,96
3
2003
5,72
3,89
5,01
4,19
6,81
7,03
5,44
4
2004
5,18
4,06
6,40
4,37
5,76
7,31
5,51
5
2005
5,04
3,74
7,04
4,40
6,83
5,46
5,42
6
2006
4,03
3,15
6,88
4,82
6,85
5,64
5,23
7
2007
4,48
4,90
6,90
4,71
6,86
5,48
5,56
8
2008
4,29
4,06
6,22
4,41
6,37
5,02
5,06
9
2009
4,21
4,10
5,29
3,80
5,74
4,84
4,66
10
2010
7,16
6,59
7,35
5,23
6,68
5,26
6,38
11
2011
5,40
6,44
7,68
6,30
7,03
6,53
6,56
12
2012*)
5,62
5,01
5,78
5,63
6,23
6,82
5,85
5,02
4,49
6,13
4,54
6,18
6,26
5,44
Rata-rata
Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2001-2012
Keterangan: *) Angka Sementara
Keberhasilan pembangunan ekonomi Provinsi Banten tidak terlepas dari
pembangunan kabupaten/kota yang ada. Keberhasilan pembangunan ekonomi ini
dilihat dari PDRB masing-masing kabupaten/kota. Semakin tinggi PDRB
6
kabupaten/kota semakin besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi
provinsi, dan sebaliknya bila pertumbuhan PDRB kabupaten/kota mengalami
penurunan maka kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi sangat
kecil.
Perkembangan pertumbuhan PDRB kabupaten/kota di Provinsi Banten
pada
Tabel
1.1
mengalami
pertumbuhan
yang
positif.
Terdapat
tiga
kabupaten/kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi,
yaitu Kota Cilegon 6,26 persen, Kota Tangerang dengan rata-rata pertumbuhan
6,18 persen, dan Kabupaten Tangerang 6,13 persen. Pertumbuhan PDRB yang
tinggi tersebut didukung oleh sektor industri dan perdagangan yang memiliki
kontribusi besar dalam perekonomian di Provinsi Banten yang memang
terkonsentrasi di ketiga daerah tersebut.
Tabel 1.2
PDRB Provinsi Banten ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2001-2006 (Juta Rupiah)
No.
Lapangan Usaha
1
Pertanian
2
Pertambangan dan
Penggalian
3
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas, dan
Air Bersih
4
2001
2002
2003
2004
2005
2006
4.604.369,01
4.691.510,71
4.830.174,86
4.930.266,80
5.061.650,42
5.030.010,00
50.011,65
51.182,48
53.995,50
56.557,59
59.286,02
61.510,00
24.541.301,15
25.705.468,21
26.581.072,40
27.749.175,75
28.975.547,08
30.548.570,00
2.027.159,41
2.158.491,31
2.280.105,26
2.416.794,00
2.567.049,93
2.510.900,00
5
Bangunan
1.182.273,80
1.246.679,60
1.315.407,97
1.443.158,80
1.580.487,69
1.662.420,00
6
Perdagangan,
Hotel dan Restoran
8.244.427,98
8.744.103,66
9.251.915,75
9.830.054,85
10.699.437,65
11.478.130,00
7
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
3.597.849,22
3.882.774,28
4.140.738,07
4.540.508,58
4.910.855,75
5.417.130,00
756.461,38
850.948,52
1.283.410,55
1.557.896,64
1.744.477,29
1.888.040,00
1.990.547,76
2.118.162,56
2.220.637,38
2.355.993,50
2.508.156,40
2.744.950,00
46.994.401,36
49.449.321,33
51.957.457,74
54.880.406,51
58.106.948,23
61.341.660,00
3,95
5,58
5,72
5,18
5,88
5,57
8
9
Jasa-jasa
PDRB Konstan
Pertumbuhan PDRB per
tahun (%)
Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2001-2006
7
Tabel 1.3
PDRB Provinsi Banten ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2012 (Juta Rupiah)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
2012*)
5.242.350,00
5.408.860,00
5.641.900,00
6.716.030,00
6.921.460,00
7.235.890,00
69.290,00
79.150,00
90.200,00
95.460,00
101.500,00
108.140,00
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan
Air Bersih
31.496.750,00
32.225.080,00
32.707.530,00
44.911.370,00
44.034.180,00
48.517.640,00
2.629.580,00
2.833.530,00
2.922.550,00
3.294.800,00
3.442.170,00
3.661.160,00
Bangunan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
1.880.270,00
2.010.390,00
2.204.520,00
2.382.080,00
2.590.500,00
2.821.040,00
12.800.800,00
14.203.000,00
15.127.920,00
16.488.080,00
18.055.710,00
20.087.540,00
5.780.570,00
6.200.680,00
6.877.190,00
7.602.930.00
8.510.770,00
9.331.130,00
2.138.060,00
2.489.880,00
2.822.560,00
3.234.780,00
3.465.680,00
3.762.240,00
3.009.090,00
3.380.090,00
3.636.750,00
3.800.360,00
4.100.390,00
4.475.040,00
65.046.760,00
68.830.660,00
72.031.120,00
88.525.890,00
91.222.360,00
99.999.820,00
6,04
5,77
4,71
6,08
6,43
6,15
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
9
Jasa-jasa
PDRB Konstan
Pertumbuhan PDRB per
tahun (%)
Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2007-2012
*) Angka Sementara
: Sektor dengan kontribusi terbesar
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh Provinsi
Banten ternyata tidak diikuti dengan pemerataan PDRB antarsektor. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut
lapangan usaha pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 selama tahun 2001-2012. Kontribusi
terbesar pada tahun 2012 disumbang oleh sektor industri pengolahan sebesar 48,
52 persen dari total PDRB yang berarti hampir sebagian PDRB Provinsi Banten
ditopang oleh sektor industri, selain itu sektor perdagangan, hotel, dan restoran
dengan kontribusi sebesar 20,09 persen dari total PDRB. Daerah yang
memberikan kontribusi terbesar pada sektor industri pengolahan yaitu Kota
Cilegon, Kota Tangerang dan diikuti oleh Kabupaten Tangerang. Kota Serang dan
Kota Tangerang Selatan dimasukkan pada daerah induk yaitu Kabupaten Serang
8
dan Kabupaten Tangerang dikarenakan kedua kota tersebut merupakan daerah
baru hasil pemekaran pada tahun 2007 dan 2008 sehingga ketersediaan data relatif
sedikit.
Peranan sektor industri di Provinsi Banten sangat dominan, hal ini terlihat
dari kontribusinya yang menyumbang hampir sebagian dari PDRB Provinsi
Banten setiap tahunnya. Pertumbuhan yang tinggi pada sektor industri tersebut
pada satu sisi dapat menyediakan lapangan pekerjaan cukup besar sehingga
mampu menekan angka pengangguran. Tetapi pada sisi lain hal itu bisa menjadi
ancaman bagi sektor lain, terutama pertanian, di mana proses regenerasi profesi
pertanian akan terganggu. Apalagi pertanian merupakan salah satu sektor
potensial yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat Banten.
Selain peran sektor industri yang memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, di mana jika diuraikan amatlah luas
sehingga harus dilakukan pembatasan masalah agar analisis yang dilakukan
mencapai sasaran yang diinginkan. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan
dianalisis dibatasi pada pertumbuhan penduduk, modal manusia dan pengeluaran
pemerintah di Provinsi Banten selama periode 2001-2012. Bertitik tolak dari
uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi antarkabupaten/kota di Provinsi
Banten yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga membawa dampak pada
perbedaan tingkat kesejahteraan daerah.
9
1.2 Keaslian Penelitian
Berbagai
penelitian
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Penelitian tersebut dilakukan baik di Indonesia maupun di luar negeri, hasil
penelitian pun berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebagai
acuan dan pembanding, maka perlu diuraikan secara singkat beberapa penelitian
terkait dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1.4
Matriks Hasil Penelitian Terdahulu
No.
1.
Studi Oleh
Sodik (2007)
Alat Analisis
Lokasi
Hasil Penelitian
Regresi data
26 propinsi di
Selama
periode
panel
Indonesia (1993-
ditemukan bahwa variabel investasi
2003)
swasta tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan
penelitian
ekonomi
regional,
sedangkan pengeluaran pemerintah
(baik pengeluaran pembangunan
maupun
pengeluaran
rutin)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
regional.
Variabel
keterbukaan
ekonomi
(ekspor
netto)
dan
angkatan kerja signifikan dengan
tanda negatif.
2.
Rukmana
Analisis regresi
Jawa Tengah
Hasil penelitian berdasarkan uji F-
(2012)
semi log linear
(1984-2009)
statistik menunjukkan bahwa secara
berganda
bersama-sama
dengan metoda
pendapatan, jumlah penduduk dan
OLS
inflasi
berpengaruh
disparitas
signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jawa Tengah. Berdasarkan hasil uji
t-statistik disparitas pendapatan dan
10
No.
Studi Oleh
Alat Analisis
Lokasi
Hasil Penelitian
jumlah
positif
penduduk
dan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah. Inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Jawa Tengah.
3.
Hendarmin
Regresi data
Kalimantan Barat
Hasil
penelitian
(2012)
panel
(2005-2009)
indikasi (1) variabel belanja modal
pemerintah
menemukan
daerah
berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan variabel
investasi
swasta
berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, (2) variabel
belanja modal pemerintah daerah
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesempatan kerja dan
variabel
investasi
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
swasta
dan
tidak
kesempatan
kerja, (3) pengaruh belanja modal
pemerintah daerah dan investasi
swasta melalui jalur pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja,
kedua
variabel
pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap
kesejahteraan masyarakat, namun
slope dari pertumbuhan ekonomi
menunjukkan nilai yang negatif.
4.
Pambudi dan
Regresi data
Jawa Tengah
Hasil penelitian ini menunjukkan
Miyasto
panel
(2006-2010)
bahwa
(2013)
pengaruh
aglomerasi
negatif
memiliki
tapi
tidak
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi,
investasi
memiliki
11
No.
Studi Oleh
Alat Analisis
Lokasi
Hasil Penelitian
pengaruh positif dan signifikan
untuk mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi,
angkatan
kerja
yang
bekerja memiliki pengaruh positif
dan penting untuk pertumbuhan
ekonomi,
capital
dan
variabel
investment
human
berpengaruh
positif tapi tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
5.
Rajaram
Gini rasio,
U.S. Counties
Menunjukkan bahwa pengeluaran
(2009)
Spatial
(1979-1999)
pemerintah, kemiskinan, populasi
Autoregressive
penduduk
secara
nyata
dapat
(SAR), Spatial
mempengaruhi
Error Model
pertumbuhan ekonomi secara tata
(SEM), dan
ruang
General Spatial
menunjukkan
Model (SAC)
spasial (letak geografis) adalah
pendapatan
(lokasi).
Jadi
bahwa
dan
hasil
parameter
determinan yang signifikan dari
pertumbuhan,
ketimpangan
pendapatan, dan kemiskinan.
6.
Hussin dan
Analisis korelasi
Malaysia dan
Hasil
Ching (2013)
dan analisis
China
mengindikasikan
regresi berganda
2007)
(1978-
analisis
korelasi
bahwa
sektor
pertanian, sektor manufaktur dan
sektor jasa memiliki hubungan yang
positif dengan GDP per kapita di
Malaysia dan China. Hasil regresi
berganda
menunjukkan
bahwa
sektor jasa memberikan kontribusi
tertinggi
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Malaysia, dan di sisi
lain sektor manufaktur memberikan
kontribusi yang terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi di China.
12
No.
7.
Studi Oleh
Alat Analisis
Lokasi
Hasil Penelitian
Sahoo dan
Ordinary Least
India
Hasil menunjukkan bahwa baik
Sethi (2012)
Square
(1950-51 sampai
sektor pertanian maupun sektor
2009-10)
industri berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
dan
pembangunan
di
India. Tetapi hasil mengindikasikan
bahwa sektor pertanian memiliki
pengaruh yang lebih signifikan dan
positif
terhadap
pembangunan
ekonomi, sedangkan sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi di
India selama periode pengamatan.
Dengan mengkaji hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini memiliki
beberapa persamaan dan perbedaan dari penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian, objek
penelitian, dan tahun penelitian. Penelitian ini berlokasi di wilayah Provinsi
Banten dengan periode pengamatan 12 (dua belas) tahun, mulai tahun 2001-2012.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh peran sektor industri,
pertumbuhan penduduk, modal manusia, dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2001-2012.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
13
1. memberikan bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi Banten dalam
merumuskan strategi kebijakan dan program pembangunan yang terarah dan
berkelanjutan (sustainable) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah;
2. menjadi tambahan referensi bagi kegiatan akademis sehingga meningkatkan
kualitas penelitian selanjutnya;
3. menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini disajikan secara garis besar dengan menggunakan
sistematika sebagai berikut. Bab I Pengantar, memuat tentang latar belakang,
keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, yang menguraikan tentang
tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis dan alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini. Bab III Analisis Data, yang menguraikan tentang cara penelitian,
perkembangan dan hubungan antarvariabel yang diamati dalam penelitian, hasil
analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran, memaparkan
mengenai kesimpulan dari hasil analisis data serta memberikan saran atau
implikasi kebijakan kepada Pemerintah Provinsi Banten.
Download