24 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka

advertisement
24
III. METODOLOGI PENELITIAN
3. Kerangka Pemikiran
3.1.
Kerangka pemikiran diperlukan untuk memperjelas penalaran sehingga
sampai pada jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Dalam
upaya pencapaian visi organisasi, maka diperlukanlah sumber daya manusia
sebagai pengelola sistem. Tidak hanya sekedar kinerja yang dibutuhkan
untuk mengelola sistem agar senantiasa mampu berjalan secara efektif dan
efisien, tetapi ada faktor keterikatan pula yang menjamin setiap karyawan
untuk mencintai pekerjaannya dan mau untuk terus meningkatkan
produktivitasnya.
Usaha meningkatkan keterikatan diperlukan adanya perhatian khusus
untuk memahami kebutuhan sumber daya manusia yang tidak hanya
dimotivasi oleh hal-hal yang bersifat materi seperti upah, bonus dan
tunjangan, tetapi
juga memperhatikan aspek-aspek berupa kondisi
lingkungan yang aman, kesehatan, pengakuan serta mampu meningkatkan
kekaryaannya. Atas dasar ini maka pihak manajemen akan sadar pentingnya
penerapan QWL dalam rangka pemenuhan kebutuhan karyawan.
Merujuk pada tujuan penelitian, maka penelitian ini akan mengukur
tingkat hubungan faktor-faktor QWL yang bersumber dari Cascio (1995).
Adapun untuk mengukur tingkat keterikatan (engagement) karyawan maka
akan digunakan 12 indikator yang dikembangkan oleh Gallup Inc. yaitu:
1.
Mengetahui apa yang diharapkan dari pekerjaan
2.
Memiliki
peralatan
dan
materi-materi
yang
dibutuhkan
untuk
mengerjakan pekerjaan dengan baik.
3.
Memiliki kesempatan dalam bekerja, untuk mengerjakan apa yang
dikerjakan secara baik setiap hari.
4.
Menerima penghargaan atau pujian karena mengerjakan pekerjaan
dengan baik.
5.
Adanya kepedulian supervisor atau seseorang dalam lingkungan kerja
dengan saya sebagai individu.
25
6.
Adanya orang dalam lingkungan kerja mendorong perkembangan
individu.
7.
Pendapat didengar dalam lingkungan kerja.
8.
Misi dan tujuan perusahaan membuat pekerjaannya penting.
9.
Perasaan rekan sejawat atau rekan kerja memiliki komitmen untuk
melakukan pekerjaan yang berkualitas.
10. Mempunyai teman baik di lingkungan kerja.
11. Seseorang menanyakan/membicarakan tentang perkembangan.
12. Memiliki keuntungan untuk belajar dan tumbuh dalam lingkungan kerja
Analisis pertama yang akan dlakukan adalah menganalisis persepsi
karyawan terhadap keterikatan yang dibutuhkan PT Taspen (persero)
menggunakan sembilan faktor-faktor QWL menurut Cascio (2003) dengan
alat analisis deskriptif, dimana data yang akan diperoleh nantinya akan
diterjemahkan sehingga menghasilkan informasi yang lebih mudah
dimengerti. Kedua adalah menganalisis hubungan faktor-faktor QWL
terhadap unsur keterikatan karyawan yang dikaitkan dengan karakteristik
karyawan seperti jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan pengalaman
kerja dengan menggunakan analisis Chi Square. Analisis ketiga akan
menentukan besar pengaruh masing-masing faktor-faktor QWL terhadap
keterikatan karyawan dengan menggunakan uji Korelasi Kanonik. Output
dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk PT Taspen (persero)
dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan tanpa harus mengesampingkan
keinginan dan kebutuhan karyawannya. Diagram kerangka kerja dari
penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 2.
33..2 Hipotesis
3.2.
Berdasarkan uraian faktor-faktor QWL yang akan dilihat hubungannya
dengan keterikatan karyawan, maka diperoleh hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H0 :
Tidak terdapat hubungan faktor-faktor QWL terhadap dimensi
keterikatan karyawan.
26
H1 : Terdapat hubungan faktor-faktor QWL terhadap dimensi keterikatan
karyawan.
PT Taspen (persero)
Visi dan Misi
Tujuan Perusahaan
Visi, Misi SDM yang
Berkualitas
Analisis Deskriptif
Umpan Balik
Karakteristik SDM
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Pendidikan Terakhir
4. Masa Kerja
Faktor-faktor QWL
1. Partisipasi pekerja
2. Pengembangan karir
3. Penyelesaian konflik
4. Komunikasi
5. Kesehatan kerja
6. Keselamatan kerja
7. Keamanan
lingkungan
kerja
8. Kompensasi yang layak
9. Kebanggaan
Chi Square
Analisis Deskriptif
Dimensi Keterikatan
Karyawan
1. What do I get?
2. What do I give?
3. Do I belong?
4. How can we all
grow?
Korelasi Kanonik
Hasil
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
33..3 Metode Pengumpulan Data
3.3.
Metode pengumpulan data terdiri dari lokasi penelitian, waktu penelitian
dan pengumpulan data. Ketiga komponen ini akan dibahas pada sub bab di
bawah ini.
27
3.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada suatu kasus yang terjadi di PT Taspen
(persero). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan PT Taspen (persero) bersedia memberikan informasi
dan data yang terkait dengan penelitian. Hal ini menjadi peluang bagi peneliti
untuk melihat pengelolaan karyawan yang telah dilaksanakan oleh pihak
manajemen dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan memberikan
masukan kepada pihak manajemen perusahaan dalam membuat kebijakan
khusus terkait tingkat keterikatan melalui peningkatan faktor-faktor QWL.
Pengambilan data di lapangan ini dilakukan pada bulan Maret 2012 hingga
April 2012.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
kuesioner. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang belum tersedia dan harus diperoleh dari sumber
aslinya untuk digunakan menjawab masalah penelitian. Data primer diperoleh
dari lapangan melalui proses pengamatan langsung dan pengamatan tidak
langsung. Pengamatan langsung dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi.
Wawancara
dilakukan
kepada
pihak
manajemen
dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang dibutuhkan untuk penelitian.
Pengamatan tidak langsung dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner berisikan
daftar pertanyaan yang berhubungan dengan faktor QWL terhadap keterikatan
karyawan. Bobot yang digunakan dalam setiap pernyataan bisa dilihat dari
Tabel 2.
Tabel 2. Interpretasi jawaban berdasarkan skala Likert
Bobot
1
2
3
4
5
Klasifikasi
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Kesimpulan
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Pernyataan yang diajukan bersifat tertutup dengan menggunakan skala
Likert sebagai pilihan jawaban agar memudahkan responden saat menjawab.
Skala Likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang
28
terhadap sesuatu (Umar, 2005). Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur
melalui internet, buku, jurnal yang memuat teori dan hasil penelitian
terdahulu.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Jumlah total
karyawan
yang akan
diteliti ditentukan dengan
pengambilan sampel bersyarat (judgemental sampling). Syarat karyawan yang
menjadi objek penelitian adalah karyawan PT Taspen (persero) yang berstatus
sebagai karyawan tetap dan memiliki kriteria telah bekerja lebih dari 1 tahun.
Jumlah total karyawan yang telah memenuhi syarat untuk menjadi sampel
penelitian di PT Taspen (persero) adalah 55 orang.
3..4.
4 Pengujian Kuesioner
3.4.
3.4.1 Uji Validitas
Menurut Santoso (2000), validitas adalah derajat ketepatan suatu alat
ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah
salah satu alat yang digunakan untuk menguji derajat ketepatan dan
kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi pengukurannya. Uji validitas
alat ukur berupa kuesioner digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu
alat ukur dalam memenuhi syarat ketepatan dan kecermatan untuk
menjalankan fungsinya. Alat ukur dapat dikatakan baik jika alat tersebut telah
dinyatakan valid, yaitu ketika alat ukur mampu melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. Jumlah
responden minimal 30 orang karena distribusi skor atau nilai akan lebih
mendekati normal. Asumsi kurva nomal sangat dibutuhkan dalam
perhitungan statistik.
3. Mempersiapkan tabulasi jawaban.
Menghitung antara pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan
rumus product momen pearson correlation sebagai berikut :
29
rxy =
௡ σ ௑௒ିσ ௑ σ ௒
మට
ඨ௡ σ ௑ మ ିሺσ ௑ሻ
…………………………….………… (1)
మ
௡ σ ௒ మ ିሺσ ௒ሻ
Keterangan :
r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah responden
x = skor masing-masing pertanyaan dari tiap responden
y = skor total pertanyaan dari tiap responden
Kuesioner dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang akan diukur.
Kuesioner yang disebar terdiri dari dua bagian pertanyaan. Bagian pertanyaan
pertama yang bersifat umum yang menanyakan identitas responden. Pada
bagian kedua terdapat pertanyaan yang bersifat khusus yang berkaitan dengan
faktor-faktor Quality Work of Life sebanyak 30 pertanyaan dan 12 pertanyaan
untuk mengukur tingkat keterikatan (engagement) karyawan maka dengan
menggunakan 12 indikator yang dikembangkan oleh Gallup Inc. Hasil yang
diperoleh dikatakan valid jika r hitung yang dihasilkan lebih besar dari r tabel
dan berarti semua pernyataan dapat menjalankan fungsinya.
Uji validitas dilakukan setelah setelah menyebar kuesioner kepada 30
orang responden. Suatu pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid apabila
rhitung lebih besar dari rtabel. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan
Product Moment dengan selang kepercayaan sebesar 95% dan nilai rtabel
0,361 dapat ditarik kesimpulan bahwa atribut-atribut pertanyaan dalam
kuesioner dapat dinyatakan valid karena rhitung pada setiap pertanyaan
mempunyai nilai yang lebih besar dari nilai rtabel. Hasil perhitungan validitas
kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan
yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran. Teknik pengukuran reliabiltas
yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah teknik Alfa
Cronbach. Uji reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan
terhadap alat ukur. Suatu alat ukur memiliki tingkat kepercayaan atau
konsistensi yang tinggi jika hasil dari pengujian alat ukur tersebut
menunjukkan hasil yang tetap. Tujuan dilakukannya uji reliabilitas adalah
30
untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur. Kriteria penilaian dapat
dilihat melalui klasifikasi tabel Alpha George pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Klasifikasi tabel Alpha George
R alpha
> 0,9
> 0,8
> 0,7
> 0,6
> 0,5
< 0,5
Klasifikasi
Sempurna
Baik
Dapat Diterima
Dipertanyakan
Buruk
Tidak Dapat Diterima
Jika pada pengukuran reliabiltas nantinya sudah memenuhi R alpha di
atas 0,7 maka menyatakan bahwa kuesioner yang disebarkan dapat
diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Uji reliabilitas
menggunakan rumus Alfa Cronbach sebagai berikut :
௞
r11 = ቀ௞ିଵቁ ൬ͳ െ σ ఙమ
ఙభమ
൰ ……………………………………….. (2)
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
Σδ2 = jumlah ragam butir
Δ12 = jumlah ragam total
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach’s lalu nilainya dihasilkan untuk faktor-faktor QWL dan untuk
keterikatan karyawan masing-masing diperoleh nilai αcronbach sebesar 0,948
dan 0,844. Nilai ini lebih besar dari nilai αcronbach sehingga dapat disimpulkan
bahwa kuesioner yang disusun adalah reliable atau dapat diandalkan untuk
dijadikan sebagai alat ukur pada penelitian ini. Hasil uji reliabilitas dapat
dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner yang telah dinyatakan valid dan reliable
dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.
3.5.
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengubah kumpulan data mentah
menjadi bentuk yang mudah dipahami dan dalam bentuk informasi yang
lebih ringkas. Data yang diperoleh dicari skor rataan. Skor rataan lebih stabil
31
dibandingkan dengan nilai ukuran sentral lainnya. Berikut langkah-langkah
dalam pengolahan dan analisisnya:
1. Berikan skor pada setiap jawaban sesuai dengan bobot pada skala Likert.
2. Lakukan tabulasi atau perhitungan dari skor-skor yang telah ditentukan.
3. Lakukan pengkategorian rumus menurut Santoso (2000) :
ܴܵ ൌ ሺ௠ି௡ሻ
ܴܵ ൌ ……………………………………………………..…... (3)
௕
ሺହିଵሻ
ହ
= 0,8 ….………………………………………………. (4)
Keterangan :
RS = Rentang skala
M = Angka tertinggi dalam pengukuran
N = Angka terendah dalam pengukuran
B = Banyaknya kelas
Skor
rataan
menunjukkan
tingkat
kesetujuan
karyawan
seperti
ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4. Posisi keputusan penelitian
Skor Rataan
1,00 – 1,80
1,81 – 2,60
2,61 – 3,40
3,41 – 4,20
4,21 – 5,00
Penilaian
Sangat tidak setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
3.5.2 Analisis Chi Square
Menurut Santoso (2007), Uji Khi-Kuadrat asosiasi (Chi-Square)
digunakan untuk menentukan keberadaan asosiasi atau hubungan satu sama
lain dua variabel yang dihubungkan. Dalam penelitian ini, Chi Square
berguna untuk mengetahui hubungan karakteristik responden seperti jenis
kelamin, umur, pendidikan terakhir, jabatan dan pengalaman kerja terhadap
faktor-faktor QWL dan loyalitas karyawan. Uji ini sangat sesuai dengan data
nominal dan ordinal. Prosedur uji Chi Square adalah sebagai berikut:
1. Tentukan frekuensi sel harapan dengan menggunakan rumus Khi-Kuadrat
berikut :
X2 = σ௞௜ିଵ
X2
ሺ௢ିாሻమ
ாభ
……….………………………………………..... (5)
= Chi-Square
32
O
E
= nilai observasi dari baris dan kolom
= nilai harapan dari baris dan kolom
2. Setelah diketahui nilai X2 melalui perhitungan, kemudian gunakan table
X2.
3. Setelah membandingkan antara nilai X2hitung dengan X2tabel, gunakan
hipotesis berikut :
H0 = tidak ada hubungan nyata antara karakteristik responden dengan
QWL atau dimensi keterikatan karyawan
H1 = ada hubungan nyata antara karakteristik responden dengan QWL
atau dimensi keterikatan karyawan.
Bila nilai X2hitung sama atau lebih besar dari X2tabel untuk tingkat
signifikansi tertentu maka tolak H0. Bila terjadi sebaliknya maka H0 diterima.
Sebelum melakukan perbandingan nilai Xhitung dengan Xtabel tentukan terlebih
dahulu tingkat signifikansi (α) dan tingkat keabsahan (df) melalui rumus:
df = (r-1)(c-1) ……...................................................................... (6)
r = jumlah baris
c = jumlah kolom
3.5.4 Uji Korelasi Kanonik
Menurut Siregar (2011), pengertian dari analisis korelasi kanonik
adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk menentukan tingkatan
asosiasi linier antara dua perangkat variabel, dimana masing-masing
perangkat terdiri dari beberapa variabel. Sebenarnya analisis korelasi
kanonikal merupakan perpanjangan dari analisis regresi linier berganda yang
berfokus pada dua hubungan antara dua variabel yang berskala interval.
Fungsi utama teknik ini adalah untuk melihat hubungan linieritas antara
variabel-variabel terikat dengan beberapa variabel bebas yang berfungsi
sebagai prediktor.
Titik perhatian analisis ini adalah korelasi (hubungan) maka kedua
himpunan tidak perlu dibedakan menjadi kelompok variabel tidak bebas dan
variabel bebas. Pemberian label Y dan X kepada kedua variat kanonikal
hanya untuk membedakan kedua himpunan variabel. Fokus analisis korelasi
kanonikal terletak pada korelasi antara kombinasi linier satu set variabel
33
dengan kombinasi linier set variabel yang lain. Langkah pertama adalah
mencari kombinasi linier yang memiliki korelasi terbesar. Selanjutnya, akan
dicari pasangan kombinasi linier dengan nilai korelasi terbesar di antara
semua pasangan lain yang tidak berkorelasi. Proses terjadi secara berulang,
hingga korelasi maksimum teridentifikasi. Pasangan kombinasi linier disebut
sebagai variat kanonikal sedangkan hubungan di antara pasangan tersebut
disebut korelasi kanonikal.
Jenis data dalam variat kanonikal yang digunakan dalam analisis
korelasi kanonik dapat bersifat metrik maupun non metrik. Analisis korelasi
kanonikal dimulai dengan matriks korelasi antara variabel X1, X2, . . . , Xp
dan variabel Y1, Y2, . . . , Yq. Dimensi matriks korelasi tersebut adalah (p +
q) × (p + q). Matriks korelasi dapat dipecah menjadi empat partisi yaitu
matriks A, C, C′ dan B, seperti disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Matriks korelasi
Interpretasi variat kanonikal dapat dilakukan dengan melihat koefisien
kanonik dengan tiga pilihan metode yang biasa dilaporkan, yaitu bobot
kanonik (canonical weight), muatan kanonik (canonical loadings) dan
muatan silang kanonik (canonical cross-loadings).
1. Bobot kanonik merupakan koefisien kanonik yang telah dibakukan, dapat
diinterpretasikan sebagai besarnya kontribusi variabel asal terhadap variat
kanonik. Semakin besar nilai koefisien ini menyatakan semakin besar
kontribusi variabel yang besangkutan terhadap variabel kanonik.
2. Beban kanonik menyatakan korelasi variabel terhadap variat dimana
variabel bergabung dalam setiap fungsi kanonik. Beban kanonik dapat
dihitung dari korelasi antara variabel asal dengan masing-masing variabel
34
kanoniknya. Semakin besar nilai muatan mencerminkan semakin dekat
hubungan fungsi kanonik yang bersangkutan dengan variabel asal.
3. Muatan silang kanonik menyatakan korelasi variabel dalam suatu variat
terhadap variat kanonikal lainnya. Muatan silang kanonik dapat dihitung
dari korelasi antar variabel.
Model korelasi antara faktor-faktor QWL dengan dimensi
keterikatan
karyawan ditunjukkan oleh Gambar 4.
X1
X2
Y1
X3
Y2
X4
X5
X
Y
Y3
X6
X7
Y4
X8
X9
Gambar 4. Model korelasi faktor QWL dan
dimensi keterikatan karyawan
Download