EVALUASI EFISIENSI TAMBANG TERBUKA (OPEN PIT) MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS – ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (STUDI KASUS: PT. KPC) Gary Adiwangsa Utoro, Moses Laksono Singgih Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] ABSTRAK PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan tambang batubara terbuka terbesar di dunia khususnya dalam hal pemindahan material overburden (overburden removal) dan batubara. KPC mempunyai sejumlah pit tambang yang beroperasi di area penambangan Sangatta yang ditambang langsung oleh KPC maupun kontraktornya. Target produksi perusahaan tiap tahun yang terus ditingkatkan mengharuskan perusahaan untuk terus meningkatkan efisiensi proses penambangan yang ada di tiap pitnya. Efisiensi menjadi penting karena fakta menunjukkan bahwa data trend operating cost di salah satu pit cenderung meningkat dari Januari 2009 hingga Februari 2011. Namun, jumlah batu bara yang ditambang, sebagai sumber profit perusahaan, cenderung menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap efisiensi pit – pit perusahaan. Setelah variabel ditetapkan, maka dilakukan pengukuran efisiensi pit – pit perusahaan dengan menggunakan integrasi Data Envelopment Analysis – Artificial Neural Network untuk dibandingkan hasilnya dengan DEA murni. DEA – ANN bisa memberikan solusi di dalam cara penetapan target perbaikan agar pit yang kurang efisien bisa lebih efisien. Berdasarkan hasil uji korelasi didapatkan bahwa variabel – variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi pit adalah untuk variabel input terdiri dari blasting cost, total time, jumlah alat berat, dan manpower; sedangkan untuk variabel output adalah coal mined. Perbandingan hasil perbaikan yang diperoleh menunjukkan bahwa DEA – ANN bisa menjadi komplementer bagi DEA karena perhitungan efisiensi maupun penetapan target perbaikan DEA – ANN, berbeda dengan DEA murni, yaitu berdasarkan time series. Penetapan target perbaikan yang bisa dilakukan didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan hasil metode DEA dan DEA – ANN yang paling relevan dan mungkin untuk dilakukan di lapangan. Penetapan perbaikan yang dilakukan pada DMU 1, sebagai contoh, adalah blasting cost sebesar $772.997, total time sebesar 20.211 jam, jumlah alat berat tetap pada level 45 unit, manpower sebesar 295 orang, dan coal mined sebesar 181.919 ton. Kata kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Artificial Neural Network ABSTRACT PT. Kaltim Prima Coal (KPC) is the largest open pit coal mining company in the world, especially in terms of overburden removal and coal mined. KPC has several number of pit operation in the mining area, Sangatta, which is mined directly by KPC and its contractors. Company’s production target that continually increased each year requires efficiency improvement of the mining process in each pit. Efficiency is important because the fact shows that the operating cost indicated an increasing trend from January 2009 to February 2011 based on data from one of its pit. However, the amount of coal mined is relatively stable with no significant increasing even decreasing. This study aims to determine the variables that significantly influence the efficiency of the pit. After the variables are set, the pit’s efficiency is measured using integration of Data Envelopment Analysis – Artificial Neural Network method. The result is compared to pure DEA. DEA – ANN can provide solutions in the way of setting improvement targets that are less efficient so that the pit could be more efficient. Results, obtained from correlation test, found the variables that affect the efficiency of the pit. The input variables consist of blasting costs, total time, number of heavy equipment, and manpower. While, the output is coal mined. DEA – ANN could be a complementary to the DEA because it calculates efficiency score by time series which is different with DEA. Improvement target setting is based on calculation and consideration from DEA and DEA – ANN method which 1 is the most reasonable to be applied. Improvement could be performed by DMU 1, for example, is blasting cost of $ 772.997, the total time of 20.211 hours, the amount of heavy equipment remain at 45 units, manpower of 295 people, and 181.919 tons of coal mined. Keywords: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Artificial Neural Network 1. Pendahuluan Perkembangan dunia industri saat ini semakin pesat seiring dengan laju arus globalisasi yang terus berjalan. Perkembangan ini berdampak pada kebutuhan akan energi yang terus meningkat. Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang banyak dipakai untuk pembangkit energi listrik dan industri besar lainnya. Konsumsi batu bara yang meningkat menyebabkan perusahaan tambang batu bara harus terus meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan produktivitas di dalam memenuhi permintaan batu bara di dunia. Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai alat untuk mengukur kinerja produksi dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan secara terus – menerus (continuous improvement). Hal ini terkait dengan daya saing perusahaan untuk terus berkompetisi yang mengakibatkan analisis performansi menjadi salah satu perhatian bagi pihak management. Top management ingin mengidentifikasi dan mengurangi inefisiensi yang terjadi di perusahaan untuk mendapatkan competitive advantage. PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan tambang batubara terbuka terbesar di dunia khususnya dalam hal pemindahan material overburden (overburden removal) dan batubara. Perusahaan yang mulai beroperasi di tahun 1991 ini terus berekspansi dan meningkatkan jumlah produksinya tiap tahun. Perusahaan ini mempunyai tiga belas divisi yang mempunyai lingkup masing – masing. Dalam kegiatan penambangan, coal mining and processing merupakan kegiatan inti perusahaan di dalam memenuhi demand dari customer. KPC mempunyai sejumlah pit tambang yang beroperasi di area penambangan Sangatta yang ditambang langsung oleh KPC maupun kontraktornya. Juni 2005, operasi penambangan diperluas sampai Bengalon yang berjarak sekitar 25 Km sebelah utara Sangatta. Operasi tambang Bengalon dikontrakkan kepada PT. Darma Henwa. Target produksi perusahaan tiap tahun yang terus ditingkatkan mengharuskan perusahaan untuk terus meningkatkan efisiensi proses penambangan yang ada di tiap pitnya. Pemindahan overburden yang memakan waktu, tidak bernilai ekonomis, dan membutuhkan cost yang tidak sedikit, namun harus tetap dilakukan, mengharuskan perusahaan untuk melakukan proses penambangan yang lebih efisien agar menghemat operating cost. Penghematan operating cost akan berdampak pada meningkatnya profit margin perusahaan. Permasalahan tersebut memicu pentingnya efisiensi di dalam melakukan proses tambang. Salah satu metode untuk mengukur efisiensi adalah Data Envelopment Analysis (DEA). DEA digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari unit – unit analisa yang disebut dengan Decision Making Unit (DMU). DMU yang efisien digunakan sebagai acuan benchmarking bagi DMU yang belum efisien. DEA sangat cocok diterapkan untuk mengevaluasi proses tambang yang ada karena tambang mempunyai banyak pit yang bisa dibandingkan efisiensinya. DEA juga mampu mengakomodasi beda satuan pengukuran yang dipakai di tambang. Permasalahan efisiensi yang ada di tambang bersifat non linear dan kompleks. Oleh sebab itu, Artificial Neural Network (ANN) sangat berguna untuk membantu di dalam menghadapi permasalahan tersebut. Kemampuan ANN di dalam mempelajari pola tanpa memperhatikan hubungan antar input dan output menjadi keungulannya. ANN juga bisa melengkapi kekurangan DEA di dalam melakukan prediksi efisiensi. ANN diharapkan mampu melakukan pengukuran efisiensi yang jauh lebih baik lagi dibandingkan dengan DEA murni. 2. Metodologi Penelitian Terdapat beberapa tahapan dalam metodologi ini, yaitu tahap identifikasi dan perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan pembahasan, serta kesimpulan. 2 2.1 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah Tahapan ini dimulai dengan mengenal perusahaan secara umum sebagai perusahaan tambang dan mengeksplor lebih dalam kegiatan tambang yang terjadi di lapangan. Kemudian dapat dilakukan pengidentifikasian masalah dan penentuan tujuan penelitian, dimana dalam hal ini permasalahan dapat diidentifikasi sebagai seberapa besar efisiensi dari proses coal mined di lapangan. Setelah itu, permasalahan tersebut dirumuskan hingga memperoleh rencana penyelesaian. Studi literatur dilakukan guna memperkuat dasar penyelesaian. 2.2 Tahap Pengumpulan Data Adapun data yang akan digunakan pada penelitian adalah data kuantitatif yang terdapat pada tiap pit yang dikelola di masing – masing departemen perusahaan untuk pengukuran awal Data Envelopment Analysis. Data tersebut antara lain: a. Blasting cost ($) (Input) b. Total time (jam) (Input) c. Total Equipment (unit) (Input) d. Manpower (orang) (Input) e. Coal mined (ton) (Output) 2.3 Tahap Pengolahan Data Setelah data yang diperlukan diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data melalui tahapan berikut. 2.3.1 Perhitungan Korelasi Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan menggunakan metode DEA – ANN maka tahap awal yang dilakukan adalah menentukan variabel – variabel apa saja yang memiliki korelasi dan menghitung tingkat korelasinya. Syarat suatu data input bisa digunakan pada DEA adalah independen terhadap satu sama lain sehingga nilai korelasi haruslah kecil. 2.3.2 Pengolahan Data DEA Pada penelitian ini digunakan metode DEA CRS input oriented. Metode ini mengidentifikasikan ketidakefisienan dan memberikan target perbaikan dengan meminimasi input dan mempertahankan output yang dihasilkan. DEA CRS input oriented (1) (2) (3) (4) Dimana: DMUo = salah satu dari n DMU yang diukur xij = input ke – i dari DMU ke – j yrj = output ke – r dari DMU ke – j xio = input ke – i untuk DMUo yro = output ke – r untuk DMUo j = bobot si--, sr+ = slack 2.3.3 Pengolahan Data Artificial Neural Network Hasil yang diperoleh perhitungan DEA adalah skor efisiensi dari tiap DMU yang dibandingkan. Variabel input dan output DEA digunakan sebagai input bagi ANN dan target pelatihan network yang ingin dicapai ANN adalah nilai efisiensi yang dihasilkan DEA. Pelatihan network digunakan untuk mencari kombinasi terbaik dari penggunaan jumlah node, delay, dan proporsi data. Kombinasi terbaik adalah network hasil pelatihan yang menghasilkan nilai MSE terkecil. 2.3.4 Penetapan Target Perbaikan Penetapan target yang dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan dua metode, yaitu DEA dan DEA – ANN. Penetapan target perbaikan pada metode DEA input oriented dilakukan DMU yang tidak efisien dengan melakukan penurunan variabel input dan peningkatan variabel output sebesar slack variable yang didapat dari perhitungan DEA CRS. (5) Sedangkan metode DEA – ANN menetapakan target perbaikan dengan mengikuti referensi input – output DMU pada bulan yang paling efisien (nilai efisiensi tertinggi). 2.4 Tahap Analisis dan Pembahasan 3 Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai hasil perhitungan korelasi, hasil pelatihan network ANN, dan hasil yang diperoleh metode DEA dan DEA – ANN ditinjau dari skor efisiensi yang dihasilkan dan cara penentuan target perbaikannya. 2.5 Tahap Kesimpulan dan Saran Setelah melakukan analisis, hasil pengolahan data tersebut ditarik kesimpulan – kesimpulan untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. Setiap kesimpulan harus sesuai dengan tujuan sebelumnya. Sedangkan manfaat yang diekspektasikan diterima oleh perusahaan tetapi belum tercapai sepenuhnya dapat dituangkan dalam saran perbaikan. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam tahap ini, setelah melakukan peninjauan langsung ke lapangan, spesifikasi data yang akan digunakan untuk mendukung penelitian ini didapatkan berdasarkan brainstorming dengan tenaga ahli di perusahaan maupun berdasarkan jurnal penelitian yang telah disesuaikan dengan kondisi di perusahaan. 3.1 Klasifikasi DMU Untuk proses pengolahan data, diperlukan pemilihan pit – pit yang ingin dibandingkan. Pit yang dipilih adalah yang sudah mencapai proses overburden removal dan coal mined. Setelah dipilih, selanjutnya pit diklasifikasikan ke dalam DMU. Pengklasifikasianya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi DMU DMU 1 2 3 4 5 Pit Pit J Pit AB Pit Khayal Pit Bendili Pit Melawan Departemen Pit J Hatari Contract mining A Bintang Contract mining A 3.2 Model DEA Constant Return to Scale Model DEA Constant Return to Scale (CRS) digunakan dengan asumsi kasus input – output non linear didekati dengan pendekatan linear. Model ini diolah dengan software LINGO 8. Sebelum diolah, dilakukan uji korelasi. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antar variabel kecil sehingga bisa diolah pada proses selanjutnya. Hasil perhitungan LINGO yang didapat adalah nilai dan slack variable dari masing – masing DMU baik input maupun output. Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil perhitungan: Tabel 2. Rekapitulasi skor efisiensi DEA CRS Bulan DMU 1 DMU 2 DMU 3 DMU 4 DMU 5 Jan 2009 0,9543 67 1 0,58179 3 0,60840 2 1 Feb 2009 1 0,844 2 0,64507 6 0,78848 4 1 Mar 2009 1 1 0,42334 1 0,56473 3 1 Apr 2009 1 0,716 169 0,66462 8 0,47837 1 1 May 2009 0,9645 98 1 1 0,57405 2 1 Jun 2009 1 0,906 145 1 0,45175 7 1 Jul 2009 0,9436 68 0,698 748 0,68513 6 0,77851 3 1 1 Aug 2009 1 1 1 0,72136 6 Sep 2009 0,6749 01 1 0,78337 3 0,66502 2 1 0,9303 22 0,7671 9 0,7683 94 1 1 0,72100 4 1 0,973 126 1 1 1 1 1 0,94092 4 1 Jan 2010 0,7624 78 0,872 685 1 1 0,80453 Feb 2010 0,6614 32 1 1 1 0,54531 7 Mar 2010 0,7709 67 0,705 22 1 1 0,98787 8 Apr 2010 1 0,563 145 1 1 0,67190 9 May 2010 0,5888 77 0,293 379 1 1 1 Jun 2010 1 0,861 661 1 1 0,98186 4 Jul 2010 0,8226 97 1 0,95316 2 1 0,75037 2 Aug2010 0,8600 68 0,860 211 1 1 0,48985 2 Sep 2010 0,8141 92 0,817 235 0,21236 1 1 0,75023 0,6454 2 0,6553 66 0,5762 65 0,514 586 0,751 449 0,474 903 0,67676 3 0,97875 7 1 1 1 1 1 1 1 Jan 2011 0,6488 92 0,503 545 0,21597 5 1 1 Feb 2011 0,7381 46 0,541 805 0,99282 8 1 1 Oct 2009 Nov 2009 Dec 2009 Oct 2010 Nov2010 Dec 2010 3.3 Rancangan Pelatihan Tiap DMU / Pit Berikut ini merupakan rancangan yang digunakan sebagai skenario penelitian yang diolah dengan software MATLAB. Skenario yang dipakai adalah skenario dengan MSE terkecil. Kemudian melalui network yang 4 terbentuk dengan parameter tersebut akan digunakan sebagai simulasi prediksi efisiensi di tiap pit pada bulan – bulan selanjutnya. Jumlah layer =3 Jumlah node tiap layer o Hidden = 1, 2, 3,…, 10 o Output =1 Delay = 2, 3, 4, 5 Proporsi = 80;10;10, 70;15;15 Fungsi pembelajaran = Levenberg – Marquardt Algoritma pembelajaran = Backpropagation Pada umumnya, struktur data input masih berupa data double. Data double tidak bisa diproses pada network time series tool, sehingga strukturnya harus diubah terlebih dahulu menjadi cell array karena urutan data sangat berpengaruh. Syntax yang digunakan untuk mengubah data double menjadi cell array adalah sebagai berikut: a. Terdapat satu data dalam sebuat timesteps >> datacell = num2cell(datadouble); b. Terdapat lebih dari satu data dalam sebuah timesteps >> datacell = cell (1,26); >> for n = 1:26 Datacell{1,n} = [datadouble(1,n); datadouble(2,n);…]; End Proses pelatihan network dilakukan berdasarkan tiap pit / DMU. Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh bisa lebih akurat karena variasi angka input di tiap pit berbeda – beda. Setiap pit memiliki kapasitas tertentu sehingga angka input yang dimiliki pasti berbeda. Dari hasil pelatihan kelima DMU, didapatkan nilai MSE terkecil di tiap – tiap DMU urut dimulai dari DMU 1 hingga DMU 5 sebesar 8,948E-04; 1,100E-02; 2,506E-03; 2,882E-03 dan 3,686E-05. 3.4 Prediksi Efisiensi dengan Network Hasil Pelatihan Network yang telah dilatih dengan nilai MSE terkecil berdasarkan DMU masing – masing digunakan untuk memprediksi efisiensi DMU yang ada. Untuk menggunakan network yang telah dlatih, syntax yang digunakan dapat dilihat pada persamaan berikut. [Y, Pf, Af, E, perf] = sim (net, P, Pi, Ai, T) (6) Keterangan: Net = network P = network inputs Pi = initial input delay conditions Ai = initial layer delay conditions T = network targets Bulan yang diujikan untuk memprediksi efisiensi adalah sepanjang 6 bulan terakhir dari data yang ada. Alasan pemilihannya adalah karena range skor efisiensi pada rentang waktu tersebut akan lebih bervariasi dan mampu memberikan gambaran hasil yang lebih menyeluruh bagaimana DEA – ANN diterapkan. Tabel 3 – Tabel 7 menunjukkan hasil perhitungan DEA – ANN di tiap – tiap DMU. Pada DMU 1, bulan November 2010 merupakan bulan yang paling efisien dalam rentang waktu 6 bulan terakhir. Target perbaikan yang ditetapkan di bulan berikutnya untuk DMU 1 pun mengacu input dan output yang digunakan pada bulan November 2010. Hal yang sama diterapkan pada DMU lainnya. DMU 2 mengacu pada bulan September 2010. DMU 3 mengacu pada bulan Februari 2011. DMU 4 mengacu pada bulan Oktober 2010. Terakhir, DMU 5 mengacu pada bulan November 2010. Tabel 3. Perbandingan Efisiensi DEA dan DEA ANN DMU 1 Bulan Sep 2010 Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 DEA 0,814192 0,64542 0,655366 0,576265 0,648892 0,738146 DEA - ANN 1,1340 1,1557 1,1856 1,1287 1,1158 1,1166 Tabel 4. Perbandingan Efisiensi DEA dan DEA ANN DMU 2 Bulan Sep 2010 Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 DEA 0,817235 0,514586 0,751449 0,474903 0,503545 0,541805 DEA - ANN 0,6627 0,6326 0,5123 0,3035 0,2090 0,2055 5 Tabel 5. Perbandingan Efisiensi DEA dan DEA ANN DMU 3 Bulan Sep 2010 Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 DEA 0,212361 0,676763 0,978757 1 0,215975 0,992828 DEA - ANN 1,0053 0,9720 0,9888 0,9909 0,9731 1,0151 Tabel 6. Perbandingan Efisiensi DEA dan DEA ANN DMU 4 Bulan Sep 2010 Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 DEA 1 1 1 1 1 1 DEA - ANN 0,9866 0,9869 0,9865 0,9868 0,9862 0,9800 Tabel 7. Perbandingan Efisiensi DEA dan DEA ANN DMU 5 Bulan Sep 2010 Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 DEA 0,75023 1 1 1 1 1 DEA - ANN 1,1796 1,1907 1,2403 1,2074 1,1707 1,1629 3.5 Penetapan Target Perbaikan Metode DEA – ANN Penetapan target perbaikan untuk input maupun output di tiap DMU dapat dicapai melalui referensi pada bulan yang efisien di DMU tersebut. Bulan yang dinilai paling baik dan efisien dijadikan referensi untuk bulan berikutnya agar bisa menjadi sama atau lebih baik dan efisien lagi. Nilai target perbaikan untuk DMU 1, DMU 2, DMU 3, DMU 4, dan DMU 5 dapat dilihat melalui perhitungan pada Tabel 8 – Tabel 12. Tabel 8. Hasil penetapan target DMU 1 Variabel Februari 2011 Blasting cost Total time Jumlah Alat Berat Manpower Coal mined 1.754.479 36.922 61 432 255.579 November 2010 (Acuan) 3.693.555 45.299 70 467 356.404 Improve (%) 39,45% Tabel 9. Hasil penetapan target DMU 2 Blasting cost Total time Jumlah Alat Berat 772.997 20.211 September 2010 (Acuan) 1.226.989 29.331 34 45 - Manpower 239 295 - Coal mined 89.178 181.919 103% Variabel Februari 2011 Impro ve (%) - Tabel 10. Hasil penetapan target DMU 3 Variabel - Blasting cost Total time Jumlah Alat Berat Manpower Coal mined - Februari 2011 (Acuan) 886.890 18.954 17 331 112.331 Improve (%) - Tabel 11. Hasil penetapan target DMU 4 Variabel Februari 2011 Blasting cost Total time Jumlah Alat Berat Manpower Coal mined 1.913.161 72.031 117 730 474.584 Oktober 2010 (Acuan) 3.742.957 83.134 122 711 909.799 Improve (%) 2,6% 91,71% Tabel 12. Hasil penetapan target DMU 5 Faktor Februari 2011 November 2010 (Acuan) Improve (%) Blasting cost Total time Jumlah Alat Berat Manpower Coal mined 2.641.112 52.715 77 466 512.469 6.878.886 36.570 81 478 890.492 30,63% 73,77% 3.6 Penetapan Target Perbaikan Metode DEA Penetapan target perbaikan untuk input maupun output dapat dicapai melalui perhitungan slack variable dimana koefisien dari slack variable diperoleh dari hasil pengolahan DEA CRS sebelumnya dengan menggunakan software LINGO 8. Tujuannya adalah untuk membandingkan target perbaikan yang dihasilkan metode DEA dengan metode DEA – ANN. Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil perhitungan di bulan Februari 2011: 6 Tabel 13. Hasil perhitungan DEA CRS DMU 1 Nilai z 0,738146 2 0,541805 3 0,992828 4 5 1 1 Slack variable Si1 = 0,5758277 Si3 = 4,728351 Si4 = 74,08415 Si3 = 1,523985 Si4 = 25,55098 Si1 = 301609 Si2 = 7263,157 Si4 = 226,4808 - Berdasarkan hasil perhitungan DEA CRS yang terekapitulasi pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa DMU yang tidak efisien adalah DMU 1, DMU 2, dan DMU 3 dikarenakan ketiga DMU ini memiliki nilai efisiensi kurang dari satu. Slack variable yang dihasilkan dari perhitungan digunakan untuk melakukan perhitungan penetapan perbaikan. Tabel 14. Hasil penetapan target DMU 1 Faktor Blasting cost Jumlah alat berat Manpower Aktual Target Improve (%) 1.754.479 1.295.061 26,19% 61 40 33,33% 432 245 43,29% Tabel 15. Hasil penetapan target DMU 2 Faktor Jumlah alat berat Manpower Aktual Target Improve (%) 34 17 50% 239 104 56,49% Tabel 16. Hasil penetapan target DMU 3 Faktor Blasting cost Total time Manpower Aktual Target Improve (%) 886.890 578.920,23 34,73% 18.954 331 11.554,91 102 39,04% 69,18% 4. Analisis dan Pembahasan Bagian ini akan memaparkan analisis mengenai perbandingan hasil perhitungan efisiensi di antara kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini. 4.1 Analisis Perbedaan Hasil Efisiensi DEA dan DEA – ANN Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 3 – Tabel 7 menunjukkan bahwa ANN mampu mengikuti pola skor efisiensi yang dihasilkan oleh DEA berdasarkan variabel input pada DEA per bulannya di tiap DMU. Lebih dari itu, ANN juga menghasilkan hasil prediksi efisiensi yang lebih baik dan lebih akurat dibandingkan dengan DEA. Pengujian network hasil pelatihan akan menghasilkan nilai efisiensi yang lebih akurat karena lebih sensitif terhadap pola masukan yang serupa (tapi tidak sama dalam hal besaran nilainya). Hal inilah yang membedakan dengan metode DEA. DEA menetapkan skor efisiensi tertinggi adalah 1. Hal ini disebabkan karena perbedaan cara perhitungan. DEA menggunakan program linear yang dibatasi oleh konstrain – konstrain. Konstrain merupakan penjumlahan dari perkalian nilai input ataupun output sejenis di tiap DMU dengan variabel bobot yang dibatasi oleh nilai input dan output DMU yang ditinjau. Konstrain ini berfungsi agar nilai efisiensi tidak bisa melebihi 1. Konstrain yang terdiri dari nilai input ataupun output DMU – DMU yang dibandingkan menyebabkan nilai efisiensi yang diperoleh pun berdasarkan bobot relatif terhadap DMU yang ada. Sedangkan ANN menggunakan algoritma backpropagation untuk melatih network di tiap DMU dengan mempelajari input dari DEA untuk dikenali polanya dan menyesuaikan bobotnya sehingga target berupa skor efisiensi seperti pada DEA diperoleh. Dari kedua metode tersebut, terlihat bahwa DEA merupakan efisiensi relatif yang menyebabkan nilai efisiensi bernilai maksimal 1. ANN yang berorientasi pada masing – masing DMU mampu menghasilkan nilai efisiensi lebih dari 1 karena tidak tergantung terhadap DMU yang lainnya dan lebih sensitif terhadap perubahan nilai input. Batasan maksimal nilai efisiensi pada DEA inilah yang membedakannya dengan ANN. 4.2 Analisis Penetapan Target Perbaikan Metode DEA – ANN ANN mempunyai perbedaan dengan DEA di dalam penetapan target perbaikan. Pada DEA penetapan target dilakukan berdasarkan slack variable hasil perhitungan. Slack variable didapatkan bedasarkan acuan pada DMU yang efisien. Namun hal tersebut tidak dapat 7 dilakukan pada ANN karena pada penelitian ini, ANN hanya berfungsi sebagai tool prediksi efisiensi. Perhitungan dengan ANN pun tidak tergantung antar DMU. Hal ini menyebabkan perbaikan yang dilakukan di DMU dilakukan berdasarkan acuan pada bulan yang efisien di DMU tersebut. Dengan mengacu pada bulan yang efisien diharapkan perusahaan bisa menetapkan standar input dan output yang harus dicapai pada bulan berikutnya sehingga efisiensi ikut meningkat. 4.3 Analisis Penetapan Target Perbaikan Metode DEA Bedasarkan hasil perhitungan DEA didapatkan tiga DMU yang belum mencapai nilai optimal atau tidak efisien. DMU tersebut adalah DMU 1, DMU 2, dan DMU 3. Penetapan target perbaikan diperlukan agar kedua DMU tersebut menjadi efisien. Penetapan target perbaikan didasari pada nilai slack variable yang didapatkan dari perhitungan DEA CRS. Tabel 17. Hasil perhitungan DEA CRS DMU 1 Nilai z 0,738146 2 0,541805 3 0,992828 4 5 1 1 Slack variable Si1 = 0,5758277 Si3 = 4,728351 Si4 = 74,08415 Si3 = 1,523985 Si4 = 25,55098 Si1 = 301609 Si2 = 7263,157 Si4 = 226,4808 - Dari tabel di atas didapatkan nilai efisiensi dari DMU 1 adalah 0,738146; nilai efisiensi untuk DMU 2 adalah 0,541805; dan nilai efisiensi untuk DMU 3 adalah 0,992828 yang berarti ketiga DMU ini tidak efisien, agar menjadi efisien maka perlu dilakukan perbaikan pada variabel – variabel mengandung nilai slack variable. Pada penetapan perbaikan nantinya untuk variabel input akan dilakukan penurunan sebesar nilai slack variable sedangkan pada variabel output akan dilakukan peningkatan sebesar nilai slack variable. apabila rasio output per input yang dihasilkan oleh suatu DMU masih belum efisien dibandingkan rasio output per input DMU lainnya Hal ini menyebabkan nilai efisiensi DMU tersebut belum mencapai 1. Apabila nilai efisiensi DMU tersebut sudah mencapai 1 maka target perbaikan tidak perlu dilakukan lagi. Berbeda dengan DEA, metode DEA – ANN menghasilkan nilai efisiensi secara time series (dalam kasus ini bulan per bulan) dari DMU itu sendiri tanpa tergantung DMU yang lainnya. Metode ini juga memberikan cara bagi DMU untuk bisa meningkatkan efisiensinya. Dari perhitungan yang dilakukan pada sub bab 4.2.4 dan 4.2.5 terdapat perbedaan di dalam penetapan target perbaikan oleh DEA dan DEA – ANN. Metode DEA menetapkan target perbaikan berdasarkan slack variable yang dihasilkan dari perhitungan sedangkan metode DEA – ANN menetapkan target perbaikan berdasarkan acuan input dan output yang menghasilkan skor efisiensi terbaik dari DMU tersebut. Perbedaan dalam penetapan target perbaikan dari dua metode tersebut menjadi hal yang bisa dikombinasikan. Metode DEA – ANN bisa menjadi komplementer bagi DEA. Penetapan target perbaikan DEA yang mengacu pada DMU – DMU yang dibandingkan terkadang menghasilkan target yang kurang relevan dengan kemampuan DMU itu sendiri. Hal ini dikarenakan tiap DMU memiliki kemampuan menghasilkan input dan output yang berbeda – beda dan performanya tidak bisa dipaksakan untuk sama dengan DMU acuan. Kelemahan tersebut bisa diisi oleh DEA – ANN yang memberikan target perbaikan yang lebih relevan berdasarkan kemampuan dan kapasitas DMU itu sendiri. Sebagai contoh ilustrasi untuk menggambarkan hasil penetapan target perbaikan DEA yang kurang relevan adalah sebagai berikut: 4.4 Analisis Perbedaan Penetapan Target Perbaikan DEA dan DEA – ANN Metode DEA menghasilkan nilai efisiensi dengan slack variable berdasarkan DMU – DMU yang dibandingkan. Slack variable terjadi 8 Tabel 18. Perbandingan target perbaikan 2 metode di DMU 1 bulan Februari 2011 Variabel Blasting cost Total time Jumlah alat berat Manpower Coal Mined Target Perbaikan DEA 1.295.061 36.922 Target Perbaikan DEA - AAN 1.754.479 36.922 40 61 61 245 255.579 432 356.404 432 356.404 Keputusan Variabel 1.295.061 36.922 Blasting cost Total time Jumlah alat berat Manpower Coal Mined Berdasarkan Tabel 17, bisa dilihat bahwa DEA memberikan target perbaikan yang bila diaplikasikan ke lapangan akan sangat sulit untuk dilakukan bahkan cenderung mustahil. Sebagai contoh, jumlah alat berat dikurangi menjadi 40 unit saja untuk menghasilkan output berupa coal mined 255.579 ton. Jumlah alat berat 40 unit tidak akan bisa menghasilkan output sebanyak itu bila dilihat berdasarkan data 2 tahun belakangan. Di sinilah kegunaan metode DEA – ANN yang bisa memberikan perbandingan penetapan target perbaikan. DEA – ANN dalam beberapa kasus mampu memberikan saran target perbaikan yang lebih relevan berdasarkan efisiensi secara time series di suatu DMU. Sebagai contoh, dengan jumlah alat berat 61 unit masih dimungkinkan untuk menghasilkan output berupa coal mined hingga 356.407 ton. Keputusan untuk menetapkan target perbaikan di tiap DMU secara lengkap bisa dilihat pada kolom ‘Keputusan’ di Tabel 17, Tabel 18, Tabel 19, Tabel 20, dan Tabel 21. Tabel 19. Perbandingan target perbaikan 2 metode di DMU 2 bulan Februari 2011 Variabel Blasting cost Total time Jumlah alat berat Manpower Coal Mined Target Perbaikan DEA Target Perbaikan DEA - AAN Keputusan 772.997 1.226.989 772.997 20.211 29.331 20.211 17 45 45 104 89.178 295 181.919 295 181.919 Tabel 20. Perbandingan target perbaikan 2 metode di DMU 3 bulan Februari 2011 Variabel Blasting cost Total time Jumlah alat berat Manpower Coal Mined Tabel 21. Perbandingan target perbaikan 2 metode di DMU 4 bulan Februari 2011 Target Perbaikan DEA Target Perbaikan DEA - AAN Keputusan 578.920 886.890 578.920 11.554 18.954 11.554 17 17 17 102 112.331 331 112.331 331 112.331 Target Perbaikan DEA - Target Perbaikan DEA - AAN 1.913.161 83.134 - 122 122 - 711 909.799 711 909.799 Keputusan 1.913.161 83.134 Tabel 22. Perbandingan target perbaikan 2 metode di DMU 5 bulan Februari 2011 Variabel Blasting cost Total time Jumlah alat berat Manpower Coal Mined Target Perbaikan DEA Target Perbaikan DEA - AAN Keputusan - 2.641.112 36.570 2.641.112 36.570 - 81 81 - 478 890.492 478 890.492 5. Kesimpulan Berdasarkan dari semua proses penelitian, hasil yang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis korelasi, variabel – variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi pit adalah untuk variabel input terdiri dari blasting cost, total time, jumlah alat berat, dan manpower; sedangkan untuk variabel output adalah coal mined. 2. Dari hasil pelatihan network di tiap DMU, diambil nilai MSE pengujian terkecil untuk digunakan dalam prediksi efisiensi di tiap DMU menggunakan ANN. a. MSE DMU 1: 8,948E-04 b. MSE DMU 2: 1,100E-02 c. MSE DMU 3: 2,506E-03 d. MSE DMU 4: 2,882E-03 e. MSE DMU 5: 3,686E-05 3. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan efisiensi menggunakan metode DEA dan DEA – ANN dapat disimpulkan bahwa DEA – ANN menjadi komplementer bagi DEA karena perhitungan efisiensi maupun penetapan target perbaikan DEA – ANN berdasarkan time series. 4. Saran penetapan perbaikan yang bisa dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi proses di tiap DMU didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan hasil metode DEA dan DEA – ANN sebagai berikut: 9 a. DMU 1 - Blasting cost sebesar US$ 1.295.061 - Total time sebesar 36.922 jam - Jumlah alat berat sebesar 61 unit - Manpower sebesar 432 orang - Coal mined sebesar 356.404 ton b. DMU 2 - Blasting cost sebesar US$ 772.997 - Total time sebesar 20.211 jam - Jumlah alat berat sebesar 45 unit - Manpower sebesar 295 orang - Coal mined sebesar 181.919 ton c. DMU 3 - Blasting cost sebesar US$ 578.920 - Total time sebesar 11.554 jam - Jumlah alat berat sebesar 17 unit - Manpower sebesar 331 orang - Coal mined sebesar 112.331 ton d. DMU 4. - Blasting cost sebesar US$ 1.913.161 - Total time sebesar 83.134 jam - Jumlah alat berat sebesar 122 unit - Manpower sebesar 711 orang - Coal mined sebesar 909.799 ton e. DMU 5 - Blasting cost sebesar US$ 2.641.112 - Total time sebesar 36.570 jam - Jumlah alat berat sebesar 81 unit - Manpower sebesar 478 orang - Coal mined sebesar 890.492 ton 6. Saran Berdasarkan kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini, maka terdapat saran yang bisa diajukan untuk perbaikan maupun pengembangan penelitian ini ke depannya, yaitu penelitian dengan metode yang sama bisa dikembangkan untuk bidang yang berbeda, contohnya adalah di bidang marketing maupun supply chain & logistics. 7. Daftar Pustaka Azadeh, A., Ghaderi, S. F., Anvari, M. & Saberi, M. 2007. Performance assessment of electric power generations using an adaptive neural network algorithm. Energy Policy, 35, 3155 - 3166. Banker, R. D., Charnes, A. & Cooper, W. W. 1984. Some models for estimating technical and scale efficiencies in data envelopment analysis. Management Science, 30, 1078 1092. Celebi, D. & Bayrakatar, D. An integrated neural network and data envelopment analysis for suplier evaluation under incomplete information. Expert Systems with Applications, 35, 1698 - 1710. Charnes, A., Cooper, W. & Rhodes, E. 1978. Measuring the efficiency of decision making units. European Journal of Operational Research, 2, 429 - 444. Fausett, L. 1994. Fundamentals of Neural Network: Architectures, Algorithms, and Applications, New Jersey, Prentice Hall. Giovannini, E. & Nezu, R. 2001. Measuring Productivity OECD Manual: Measurement of Aggregate and Industry - Level Productivity Growth Liang, L. & Wu, D. 2005. An application of pattern recognition on scoring Chinese corporation financial conditions based on backproagation neural network. Computers and Operation Research, 32. Mostafa, M. M. 2009. Modeling the efficiency of top Arab banks: A DEA - neural network approach. Expert Systems with Applications, 309-320. Rumelhart, D. E. & McClelland, J. L. 1986. Parallel Distributed Processing: Explorations in the Microstructure of Cognition. Foundation. Cambridge, MA: MIT Press. Santosa, B. 2007. Data Mining: Teknik Pemanfaatan Data untuk Keperluan Bisnis, Yogyakarta, Graha Ilmu. Siang, J. J. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan & Pemrogramannya Menggunakan MATLAB, Yogyakarta, Penerbit ANDI. Sozen, A., Menlik, T. & Unvar, S. 2008. Determination of efficiency of flat - plate solar collectors using neural network approach. Expert Systems with Applications, 35, 1533 - 1539. Sumanth, D. J. 1985. Productivity Engineering and Management, New York, McGraw - Hill Talluri, S. 2000. Data Envelopment Analysis: Models and Extensions. Production / Operation Management. Tersine, R. J. 1994. Principles of Inventory and Material Management, New Jersey, Prentice Hall. Wang, S. 2003. Adaptive non - parmetric efficiency frontier analysis: A neural network - based model. Computer and Operation Research, 30, 279 - 295. 10 Werbos, P. L. 1974. Beyond regressions: new tools for prediction and analysis in the behavior sciences. Ph.D Thesis, Harvard University. Wu, D., Yang, Z. & Liang, L. 2006. Using DEA - neural network approach to evaluate branch efficiency of a large Canadian bank. Expert Systems with Applications, 31, 108-115. Zhu, W. D. C. J. 2008. Data Envelopment Analysis: Modeling Operational Processes and Measuring Productivity, Lexington, KY. 11