BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan antara dan peranan sumber daya yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan bersama perusahan, karyawan, masyarakat menjadi maksimal. Sumber daya manusia memberikan kreatif di setiap organisasi atau perusahaan.Tanpa adanya orang – orang yang efektif, akan sangat mustahil bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk mendapatkan tujuannya. Manajemen sumber daya manusia sebelumnya dikenal sebagai manajemen personalia dan perubahan nama ini menggambarkan adanya perluasan peran manajemen personalia dan peningkatan kesadaran akan sumber daya manusia adalah kunci bagi suksesnya suatu organisasi atau perusahaan. Fahtoni (2007 : 10) berpendapat bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah proses pengendalian berdasarkan fungsi manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia “. Marwansyah (2010:3), manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan 8 pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Cahyani (2005:2) bahwa : Manajemen sumber daya manusia adalah sebagai stratejik dan kohern untuk mengelola asset paling berharga milik organisasi, orang – orang yang bekerja di dalam organisasi, baik secara individu maupun kolektif, guna member sumbangan untuk pencapaian sasaran organisasi. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan empat hal yang penting yang berkenaan dengan manajemen sumber daya manusia adalah : 1. Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai kebijakan sumber daya manusia dengan perencanaan bisnis. 2. Tanggung jawab pengelolaan sumber daya manusia tidak lagi terletak hanya pada manager saja, tetapi sekarang sudah dianggap terletak pada manajemen lini senior. 3. Perubahan fokus dari hubungan manajemen serikat pekerja menjadi hubungan manajemen karyawan, dari kolektivisme menjadi individualism. 4. Terdapat penekanan aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manager berperan sebagai penggerak dan fasilitator. Manajemen sumber daya manusia berfokus pada upaya mengelola sumber daya manusia di dalam dinamika interaksi antara organisasi pekerja yang sering memiliki kepentingan yang berbeda. 9 2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi manajemen merupakan suatu elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer atau pemimpin dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut ( Sutrisno, 2009:8-10) terdapat fungsi dari manajemen sumber daya manusia yaitu : 1. Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya tujuan.Perencanaan ini untuk menetapkan program kepegawaian, pengadaan, meliputi pengorganisasian, pengembangan, kompensasi, pengarahan, pengendalian, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian pegawai. 2. Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dalam bentuk badan organisasi. 3. Pengarahan dan pengadaan. Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Untuk pengarahan hanya boleh dilakukan oleh seorang pemimpin. Sedangkan pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksiunntuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 4. Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana. Bila terjadi penyimpangan akan dilakukan tindakan perbaikan dan/atau penyempurnaan. 10 5. Pengembangan. Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral pegawai melalui pendididkan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan yang amat penting bagi perusahaan karena setiap saat perubahan akan selalu ada baik dibidang teknologi, reorganisasi pekerjaan dan semakin sulit. 6. Kompensasi. Pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang di berikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak dalam arti sesuai dengan prestasi kerja dan sesuai dengan upah minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternalkonsistensi. 7. Pengintegrasian. Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah di satu pihak memperoleh keberhasilan dalam organisasi atau perusahaan, sedang di pihak lain atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. 8. Pemeliharaan. Merupakan kegiatan pemeliharaan atau peningkatan kondisi fisik, mental dan loyalitas agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Dalam hal ini pemeliharaan yang dimaksud adalah program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan pegawai. 9. Kedisiplinan. Merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi, karena tanpa kedisiplinan maka sulit mewujutkan tujuan yang maksimal dalam suatu organisasi atau perusahaan. 11 10. Pemberhentian. Pemberhentian hubungan kerja seorang pegawai dari suatu organisasi. Pemberhentian ini terjadi berdasarkan keinginan pegawai, keinginan organisasi, pension atau sebab lainnya. 2.2 Hubungan Antar Variabel 2.2.1 Hubungan antara Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan. Kepemimpinan adalah tulang punggung pengembangan suatu organisasi karena tanpa adanya kepemimpinan yang baik akan sangat sulit suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai suatu tujuan. Seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi prilaku orang lain, oleh sebab itu perlu adanya gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai seorang pemimpin dan bagaimana seorang pemimpin dilihat oleh bawahannya atau orang yang dipimpinnya dan mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Bambang Guritno,2005) dan Tampubolon (2007:3) menyatakan bahwa faktor kepemimpinan juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai gaya kepemimpinan dapat kita simpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan, mempengaruhi dan mengendalikan orang lain atau bawahannya 12 untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam mencapai suatu tujuan dari organissasi atau perusahaan. Terdapat delapan tipe gaya kepemimpinan menurut Kartini Kartono (2009:80) yaitu : 1. Tipe pemimpin paternalistik Tipe pemimpin ini bersifat kebapakan, dengan sifat – sifat diantaranya: a. Overly protective atau terrlalu melindungi. b. Selalu bersikap maha tahu dan maha besar. c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk berinisiatif. Tipe pemimpin seperti ini hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional dan umumnya pada masyarakat agraris. 2. Tipe pemimpin karismatik Tidak banyak hal yang dapat dikupas tentang kriteria pemimpin karismatik. Ada karakteristik yang khas yaitu daya tarik yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang–kadang sangat besar. Banyak memberikan inspirasi, keberanian dan keyakinan teguh pada pendirian sendiri. Harus diakui bahwa pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifat yang negatif mengalahkan sifat yang positif. 3. Tipe pemimpin bebas. Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang – orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi atau perusahaan, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang 13 harus dikerjakan oleh masing – masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi. 4. Tipe pemimpin demokratis Pemimpin yang demokratis biasanya memandang perannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap dengan ciri- ciri sebagai berikut : a. Organisasi dengan seluruh bagiannya berjalan dengan lancar. b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah dan masing – masing menyadari akan tugas, fungsi dan kewajibannya masing– masing. 5. Tipe pemimpin otokratis. Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang harus dipatuhi. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunnjukkan sikap yang menonjolkan “ keakuannya”, antara lain dalam bentuk kecendrungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat – alat lain dalam organisasi dan kurang menghargai haekat dan martabat mereka. Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pemimpin otokratis akan bersikap baik pada bawahannya asalkan bawahannya patuh atas semua printah yang telah diberikan. 6. Tipe pemimpin militeristis Kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe pemimpin otoriter. Adapun sifat–sifat dari kepemimpinan militeristis adalah: 14 a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah, keras, sangat otoriter,kaku dan sering kurang bijaksana. b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahannya. c. Sangat menyenangi formalitas, upacara–upacara dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan. d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya. e. Tidak menghendaki saran, ususl, sugesti dan kritikan dari bawahannya. f. Komunikasi hanya searah. 7. Tipe pemimpin populistis Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai–nilai masyarakat tradisional yang tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan dari luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan nasionalisme. 8. Tipe pemimpin administrative atau eksekutif. Tipe pemimpin seperti ini mampu menyelenggarakan tugas – tugas administratif secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat– teknokrat dan administrator–administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi atau perusahaan. 15 2.2.2 Hubungan antara Motivasi terhadap Kinerja Karyawan Motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai intensitas, arah dan ketekunan seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu jika pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi pula. Supardi dan Anwar (2007:47) menyebutkan ada salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang berusaha untuk mencapai tujuan atau mencapai hasil yang diinginkan. Motivasi adalah proses dimana kebutuhan – kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan tersebut. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah suatu keadaan dalam diri yang menyebabkan hasil – hasil tertentu yang menarik. Motivasi merupakan suatu dorongan untuk meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi dalam batas-batas kemampuan untuk memberikan kepuasan atau kebutuhan sesorang, menurut Sofyandi dan Garniwa (2007:99). Sedangkan menurut Ardana,dkk (2012 : 193) mengemukakan bahwa : motivasi adalah suatu dorongan energi yang mengatur antara keinginan dan kebutuhan pegawai untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan pekerjaan sehingga setiap pegawai mampu untuk menentukan bagaimana bentuk, arah, intensitas dan durasi dalam bekerja . Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan mendorong prilaku manusia. Seorang pemimpin perlu memahami orang – orang berprilaku 16 tertentu agar dapat mempengaruhinya dalam bekerja sesuai dengan keinginan organisasi atau perusahan. Menurut Hasibuan (2007:149) secara sederhana terdapat dua metode motivasi, yaitu : 1. Motivasi Langsung ( Direct Motivation ) Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan non materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, bintang jasa dan lain sebagainya. 2. Motivasi Tidak Langsung ( Indirect Motivation ) Motivasi Tidak Langsung adalah : motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. Motivasi tidak langsung ini besar pegaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas perusahaan meningkat. Berdasarkan metode tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang dibutuhkan oleh para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung didalam pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama. 17 2.2.3 Hubungan antara Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pengertian istilah disiplin ( discipline ) adalah prosedur yang meng koreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi. Menurut Singodimejo dalam Sutrisno (2009 : 85) mengatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Menurut Budi Setiyawan (2007) menyatakan bahwa disiplin kerja karyawan bagian dari faktor kinerja. Sasaran–sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di waktu yang akan datang bukan menghukum kegiatan di masa lalu. Pendekatan negatif yang bersifat menghukum biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang merugikan seperti hubungan emosional terganggu, absensi meningkat, apatis dan lain–lain. Berbagai sasaran tindakan pen disiplinan adalah sebagai berikut : a. Untuk memperbaiki pelanggar. b. Untuk menghalangi para karyawan yang lain untuk melakukan kegiatan yang serupa. c. Untuk menjaga berbagai standar kelompok untuk tetap konsisten dan efektif. 18 Bentuk tindakan pendisiplinan yang terakhir adalah pemecatan. Tindakan ini sering dikatan sebagai kegagalan manajemen dan personalia, tetapi pandangan tersebut tidak realistik. Bagaimanapun juga organisasi mempunyai batas kemampuan yang dapat dicurahkan untuk mempertahankan seorang karyawan yang kurang bagus. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, dimana disiplin kerja merupakan suatu sikap dan prilaku. Pembentukan prilaku jika dilihat dari formula Kurt Lewin, interaksi antar faktor kepribadian dan faktor lingkungan (situasional) adalah : I. Faktor Kepribadian Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai – nilai yang menjunjung disiplin adalah yang diajarkan atau ditanamkan oleh orang tua, guru dan masyarakat yang di gunakan sebagai kerangka acuan bagi penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap diharapkan akan tercermin dalam prilaku. Perubahan sikap kedalam prilaku terdapat 4 tingkatan yaitu : a. Disiplin karena kepatuhan b. Disiplin karena identifikasi c. Disiplin karena intermalisasi d. Faktor lingkungan Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip19 prinsip konsisten, adil bersikap positif, dan terbuka. Konsisten adalah memperlakukan aturan secara konsisten dari waktu ke waktu. Sekali aturan yang telah disepakati dilanggar, maka rusaklah sistem aturan tersebut. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Mathis (2006:511) yang dimaksud dengan disiplin adalah bentuk pelatihan yang menjalankan peraturan organisasional. Ada dua pendekatan pada disiplin yaitu: a. Pendekatan disiplin yang positif Pendekatan disiplin yang positif bergantung pada filosofi bahwa pelanggaran adalah tindakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif tanpa hukuman. Dalam pendekatan ini, para manajer berfokus pada pencarian fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diinginkan, daripada menggunakan hukuman untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Keunggulan dari pendekatan yang positif ini berfokus pada penyelesaian masalah. Kesulitan yang paling besar pada pendekatan yang positif disiplin adalah banyaknya jumlah pelatihan yang dibutuhkan oleh para supervisor dan manajer untuk menjadi konselor – konselor yang efektif dan mem - butuhkan lebih banyak waktu dari pada menggunakan pendekatan disiplin progresif. b. Pendekatan disiplin progresif Seperti pada pendekatan yang lain, disiplin progresif adalah penggabungan serangkaian langkah, dimana setiap langkah menjadi lebih keras 20 progresif dan dirancang untuk mengubah perilaku karyawan yang tidak pantas. Suatu sistem disiplin progresif yang umum dan sebagian besar prosedur disiplin progresif menggunakan teguran – teguran verbal dan tertulis serta penskoran sebelum pemecatan. Penskoran mengirimkan pesan yang kuat kepada seorang karyawan bahwa perilaku pekerjaan yang tidak diinginkan harus diubah atau mungkin sekali akan terjadi pemberhentian. Pendekatan progresif memberikan peluang kepada seorang karyawan untuk mengoreksi kekurangan sebelum dipecat. Dengan mengikuti urutan progresif tersebut akan memastikan bahwa baik sifat maupun keseriusan masalah dikomunikasikan dengan jelas kepada karyawan. Tidak semua langkah dalam prosedur disiplin progresif dituruti dalam setiap kasus. Beberapa pelanggaran yang serius dibebaskan dan prosedur progresif mungkin berakhir pada pemberhentian dengan segera. Disiplin karyawan dalam manajemen sumber daya manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Serta disiplin merupakan tindakan manejemen untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan kata lain, disiplin karyawan adalah suatu bentuk pelatihan karyawan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga perilaku karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan lainnya, serta meningkatkan prestasi kerja. Melihat kutipan tersebut, disiplin diarahkan untuk memperbaiki dan membentuk sikap dan perilaku karyawan secara sukarela untuk dapat bekerjasama dengan karyawan lainnya dalam me -ningkatkan prestasi kerjanya. 21 Veithzal Rivai (2011:825) bahwa : “Disiplin kerja adalah suatu alat yang dipergunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian seorang dalam memenuhi segala peraturan perusahaan.” Berkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang partisipatip, Yukl (2005:157) berpendapat bahwa mengikutsertakan orang lain dalam membuat keputusan seringkali meruakan suatu kebutuhan untuk membuat agar keputusan tersebut diterima dan diimplementasikan dalam organisasi. Artinya, para karyawan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan yang akhirnya mendorong para karyawan untuk dapat berpartisipasi, dalam hal ini para karyawan akan lebih dekat lagi mengenal karakter pimpinannya dan mendorong minat untuk membantu pimpinan dengan penuh kesadaran. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kedisiplinan seorang karyawan menurut Malayu S.P Hasibuan (2010:194) : 1). Mematuhi semua peraturan perusahaan 2). Penggunaan waktu secara efektif 3). Tanggung jawab dalam pekerjaan dan tugas 4). Tingkat absensi II. Mengatur dan Mengelola Disiplin. Setiap manajer harus dapat memastikan bahwa karyawan tertib dalam tugas. Dalam konteks disiplin, makna keadilan harus dirawat dengan konsisten. Jika karyawan menghadapi tantangan tindakan disipliner, pemberi kerja harus 22 dapat membuktikan bahwa karyawan yang terlibat dalam kelakuan yang tidak patut dihukum. Di sini para penyelia perlu berlatih bagaimana cara mengelola disiplin dengan baik. Untuk mengelola disiplin diperlukan adanya standar disiplin yang digunakan untuk menemukan bahwa karyawan telah diperlakukan secara wajar (Rivai, 2005:450-452). 1) Standar disiplin Beberapa standar dasar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan, apakah besar atau kecil. Semua tindakan disipliner perlu mengikuti prosedur minimum; aturan komunikasi dan ukuran capaian. Tiap karyawan dan penyelia perlu memahami kebijakan perusahaan serta mengikuti prosedur secara penuh. Karyawan yang melanggar aturan diberi kesempatan untuk memperbaiki perilaku mereka. Para manajer perlu mengumpulkan sejumlah bukti untuk membenarkan disiplin. Bukti ini harus secara hati-hati didokumentasikan sehingga tidak bisa untuk diper debatkan. Sebagai suatu model bagaimana tindakan disipliner harus diatur adalah: 1. Apabila seorang karyawan melakukan suatu kesalahan, maka karyawan harus konsekuen terhadap aturan pelanggaran 2. Apabila tidak dilakukan secara konsekuen berarti karyawan tersebut melecehkan peraturan yang telah ditetapkan 3. Ke dua hal di atas akan berakibat pemutusan hubungan kerja dan karyawan harus menerima hukuman tersebut. 23 2) Penegakkan standar disiplin. Jika pencatatan tidak adil/syah menurut undang-undang atau pengecualian ketenagakerjaan sesuka hati. Untuk itu pengadilan memerlukan bukti dan pemberi kerja untuk membuktikan sebelum karyawan ditindak. Standar kerja tersebut dituliskan dalam kontrak kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan bentuk pengendalian diri karyawan, pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan team kerja di dalam sebuah organisasi, dimana tindakan disipliner (disciplinary action) menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal memenuhi standar-standar yang ditentukan. Dan para karyawan yang tidak beraksi secara terang-terangan terhadap tindakan-tindakan disiplin yang tidak dapal dibenarkan, maka moral karyawan kemungkinan merosot, yang secara negatif akan mempengaruhi jalannya organisasi. 2.3 Kinerja 2.3.1 Pengertian Kinerja Kinerja seorang karyawan adalah hal yang sangat penting sekaligus menentukan efektif tidaknya kinerja di suatu perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya bila kinerja seorang karyawan kurang baik, maka kinerja perusahaan pun akan kurang bagus. Sayangnya penilaian kerja karyawan masih sering dipandang sebelah mata, baik oleh karyawan maupun oleh perusahaan. Dari pihak karyawan memandang evaluasi kinerja tidak memiliki manfaat yang maksimal, karena penilaian yang dilakukan tidak secara obyektif dan tidak 24 mempengaruhi promosi ataupun kenaikan gaji. Pihak perusahaan banyak pula yang kurang serius membuat penilaian kerja. Indikasinya tampak bahwa penilaian kinerja tidak dilakukan secara berkala tanpa mengikuti metode yang resmi. Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan menurut Menurut Mangkunegara (2012:9) Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Fungsi dari kegiatan yang dimaksud adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang meenjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap hasil dari pekerjaan seseorang atau kelompok terdiri dari faktor intern dan ekstern. Dalam hal ini faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang atau kelompok terdiri dari keterampilan, kecerdasan, emosi, motivasi, kondisi keluarga,kondisi fisik seseorang dan karateristik kelompok kerja dan lain sebagainya. Untuk pengaruh eksternal berupa peraturan-peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai social, serikat buruh, kondisi ekonomi dan kondisi pasar. Kinerja dapat diartikan sebagai implementasi dari rencana yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilaksanakaan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuaan, motivasi dan kepentingan. Kinerja 25 organisasi adalah bagaiman proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Didalam proses pelaksanaanya aktivitas harus selalu dilakukan monitoring, penilaian dan review atau peninjauan ulang terhadap kinerja yang dilakukan oleh sumber daya manusia. Melalui monitoring diharapkan dapat dilakukan pengukuran dan penilaian kerja secara periodik. Pencapaian tujuan dari organisasi dapat menunjukkan hasil kerja atau prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja suatu organisasi. Hasil kerja dari organisasi diperoleh serangkaian aktivitas yang dijalankan oleh organisasi. Aktivitas organisasi dapat berupa pengelolaan sumber daya manusia maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil yang maksimal. Dengan demikian hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 2.3.2 Pengertian Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah manajemen yang membuat atau menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang baik dan efektif. Fokus pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer dan pekerja agar berhasil adalah fokus dari manajemen kinerja untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Manajemen kerja adalah bagaimana mengelola kinerja karyawan kesuksesan. 26 untuk memperoleh Manajemen kerja pada dasarnya merupakan gaya manajemen dalam mengatur atau mengelola sumber daya yang berpusat pada kinerja yang melakukan suatu proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian manajemen kinerja menurut Bacal mendefinisikan manajemen kinerja sebagai proses komunikasi berkesinambungan yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara karyawan dan atasan langsungnya. Terciptanya komunikasi dua arah ini menjadi cara untuk bekerjasama meningkatkan kinerja dan sekaligus mencegah munculnya kinerja buruk. Menurut Dessler ,definisi manajemen kinerja adalah: Proses mengonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian dan pengembangan kinerja ke dalam satu sistem tunggal bersama, yang bertujuan memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan strategis perusahaan. Menurut definisinya, manajemen kinerja adalah suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi sumber daya manusia. Dalam manajemen kinerja kemampuan sumber daya manusia sebagai kontributor individu dan bagian dari kelompok dikembangkan melalui proses bersama antara manajer dan individu yang lebih berdasarkan kesepakatan daripada instruksi. Kesepakatan ini meliputi tujuan (objectives), persyaratan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, serta pengembangan kinerja dan perencanaan pengembangan pribadi. 27 2.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam Mangkunegara (2005:13) yang merumuskan bahwa Human Performance = Ability x Motivation Motivation = Attitude x Situation Ability = Knowledge x Skill 1. Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. 2. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. 28 Menurut Simamora (1995:60) yang dikutip oleh Mangkunegara (2006:14), kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1. Faktor individual yang terdiri dari: a. Kemampuan dan keahlian b. Latar belakang c. Demografi 2. Faktor psikologis yang terdiri dari: a. Persepsi b. Attitude c. Personality d. Pembelajaran e. Motivasi 3. Faktor organisasi yang terdiri dari : a. Sumber daya b. Kepemimpinan c. Penghargaan d. struktur e. Job Design Mangkunegara (2006:16) menyimpulkan bahwa faktor-faktor penentu prestasi kerja adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasinya. Dimana dalam faktor individu secara psikologis dijelaskan bahwa, individu yang normal adalah individu yang memilki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmani) dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri 29 yang lebih baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengeloladan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pimpinan mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. 2.4 Kerangka pemikiran Berdasarkan uraian permasalahan diatas dapat diperjelas melalui variabel pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : Kepemimpinan 1 Kinerja 2 Motivasi Disiplin Kerja 3 4 Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 30