Defining Priority Nutrition Actions for Indonesia: Gap Analysis, Evidence Base, and Recommendation Oleh: Drs. Arum Atmawikarta, SKM, MPH A. Tujuan Review keadaan nasional tentang satus gizi, prioritas intervensi, dan pembiayaan Review “global best practice” Identifikasi gap kebijakan dan strategi nasional berdasar pendekatan ilmiah Rekomendasi aksi yang harus dilakukan dari pakar B. Gap Analysis Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang tercantum dalam RPJM 20042009 perjabarannya masih terfragmentasi Perumusan kebijakan, strategi, tujuan, kegiatan pokok program, serta indikator keberhasilan program kurang terkait dengan diskripsi program dalam RPJM Struktur organisasi dan tugas pokok serta fungsi Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes kurang dapat dijalankan secara efektif Ketenagaan gizi di tingkat Puskesmas sangat kurang (hanya 30%), dan terjadi disparitas kemampuan Walaupun dukungan dana program gizi dari APBN meningkat secara signifikan, penggunaannya kurang proporsional untuk setiap kegiatan pokok. Hampir 60% anggaran digunakan untuk MP-ASI atau PMT Belum ada institusi yang berfungsi sebagai clearing house untuk menjamin ketersediaan data gizi yang mutakhir, dan akurat Masih kurangnya intervensi yang bersifat regulatory framework untuk menjamin suntainability program perbaikan gizi (UU, PP, Perda, Kepmen) Program perbaikan gizi di Indonesia termasuk dalam katagori yang mengalami reposisi Status gizi anak balita di Indonesia (2000-2005) tidak mengalami perbaikan yang berarti, cenderung stagnan Terjadinya stagnasi status gizi pada timgkat “grassroot” antara lain: hanya fokus pada isu kesehatan, kurang berfungsinya posyandu, lemahnya pelatihan kader, single approach, kerjasama lintas sektor tidak jalan, tenaga gizi kurang motivasi, pasif, kurang kemampuan analis C. Evidence Base Gizi ibu penting untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan janin,tidak optimalnya pertumbuhan bayi, tidak optimalnya pertumbuhan masa puber, mencegah efek kumulatif pada usia dewasa Berbagai intervensi suplementasi besi, vit A, Yodium dan zat gizi lain cukup efektif: tepat waktunya, disertai paket KIE Kematian tertinggi terjadi pada usia anak kurang dari satu tahun Disajikan pada: Expert Discussion: Defining Priority Nutrition Actions for Indonesia, Makassar, 31 Agustus 2006 Telah terbukti berbagai manfaat pemberian ASI eklusif, namun terus terjadi kecenderungan penurunan pemberian ASI ekslusif Terdapat beberapa tantangan yang menyebabkan tidak diberikannya ASI ekslusif Kurangnya upaya untuk membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik, konseling pemberian ASI Pemberian MPASI telah terbukti meningkatkan konsumsi energi, peningkatan pertumbuhan bayi namun komponennya harus lengkap (berbasis masyarakat, konseling, monev) Pemberian suplemen zat gizi mikro (Vit A, besi-folat, Zn) terbukti efektif Upaya pemenuhan kebutuhan gizi,tidak memadai jika perhatian terarah pada aspek biologi dan biokimia makanan, sebaliknya masyarakat mengacu pada mainset tentang makanan, dukungan sosial dan dukungan kebijakan yang kondusif Terdapat kaitan erat antara keadaan gizi dengan berbagai penyakit infeksi menular,sanitasi lingkungan D. Rekomendasi Koridor untuk merumuskan program gizi yang baik: window opprtunity (ibu pra kehamilan, usia 0-2 tahun), pro-poor, cost effective, community participation, multisectoral approach, perkuatan koordinasi Perlu dibentuk Tim Teknis untuk membahas isue tertentu dan disusun jadwal waktu terukur (mis: masalah masih perlunya posyandu, dll) Perlu dirumuskan perkuatan kebijakan, strategi, program gizi untuk jangka pendek (2007-2009), jangka menengah (2010-2015) dan Jangka panjang (2006-2025) Disajikan pada: Expert Discussion: Defining Priority Nutrition Actions for Indonesia, Makassar, 31 Agustus 2006