BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mikoriza 2.1.1. Tinjauan Umum Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistis antara cendawan (myces) dengan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi (Setiadi 1992 dalam Supyandi 1999). Baik cendawan maupun tanaman inang sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Adanya infeksi dari fungi ini dapat bermanfaat untuk pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Di lain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya berupa karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya dari tanaman inang (Anas 1997). Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu ektomikoriza, endomikoriza atau yang sering disebut Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA), dan ektendomikoriza (Imas et al. 1989). FMA merupakan tipe asosiasi mikoriza yang tersebar sangat luas dan ada pada sebagian besar ekosistem yang menghubungkan antara tanaman dengan rizosfer. Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana cendawan mengkolonisasi apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon dari hasil fotosintesis dari tanaman (Delvian 2005). Endomikoriza hanya dijumpai pada wakil-wakil species kebanyakan famili angiospermae. Endomikoriza juga ditemukan pada konifer, kecuali Pinaceae serta pada pteridofita dan briofita tertentu (Rao 1994). Fungi mikoriza arbuskula termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2 subordo, yaitu Gigasporineae dan Glomineae. Gigasporineae dengan famili Gigasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Glomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan genus Glomus dan Sclerocystis, famili Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan Archaeosporaceae dengan genus Archaeospora (INVAM 2009). Cendawan FMA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai perakaran yang spesifik. Organ khusus tersebut adalah vesikel (vesicle), arbuskula (arbuscule), dan spora. Vesikel merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkakan hifa internal secara terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan makanan dan pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan kehidupan cendawan. Tipe FMA vesikel memiliki fungsi yang paling menonjol dari tipe cendawan mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara luas untuk meningkatkan prosentase hidup tanaman. Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam sel inang. Arbuskula merupakan percabangan dari hifa masuk kedalam sel tanaman inang. Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis cendawannya. Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung kandungan logam berat di dalam tanah dan juga kandungan Al. Kandungan Mn juga mempengaruhi pertumbuhan miselium. Spora dapat hidup di dalam tanah beberapa bulan sampai beberapa tahun (Pattimahu 2004). 2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan FMA Banyak faktor biotik dan abiotik yaang menentukan perkembangan FMA. Faktor biotik dan abiotik tersebut adalah sebagai berikut (Mosse 1981) : 1. Suhu Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktivitas fungi. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung pada jenisnya. 2. Kadar air tanah Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya FMA menguntungkan karena dapat meningkatkaan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air. Adanya FMA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. 3. Derajat keasaman (pH) tanah Fungi pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies fungi terhadap pH tanah berbeda- beda karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. 4. Bahan organik Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping bahan anorganik, air dan udara. Jumlah spora FMA mempunyai hubungan yang erat dengan kandungan bahan organik di dalam tanah. 5. Cahaya dan ketersediaan hara Intensitas cahaya yang tinggi dengan kekahatan nitrogen ataupun fospor sedang akan meningkatkan jumlah karbohidrat didalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi FMA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. 6. Pengaruh logam berat dan unsur lain Beberapa spesies FMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies FMA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Selain itu kandungan Ca dalam tanah diketahui dapat mempengaruhi perkembangan FMA. 7. Fungisida Fungisida merupakan racun kimia yang digunakan untuk membunuh cendawan penyebab penyakit pada tanaman. Penggunaan fungisida dalam dosis yang rendah disamping mampu memberantas fungi penyebab penyakit juga terbukti dapat menyebabkan turunnya kolonisasi FMA yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan pengambilan unsur P. 2.1.3. Manfaat Mikoriza Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang yang berasosiasi dengan mikoriza adalah sebagai berikut (Setiadi 1989) : 1. Meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro 2. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi kekeringan 3. Tahan terhadap serangan patogen akar 4. Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman 5. Penggunaan mikoriza dibandingkan dengan pupuk buatan lebih menguntungkan, disamping mampu menyerap usur N,P,K; mikoriza mampu mengekstrak Ca, Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan merupakan bagian dari pupuk buatan 6. Mikoriza lebih aman dipakai, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, berperan aktif dalam siklus hara, serta dapat memperbaiki status kesuburan tanah. 2.2. Fast Growing Species Jenis fast growing species merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh dan mempunyai daur masak tebang maksimal 15 tahun. Jenis fast growing species mempunyai hasil produksi minimum 10 m3 per hektar setiap tahunnya dengan pertambahan tinggi yang dapat mencapai 60 cm per tahun (Dwivedi 1993 dalam Huy 2004). Jenis fast growing species ini mampu menstabilkan dan memperbaiki kondisi tanah. Jenis pohon serbaguna ini secara luas digunakan pada sistem agroforestri karena dapat menyediakan produk yang bermanfaat mencakup hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan non-kayu bagi masyarakat sekitar. 2.3. Aplikasi FMA pada Jenis Fast Growing Species dalam Kegiatan HTI dan Rehabilitasi Lahan Kritis Penggunaan FMA untuk membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman baik tanaman pertanian maupun kehutanan telah banyak dilakukan. Anwar (2004) menjelaskan Glomus etunicatum memberikan pengaruh yang paling efektif terhadap pertumbuhan Gmelina arborea. Penggunaan FMA terhadap tanaman kehutanan yang ditanam pada lahan-lahan marginal, seperti lahan-lahan bekas tambang yang tercemar logam berat terbukti banyak memberikan keuntungan. Sebagai contoh, inokulasi fungi mikoriza pada tanaman Thicospermum burretii, Acacia mangium, dan Paraserianthes falcataria terbukti potensial untuk mereklamasi lahan kritis pasca tambang. Jenis-jenis tanaman tersebut pertumbuhannya mampu meningkat 2-3 kali lipat dibanding dengan tanaman kontrol. Hal ini hampir setara dengan pupuk urea 130 kg/ha, TSP 180 kg/ha dan KCl 100 kg/ha (Setiadi 1993 dalam Delvian 2005). Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa fungi mikoriza dapat menghasilkan hormon seperti cytokinin dan giberelin. Zat pengatur tumbuh seperti vitamin pernah dilaporkan sebagai hasil metabolisme FMA (Anas 1997). Fungi mikoriza bisa membentuk hormon seperti auxin, cytokinin, dan giberelin, yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman. Tanaman yang dapat tumbuh pada limbah pertambangan batubara diteliti oleh Rani et al. 1991 yang menunjukkan bahwa dari 18 spesies tanaman setempat yang diteliti, 12 diantaranya bermikoriza. Tanaman yang berkembang dengan baik di lahan limbah batubara tersebut, ditemukan adanya oil droplets dalam vesikel akar mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat mekanisme filtrasi, sehingga bahan beracun tersebut tidak diserap oleh tanaman.