PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha menemukan cara untuk memperoleh pendapatan semaksimal mungkin. Usaha signifikan yang telah dilakukan perusahaan adalah dengan cara mengurangi pengeluaran. Dolgui dan Porth (2010) memberi contoh perusahaan industri otomotif dan bank yang telah mengurangi cost 30-50% serta memperluas market share. Namun perluasan market share membutuhkan cost yang tidak sedikit dan sangat bergantung pada competitiveness perusahaan. Setelah periode panjang, Dolgui dan Porth (2010) menyatakan usaha manajemen perusahaan untuk meningkatkan pendapatan telah bergeser dari cost reduction dan perluasan market share menjadi usaha penyesuaian harga dengan pasar atau dikenal dengan strategi pricing/revenue management. Strategi ini sangat berpengaruh terhadap revenue dibanding cost reduction dan perluasan market share yaitu dengan perubahan 1% pada harga dapat menghasilkan perubahan 10% pada konsumsi produk tersebut. Strategi yang diungkapkan Dolgui dan Porth (2010) menjadi bukti bahwa salah satu cara untuk memperoleh revenue yang lebih banyak bagi perusahaan adalah dengan menentukan harga yang tepat pada produk. Monroe (2007) menyatakan bahwa harga adalah satu-satunya variabel dari strategi marketing yang dapat memberikan pemasukan secara langsung dikarenakan variabel lain selain harga, misalnya advertising, promosi, pengembangan produk, usaha penjualan, distribusi dan pengemasan, akan selalu menyumbangkan cost. Survei telah dilakukan pada tahun 1982, 1984, 1986, dan 1994 untuk menentukan perubahan relatif pada penentuan harga (Monroe, 2007). Survei tahun 1986 mengindikasikan bahwa penentuan harga bertujuan utama profit dan pada tahun 1994, penentuan harga dipandang sebagai titik beban utama dalam pengambilan keputusan manajer perusahaan (Monroe, 2007). Penentuan harga dapat memberikan efek besar 1 2 terhadap revenue perusahaan sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk setiap produk. Penentuan harga tidak hanya berpengaruh terhadap revenue namun juga berpengaruh pada tahap mendesain produk. Perusahaan perlu mendefinisikan produk sesuai dengan karakteristik yang dapat mengoptimalkan profit (Kaul dan Rao, 1995). Ho dan Lin (2009) menyatakan dalam mendesain manufaktur, perusahaan perlu menetapkan harga penjualan sebelum menentukan spesifikasi produk. Dari penentuan harga, perusahaan dapat menentukan target biaya dan target profit. Kemudian target biaya akan digunakan untuk merencanakan dan mengidentifikasi spesifikasi produk dalam desain. Strategi dalam pemberian harga pada produk cukup bervariasi baik di tinjau dari sisi industri, negara atau pelanggan. Menurut Hinterhuber (2008), strategi ini dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu cost-based pricing, competitionbased pricing, dan customer value-based pricing. Cost-based pricing merupakan pendekatan dengan menentukan harga dari data cost accounting, competition-based pricing merupakan pendekatan dengan mengantisipasi observasi harga dari kompetitor dan menetapkannya sebagai sumber utama pertimbangan pemberian harga, sedangkan, value-based pricing merupakan pendekatan dengan menggunakan value produk atau jasa pada segmen pasar tertentu sebagai faktor utama penentuan harga. Dari beberapa strategi pemberian harga, Monroe dalam Ingenbleek dkk (2003) mengungkapkan bahwa penggunaan strategi value-based pricing dapat memberikan potensial profit paling tinggi dibanding strategi lainnya. Ingenbleek dkk (2003) juga mendemonstrasikan keuntungan dari pemberian harga berdasarkan customer value dengan melakukan survei terhadap 77 manajer marketing di Belgia. Ingenbleek dkk (2003) menemukan bahwa pemberian harga berdasarkan customer value memiliki korelasi positif dengan suksesnya suatu produk baru dimana korelasi tersebut tidak ditunjukan pada cost-based pricing dan competition-based pricing. Membuat keputusan dalam penentuan harga merupakan hal yang kompleks dan sulit karena diperlukan pertimbangan yang matang. Pemberian harga 3 yang terlalu tinggi akan menyebabkan produk tidak laku terjual karena konsumen merasakan value yang didapatkan tidak sebanding dengan harga yang ditetapkan. Sebaliknya, apabila pemberian harga terlalu rendah maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak profit. Pertimbangan tersebut yang akan menentukan besarnya customer value yaitu selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari suatu produk atau jasa dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan dan menggunakan produk tersebut (Monroe, 2007). Sehingga dalam melakukan penentuan harga harus sesuai dengan pertimbangan value yang dirasakan konsumen. Pentingnya pertimbangan customer value dalam penentuan harga mendorong beberapa peneliti untuk meningkatkan value yang dirasakan konsumen pada produk. Value pada produk dapat disampaikan secara lebih baik kepada konsumen dengan meningkatkan faktor intangible pada produk (Steiner dan Harmon, 2009). Strategi pemberian harga dengan mempertimbangkan faktor intangible pada produk, telah berusaha diselesaikan oleh Lestariningsih (2013), Kurniawan (2013), dan Wulandari (2015). Beberapa penelitian mengenai penentuan harga berdasarkan faktor intangible telah dilakukan pada produk fungsional, pasca-fungsional, serta gabungan keduanya namun masih ada beberapa produk yang belum diteliti. Kurniawan (2013) telah menghasilkan satu diagram kurva model matematis hubungan nilai intangible dengan functionality namun penelitian tersebut belum mengikutsertakan produk pasca-fungsional. Sedangkan, Lestariningsih (2013) hanya meneliti pada batasan produk pasca-fungsional. Kedua penelitian ini dilanjutkan Wulandari (2015) yang kemudian berhasil membangun model matematis untuk produk fungsional dan pasca-fungsional melengkapi penelitian Kurniawan (2013). Namun, Wulandari (2015) belum mengikutsertakan jenis convenience product dalam objek penelitiannya, sehingga masih diperlukan penelitian penentuan harga untuk keseluruhan jenis produk pada produk convenience, shopping, specialty dan unsought. Dari segi metode yang digunakan, Kurniawan (2013) dan Lestariningsih (2013) menggunakan metode analisis regresi dan model Kano untuk dua jenis 4 produk yang berbeda. Hasil penelitian Kurniawan (2013) untuk shopping-specialty products menunjukan bahwa penggunaan persamaan dari analisis regresi memberikan R2 lebih baik yaitu mendekati 100% dibandingkan persamaan dari model Kano. Sedangkan, pada penelitian Lestariningsih (2013) untuk unsought products menunjukan bahwa penggunaan persamaan dari model Kano memberikan R2 lebih baik dimana nilai R2 lebih tinggi dibandingkan persamaan dari model dengan analisis regresi. Wulandari (2015) hanya menggunakan model Kano untuk produk fungsional dan pasca-fungsional memberikan hasil R2 lebih rendah dari kedua model sebelumnya. Dari segi variabel, Lestariningsih (2013), Kurniawan (2013), dan Wulandari (2015) menggunakan variabel yang berbeda-beda. Perlu adanya penelitian yang mampu menentukan variabel yang paling berpengaruh untuk membangun model agar dapat meningkatkan kemampuan prediksi model dalam menentukan harga. Maka dapat disimpulkan, masih diperlukannya penelitian mengenai penentuan harga dengan pertimbangan faktor intangible yang menggunakan jenis produk convenience, shopping, specialty dan unsought baik meliputi produk fungsional maupun pasca-fungsional dan penentuan variabel-variabel yang berpengaruh besar pada penentuan harga serta menggunakan metode yang tepat. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh suatu model matematis yang lebih general dengan nilai R2 dan kemampuan prediksi yang lebih baik. Model ini juga diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk memaksimalkan profit dalam mengambil keputusan penentuan harga produk. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah perlu dibangun suatu model matematis untuk harga dengan mempertimbangkan intangible factor yang dapat mengakomodir setiap jenis produk serta mampu memperoleh koefisien determinasi (R2) dan kemampuan prediksi lebih baik dari model yang sudah ada. 5 Asumsi dan Batasan Masalah Dalam penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Produk dan jasa yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini dianggap mampu mewakili seluruh produk dan jasa yang ada. 2. Perhitungan nilai faktor intangible pada harga jual produk dihitung dengan pendekatan cost-accounting. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intangible dalam penentuan harga produk. 2. Mengembangkan model matematis untuk menentukan harga produk pada produk convenience, shopping, specialty dan unsought. 3. Mengetahui metode terbaik dalam membangun model penentuan harga produk untuk produk convenience, shopping, specialty dan unsought. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya model matematis yang dapat digunakan sebagai strategi pemberian harga dengan pertimbangan intangible factor untuk berbagai jenis produk. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh para pelaku usaha dalam mengambil keputusan penentuan harga produk sesuai dengan jenis produk baik convenience, shopping, specialty maupun unsought products untuk memaksimalkan profit.