LAPORAN PENELITIAN MODEL PROYEKSI LABA PERUSAHAAN DENGAN D l i " h T T \ W U A 'T' A N A K T A T T C T C E ' T l N n A AKli'KTT A T D A n A 1 J 2 l \ J J b 1 L t x 1 f l l J ~ ~ r X ~ ~ a' b U l3 \ L1J r0I l ~ 1 U l \1 m u 1 nun PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BE1 Oleh : RAMEL YANUARTA RE, SE, MSM Dibiayai DIPA UNP Berdasarkan SK Rektor UNP Nomor : 190/H35/KP/2010 Tanggal 1 Maret 2010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2010 PENGANTAR Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk rnelakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri pading maupun dana dari surnber lain yang relevan atau bekerja sarna dengan instansi terkait. Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Pimpinan Universitas, telah memfasilitasi peneliti untuk rnelaksanakan penelitian tentang Model Proyeksi Laba Perusahaan dengan Pendekatan Analisk Fundamental Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdafiar di BE4 berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Padang Nomor: 190/H35/KP/2010 Tanggal 1 Maret 2010. Karni menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai pennasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalarn peningkatan mutu pendidikan pada wnumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan. '1 Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian, kemudian untuk tujuan diseminasi, hasil penelitian ini telah diseminarkan ditingkat Universitas. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada urnumnya dan khususnya peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama kepada pimpinan lembaga terkait yang menjadi objek penelitian, responden yang menjadi sampel penelitian, dan tim pereviu Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Secara khusus, kami menyarnpaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Padang yang telah berkenan memberi bantuan pendanaan bagi penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasarna yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang &an datang. Terima kasih. pad an^. Desember 2010 PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahrnat dan hidayah-NYA lah penelitian ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula peneliti kirimkan shalawat beriring salam teruntuk nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dengan ilmu pengetahuan yang dibawanya. Terima kasih kepada Lembaga Penelitian UNP yang telah memberikan bantuan dana dalam penyelesaian penelitian ini. Begitu juga kepada semua pihak yang telah ikut berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini, tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih. Akhirnya, peneliti mohon maaf karena masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Saran dan masukan sangat diharapkan dclni penyernpurnaan penelitian dan penulisan laporan ini. Padang, Januari 20 1 1 Peneliti DAFTAR IS1 Halarnan Pengantar Halarnan Pengesahan Abstrak Prakata Daftar Isi BAB I BAB 11 v vii Daftar Lampiran viii PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Perurnusan Masalah 6 TNJAUAN PUSTAKA 8 A. Pasar Modal dan Instrumen Keuangan 8 B. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar 9 C. Analisis Proyeksi Laba 10 D. Pengertian Laba 11 E. Model Proyeksi Laba Ou 15 G. Pertumbuhan Penjualan H. Dividen I. Konsep Return dan Risiko J. Kerangka Konseptual dan Hipotesis TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB 1V METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel B. Data dan Pengumpulan Data C. Metode Analisis Data D. Definisi Operasional BAB V 111 Daftar Tabel F. Persediaan (Inventory) BAB I11 1 .. 11 ... 111 ... HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum BE1 dan Sektor Manufaktur B. Deskripsi Statistik C. Analisis Regresi 1. Uji Multikolinearitas 2. Uji Heteroskedastisitas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Normalitas 5. Estimasi Model Regresi 6. Pembahasan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAPORAN PENELITIAN MODEL PROYEKSI LABA PERUSAHAAN DENGAN PENDEKATAN ANALISIS FUNDAMENTAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BE1 .- Oleh : RAMEL YANUARTA RE, SE, MSM Dibiayai DIPA UNP Berdasarkan SK Rektor UNP Nomor : 190/I335/KP/2010 Tanggal 1 Maret 2010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2010 PENGANTAR Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk rnelakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajamya, baik yang secara lmgsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri maupun dana dari sumber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait. Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasarna dengan Pimpinan Universitas, telah memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang Model Proyeksi Laba Perusahaan dengan Pendekatan Analisis Fundamental Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Padang Nomor: 190/H35/KP/2010 Tanggal 1 Maret 20 10. Kami menyarnbut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai pennasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalam peningkatan mutu pendidikan pada urnumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan. I Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian, kemudian untuk tujuan diseminasi, h a i l penelitian ini telah diseminarkan ditingkat Universitas. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada urnurnnya dan khususnya peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama kepada pimpinan lembaga terkait yang menjadi objek penelitian, responden yang menjadi sampel penelitian, dan tim pereviu Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Secara khusus, kami menyarnpaikan terirna kasih kepada Rektor Universitas Negeri Padang yang telah berkenan memberi bantuan pendanaan bagi penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang tejalin selarna ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Terima kasih. . .. . Padang, Desember 2010 : . - ~ H < t u aLembaga Penelitian . ." , ,','.. - - . :% HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN DIPA UNP 1. Judul Penelitian : Model Proyeksi Laba Perusahaan dengan Pendekatan Analisis Fundamental pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BE1 2. Bidang Penelitian : Ekonomi 3. Ketua Peneliti a. Narna Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Pangkat/Golongan e. Jabatan f. Fakultas/Jurusan : Ramel Yanuarta RE, SE, MSM : Laki-laki : 19720103 200604 1 001 : Penata Muda Tk. 1, IIIh : Asisten Ahli : Ekonomi 4. Jumlah Tim Peneliti : 1 orang 5. Waktu Penelitian : 8 Bulan 6 . Jumlah Biaya yang Diusulkan : Rp 7.500.000,- Padang, 3 Januari 201 1 Ketua Peneliti Ramel Yanuarta RE, SE, MSM NIP : 19720103 200604 1 001 LEMBARAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN PENELITIAN : Model Proyeksi Laba Perusahaan dengan 1. a. Judul Penelitian Pendekatan Analisis Fundamental pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BE1 b. Bidang Ilrnu : Ekonomi 2. Personalia a. Ketua Peneliti Nama Lengkap & Gelar : Ramel Yanuarta RE, SE, MSM : Penata Muda Tk. 1 1 1II.b / 19720103 200604 1 00 1 Pangkat/Gol./NIP : EkonomiIProdi Manajemen Fakultas dan Jurusan b. Anggota Peneliti Nama Lengkap & Gelar : Pangkat/Gol./NIP Fakultas dan Jurusan : c. Anggota Peneliti Nama Lengkap & Gelar : Pangkat/Gol./NIP Fakultas dan Jurusan : : Telah direvisi sesuai saran pereviu 3. Usul Penelitian Padang, 3 Januari 20 11 Pereviu I, N)f19610214 198912 2 001 - Mengetahui : Dr. Susi Evanita. MS NIP : 19630608 198703 2 002 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi variabel pertumbuhan persediaan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan ROE dan pembayaran dividen dalarn proyeksi laba emiten dimasa datang. Dalam penelitian ini sarnpel dipilih secara purposive dengan mengambil kelompok saharn-saham yang termasuk ke dalam sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009. Analisis dilakukan dengan menggunakan model autoreggresive dengan menjadikan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) sebagai , variabel terikat. Variabel dibentuk dalam rasio dimana semua variabel kecuali dividen dibagi dengan total aset. Sedangkan pembayaran dividen merupakan variabel dummy. Kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa pertumbuhan persediaan memberikan pengaruh yang signifikan dalarn proyeksi laba emiten secara negatif. Pertumbuhan ROE memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap proyeksi laba emiten sektor manufaktur. Sedangkan faktor pertumbuhan penjualan dan pembayaran dividen tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada proyeksi laba emiten sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. PRAKATA dengan rahrnat dan hidayah-NYA lah penelitian ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula peneliti kirimkan shalawat beriring salam teruntuk nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dengan ilmu pengetahuan yang dibawanya. Terima kasih kepada Lembaga Penelitian UNP yang telah memberikan bantuan dana dalam penyelesaian penelitian ini. Begitu juga kepada semua pihak yang telah ikut berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini, tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih. Akhirnya, peneliti mohon maaf karena masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Saran dan masukan sangat diharapkan dcrni penyempurnaan penelitian dan penulisan laporan ini. Padang, Januari 20 1 1 Peneliti DAFTAR IS1 Halaman Pengantar Halaman Pengesahan Abstrak Prakata Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran AB I BAB I1 .. ... 111 ... 11 111 v vii ... Vlll PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Perurnusan Masalah 6 ThTJAUANPUSTAKA 8 A. Pasar Modal dan Instrumen Keuangan 8 B. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar 9 C. Analisis Proyeksi Laba 10 D. Pengertian Laba 11 E. Model Proyeksi Laba Ou 15 F. Persediaan (Inventory) G. Pertumbuhan Penjualan H. Dividen I. Konsep Return dan Risiko J. Kerangka Konseptual dan Hipotesis BAB I11 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sarnpel B. Data dan Pengumpulan Data C. Metode Analisis Data D. Definisi Operasional BAB V 1 HASIL DAN PEh4BAHASAN A. Galnbara~lUinum BE1 dan Sektor Manufaktur B. Deskripsi Statistik C. Analisis Regresi 1. Uji Multikolinearitas 2. Uji Heteroskedastisitas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Normalitas 5. Estimasi Model Regresi 6. Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Laba Per Saham dan Pertumbuhan Laba Perusahaan di BE1 tahun 2004-2008 Nilai Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Nilai Tolerance dan VIF Persamaan Regresi Uji Glejser Model Koefisien Regresi dan Tingkat Signifikansi Persamaan Regresi 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia investasi dikenal dua pendekatan analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan teknik analisis terhadap polapola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu. Pola-pola yang terjadi pada prinsipnya menggambarkan perilaku investor di pasar modal. Terbentuknya pola harga (naik, turun, sideways) merupakan konsensus/kesepakatan dari para investor (Elder, 1993; 43). Harga saham akan naik jika mayoritas investor sepakat bahwa nilai intrinsik saham tersebut lebih tinggi dan sebaliknya jika mayoritas investor mempunyai konsensus bahwa harga sebuah saham sudah tinggi (overvalued) maka harganya akan turun. Konsensus terl~adapharga sebuah saham terjadi secara rasional artinya harga tersebut merupakan hasil sebuah penilaian. Penilaian akan harga sebuah saham diperoleh dari analisis terhadap kinerja perusahaan saat ini dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Penilaian inilah yang dikenal dengan analisis fundamental. Menurut Bodie. et all (2009), analisis fundamental merupakan proyeksi terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Analisis fundamental merupakan bentuk analisis kuantitatif dengan menggunakan laporan keuangan sebagai dasarnya. Laporan keuangan yang digunakan yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan keterangan dalanl laporan keuangan lainnya (Keown. et all, 2005). Dengan menggunakan laporan keuangan, dapat diproyeksikan kondisi perusahaan, pertumbuhan dan prospeknya dinlasa yang nkan datang. Sebuah perusahaan yang 1 bagus adalah perusahaan yang selalu tunibuh, bertambah besar. Pertombuhan perusahaan (pertambahan kekayaan) terjadi hanya dengan peningkatan pendapatan yang nantinya akan menghasilkan laba yang besar juga. Dalam analisis fundamental, fokus penilaian adalah pada proyeksi laba. Ketepatan dalarn memproyeksikan laba dimasa yang akan datang merupakan peluang bagi investor untuk mendapatkan return yang tinggi. Dalam kondisi ketidakpastian usaha, maka laba akan berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi masalah dalam investasi. Proyeksi yang dilakukan terhadap laba perusahaan pada prinsipnya merupakan usaha dalam mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang (Hanke and Wichern, 2005) untuk selanjutkan dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Tabel 1 Laba Per Saham dan Pertumbuhan Laba Perusahaan di BE1 tahun 2004-2008 NO PERUSAHAAN 1. AALI 2. TLKM 3. ELTY 4. ANTM 2004 509 304 26 423 LABA PER SAHAM (Rp) (Pertunzbuhnn; %) 2005 2006 2007 502 500 1253 (150,60) C-0,lO) (-1,381 397 547 63 8 (3 7,78) (3 0,59/ (16,64) 11 17 12 (-34,62) (-29,41) (-8,33) 44 1 163 537 (-63,04) (229,45) (4,26) 2008 1671 (33,36) , 527 (-17,40) 14 (2 7,27) 143 (-73,37) Sumber :ICMD (diolah) Ketidakpastian tersebut dapat dilihat dari data perubahan laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada Tabel 1 diperlihatkan fluktuasi laba per saham (LPS) beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004-2008. Tidak ada perusahaan yang dapat mempertahankan sebuah tingkat pertumbuhan laba yang tetap. Bahkan terkadang terjadi penurunan laba. Contohnya AALI. Perusahaan yang bernama PT. Astra Agro Lestari Tbk, ini pada tahun 2005 mengalami penurunan LPS -1,38% dari Rp. 509 per le~nbarsaham tahun 2004 ~nenjadiRp. 502. Tahun 2006 juga 1 terjadi penurunan lagi -0,4% rnenjadi Rp. 500 per len~barsahan~.Na~nunsebaliknya di tahun 2007 terjadi peningkatan drastis 150,6% menjadi Rp. 1253 per lembar saham. Tahun 2008 naik kembali 33,36% menjadi Rp. 1671. Begitu juga dengan perusahaan yang lain TLKM (PT. Telekomunikasi Indonesia Tbl), ELTY (Bakrieland Development Tbk), dan ANTM (PT. Aneka Tarnbang Tbk). TLKM pada tahun 2008 juga mengalami penurunan laba setelah 3 tahun bertumbuh terus. ELTY bahkan baru di tahun 2008 labanya tumbuh setelah 3 tahun menurun tern. Dengan kondisi fluktuasi ini tentulah menjadi sulit bagi investor untuk memproyeksikan laba sebagai acuan dalam keputusan investasi. Sampai saat ini, banyak pendekatan yang dihasilkan oleh para analis dan akademisi dalarn memproyeksikan laba. Pendekatan pertama yaitu dengan model proyeksi time series. Model ini memproyeksikan laba perusahaan dengan data laba pada periode sebelumnya. Analisis ini dikenal juga dengan analisis tren (Hanke and Wichern, 2005). Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan konsep kausalitas. Qalam pendekatan ini, proyeksi laba diperoleh melalui analisisregresi terhadap faktor-faktor yang akan mempengaruhi laba itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut bersumber dari laporan keuangan. Dalam prakteknya, beberapa penelitian melihat bahwa informasi dalam laporan keuangan bisa digunakan untuk propeksi laba perusahaan (Ou; 1990, Lev and Thiagarajan; 1993). Penelitian tersebut membuktikan bahwa informasi dalam laporan keuangan secara konsisten dan signifikan dapat memproyeksikan laba perusahaan dimasa datang. Informasi yang digunakan dalam proyeksi laba tersebut (Ou, 1990) adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan inventory, perubahan dividen, pertun~buhan capital expenditure, pertumbuhan capitol espei?di/ur.c 2 pel-iode sebelumnya, rate ofreturn dan perubahan rate qf retul.-i7periode sebelumnya. Model ini telah banyak digunakan untuk memproyeksikan laba di pasar modal luar negeri dan terbukti konsisten dengan penilaiannya. Penelitian ini berangkat dari latar belakang di atas. Dalarn perkiraan awal peneliti, sebuah model proyeksi laba yang bagus bisa diterapkan di pasar modal manapun, termasuk di Indonesia. Keutamaan inilah yang sangat menarik untuk diteliti di pasar modal Indonesia yang mempunyai karakteristik dan kondisi yang berbeda dibandingkan pasar modal di negara lain. Faktor-faktor yang digunakan dalam memproyeksikan laba perusahaan dimasa datang adalah perturnbuhan inventory, pertumbuhan penjualan, pembayaran dividen dan perubahan rate of return periode sebelumnya. Dikarenakan keterbatasan sumber data yang dimiliki, maka faktor depresiasi dan capital expenditure tidak diikutkan dalam penelitian. Inventory adalah semua produklbarang yang siap dijual maupun yang sedang dalam proses. Inventory ini memberikan gambaran kemarnpuan perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan karena memperlihatkan ketersediaan produk yang siap dijual. Setiap perusahaan pastilah melakukan perencanaan dalam menentukan jumlah inventory yang mereka miliki terkait dengan trede offbiaya yang akan timbul. Jurnah inventory yang terlalu besar akan menimbulkan biaya penyimpanan yang lebih besar namun jika jumlahnya terlalu kecil maka biaya pemesanan yang akan menjadi besar bahkan ada risiko biaya kehilangan pelanggan karena stock out. Dengan pendekatan model EOQ (Keown etc, 2005). dalain kebijakan inventor)^, perusahaan dapat menetapkan jumlah produk optimal yang sejalan dengan proyeksi pertumbuhan penjualan. Selnaki~lbesar proyeksi penjualan, maka perusahaan harus mempersiapkan 1 sejumlah i,n\!enlo,g yang selllakill besar juga Dellgall kata lain, nilai irieei~loryyang disediakan perusahaan memberikan garnbaran produk yang hams dipersiapkan perusahaan untuk memenuhi penjualan dimasa yang akan datang. Penjualan merupakan dasar dalam penentuan pendapatan dari sebuah perusahaan. Seteleh dikurangi dengan semua biaya baik biaya variabel maupun biaya tetap, maka akan diperoleh laba yang dihasilkan perusahaan. Biaya variabel akan berobah sejalan dengan perobahan penjualan. Sedangkan biaya tetap mempunyai kecenderungan akan semakin kecil kontribusinya terhadap pengurangan laba ketika terjadinya kenaikan penjualan. Dengan demikian ketika terjadi pertumbuhan penjualan maka laba perusahaan juga akan meningkat. Pembayaran dividen dalam teori signaling hyphotesis merupakan indikasi potensi keuntungan perusahaan (Keown etc., 2005). Pembayaran dividen dilakukan memberikan indikasi bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus terkait dengan pendapatannya dimasa datang. Prospek dimasa datang ini sangat terkait dengan peningkatan penjualan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen perusahaan akan membayarkan dividen ketika perusahaan diperkirakan akan mendapatkan peningkatan laba dimasa datang. Tingkat pengembalian (rate of return - ror) memperlihatkan hasil yang diberikan investasi pada perusahaan. Salah satunya adalah tingkat pengembalian yang dilihat dari sisi modal yang telah diberikan oleh pemegang sahain yang dinamakan dengan return on equity (ROE). ROE ini inenggambarkan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas. Secara umum, tingkat pengembalian yang tinggi memberikan indikasi bagusnya kinel-ja sebuah perusahaan (Keown etc., 2005). Pertumbuhan ROE Perusallaan dalam jangka pendeklmenengah disebabkan ole11 perbaikan kinerja Pel~~sal~aan sedangkan pesuballan ekuitas hanya tesjadi dalam janglta palljang. Sehingga dengan pertulnbullan ROE akan memberikan indikasi adanya perbaikan kinerja perusahaan dimasa datang yang akan berkontribusi pada pertumbuhan laba perusahaan. Dengan menggunakan kelompok sampel perusahaan yang termasuk ke dalam sektor manufaktur, peneliti mencoba menganalisis konsistensi beberapa faktor yang masuk dalarn model Ou (1990) dalarn proyeksi laba perusahaan dimasa datang. Pemilihan sampel dalarn satu kelompok sektor ini bertujuan untuk menghindari heterogenitas jenis produk. Disamping itu, sektor manufaktur merupakan kelompok perusahaan yang produknya dihasilkan melalui proses pertambahan nilai (transformasi) secara fisik. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dianalisis adalah: 1. Sejauh mana pertumbuhan persediaan dapat memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di BEI? 2. Sejauh mana pertumbuhan penjualan dapat memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di BEI? 3. Sejauh mana pembayaran dividen dapat memproyeksikan laba perusahaan di manufaktur BEI? 4. Sejauh mana pertumbuhan retui-1.1 on equity periode sebelumnya dapat memproyeksikan laba perusallaan manufaktur di BEI? Untuk memberikan arahan pada rumusan masalah maka perlu disampaikan beberapa batasan penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada dari tahun 2005 sampai tahun 2009 dengan dasar I data tahunan. 2. Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan yang menghasilkan laba setiap tahunnya dan mempunyai nilai ekuitas yang positif. 3. Tersedianya laporan keuangan tahunan yang lengkap sesuai dengan data yang dibutuhkan. BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal dan Instrumen Keuangan Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalarn bentuk hutang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market) pada sisi yang lain merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan Vinancial market). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam ha1 ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa hams menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal nlemberikall kemungkinan dan kesempatan lnemperoleh return bagi penlilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengall adanya pasar modal 8 diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakrnuran masyarakat luas. Instrumen keuangan (produk invetasi) yang diperjualbelikan di pasar modal adalah surat berharga yang mempunyai maturitas jangka panjang dan menengah. Artinya surat berharga tersebut mempunyai jangka waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun. Beberapa surat berharga yang diperjualbelikan tersebut adalah saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). B. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Dalarn penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai intrinsik dan nilai pasar. Nilai buku adalah nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan secara historis yang tercatat dalam laporan keuangan (neraca). Nilai pasar merupakan nilai saham yang terjadi di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Nilai intrinsik juga dikenal dengan nilai teoritis. Investor sangat berkepentingan dengan ketiga nilai ini. Dengan mengetahui dan membandingkan ketiga nilai tersebut, maka investor akan dapat mengambil keputusan investasi yang tepat. Nilai intrinsik yang lebih tinggi menggambarkan sailgat murahnya (under~!ulzced)harga saham yang bersangkutan di pasar. Kelol~lpok saham ini layak untuk dibeli. Nainun jika nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai intrinsik, maka berarti harga saham sudah sangat mahal (overvalued) sehingga layak untuk dijual. pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 1. Analisis Fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang hams ditanggung. Analisis fundamental .merupakan analisis historis atas kekuatan fundamental keuangan perusahaan. Informasi yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan perusahaan, baik berupa nilai per masing-masing akun maupun dalam bentuk rasio keuangan. Dengan menggunakan informasi tersebut, para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba dimasa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi perturnbuhan laba tersebut. 2. Analisi Teknikal. Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya memprediksikan pertumbuhan laba dimasa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba dimasa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-ha1 yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa untuk menentukan pertumbuahan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis . fundamental. Analisis fundamental adalah analisis yang berkaitan dengan kineja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Jadi ~royeksilaba perusahaan dilakukan berdasarkan kinerja perusahaan pada periode sebelumnya yang dilihat dalam laporan keuangan. D. Pengertian Laba Dalam bidang akuntansi yang dimaksud dengan laba adalah perbedaan antara revenue yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap, 2007). Berdasarkan pengertian dan cara pengukuran, laba akuntansi dapat digunakan sebagai pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan pajak, optimalisasi kontrak utangpiutang, motivator dan dasar pembagian dividen. Fisher dan Bedford (dalam Chairi dan Ghozali 2001:213) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah: 1. Physic income, yang menunjukkan konsumsi barang / jasa untuk memenuhi kepuasan dan keinginan individu. 2. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakrnuran ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan (cost of livin@. 3. Money incon~e,yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost of living). Ketiga konsep tersebut semuanya penting, meskipun pengukuran terhadap physic inconze sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan plzysic income adalah konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung, namun dapat ditaksir dengan menggunakan real inconze. Keinginau manusia tersebut hanya dapat dipenuhi pada real income. Dipihak lain, berbagai tingkatan, sebagaimana seseorang men~perolel~ money incor~lemeskipun mudah diukur. tetapi tidak mempertimbangkan perubahan nilai suatu unit moneter. Atas dasar alasan ini, para ekonom memusatkan perhatiannya pada penentuan real income. Hampir setiap perusahaan menginginkan laba atau sering kita kenal dengan nama keuntungan @ofit). Laba diperlukan oleh perusahaan untuk dapat melangsungkan kehidupan perusahaannya. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat terus eksis di dalam perekonomian maka diharapkan perusahaan tersebut akan mendapatkan laba. Menurut Sukardi (2005:103) laba perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki. Harga jual mempengaruhi volume. penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengauhi biaya. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sarna lain. Belkauoi (dalam Chairi dan Ghozali 2001:214) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik sebagai berikut: 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang berasal dari penjualan barang / jasa. 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selarna satu periode tertentu. 3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk historis. 5. Laba akuntansi menghendaki adanya kesesuaian antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengall pendapatan tersebut. Perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan laba dari tahun ke tahun. Hanafi dan Halim (1995:239) menyatakan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Besarnya perusahaan 2. Umur perusahaan. 3. Tingkat leverage. 4. Tingkat penjualan 5. Perubahan laba masa lalu Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat perubahan laba menurut Harianto dan Sudomo (1998: 180) adalah: 1. Periode waktu. Adalah pembuatan peramalan perubahan laba dengan realisasi yang dicapai. Semakin pendek interval waktu, akan semakin akurat ramalan tersebut. 2. Besaran perusahaan. Disebabkan besaran perusahaan karena skala ekonomi yang berbeda-berbeda. Skala ekonomi yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. Sehubungan dengan itu skala ekonomi yang tinggi menyebabkan biaya informasi untuk membuat rarnalan menjadi turun. Sehingga perusahaan yang mempunyai skala ekonomi yang tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena dimungkinkan mempunyai data informasi yang lengkap. Perusahaan yang besar mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menjamin prospek bisnis dimasa yang akan datang, jumlah aset (sumber daya) yang besar bisa lnembuat mana.jemen dnn semua koinponei~dalam perusahaan percaya diri dan bekerja giat untuk rnencapai laba. Kemudian besarnya modal yang dimiliki perusahaan juga dapat menentukan kelengkapan dan ketepatan informasi yang diperlukan. 3. Umur perusahaan. Menajeman perusahaan yang relatif muda diperkirakan kurang berpengalaman sehingga tidak cukup mampu menentukan tingkat peramalan perubahan laba. 4. Kredibilitas penjamin emisi Penjamin emisi mempunyai peranan kunci dalarn setiap emisi efek melalui pasar modal. Dengan demikian integritas penjamin emisi mempunyai hubungan positif dengan ketepatan informasi ramalan laba dimasa propektus. Penjarnin emisi akan senantiasa berhati-hati untuk menjaga kredibilitasnya karena penjamin emisi ingin memberikan hasil yang maksimal kepada perusahaan. 5. Integritas auditor. Faktor ini mempunyai dampak signifikan terhadap laporan keuangan, termasuk mengenai perubahan laba. Oleh karenanya auditor harus menjamin bahwa informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan pedoman penyaj ian laporan keuangan. 6. Tingkat leverage. Salah satu kewajiban manajer adalah mengatur risiko. Jadi manajer melakukan apa saja untuk mengurangi risiko. Tingkat leverage merupakan salah satu ha1 yang mencerminkan risiko. 7. Premium saham. Apabila proyeksi perubahan laba terlalu pesimistis, investor akan membuat harga saham tinggi sehingga preminya besar. Sebaliknya jika rarnalan laba optimistis, investor akan membuat harga saham rendah sehingga preminya kecil. Kenaikan atau penurunan laba memberikan dampak terhadap kebijakan keuangan u11tuk kegiatan selanjutnya, seperti kebijakan penetepan dilliden, pen~bayaran hutang, penyisihan investasi, dan menjaga kelangsungan operasi. Keyakinan manajemen dengan perturnbuhan laba perusahaan memberikan dorongan untuk memberikan kepuasan kepada pemegang saham dalam penetapan kebijakan dividen. Mengingat suatu kenaikan dividen memberikan sinyal bahwa laba telah turnbuh secara permanen. Jadi perturnbuhan laba memiliki informasi yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. E. Model Proyeksi Laba Ou Jane A. Ou (1990) melakukan studi dalarn bentuk proyeksi laba perusahaan dengan pendekatan analisis fundamental. Pendekatan ini di tahun 1980-an merupakan metode baru, yang sebelumnya menggunakan metode proyeksi time series (tren). Dalam penelitian itu Ou mencoba memproyeksikan laba perusahaan dimasa datang dengan menggunakan delapan variabel yang diperoleh dari laporan keuangan yaitu : pertumbuhan inventory, pertumbuhan penjualan, perubahan dividen, pertumbuhan depresiasi, pertumbuhan capital expendittrr-e, pertumbuhan capital expenditure 2 periode sebelumnya, rate of return dan perubahan rate of return periode sebelumnya. Ou (1 990) membuat model proyeksi laba dengan persarnaan sebagai berikut : Keterangan : EARN GRTINV GSALE CHDPS GDEP GJVCP : Rasio EBIT terhadap total asset : Persentase pertumbuhan rasio persediaan terhadap total asset : Persentase pertumbuhan rasio penjualan terhadap total aset : Persentase perubahan dividen per lembar saham : Persentase perubahan beban depresiasi terhadap total aset : Persentase perubahan CAPEX terhadap total aset ROR DROR bo-8 e : Rasio i I laba terhadap total ekuitas : Persentase perubahan rasio laba terhadap total ekuitas : konstanta dan koefisen regresi : residual : saham ke-i : tahun ke-t 0 F. Persediaan (Inventory) Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan seperti untuk proses produksi, perakitan, dijual kembali dan untuk penggantian suku cadang peralatan. Persediaan merupakan suatu ha1 yang tidak bisa dihindari perusahaan karena akan timbul karena beberapa ha1 yaitu : 1. Mekanisme pemenuhan permintaan 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian 3. Keinginan melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga. Persoalan yang timbul adalah bagaimana caranya mengatur persediaan, sehingga setiap kali ada permintaan, dapat segera dilayani dengan jumlah biaya yang minimum. Jumlah persediaan yang besar akan menimbulkan dana menganggur yang besar yaitu biaya penyimpanan dan risiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, sebaliknya jika persediaan lebih sedikit dibanding permintaan, akan menyebabkan kekurangan persediaan (stock out) yang berakibat proses produksi berhenti, tertundanya keuntungan, bahkan dapat berakibat hilangnya pelanggan. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat, dalam arti tidak menganggu proses produksi dan disamping itu biaya pang ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk keperluan itu terdapat suatu metode EOQ (Economic Order Quantity). EOQ sebenarnjra adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) pang paling ekononlis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal. f~ I ~ ~ / z . ~ o /hI zL-I-I MILIN ?ErnsI~flm-. n-1 parfiaeI UNIV- EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang optimal. Untuk mecari berapa total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode. Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijakan persediaan. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang hams disediakan untuk investasi dalarn persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capita0 yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan. Biaya-biaya untuk. menyelenggarakan persediaan diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka digunakan data biaya persediaan yaitu biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait pengelolaan persediaan sebelum diproses, antar proses dan setelah proses sebelum barang terjual seperti biaya gudang, biaya perlatan transportasi persediaan dalam pabrik, pemeliharaan bahan dan biaya asuransi. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar bila jumlah atau kuantitas bahan yang d i s h p a n semakin tinggi. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurenzent cost) Biaya persediaan akan semakin besar bila ferkuensi pemesanan bahan baku semakin besar. Misal: biaya bongkar bahan, biaya administrasi. Pengendalian persediaan merupakan serangkaiall kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang hasus tersedia, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan, dan berapa besas pesanan harus diadakan. m Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalani 338 - 1 Yan .4 kuantitas dan waktu yang tepat. Tujuan pengendalian persediaan dapat dinyatakan sebagai usaha untuk: 1. Menjaga jangan sampai terjadi kehabisan persediaan. 2. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar. 3. Menghindari pembelian secara keeil-kecilan, karena akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar. Dengan kata lain, tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari barang yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. G . Pertumbuhan Penjualan Dalam perekonomian kita (ekonomi uang) pendapatan berupa uang berawal dari penjualan. Dengan adanya penjualan dapat tercipta suatu pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Menurut Swasta (2000: 422) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penjualan adalah: 1. Kondisi dan kemarnpuan penjual. Penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk itu penjual harus memahami bebarapa ha1 yaitu: jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk, dan syarat penjualan. 2. Kondisi pasar. Pasar sebagai kelon~pokpembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, akan mempengarul~ikegiatan penjualan. Adapun faktor-faktor koildisi pasar yang perlu diperhatikan adalah jenis pasar, kelo~npokpernbeli, daya belinya, frekuensi pembeliannya, dan keinginan serta kebutuhannya. 3. Modal. Untuk melaksanakan kegiatan penjualan maka penjual harus memiliki sejumlah modal. 18 4. Kondisi organisasi. Pada perusahaan besar, biasanya ,masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh orangorang tertentu atau yang ahli dibidang penjualan. Sedangkan pada perusahaan kecil masalah penjualan masih ditangani oleh orang yang juga melaksanakan fungsi-fungsi lain. 5. Faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut di antaranya adalah periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah. Berkaitan dengan pertumbuhan penjualan, perusahaan hams mempunyal strategi yang tepat agar dapat memenangkan pasar dengan menarik konsurnen agar selalu memilih produknya. Untuk itu faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan hams benar-benar diperhatikan. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut perusahaan akan dapat menetapkan kebijaksanaan untuk mengantisipasi kondisi tersebut, -sehingga perusahaan dapat menjual produk dalam jumlah yang besar. Peningkatan volume penjualan akan mengakibatkan laba perusahaan akan meningkat pula. Dengan meningkatnya laba perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh para investor akan meningkat. Dengan kondisi seperti ini, maka permintaan saham perusahaan akan meningkat yang akhirnya berpengaruh pada kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Pertumbuhan penjualan dapat diartikan sebagai perubahan penjualan per tahun. Pertumbuhan penjualan suatu produk sangat tergantung dari daur hidup produk. Ada empat tahap daur hidup produk yang mempengaruhi pertumbuhan penjualan, yaitu: 1 . Tahap Pengenalan Produk. Tahap ini mulai ketika produk pertama kali diluncurkan. Hal ini ~nembutuhkanwaktu, dan pertulnbuhan penjualan cenderung lambat. Dalam tahap ini kalau dibandingkan dei~gantahap-tahap yang lain, perusahaan masih merugi atau berlaba kecil karena penjualan yang lambat dan biaya distribusi serta promosi yang tinggi. 2. Tahap Perturnbuhan. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan meningkat dengan cepat, laba meningkat, karena biaya promosi dibagi volume penjualan yang tinggi, dan juga karena biaya produksi per unit turun. 3. Tahap Maturiti (dewasa). Tahap dewasa ini berlangsung lebih lama daripada tahap sebelumnya dan memberikan tantangan kuat bagi manajemen pemasaran. Penurunan pertumbuhan penjualan menyebabkan banyak produsen mempunyai banyak produk untuk dijual. 4. Tahap Penurunan. Penjualan menurun karena berbagai alasan, termasuk kemajuan teknologi, selera konsumen berubah, dan meningkatnya persaingan. Ketika penjualan dan laba menurun, beberapa perusahaan mundur dari pasar. Perusahaan yang masih bertahan dapat mengurangi macam produk yang ditawarkannya. Pertumbuhan penjualan suatu produk dari perusahaan tergantung dari daur hidup produk. Jika pertumbuhan penjualan per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap perusahaan, bahwa perusahaan akan memberikan keuntungan dimasa depan. Kondisi tersebut terjadi jika informasi yang diperoleh investor sempurna. H. Dividen Dividen merupakan salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan nilai perusahaan disan~pingkeputusan investasi dan struktur modal (keputusan pemenuhan dana). Manajen~enmenlpunyai dua alternatif perlakuan terlladap laba bersih sesudah pajak perusahaan yaitu : 1. Dibagi kepada para pemegang saha~nperusahaan dalan~bentuk dividen. 2. Diinvestasikan kenlbali ke perusahaan sebagai laba ditahan (relained earrzingj. 20 - Biasanya sebagian laba bersih perusahaan dibagi dalarn bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Oleh karena itu manajemen harus membuat kebijakan yang terkait dengan besarnya laba yang dibagikan sebagai dividen. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana internal yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen maka akan bisa memperbesar surnber dana internal dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk --I - mengembangkan perusahaan. Ada beberapa teori yang terkait dengan kebijakan dividen. Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen (Haughen, 1996) antara lain: 1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller. Modigliani dan Miller (MM) berpendapat, nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan tingkat risiko perusahaan. Menurut MM, dividen tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kenaikan nilai perusahaan hanya dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari aset perusahaan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yaitu : a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional. b. Tida ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru. c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan. d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu. Beberapa ahli menentang pendapatan hlh4 tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya einisi sahan~baru yang akan men~pengaruhinilai 21 perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar biaya modal sendiri dari laba ditahan. Tapi bila berasal dari saharn biasa baru, biaya modal sendiri adalah biaya modal sendiri dari saham biasa baru yang relatif lebih tinggi. Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan capital gain (kenaikan harga saharn) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gain adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital gain dari pada dividen karena pajak pada capital gain baru dibayar saat saharn dijual dan keuntungan diakui. 2. Teori The Bird in The Hand. Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gain. Menurut mereka, investor memandang dividen lebih pasti dari pada capital gain. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dad laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham adalah keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gain. 3. Teori Perbedaan Pajak. Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividen yang tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gain, perbedaan ini akan makin terasa. 4. Teori Sigi~c~lingHypofiiesis. Terdnpat bukti empiris bah\va jilca ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saharn turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gain. Tapi M M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang di atas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan merarnalkan suatu penghasilan yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang di bawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain, teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. 5. Teori Clien~eleEflecr. Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividendpayout Ratio yang tinggi. Sebaliknya keloinpok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) niaka pemegang sahanl yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gain karena dapat menunda penlbayaran pajak. Kelon~pokini lebih senang jika perusahaan ~nenlbagidilviden yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saha~nyang dikenai pajak selatif sendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti enlpiris n~enun.jukkanbnhwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM ha1 ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saharn, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka. I. Konsep Return dan Risiko Dalarn berinvestasi, seorang investor akan berusaha memaksimalkan return yang berupa aliran kas (yield) atau perubahan harga aset keuangan (capital gaidloss), dimasa yang akan datang. Harapan akan return ini belum tentu akan terealisasi dimasa yang akan datang karena banyak perubahan yang akan terjadi. Inilah yang disebut dengan risiko; ketidakpastian akan pendapatan dimasa yang akan datang. Return dan risiko ini mempunyai trade ofS yang searah. Tingginya harapan return terhadap sebuah sekuritas dimasa yang akan datang, berimplikasi pada besarnya risiko yang dihadapi. High risk high return. Hal ini hams disadari investor. Saham menjanjikan return yang lebih tinggi dibandingkan obligasi, tapi risiko investasi di saham juga lebih besar dibandingkan obligasi. Risiko yang tinggi artinya tingginya ketidakpastian akan harapan return dimasa yang akan datang. Beberapa faktor yang membentuk risiko investasi (Tandelilin, 200 1) adalah : 1. Perubahan tingkat suku bunga. 2. ~ e r b b a h a ntingkat inflasi. 3. Risiko pasar. 4. Risiko bisnis. 5. Risiko finansial. 6. Risiko likuiditas. 7. Perubahan nilai kurs mata uang. 8. Risiko negara. Semua risiko di atas secar garis besar dapat dikelompokan menjadi dua (2) bentuk risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan semua risikolperubahan yang berkaitan dengan pasar keseluruhan. Risiko ini tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan risiko tidak sistematis berkaitan dengan semua karakteristik dan kondisi spesifik setiap perusahaan. Setiap perusahaan akan mempunyai risiko tidak sistematis yang berbeda karena mempunyai kondisi fundamental yang berbeda. Risiko ini bisa dikendalikan oleh perusahaan. Dalam manajemen portofolio, risiko sistematis tidak bisa diminimalkan. Berbeda dengan risiko tidak sistematis bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada beberapa macam jenis aset keuangan maupun aset riil. Return dihitung berdasarkan perbedaan harga penjualan aset dengan harga perolehannya ditambah dengan aliran kas yang diterima selama masa investasi. Sedangkan risiko, secara umum diukur berdasarkan penyimpangan. return yang realisasi terhadap return yang diharapkan (simpangan baku). J. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Aliran kas merupakan dasar utama pencapaian tujuan dalam manajemen keuangan yaitu peningkatan nilai perusahaan (pemegang saham). Namun aliran kas tidak akan terlepas dari laba yang dillasilkan perusahaan terutama sekali laba operasi. Laba yang berperan dalam penilaian perusahaan adalah laba dimasa datang. Jadi proyeksi laba sangat penting dalam memperkirakan nilai perusahaan. Proyeksi laba perusahaan dimasa datang, disamping sangat terkait dengan laba I I peruahaan dimasa lalu, terkait juga dengan kenlanlpuan perusahaan dalam memenuhi permintaan yang akan terjadi. Kemanlpuan perusahaan dalan~memenuhi permintaan I ini terlihat dari nilai persediaan (irnwztory) yang dialokasikan perusahaan. Perubahan inventory menunjukkan bagaimana perusahaan merencanakan inventow &lam menghadapi fluktuasi permintaan yang akan terjadi dimasa datang. Penjualan juga sangat terkait dengan laba yang akan diperoleh perusahaan dimasa datang. Tren pertumbuhan penjualan menunjukkan bagaimana perubahan penjualan yang akan terjadi dimasa datang yang sekaligus akan menjadi dasar dalam memproyeksikan laba perusahaan dimasa datang. Proyeksi laba juga terkait dengan kinerja perusahaan. Kinerja dapat dilihat dari tingkat pengembalian terhadap investasi (return on equity-ROE) Peningkatan tingkat pengembalian mengindikasikan perusahaan berada dalam siklus pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan perusahaan ini akan terlihat dari pertumbuhan laba perusahaan. EBITA (t-1) I I \ GINV (t-1) (Pertumbuhan I ~ z v e i ~ t o r j ~ ) r\\ GSALE (t-1) (Pertumbuhan Penjualan) EBITA (t) (Proyeksi Laba) GROE (t-1) (Pertumbuhan ROE) DDIV (t-1) (Pembayaran Dividen) Gambar 1 Keranglca Konseptual Kinerja perusahaan dari sisi aliran kas joga terindikasi dasi a d a n ~ ~emba).aran a divide11 pada pemegang saham. Pembayaran dividen rnemperlihatkan b d ~ a perusahaan menghadapi kondisi pertumbuhan yang bagus saat ini dan a d a n ~ a~royeksi pertumbuhan dimasa datang. Dengan demikian, hubungan pel-tumbuhan insenlurjl, pe~tumbuhan penjualan, pertumbulian ROE dan pembayaran divide11 26 terhadap proyeksi laba perusahaan dimasa datang dapat digambarkan dalam kerangka konseptual seperti dalam Gambar 1. Sedangkan hipotesis penelitian yang akan diuji adalah : 1. Perturnbuhan inventory dapat memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di BEI. 2. Pertumbuhan penjualan dapat memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di BEI. 3. Pembayaran dividen dapat memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di BEI. 4. Pertumbuhan return on equity dapat memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di BEI. BAB 111 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini berangkat dari masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas dan mempunyai tujuan khusus yaitu untuk melihat: 1. Pengaruh pertumbuhan persediaan (inventory) dalam memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Pengaruh pertumbuhan penjualan dalam memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 3. Pengaruh pembayaran dividen dalam memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 4. Pengaruh pertumbuhan return on equity dalarn memproyeksikan laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Pencapaian tujuan penelitian di atas diharapkan akan memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai pihak, dalam bentuk : 1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan manajemen investasi, penilaian saham dan khususnya pengujian pengaruh faktor-faktor petumbuhan persediaan, penjualan, return on equity dart pembayaran dividen yang digunakan dalam model Ou (1990) dalam memproyeksikan laba perusahaan yang listing di BE1 terutama sekali pada sektor manufaktur. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi akademisi dan peneliti lainya. 2. Memberikan alternatif strategi investasi saham yang dapat dimanfaatkan oleh para investor dan pelaku pasar lainnya dalanl pernilillan portofolio saham pada sektor manufaktur di pasar modal Indonesia untuk mendapatkan expected relurr? yang oulper:for~lz. 28 3. Sebagai panduan dalam penentuan faktor-faktor apa saja yang hams diperhatikan bagi investor dalarn memproyeksikan laba perusahaan dalam analisis fundamental sehingga dapat memberikan penilaian yang wajar. 4. Sebagai kerangka keputusan bagi perusahaan untuk menelusuri kinerja perusahaan berdasarkan konsistensi faktor-faktor petumbuhan persediaan, penjualan, return on equity dan pembayaran dividen dalarn model Ou (1990) sehingga perusahaan bisa menfokuskan manajemennya dalam peningkatan laba perusahaan. BAB IV METODE PENELITIAN Dalam penelitian akan diuji pengaruh faktor-faktor petumbuhan persediaan, penjualan, return on equity dan pembayaran dividen dalam memproyeksikan laba perusahaan dimasa datang di pasar modal Indonesia, sehingga dapat dikatakan penelitian ini berbentuk kausatif. A. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah semua saham yang termasuk ke dalarn sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009 yang berjumlah 134 perusahaan. Dari 134 saham ini nantinya secara purposive sampling akan dipilih sampel dengan aturan tersedinya laporan keuangan serta mempunyai laba dan nilai ekuitas yang positif. B. Data dan Pengumpulan Data Data merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari Indonesian Capital Market Directory, dan Pojok Bursa Efek Indonesia FE UNP. Data yang dikumpulkan adalah data-data selama periode 2005-2009 yang berupa : C. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah dengan analisis regresi berganda. Dikarenakan sifat tinze series data lnaka digunakan model autoregressi\,e (Hanke and Wichern, 2005) dengan model Keteran~an: EBITA : Rasio EBIT terhadap total asset GNV : Persentase pertumbuhan rasio persediaan terhadap total aset GSALE : Persentase perturnbuhan rasio penjualan terhadap total aset DDIV : Pembayaran dividen GROE : Persentase perubahan rasio laba terhadap total ekuitas bo-s : konstanta dan koefisen regresi e : residual i : saham ke-i I : tahun ke-t D. Definisi Operasional Laba yang diukur secara akuntansi merupakan laba operasi sebelum dibayarkan bunga dan pajak, atau lebih dikenal dengan istilah earning before interest and tax (EBIT). EBIT yang digunakan dalam penelitian ini dinilai secara relatif terhadap total aset (TA). Sedangkan proyeksi laba merupakan laba yang diperkirakan akan diperoleh dimasa datang. Pertumbuhan inventory merupakan kenaikan atau penurunan inventory periode sekarang dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Pertumbuhan inventory ini diukur dangan dasar posisi inventory diakhir periode (tahunan) dalam laporan keuangan dan dalam bentuk rasio per total aset. Pertumbuhan penjualan merupakan kenaikan atau penurunan penjualan tahun sekarang dibandingkan dengan penjualan satu tahun sebelumnya yang diukur juga dalam rasio terhadap total aset. Return on equity (ROE) merupakan rasio nilai laba bersih terhadap modal sendiri (ekuitas) dari pemegang saham. Pertumbuhan ROE diukur berdasarkan kenaikan atau penurunan ROE sekarang dibandingkan dengan ROE satu tahun sebelumnya. Pembayaran dividen merupakan variabei dummy dikotomi. Dua kategori yang digunakan terkait dengan ada atau tidaknya pembayaran dividen dari perusahaan di tahun sekarang. Kategori pertarna adalah perusahaan yang rnembayarkan dividen yang dinilai dengan 1 dan kategori kedua perusahaan yang tidak membayarkan dividen diberi nilai 0. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum BE1 dan Sektor Manufaktur Pasar modal di Indonesia belumlah berkembang seperti di negara maju. Bahkan kalau diperbandingkan dengan negara-negara di Asia, kita masih terbilang kecil. Bursa Efek Indonesia yang menjadi pasar modal di Indonesia dinilai sebagai emerging market, terhitung masih sangat kecil dimana data terakhir terdapat hanya 401 perusahaan yang listing dengan nilai kapitalisasi pasar sekitar Rp. 1.937 triliun atau USD 187 miliar (IDX Statistik, September 2009), yang nilainya hanya 0,3% dari kapitalisasi pasar bursa saham dunia yang USD 56,7 triliun. Bandingkan juga dengan kapitalisasi di Asia, kita juga bisa melihat nilai kapitalisasi pasar bursa saham Jepang yang mencapai USD 4,6 triliun atau 8% dari nilai kapitalisasi pasar dunia. Contoh lain adalah nilai kapitalisasi pasar bursa saham Malaysia yang telah mencapai USD 276, 7 miliar atau 0,49% dari kapitalisasi pasar bursa dunia. Dari 401 perusahaan di BE1 (IDX Statistik, Desember 2009), dikelompokan ke dalam 9 sektor yaitu agriculture (pertanian), basic-industry (industri dasar dan kimia), consunler (industri barang konsumsi), .finance (keuangan), infi-nstrzrcture (infrastruktur, utilitas dan transportasi), ntining (pertambangan), property (properti dan real estate), trade (perdagangan, jasa dan investasi) dan miscellaneous (aneka industri). Sedangkan sektor manufaktur merupakan gabungan dari 3 sektor yang ada yaitu basic-industry, cor~stntierdan n~iscellnneotrs.Sektor manufaktur ini terdiri dari 134 perusahaan (IDX Statistik, Desember 2009) dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp. 578.697.415.000.000,-. Nilai kapitalisasi ini merupakan 23:6% dari kapitalisasi Bursa Efek Indonesia keseluruhan. B. Deskripsi Statistik Dalarn Tabel 2 terlihat secara rata-rata variabel rasio EBITA mempunyai mean 0,09 dan 0,087 dengan simpangan baku sebesar 0,068 dan 0,056. Begitu juga variabel rasio pertumbuhan persediaan (GNV) dan pertumbuhan ROE (GROE) mempunyai rata-rata secara berurutan 0,023 dan -0,022 dengan simpangan baku 0,10 dan 0,34. Sedangkan variabel perturnbuhan penjualan (GSALE) mempunyai mean 0,023 dan simpangan baku 0,lO. Variabel pembayaran dividen (DDIV) merupakan variabel dummy dengan dua kategori yaitu 1 untuk perusahaan yang membayarkan dividen dan 0 untuk perusahaan yang tidak membayarkan dividen dalam peride tahunan. Dari 286 sampel yang diobservasi, maka 42 persen perusahaan membayarkan dividen tahunan. Tabel 2 Nilai Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N EBITA-T EBITA-1 GINV-I GSALE-I GROE-I DDIV-I 286 286 286 286 286 286 Min. Max. Mean Std. Dev. Skewness Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic SE -.I 193 .2750 .090026 .0688052 .I62 .I44 -.0907 .2097 .08744 I .0565284 .053 .I44 .3692 -.3671 .023910 .I093147 .065 I .I44 I -.7206 -1.083 .I44 .3896 1 .023310 .I025913 -1.0843 .9144 -.022222 3484552 -.414 .I44 0 I .42 .494 .342 .I44 / Kurtosis Statistic SE . I I8 .287 -.229 : .287 I 1.267 1 .287 10.789 .287 1.340 .287 -1.896 .287 / 1 Sunzber :Data diolah dengan SPSS ver. 15 C. Analisis Regresi Untuk memproyeksikan laba (EBIT) dilnasa yang akan datang digunakan model autoregresi sebagai berikut : EBITAi,,= bo + b,EBITAi,,.I+ btGINViSbI+ b3GSALEi,,.l+ b4GROEiTG, + bsDDIVi,,~+ ei,,.~ 4 1' I Sebagai langkah awal dilakukan uji variabel yang bertujuan untuk melihat apakah variabel yang digunakan telah menlenuhi persyaratan uji regresi sehingga menghasilkan estimasi yang bersifat Best Linier- Unbiased Esfinlation (BLUE) ' (Pindyck, 1998: 61). Uji variabel heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. terdiri dari uji ~nultikolinearitas, uji 1. Uji Multikolinieritas Mulitikolinieritas merupakan kondisi dimana terdapatnya hubungan sempuma atau mendekati sempurna antara variabel-variabel bebas yang akan mengganggu perhitungan koeisien regresi. Kondisi ini berakibat fatal bagi model regresi karena akan menyebabkan bias pada parameter regresi. Secara teknis hubungan antar variabel ini akan umum terjadi pada persamaan regresi berganda, namun tidak membahayakan proses estimasi. Pengujian multikoliniieritas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) dengan rumus : 1 Tolerance = VIF 1 VIF = 1- r,: Jika nilai Tolerance kurang dari 0,l atau nilai VIF melebihi 10 maka ha1 tersebut menunjukkan bahwa multikolinieritas adalah masalah yang pasti terjadi antar variabel bebas. Tabel 2 memperlihatkan nilai Tolei-ance dan VIF untuk model regresi yang diolah dengan SPSS versi 15. Model regresi memperlihatkan nilai Tolerar~cedan VIF mendekati 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel bebas. Tabel 3 Nilai Tolerance dan VIF Persamaan Regresi Variabel EB ITA- I GWV-I GSALE-I GROE-I DDIV-I 11 Collinearity Statistics To1 .9 13 .992 .984 .969 .905 VIF 1.095 1.008 1.016 1.032 1.106 Szm~ber.:Darn diolctl~dengan SPSS vec 1.5 2. Uji Heteroskedastisitas i 1 ' Heteroskedastisitas merupakan kondisi dimana tidak konstannya varians residual disepanjang garis regresi. Kondisi ini tidak terlalu membahayakan dalam perhitungan regresi dengan OLS, tapi akan berakibat pada tidak efisiennya model regresi yang dihasilkan (lemahnya tingkat signifikansi). Pengujian heteroskedastisitas dengan metode grafik lazirn dipergunakan meskipun menimbulkan bias, karena pengamatan antara satu peneliti dengan peneliti lain bisa menimbulkan perbedaan persepsi. Oleh karena itu, penggunaan uji statistik diharapkan menghilangkan unsur bias tersebut. Salah satu uji statistik yang lazim dipergunakan adalah uji Glejser (di sarnping uji yang lain, misalnya uji Park, atau uji White). Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya (Gujarati, 2003). Sebagai pengertian dasar, residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi, dan absolut adalah nilai muflaknya. Tabel 3 memperlihatkan hasil regresi uji Glejser residual absolut terhadap variabel bebas model regresi. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 merupakan indikasi bahwa pola data adalah homoskedastis. Dengan nilai probabilitas tersebut menunjukkan bahwa tidak ada alasan untuk menolak hipotesis no1 yang menyatakan kondisi homoskedastisitas pada residual dengan tingkat signifikansi 5%. Tabel 4 Uji Glejser Model Unstandardized Coefficients Model 1 I I I I (Constant) EBITA- I GINV-I GSALE-1 GROE-I DDIV-I B Std. Error I -030 0.035 04 .065 .o .02 I .O 18 .OO 1 -.004 .005 .004 1 -.008 i1 1 Standardized I Coefficients i I Beta i .I16 .071 .004 -.041 -.I18 t 8.253 1.879 . 1.192 .075 -.678 -1.906 Sig. .OOO . ,061 .234 ,940 .498 ,058 Suntber :Data diolal? dengun SPSS ver. 15 3. Uji Autol<orelasi I Nilai Durbin Watsoil (dW) dari persamaan regresi adalah 1.828. Sebagai I !1 persyaratan tidak terjadinya autokorelasi adalah nilai dW liarus lebih besar dari dUdan - du. Sementara itu, untuk nilai n = 200 (sarnpel 286) dan k = 5; lebih kecil dari 4 diperoleh nilai statistik Durbin Watson dL = 1,718 dan du = 1,820. Dengan demikian, 4 - dL = 2,45 dan 4 - du = 2.33, sehingga kriteria (1,820) du 5 dW 5 4 - dU (2,18) terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi antar variabel. 4. Uji Normalitas Normalitas merupakan asumsi mendasar yang hams dipenuhi dalam analisis regresi dengan pendekatan ordinary least square (OLS). Kondisi ini berkaitan dengan normalnya distribusi fiekuensi residual model. Pengujian dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov terhadap residual. Dari pengujian terhadap 286 sampel, diperoleh nilai Z K-S hitung sebesar 1,212 dengan tingkat signifikansi 0,106. Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas pada model regresi sudah terpenuhi. Keempat pengujian di atas memperlihatkan bahwa data yang digunakan sudah memenuhi persyaratan dalam uji regresi untuk mendapatkan hasil yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). 5. Estimasi Model Regresi Dengan n~enggunakanperangkat pengolahan statistik SPSS versi 15, hasil pengolahan model regresi dapat dilihat dalam Tabel 4 dan dapat diturunkan persainaan umum regresi berganda sebagai berikut : EBITAi,,= 0,015 + O,859*EBITAi,,, - 0,056"GINVi,f-l- O,042"GSALE,,, + 0,Ol 7*GROEI,.1+ 0,OO 7"DDIK,,-, Pada persamaan regresi di atas, konstanta bernilai 0,015 pang merupakan nilai proyeksi rasio euri~i17gbefore interest nnd ros (EBIT) per total aset (diberi nama I 37 EBITA) dimasa yang akan datang pada saat variabel lain mempunyai nilai nol. Artinya ketika EBITA periode sebelumnya adalah no1 dan tidak ada pertumbuhan persediaan, penjualan serta ROE maka perusahaan akan menghasilkan rasio EBITA per total aset sebesar 0,O 15. Variabel autoregressive EBITA dengan lag 1 mempunyai koefisien 0,859 yang artinya secara rata-rata terjadi peningkatan rasio EBITA (EBIT per total aset) sebesar 0,859. Hubungan positif ini juga terjadi pada variabel rasio pertumbuhan ROE (GROE). Variabel GROE ini mempunyai koefisien 0,017 yang artinya pertumbuhan ROE dimasa lalu memberikan sinyal proyeksi bahwa EBITA akan naik sebesar 0,017 dimasa yang akan datang. Tabel 5 Koefisien Regresi dan Tingkat Signifikansi Persamaan Regresi Model Unstandardized Coeff~cients B 1 (Constant) EBITA-I GINV-I GSALE-1 GROE- I DDIV-I .O 15 .859 -.056 -.042 .017 .007 Standardized Coefficients Std. Error .005 -05 1 , 025 .027 .008 .006 1 Beta t 2.735 .706 1 16.850 ' -.089 -2.203 -.062 ' -1.543 , .085 2.081 1 1.226 1 .052 i Sig. .007 .OOO .028 : -124 i .038 .221 Suniber :Data diolalz dengan SPSS ver. 1.5 Sedangkan variabel pertumbuhan persediaan (GINV) mempunyai koefisien negatif 0,056. Dengan demikian setiap pertumbuhan jumlah persediaan akan diikuti dengan penurunan rasio EBITA sebesar 0,056 dimasa yang akan datang. Variabel rasio pertumbuhan penjualan terhadap total aset (GSALE) juga mempunyai koefisien negatif 0,042 yang menandakan akan terjadinya penurunan rasio EBITA sebesar 0,042 disaat peningkatan penjualan perusahaan. Faktor pembayaran dividen (DDIV) yang merupakan variabel dui77r.izy memperlihatkan koefisien 0,007 yang artinya pembayaran dividen saat ini secara konsisten akan memproyeksikan pertumbuhan EBITA sebesar 0,007 dimasa yang &an datang. Persamaan di atas &an diuji validitas dan akurasi variabel bebasnya dalam menjelaskan return portofolio dalam kelompok ukuran perusahaan. Beberapa uji tersebut adalah Goodness of Fit (R~),uji F dan uji t. a. Uji Goodness of Fil (R~) dan Uji F Dengan nilai adjusted R-squared 0,543 berarti 54,3% variasi variabel terikat yang dapat diterangkan oleh variabel bebas. Masih banyak variabel lain yang mempengaruhi return portofolio yang belum dimasukan ke dalarn model. Dalam teknik proyeksi, kemampuan prediksi 54,3% dari semua variabel ini belum tergolong besar. Menurut Hanke dan Wichem (2005) ada dua ha1 utama yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan kelayakan sebuah model proyeksi yaitu nilai R-squared yang tinggi dan uji F Anova yang signifikan. .Jika dilihat lebih lanjut, model secara keseluruhan dapat diterima karena mempunyai nilai F hitung yang sangat besar 68,862 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai tersebut lebih rendah dari taraf signifikan 5% yang menjadi syarat penerimaan hipotesis. Dapat disimpulkan bahwa persanlaan regresi dengan keseluruhan l~ariabel bebasnya secara simultan, dapat digunakan untuk memproyeksikan rasio EBITA dimasa yang akan datang. b. Uji Statistik t Pengujian ini bertujuan untuk melihat variabel bebas mana yang me~npunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat dan sekaligus merupakan pengujian hipotesis. Dengan melihat nilai t hitung atau tingkat signifikansi setiap variabel bebas pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa selain konstanta hanya variabel EBITA. GINV dan GROE yang mempunyai pengaruh tambahan yang signifikan secara statistik terhadap variabel EBITA dimasa datang. Artinya secara parsial, ketiga variabel tersebut secara konsisten dapat memproyeksikan perubahan rasio EBITA satu periode ke depan. Dalam pengujian ini, parameter yang digunakan adalah nilai t hitung yang harus lebih besar dari t tabel pada tingkat a 5% atau secara langsung dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Variabel EBITA mempunyai pengaruh yang signifikan pada tingkat a 0,000. Sedangkan variabel GINV dan GROE secara berurutan mempunyai nilai signifikansi 0,028 dan 0,038 yang lebih kecil dari 0,05. Artinya kedua variabel tersebut juga mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memproyeksikan rasio laba EBITA perusahaan dimasa yang akan datang. 6 . Pembahasan a. Pengaruh Pertumbuhan Persediaan terhadap Proyeksi Laba Dari analisis regresi yang dilakukan, variabel pertumbuhan rasio persediaan per total aset (GINV) pada kelompok perusahaan sektor manufaktur di BEI, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proyeksi rasio EBIT per total asset (EBITA) dimasa yang akan datang. Pengaruh ini signifikan pada tingkat 5%. Dengan nilai koefisien regresi negatif 0,056 (Tabel 4), maka perturnbuhan persediaan ini berhubungan terbalik terhadap proyeksi laba dimasa datang. Walaupun signifikan namull hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Ou (1990) yang menemukan hubunga~~ positif antara pertumbuhan persediaan dengan proyeksi laba perusahaan dimasa datang. Hal ini dikarenakan perbedaan kelompok sampel yallg digunakan. , I il :I d - -. Ii Dalam pe~~elitian Ou tersebut sektor yang digunakan adalah perusahaan eksplorasi Inillyak dan produsen alat-alat elektronik yang pada dasarnya merupakan produk- 40 ppppppppzz-p--------------- produk yang durable (tahan lama) dan punya siklus hidup yang lama. Sehingga &lam kebijakannya, dalam menghadapi tingginya perrnintaan, perusahaan harus mempersiapkan persedian yang lebih besar juga. Sedangkan dalam penelitian ini, banyak terdapat industri konsumsi yang proddcnya tidak tahan lama (non-durable) dan perusahaan yang berada dalam tahap maturitas, sehingga secara rata-rata kebijakan perusahaan akan mempertahankan tingkat produksinya (Bodie. et all, 2009). Pada prinsipnya nilai persediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang tertera pada neraca perusahaan, yang merupakan nilai saldo diakhir periode. Jadi jumlah persediaan yang ada merupakan jumlah persediaan yang tidak dapat dirobah menjadi pendapatan dari perusahaan melalui mekanisme penjualan. Ketika terjadi penurunan permintaan terhadap produk dan tingkat produksi yang tetap, maka akan terjadi peningkatan persediaan pada perusahaan. Ketika terjadi peningkatan persediaan pada perusahaan (dalam kondisi kebijakan perusahaan yang tidak berubah) maka secara rata-rata terjadi penurunan pendapatan perusahaan dan diproyeksikan perusahaan menghadapai tren penurunan laba (pendapatan) pada periode-periode berikutnya. Begitu juga sebaliknya, jika persediaan mengalami penurunan, maka pendapatan perusahaan secara rata-rata akan meningkat pada periode berikutnya, sekaligus juga laba perusahaan. b. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Proyeksi Laba Pertumbuhan penjualan pada kelolnpok sanlpel perusahaan manufaktur, dalam penelitian ini tidak ditemukan cukup bukti untuk menerima hipotesis. Hal ini diperlihatkan ole11 tingkat signifikansi 0,124 yang lebih besar dari 0,05. Artinya, pertumbuhan penjualan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proyeksi laba perusahaan dimasa datang. Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan distribusi nilai rasio penjualan perusahaan per total aset yang tidak terpusat di sekitar nilai rata-ratanya. Walaupun secara keseluruhan data berdisrtibusi normal, namun nilai kemencengan data cukup besar yang terlihat dari nilai skewness dan kurtosis yang lebih besar dibandingkan dengan variabel lain (Tabel 5). Nilai kemencengan yang lebih besar ini secara statistik akan mengakibatkan semakin besarnya standard error estimasi yang akhirnya akan menurunkan nilai t hitung. c. Pengaruh Pertumbuhan ROE terhadap Proyeksi Laba Pertumbuhan ROE secara statistik mempunyai kontribusi dalarn proyeksi laba perusahaan manufaktur dimasa datang. Hal ini terlihat pada Tabel 4, bahwa nilai t hitung 2,081 yang lebih besar dari t tabel pada tingkat signifikansi 5%. Atau bisa dilihat dari tingkat signifikansi 0,038 yang lebih rendah dari 0,05. Dengan demikian, variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan dalam n~emproyeksikan laba perusahaan. Besarnya pengaruh pertumbuhan ROE (GROE) dalam proyeksi laba perusahaan adalah sebesar 0,017. Hubungan yang positif ini juga sejalan dengan penelitian Ou (1 990) yang menenlukan bahwa pertumbuhan tingkat return tersebut berkorelasi postif dengan proyeksi laba dimasa datang. Tingkat re~ur-nini (ROE; return on equity) merupakan gambaran dari kinerja perusahaan yang bagus. Semakin tinggi tingkat return maka dikatakan perusahaan tersebut bagus karena memberikan i tingkat pengembalian yang tinggi bagi investor. Pertunlbuhan ROE juga I mengindikasikan perusahaan mencapai peningkatan kinerja yang senlakin bagus j.ang I akhirnya akan mendatangkan laba din~asadatang yang senlakill besar juga. I Pada Tabel 4, pembayaran dividen dilihat dari variabel DDIV yang merupakan variabel dummy dengan kategori 1 untuk perusahaan yang membayarkan dividen dan 0 untuk yang tidak membayarkan dividen. Pembayaran dividen ini tidak memberikan pangaruh yang signifikan pada proyeksi laba dimasa datang. HasiI ini berbeda yang dengan penelitian Ou (1990) yang menemukan pengaruh positif yang signifikan dari pertumbuhan pembayaran dividen terhadap proyeksi laba (EBIT) dimasa datang. Pada penelitian Ou semua sampel merupakan perusahaan yang membayarkan dividen secara teratur. .Hal ini bisa dilakukan mengingat di pasar modal Amerika hampir sebagian besar perusahaan membayarkan dividennya kepada investor. Sedangkan di Indonesia sangat sedikit perusahaan yang membayarkan dividen. Sehingga dengan keterbatasan ini, maka variabel pertumbuhaan dividen dimodifikasi menjadi pembayaran dividen dalam bentuk dunzmy dengan dua kategori. Tujuannya hanya untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang membayar dividen atau tidak. Namun secara rata-rata hubungannya terlihat positif. Perusahaan yang membayarkan dividen secara rata-rata, proyeksi labanya dimasa datang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membayarkan dividen. Hubungan ini sejalan dengan yang ditemukan oleh Ou (1990). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap perusahaan yang termasuk ke dalarn sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009, dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel pertumbuhan persediaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan 1 terhadap proyeksi laba perusahaan dimasa datang pada kelompok perusahaan i sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Pertumbuhan penjualan secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proyeksi laba perusahaan dimasa datang pada kelompok I perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. I 3. Pertumbuhan tingkat return on equity (ROE) mempunyai pengaruh secara positif yang signifikan terhadap proyeksi laba perusahaan dimasa datang pada kelompok perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 4. Pembayaran dividen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proyeksi laba perusahaan dimasa datang pada kelompok perusahaan sektor "i!I [ manufaktur di Bursa Efek Indonesia. B. Saran Berkaitan dengan hasil yang diperoleh inaka beberapa saran yang dapat ,I 1 diberikan baik secara praktis maupun untuk pengembangan ilmu adalah : 4 1. Untuk memproyeksikan laba perusahaan sektor manufaktur di BEI, maka faktor 1 pel-tumbuhan inventory dan perubahan return on equity, harus diperti~nbar~gkan selain faktor laba periode sebelumnya. 2. Mengingat banyaknya keterbatasan, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sedikit. Masih banyak variabel lain yang bisa dimasukan dalam model proyeksi laba perusahan dimasa yang akan datang. Dengan banyaknya variabel yang diikutkan dalam analisis regresi maka diharapakn kemampuan proyeksi model akan meningkat. 3. Data yang digunakan masih sedikit maka untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan total populasi sebagai dasar pemilihan portofolio dan juga memperpanjang periode pengamatan. 4. Dalam pengolahan data, bisa dilakukan proses penyesuaian dan penyusunan portofolio setiap bulan atau setiap enam bulan tergantung dari pendekatan strategi transaksi yang dipilih sebagai acuan analisis. . ' 5. Sesuai dengan hasil yang diperoleh di atas bahwa portofolio saham-saham berukuran kecil mempunyai risiko yang lebih besar, maka untuk penyempurnaan analisis dalarn pengolahan data perlu dipertimbangkan untuk memasukan strategi market timing. Periode analisis perlu dipisahkan berdasarkan tren pergerakan harga pasar, yaitu tren naik dan turun yang diperlihatkan dengan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). DAFTAR PUSTAKA a Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi: Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta, BPFE. II Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Untuk Pendekatan Praktek Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. p, Belkaoui, Ahrned Riahi, 2000. Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Jakarta, Penerbit Salemba Empat. ( Bodie, Zvi; Kane, Alex and Marcus, Alan J. 2009. Investments, Eighth edition. New York, McGraw-Hill. I Bursa Efek Indonesia. 2009. I& Statistick Desember 2009. Jakarta, PT.BE1. I t/ ! Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi. Semarang, Badan Penerbit UNDIP. Darmadji,Tj iptono dan Fakhruddin, Hendy M., 200 1, Pasar Modal Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, Edisi pertama. Jakarta, Salemba Empat. Elder, Alexander. 1993. Trading for A Living; Psychology Tarding Tactics Money Management. New York, John Willey & Sons. Elton, Edwin J. and Gruber, Martin J., 1995, A40dei-n Portfolio Theory and Investment Analysis, Fifth, edition, New York, John M7illey& Sons. Fama, Eugene and French Kenneth R., 1996, h4ultifactor Explanations of Asset ~ r i c i n g ~ n o m a l i eJournal s, of Finance, 5 1 , HaI.55-84. Fridson, Martin and Alvarez, Fernando. 2002. Financial Statement Analysis, John New York, Willey & Sons. Friedlob, George T., and Schleifer, Lydia LF. 2003. Essential o f Financial Analysis NJ, John Willey & Sons. Halim, Abdul. 2005, Analisis Investnsi, Edisi kedua, Salemba Empat, Jakarta. Hanafi, Mamduh. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 2004. Yogyakarta: YKPN Hanafi dan Abdul Halim. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: YKPN Harahap, Sofyan Syafri. 1994. Teori Aklriltnr~siLcrl3or.nn Keun17gar~. Jakal-ta: Penerbit PT Bunli Aksara. Harahap, Sofyan Syafri. 2007.Teor-i Akui7tansi. Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada. Harianto, Farid dan Sudomo. 1998. Pe~.angkarr/~rnTeknik Analisis ir~vestusidi Pasar Modal. Jakarta: PT. BEJ. Hauhen, Robert A., 1996, hf0der.n Investnlcnt Thcol-~.:Second edition. New Jersey, Hanke, John E. and Wichern, Dean W. 2005. Business Forecasting, Eighth edition. New Jersey, Prentice Hal. Keown, Arthur J. et all. 2005. Financial Management, Tenth edition. New Jersey, Prentice Hall. Machfoedz, Mas'ud. 1994. Manfaat Rasio Keuarzgan Dalam Memprediksi Earning di Indonesia. Kelola September ha1 12-28. Munawir. 200 1. Analisis Laporan Keuangan. Yogy akarta, Liberty. Ou, Jane A. 1990. The Information Content of Nonearnings Accounting Numbers as Earning Predictors. Journal ofAccounting Research, V 01. 28 No. 1 Spring 1990, pp 144-163. Pindyck, Robert S. and Rubinfeld, Daniel L. 1998. Econometric Models and Economic Forecasts, Fourth edition. New York, McGraw-HiII. Reilly, Frank K. and Brown, Keith C. 2000. Investment Analysis and Portfolio Management, Sixth edition. Orlando,Harcourt College Publ. The Dryden Press. Rodoni, Ahrnad and Yong, Othman, 2002, Analisis Investasi & Teori Porrofolio, Cetakan pertama. Jakarta, Murai Kencana. Sandiyani, Yustina dan Titik Aryati. 2001. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Laba Dan Arus Kas Di Masa Yang Akan Datang, Media Riset Akzn7fansi, Auditing dan lnformasi, V 0 1. 1, No. 2, Agustus 200 1: 1-20 Soemarso, S.R, 2004. Akuntansi:Suatu Pengantar. Edisi Kelima, Buku 1. Jakarta, Penerbit Salemba Empat. Sugiarto dan Harijono. 2000, Peramalan Bisnis. Penerbit Gramedia, Jakarta. Sukardi. Akuntansi Manajemen. Semarang, UPT UNNES Press. Sutojo, Siswanto. 1985. Kei-angka Dasnr Manajemen Penznsaran. Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo. Swasta, Basu. 1990. Manajemen Penlasaran Modern. Yogyakarta, Liberty. Swasta, Basu. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta, Liberty. 11 ' ;i I Tandelilin, Eduardus. 2001. Anolisa lnvesfasi & Manajenten Porrofolio, edisi pertama. Yogyakarta, BPFE. I :' Wild, John J, Subramanyam, dan Robert F.Halsej,. 2005. A17alisis Laporan Kezio17gar7. Edisi Kedelapan, Jilid 1, alih bahasa E'anivis Bachtiar dan S.Nur\vahjru Harahap. Jakarta, Penerbit Salelnba Empat. I :1 ;I LAMPIRAN 1 4 , Descriptives Descriptive Statistics N EBIT-T EBIT-1 GINV-1 GSALE-1 GROE-1 DDlV-1 Valid N (listwise) Statistic 286 286 286 286 286 286 286 Minimum Statistic -.?I93 -.0907 -.3671 -.7206 -1.0843 0 Std. Maximum Statistic ,2750 ,2097 Mean Statistic ,090026 ,087441 Statistic ,0688052 .0565284 .3692 .3896 ,9144 1 ,023910 .023310 -.022W .42 .lo93147 .I025913 ,3484552 .494 Skewness Statistic Std. Error ,162 ,144 ,053 ,144 ,065 .144 -1.083 .I44 -.414 .I44 ,342 .I44 Kurtosis Statistic Std. Error ,118 ,287 -.229 ,287 1.267 .287 10.789 .287 1.340 ,287 -1.896 .287 1 Regression Variables ~nteredl~ernovec! Model 1 1 l Variables Entered DDIV-1, GINV-1, GSALE-1, GROE-1, EBIT-1 Variables Removed Method . Enter a. All requested variables entered. I b. Dependent Variable: EBIT-T !I h! 3 Model summa$ Model 1 R R Square .743a .552 Adjusted R Square 543 Std. Error of the Estimate .0464883 DurbinWatson 1.828 a. Predictors: (Constant), DDIV-1, GINV-1, GSALE-1, GROE-1, EBIT-1 8 I b. Dependent Variable: EBIT-T Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares .744 ,605 1.349 df 5 280 285 Mean Square ,149 ,002 F 68.862 a. Predictors: (Constant), DDIV-1, GINV-1, GSALE-1, GROE-1, EBIT-1 b. Dependent Variable: EBIT-T Sig. .OOOa Coefficient* Model 1 Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Beta B Std. Error .015 .005 ,706 359 .051 -.089 -.056 .025 -.042 -.062 .027 .017 ,008 .085 .007 ,052 .006 (Constant) EBIT-1 GINV-1 GSALE-1 GROE-1 DDlV-1 Sig. .007 .OOO .028 .I24 .038 ,221 t 2.735 16.850 -2.203 -1.543 2.081 1.226 Collinearity Statistics Tolerance VIF .913 ,992 .984 ,969 .905 1.095 1.008 1.016 1.032 1.106 a. Dependent Variable: EBIT-T Collinearity DiagnosticS Model Dimension 1 1 Condition Index Eigenvalue 2.548 1.093 .939 ,883 .380 ,156 2 3 4 5 6 Variance Proportions (Constant) .03 .OO .OO .OO .10 .86 1.OOO 1.527 I.647 1.699 2.589 4.045 EBlT 1 .04 .OO .OO .OO .12 .85 GlNV 1 .01 .26 .07 .63 .02 .OO GSALE 1 GROE 1 .01 .18 .48 .26 .06 .OO .OO DDN 1 .05 .43 .42 .09 .03 .02 .00 a. Dependent Variable: EBIT-T Residuals Statistice Minimum Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual Maximum -.068066 ,209544 -.1751090 .2152114 2.339 -3.094 4.629 -3.767 Mean Std. Deviation .090026 .OOOOOOO .0510971 ,0460787 1 .OOO ,991 .OOO .OOO a. Dependent Variable: EBIT-T NPAR T E S T S / K - S ( N O R M A L ) = RES 1 /MISSING ANALYSIS: NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parametersaab Most Extreme Differences 286 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolrnogorov-SrnirnovZ Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. .OOOOOOO .04607870 .072 .067 -.072 1.212 .I06 N 286 286 286 286 .02 .04 .89 .OO Regression Variables ~ n t e r e d l ~ e m o v e d ' Model 1 Variables Entered DDIV-1, GINV-1, GSALE-1, GROEJ, EBIT-1 Variables Removed Method . Enter a. All requested variables entered. b- Dependent Variable: ABS-RES Model Summary f Model 1 R R Square .028 .166a Adjusted R Square .010 Std. Error of the Estimate .0317093 a. Predictors: (Constant), DDIV-1, GINV-1, GSALE-1, GROE-1, EBIT-1 AN OVA^ Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares ,008 .282 .290 df 5 280 285 Mean Square ,002 ,001 F 1.585 Sig. .I 64a a. Predictors: (Constant), DDIV-1, GINV-I , GSALE-1, GROE-1, EBIT-1 b- Dependent Variable: ABS-RES Coefficients? Model 1 (Constant) EBIT-1 GINV-1 GSALE-1 GROE-1 DDIV-1 Unstandardized Coefficients B Std. Error ,004 .030 .035 ,065 ,017 .02l .018 .001 ,005 -.004 ,004 -.008 a. Dependent Variable: ABS-RES . Standardized Coefficients Beta .I16 ,071 ,004 -.041 -.I 18 t 8.253 1.879 1.192 .075 -.678 -1.906 Sig. ,000 .061 ,234 .940 .498 ,058 I LAMPIRAN 2 DAFTAR FUWAYAT HIDUP PENELITI Ketua Peneliti : Nama Lengkap Tempat/~gl.~ahir Jenis Kelamin Alarnat Institusi Displin Ilmu Pendidikan S2 S1 : Rarnel Yanuarta RE, SE, MSM : Padangf3 Januari 1972 : Laki-Laki : Komplek Palimo Residence A.6 Pauh, Padang : Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang : Manajemen Keuangan, Manajemen Investasi : Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia : Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia 1. pengembangan Standar Mutu Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2008, Penelitian I'M HERE, FEUNP. 2. Fenomexla Underperform pada Saharn-Saham IPO di BEJ, 2007, Jumal EconomaC V01.7 No.2, FEUNP. 3. Analisis Return Jangka Panjang Saham-Saham Initial Public Offering (IPO) Tahun 1999-2001 di Bursa Efek Jakarta", 2005, FEUI. Thesis. 4. Manajemen Saat-Saat Kebenaran; Penerapan Sistem Pelayanan Zona untuk Memperbaiki hat-Saat Kebenaran Yang Tidak Optimal di PT. SAP Perusahaan Jasa Service Central ACn,2000, FEUI. I i 8 F 1 1 1. Seminar (Pembicara); HIMA Akuntansi FE UNP J LPMP Padang: 2. Training for Trainer Profesi Pasar Modal (Peserta); Bursa Efek Indonesia dan Standar Profesi Pasar Modal; LPMP Padang, 3. Pelatihan Teknik Pernodelan Bisnis dengan Excel dan VBA (Peserta); Laboratorium Studi Manajemen, Dept. Manajemen Fak. Ekonomi Universitas Indonesia; 22-23 Mei 2008. 4. seminar dan Pelatillan Pasar Modal (Pembicara); Fak. Ekonomi Universitas Bung Hatta; 4 Desember 2006 j secl;iries In\~esm?entTraining d Ed~rcntian(Peserta); Fak. Ekonorni universitas Indonesia, 23-25 April 2002 Padang, 3 Januari 20 1 1 Peneliti, Ramel Ya~luartaRE. SE, MSM NIP : 19720103 200604 1 001