analisa keterkaitan pengeluaran pemerintah dan

advertisement
ANALISA KETERKAITAN PENGELUARAN PEMERINTAH
DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA :
PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL
(VECM)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Danis Ardiyanto
105020115111009
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISA KETERKAITAN PENGELUARAN PEMERINTAH
DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA:
PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL (VECM)
Yang disusun oleh :
Nama
:
Danis Ardiyanto
NIM
:
105020115111009
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2013
Malang, 25 Juli 2013
Dosen Pembimbing,
Putu Mahardika Adi S., SE, M.Si, MA, Ph.D.
NIP. 19760910 200212 1 003
Analisa Keterkaitan Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto di Indonesia:
Pendekatan Vector Error Correction Model (VECM)
di Indonesia
Danis Ardiyanto
Putu Mahardika Adi Saputra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Email :[email protected]
ABSTRACT
This study aimed to analyze the relationship of government expenditure per type of expenditure (routine and
development) with the Gross Domestic Product in the short term and long term. This study uses quantitative
methods with Vector Error Correction Model (VECM) analysis approach . Indonesian research object is in a
period of 43 years. The result is there are linkages between development expenditure and GDP also GDP with
routine expenditures. In the long term GDP is significantly positive effect on routine expenditure and development
expenditure..
Keywords: Government expenditure, Gross Domestic Product, VECM.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan pengeluaran pemerintah per jenis pengeluaran (rutin
dan pembangunan) dengan Produk Domestik Bruto dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis Vector Error Correction Model (VECM). Objek
penelitian adalah Indonesia dalam jangka waktu 43 tahun. Hasil penelitian ini adalah terdapat keterkaitan antara
PDB dengan pengeluaran pembangunan dan PDB dengan pengeluaran rutin. Dalam jangka panjang PDB secara
signifikan positif berpengaruh terhadap pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Kata Kunci : Pengeluaran Pemerintah, Produk Domestik Bruto, VECM.
A. LATAR BELAKANG
Ketika terjadi krisis finansial global pada tahun 2008 yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi
dan diikuti dengan menurunnya volume perdagangan global pada tahun 2009. Hal ini akan berdampak pada
penurunan kapasitas produksi yang bisa memicu lonjakan pengangguran. Kekhawatiran atas dampak negatif
melemahnya ekonomi global memberi tekanan yang pada mata uang seluruh dunia.Indonesia pada triwulan III tahun
2008 mulai mengalami pengaruh dari krisis tersebut. Dampak negatif yang paling cepat dirasakan pada saat itu pada
sektor keuangan berupa penurunan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia sekitar 50 persen dan nilai tukar
rupiah pada saat itu terdepresiasi sebesar 17,5 persen. Kondisi tersebut berpengaruh signifikan terhadap perlambatan
pertumbuhan ekonomi, dimana kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4,0 – 5,0 persen
dengan titik estimasi paling optimis pada 4,7 persen. Berkaitan dengan itu, dalam rangka memperkecil dampak
negatif dari krisis keuangan global tersebut, Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah penyesuaian darurat di
bidang fiskal, guna menyelamatkan perekonomian nasional tahun 2009 dari krisis global, antara lain dengan
memperluas program stimulus ekonomi melalui APBN 2009, salah satunya dengan penyesuaian berbagai besaran
pendapatan negara, belanja negara serta defisit dan pembiayaan anggaran. Bentuk intervensi dalam hal ini dilakukan
pemerintah dengan melakukan kebijakan fiskal dalam bentuk intervensi anggaran.Dari penjelasan diatas terlihat
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur pembangunan ekonomi dalam suatu negara, sehingga
apabila terjadi guncangan ekonomi yang mengakibatkan perlambatan perekonomian maka pemerintah melakukan
berbagai kebijakan untuk menstabilkan perekonomian. Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori yang dapat
dilihat dari identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X-M) yang merupakan sumber
legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari
persamaan diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau
menurunkan pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam
mengatur pengeluarannya.Pengeluaran rutin pemerintah digunakan untuk pengeluaran yang tidak produktif dan
mengarah kepada konsumsi sedang pengeluaran pembangunan lebih bersifat investasi.
Dalam teori ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah (government
expenditure) mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Wagner menyebutkan bahwa dalam suatu
perekonomian apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka pengeluaran pemerintah juga akan meningkat
(Wagner dalam Mahyuddin, 2009), dimana analogi untuk Hukum Wagner ini adalah dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi maka kebutuhan akan penyediaan barang publik juga akan meningkat sehingga dibutuhkan
pembiayaan melalui penerimaan pemerintah yang pada akhirnya pengeluaran pemerintah juga akan meningkat atau
dapat diartikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga akan mencerminkan besarnya dana pengeluaran pemerintah
untuk membiayai kebutuhan layanan jasa pemerintah. Namun Aliran Keynesian menggambarkan sebaliknya, bahwa
dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah akan mendorong peningkatan permintaan barang dan jasa
secara agregat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola hubungan antara pengeluaran
pemerintah (per jenis pengeluaran) dengan PDB dalam jangka panjang maupun pada jangka pendek.
.
B. KAJIAN PUSTAKA
Pengeluaran Pemerintah dan PDB
Pengeluaran pemerintah dapat mencerminkan suatu kebijakan pemerintah.Ketika pemerintah telah menetapkan
suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, maka pengeluaran pemerintah merupakan sejumlah biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut(Mangkoesoebroto, 2001).Pengaruh
kenaikan pengeluaran pemerintah dapat digambarkan dalam model yang dibangun oleh Keynes (Mankiw, 2006)
menyebutkan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh keinginan rumah
tangga, perusahaan dan pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya.. Kenaikan pengeluaran yang
direncanakan akan menyebabkan peningkatan permintaan agregat. Permintaan agregat akan mendorong produksi
barang dan jasa yang akan menyebabkan pendapatan juga akan meningkat
Teori permintaan agregat dari Keynes mencoba mencari pola hubungan antara kebijakan fiskal terhadap output
nasional. Output nasional atau PDB sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah
untuk membelanjakan pendapatannya. Semakin banya pelaku ekonomi tersebut berbelanja semakin banyak barang
dan jasa yang bisa dijual perusahaan. Output perusahaan yang meningkat akan berdampak pada meningkatnya
penggunaan faktor tenaga kerja, hal ini menyebabkan akan menurunnya penggangguran.
Efek pengganda pengeluaran negara muncul akibat permintaan belanja negara direspon oleh perusahaan dan
dijadikan sebagai pendapatan, kemudian pendapatan perusahaan di jadikan sebagai dana untuk belanja perusahaan
seperti belanja modal, belanja gaji dan sebagainya. Pendapatan dari gaji maupun modal dijadikan untuk konsumsi
lagi.Konsumsi meningkatkan pendapatan perusahaan dan begitu seterusnya.
C. METODE PENELITIAN
Objek dan Metode Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder time series dengan
jangka waktu tahun 1969 sampai dengan 2011 yang diperoleh dari World Bank,Laporan Tahunan Nota Keuangan
dan APBN, dan Asian Development Bank (ADB).
Metode dan Prosedur Analisis Data
Untuk mengetahui keterkaitan antara pengeluaran pemerintah per jenis pengeluaran dengan PDB dala, jangka
pendek dan panjangdalam penelitian menggunakan metode vectorerror correction model (VECM).Dalam penelitian
menggunakan uji stasioneritas, penentuan lag, uji kausalitas Granger, uji kointegrasi, interpretasi VECM dalam
bentuk Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition.
Spesifikasi Model
Model dalam penelitian ini mengadaptasi model yang digunakan Alfirman dan Sutriono (2006) yang melakukan
penelitian mengenai hubungan antara pengeluaran pemerintah dan PDB, dan diformulasikan sebagai berikut:
Model 1
: Hubungan PDB dengan PEMB
Model 2
: Hubungan PDB dengan RUTIN
Dimana :
PDB
= Nilai Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku;
PEMB = Total Realisasi Pengeluaran Pembangunan Pemerintah.
RUTIN = Total Realisasi Pengeluaran Rutin Pemerintah;
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan PDB
Setelah terbitnya Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah Indonesia
menggunakan format anggaran baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget). Sehingga dalam penelitian ini
diasumsikan pengeluaran pemerintah masih berupa pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran
rutin adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta untuk memenuhi kewajiban atas hutang dalam negeri dan luar
negeri dan pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan. PDB nominal atau juga disebut PDB atas harga berlaku merupakan jumlah nilai tambah bruto dari
semua produsen penduduk dalam perekonomian ditambah pajak produk dan dikurangi semua subsidi yang tidak
termasuk dalam nilai produk. Variabel diukur dengan harga berlaku dengan menggunakan asumsi yang meliputi
perkembangan harga, cakupan komoditas produksi dan konsumsi serta jenis dan kualitas barang maupun jasa yang
dihasilkan
Uji Akar Unit
Dalam analisis runtut waktu, uji stasioner diketahui dengan menggunakan uji akar unit (unit root) dengan
menggunakan metode ADF. Terlebih dahulu menguji setiap variabel pada derajat I(0) atau derajat level dengan
hipotesis sebagai berikut: Nilai kestasioneritas data dapat juga diketahui dari nilai probabilitas Mac-Kinnon dimana
nilai prob. Mac-Kinnon kecil dari nilai probabilitas kritis α = 1%, 5% atau 10%. Hasil seluruh variabel stasioner
pada diferensiasi pertama, dapat juga dicari melalui dari nilai prob. Mac-Kinnon dari seluruh variabel yang lebih
kecil dari nilai probabilitas kritis 1%, 5% dan 10%.Karena seluruh variabel sudah stasioner pada diferensi pertama
maka tidak perlu dilanjutin uji stasioner ke diferensiasi kedua.
Tabel 1: Hasil Pengujian Akar Unit
Critical Values
Variabel
ADF t-statistic
D(LPDB)
-4.902114* ** ***
D(LPEMB)
-6.793440* ** ***
D(LRUTIN) -6.224265* ** ***
Sumber: Olahan Eviews 7.2
1%
5%
10%
-4.198503
-4.198503
-4.198503
-3.523623
-3.523623
-3.523623
-3.192902
-3.192902
-3.192902
Penentuan Lag Optimal
Lag optimal merupakan jumlah lag yang memberikan pengaruh atau respons yang signifikan. Dimana hasil
dalam uji panjang lag (Lag Length) ditentukan dengan jumlah bintang terbanyak yang direkomendasi dari masingmasing kriteria uji lag length. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa untuk kedua model, lag yang disarankan
adalah 1.
Tabel 2: Hasil Pengujian Lag Optimal
Model 1
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0
1
2
3
-105,7004
49.48382
51.26039
54.80341
NA
279.3317*
3.020173
5.668819
0.826492
0.000431*
0.000484
0.000498
5.485022
-2.074191*
-1.963020
-1.940170
5.653910
-1.736415*
-1.456356
-1.264619
5.546087
-1.952062*
-1.779826
-1.695912
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0.062185
6.70e-05*
7.58e-05
7.60e-05
2.897942
-3.935886*
-3.816264
-3.819422
3.066830
-3.598110*
-3.309600
-3.143870
2.959007
-3.813757*
-3.633070
-3.575163
Model 2
Lag
0
-53.95885
NA
1
86.71771
253.2178*
2
88.32528
2.732859
3
92.38848
6.501048
Sumber: Olahan Eviews 7.2
Uji Kausalitas Granger
Setelah panjang lag optimal telah ditentukan, langkah selanjutnya yaitu uji kausalitas Granger untuk
mengetahui hubungan sebab-akibat antar variabel dalam penelitian. Dari hasil uji kausalitas Granger ditemukan
bahwa PDB mempengaruhi PEMB dan PDB mempengaruhi RUTIN.
Tabel 3: Hasil Pengujian Kausalitas Granger
Model 1
Hipotesa Null
Prob.
LPEMB does not Granger Cause LPDB
LPDB does not Granger Cause LPEMB
0.4000
0.0779
Model 2
Hipotesa Null
Prob.
LRUTIN does not Granger Cause LPDB
LPDB does not Granger Cause LRUTIN
0.4731
0.0159
Sumber: Olahan Eviews 7.2
Uji Kointegrasi Johansen
Pengujian kointegrasi menggunakan selang optimal atau lag sesuai dengan pengujian sebelumnya untuk
penentuan asumsi deterministik yang melandasi pembentukan persamaan kointegrasi didasarkan pada nilai kriteria
informasi Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Information Criterion (SIC) yang dikembangkan oleh
Johansen (Johansen Cointegration Approach). Dengan prosedur ini maka akan terlihat banyaknya hubungan
kointegrasi. Syarat kointegrasi adalah seluruh variabelnya terintegrasi pada derajat yang sama dimana hasil dari
pengujian ini dilakukan adalah untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel dependen
dan independen
Tabel 4: Uji Kointegrasi
Model 1
Nilai Trace
17.18122
Nilai Kritis (α = 5%)
15.49471
Nilai Max Eigen
16.08403
Nilai Kritis (α = 5%)
14.26460
Model 2
Nilai Trace
18.59668
Nilai Kritis (α = 5%)
15.49471
Nilai Max Eigen
15.66105
Nilai Kritis (α = 5%)
14.26460
Sumber: Olahan Eviews 7.2
Pada Uji Kointegrasi Johansen diatas menunjukan data terkointegrasi, hal ini dapat dilihat pada nilai trace dan
max eigen dari kedua fungsi persamaan lebih besar dari nilai kritis pada α = 0,05. Pada fungsi pertama nilai trace
(17.18122) > nilai kritis α = 0,05(15.49471) begitu juga nilai max eigen (16.08403) > dari nilai kritis α = 0,05
(14.26460). Sehingga persamaan pertama memiliki hubungan kointegrasi.Sedangkan pada fungsi kedua nilai trace
(18.59668) dan max eigen (15.66105) lebih besar dari nilai kritis α = 0,05 masing-masing ( 15.49471dan 14.26460).
Sehingga persamaan pertama memiliki hubungan kointegrasi.
Hasil Estimasi VECM Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDB
Model persamaan ECM merupakan model persamaan dinamis dalam jangka pendek.Karena dalam jangka
pendek variabel-variabel dalam model tidak ekuilibrium.Oleh karena itu, meletakkan error term pada model ECM
sebagai equilibrium error.Dapat dikatakan bahwa model ECM merupakan model persamaan jangka pendek.
Tabel 5: Hasil Estimasi ECM
Model 1
Variabel
D(LPEMB(-1))
D(LPDB(-1))
ECT
DUM
Koefisien
-0.116793
0.347201
-0.248924
0.520572
t-statistik
-0.75362
0.61736
-3.87212
2.56649
Model 2
Variabel
D(LRUTIN(-1))
D(LPDB(-1))
ECT
DUM
Sumber: Olahan Eviews 7.2
Koefisien
0.002087
0.281811
-0.454650
0.409648
t-statistik
0.01276
0.97840
-3.66415
4.60095
Dari hasil estimasi ECM ditemukan hasil bawa dalam jangka pendek baik model 1 dan model 2 terdapat
keseimbangan jangka pendek, namun keterkaitan antara pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran
pengeluaran rutin dengan PDB tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistik yang lebih kecil dari nilai ttabel dengan signifikansi 10% dan jumlah data 43 adalah sekitar 1,30364.
Koefisien ECT untuk model 1 bernilai -0.248924merupakan nilai kecepatan dalam penyesuaian diri menuju
tren jangka panjang sebesar 24,89% dengan 1 lag. Dapat diartikan juga bahwa sebesar 24,89% dari ketidaksesuaian
yang dapat dikoreksi jangka pendek terhadap jangka panjang selama 1 tahun. Koefisien ECT untuk model 2 bernilai
-0.454650merupakan nilai kecepatan dalam penyesuaian diri menuju tren jangka panjang sebesar 45,46% dengan 1
lag. Dapat diartikan juga bahwa sebesar 45,46% dari ketidaksesuaian yang dapat dikoreksi jangka pendek terhadap
jangka panjang selama 1 tahun
Tabel 6: Persamaan Kointegrasi
Model 1
t-statistik
t-tabel (α=10%)
Cointegrating Eq
Koifisien
LPEMB(-1)
LPDB(-1)
C
Co-integration Equation
1.000000
-0.539003
-6.76757
1,30364
-2.198704
PEMB= -2.198704 + 0.539003*LPDB(-1)
Model 2
t-statistik
t-tabel (α=10%)
Cointegrating Eq
Koifisien
LRUTIN(-1)
LPDB(-1)
C
Co-integration Equation
1.000000
-0.992914
-54.3579
1,30364
8.883073
RUTIN= 8.883073 + 0.992914* LPDB(-1)
Sumber: Olahan Eviews 7.2
Dari Tabel 6 dapat diinterpratasikan untuk Model 1 dapat diketahui bahwa variabel PDB berpengaruh secara
signifikan positif terhadap LPEMB dengan nilai t-statistic sebesar -6.76757. Dimana dari persamaan jangka
panjangnya pada tabel 4.7 untuk model 1 dapat diketahui bahwa perubahan 1% LPDB (Produk Domestik Bruto)
akan meningkatkan LPEMB (pengeluaran pembangunan) sebesar 0.53%. Sedangkan untuk model 2 dengan tingkat
kepercayaan 90%, dalam jangka panjang LPDB secara signifikan positif mempengaruhi variabel LRUTIN
(pengeluaran rutin) dengan nilai t-statistic sebesar -54.3579. Pada model 2 dapat diketahui apabila terjadi kenaikan
1% LPDB akan meningkatkan LRUTIN sebesar 0.99%
Impulse Response Function (IRF)
Impulse Response Function (IRF) dapat memberikan gambaran respon dari suatu variabel di masa yang akan
datang terhadap gangguan atau kejutan (shock) variabel lain. Dengan demikian, lama pengaruh dari shock suatu
variabel terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat atau
diketahui. Dalam penelitian ini, hanya akan dipaparkan IRF yang sesuai dengan pola hubungan yang ditunjukkan
oleh uji Granger Causality
Gambar 1: Impulse Response FunctionLPEMB terhadap shock LPDB
Sumber : hasil olahan data, Eviews 7.2
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa variabel pengeluaran pembangunan baru mulai merespon perubahan/shock
yang terjadi pada PDB pada periode pertama. Pengeluaran pembangunan merespon positif shock yang terjadi pada
variabel PDB hingga periode ketiga dan relatif konstan/permanen pada periode selanjutnya.
Dari gambar 2 ditunjukkan respon variabel pengeluaran rutin (RUTIN) terhadap kejutan (shock) variabel
Produk Domestik Bruto (PDB). Respon terhadap kejutan terjadi mulai pada periode pertama sampai periode
selanjutnya cenderung naik stabil di atas garis keseimbangan
Gambar 2 : Impulse Response Function LRUTIN terhadap shock LPDB
Sumber : hasil olahan data, Eviews 7.2
Variance Decomposition
Variance Decomposition menjelaskan bagaimana varian dari suatu variabel ditentukan oleh variabel-variabel
lain dan ditentukan juga dari variabel itu sendiri.
Tabel 7: Variance Decomposition
Model 1
Periode
S.E.
LPEMB
LPDB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.273747
0.332034
0.364907
0.384205
0.396359
0.404163
0.410761
0.415816
0.420345
0.424622
100.0000
98.77851
97.40077
95.90512
94.32204
92.66480
90.95440
89.21527
87.47117
85.74261
0.000000
1.221490
2.599228
4.094883
5.677956
7.335204
9.045602
10.78473
12.52883
14.26739
S.E.
LRUTIN
LPDB
Model 2
Periode
1
0.120644
100.0000
2
0.167794
92.02319
3
0.204751
83.79286
4
0.236027
75.77603
5
0.264055
68.71059
6
0.289898
62.70521
7
0.314070
57.68970
8
0.336857
53.52198
9
0.358447
50.05319
10
0.378982
47.15092
Sumber : hasil olahan data, Eviews 7.2
0.000000
7.976814
16.20714
24.22397
31.28941
37.29479
42.31030
46.47802
49.94681
52.84908
Dari tabel 7 menjelaskan kontribusi dari PDB terhadap pembentukan variabel pengeluaran pembangunan dan
pengeluaran rutin. Untuk model 1 pada periode pertama forecast error varianceLPEMB ditentukan oleh variabel
LPEMB itu sendiri. Untuk periode selanjutnya variabel LPDB memberikan kontribusi yang cenderung tidak terlalu
signifikan. bahkan pada periode kesepuluh LPDB hanya mampu berkontribusi sebesar 14.26% dan sedangkan
variabel LPEMB itu sendiri membentuk total PEMB sebesar 85.74%. Untuk model 2 pada periode pertama forecast
error varianceLRUTIN ditentukan oleh variabel LRUTIN itu sendiri. Untuk periode selanjutnya variabel LPDB
cukup signifikan memberikan kontribusi, bahkan pada periode kesepuluh variabel LPDB menyumbangkan sebesar
52.84% dan variabel LRUTIN menjelaskan dirinya sendiri sebesar 47.15%.
Interpretasi Keterkaitan Pengeluaran Pembangunan dengan PDB
Dari hasil uji kausalitas Granger didapatkan hasil terdapat hubungan searah dimana variabel pengeluaran
pembangunan pemerintah dipengaruhi Produk Domestik Bruto, namun tidak sebaliknya. Dari estimasi VECM
ditemukan PDB berpengaruh signifikan positif terhadap pengeluaran pembangunan pemerintah dalam jangka
panjang. Peningkatan PDB dapat dilihat dari kebutuhan pemerintah dalam penyediaan barang publik juga akan
cenderung meningkat, sehingga dibutuhkan pengeluaran pembangunan yang besar. Namun dalam pengeluaran
pembangunan membutuhkan proses pembahasan proyek baik itu dari perencanaan maupun pelaksanaan proyek.
Oleh karena itu dampak PDB cenderung membutuhkan rentang waktu pada periode selanjutnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) mengenai hubungan pengeluaran pemerintah dengan
PDB di Indonesia pada kurun waktu 1970-2003 yang menggunakan metode VAR ditemukan hasil bahwa PDB
berpengaruh signifikan positif terhadap pengeluaran pembangunan.Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan terdapat keterkaitan pengeluaran pembangunan dan PDB dan memilikiketerkaitan dalam jangka
panjang yang signifikan (H1).Hipotesis yang menyatakan adanya keterkaitan yang signifikan dalam jangka pendek
antara dari pengeluaran pembangunan ke PDB (H2) tidak terbukti. Dari hasil variance decompositionvariabel PDB
mempunyai kontribusi yang tidak terlalu signifikan dalam pembentukan pengeluaran pembangunan pemerintah
Interpretasi Keterkaitan Pengeluaran Rutin dengan PDB
Dari hasil uji kausalitas Granger didapatkan hasil bahwa terjadi bubungan searah dimana variabel PDB
berpengaruh terhadap pengeluaran rutin. Dari hasil estimasi VECM peningkatan PDB akan meningkatkan
pengeluaran rutin pemerintah (RUTIN) dalam jangka panjang. Peningkatan PDB akan mempengaruhi pengeluaran
rutin dapat ditunjukkan dengan pemberian subsidi kepada masyarakat tidak mampu dan kenaikan gaji tiap tahun
pada aparat pemerintah, hal ini merupakan peranan pemerintah dalam perekonomian yaitu dalam fungsi distribusi.
Hal ini terjadi karena setiap peningkatan PDB yang dialami oleh suatu negara, maka pemerintah harus memastikan
adanya pemerataan pertumbuhan PDB (ekonomi) kepada seluruh masyarakatnya. Salah satu kebijakan sebagai
implementasi dari fungsi distribusi tersebut adalah kebijakan subsidi yang dimana belanja subsidi adalah bagian dari
belanja rutin pemerintah. Pemberian subsidi ini diharapkan dapat mempersempit ketimpangan kemampuan ekonomi
masyarakat. Distribusi pendapatan juga dapat berupa kenaikan belanja pegawai yang juga termasuk bagian belanja
rutin pemerintah. Pemberian kenaikan belanja pegawai ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan daya beli
aparatur pemerintah.
Dalam jangka panjang, PDB akan meningkatkan pengeluaran rutin karena dalam jangka panjang pertumbuhan
ekonomi akan memerlukan belanja rutin yang besar juga karena dengan peningkatan PDB membutuhkan
peningkatan barang publik sehingga juga akan membutuhkan kebutuhan pelayanan pemerintahan yang juga besar.
Kebutuhan pelayanan pemerintahan yang besar maka akan meningkatkan kebutuhan jumlah aparatur pemerintah
dan gaji aparatur, selain itu pembangunan infrastruktur juga membutuhkan belanja pemeliharaan yang termasuk
dalam belanja barang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara PDB dengan
pengeluaran rutin dalam jangka panjang yang signifikan (H3) .Sedangkan hipotesis yang menyatakan terdapat
keterkaitan yang signifikan dalam jangka pendek antara pengeluaran rutin dan PDB (H4) tidak terbukti.Dari hasil
variance decomposition terlihat bahwa kontribusi PDB ke pengeluaran rutin pemerintah terlihat cukup besar.
Kebijakan fiskal dalam Mankiw (2006) cenderung memiliki kelembaman dalam (jangka pendek) yang lambat
dari kebijakan moneter tapi memiliki kelembaman luar (jangka panjang) yang lebih cepat. Kelembaman dalam
berarti waktu antara terjadinya guncangan terhadap perekonomian dengan tindakan untuk mengatasinya, sedangkan
kelembaman luar adalah waktu antara tindakan kebijakan dan pengaruhnya terhadap perekonomian.. Variabel
dummy krisis berpengaruh signifikan positif baik itu terhadap pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin.
Hal ini berarti ketika terjadi krisis pada tahun 1997 dan 1998 walaupun pertumbuhan ekonomi menurun,
pengeluaran pemerintah akan tetap meningkat.
.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana diuraikan dalam babbab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,
1. Terdapat keterkaitan antara pengeluaran pembangunan pemerintah dan Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia yang signifikan dalam jangka panjang , dimana arah pengaruh berasal dari PDB ke pengeluaran
pembangunan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan terdapat keterkaitan antara pengeluaran
rutin dan PDB yang signifikan dalam jangka panjang.
2. Keterkaitan antara pengeluaran rutin pemerintah dan PDB di Indonesia memiliki hubungan searah (PDB
mempengaruhi pengeluaran pembangunan) yang signifikan dalam jangka panjang.
3. Kontribusi PDB terhadap pembentukan pengeluaran rutin cenderung lebih besar dibandingkan kontribusi
dalam pembentukan pengeluaran pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya porsi pengeluaran
rutin dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan.
4. Hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan PDB di Indonesia sesuai dengan Hukum Wagner.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, perlu disampaikan beberapa saran yang berkaitan
dengan penelitian ini yaitu,
1. Pemerintah harus mampu mengalokasikan anggaran dengan efisien yang mempunyai dampak langsung ke
pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam
penelitian ini dapat disarankan untuk memberikan porsi pengeluaran pembangunan yang lebih besar dengan
proses pembahasan anggaran maupun pembahasan proyek yang bisa lebih ringkas. Pengeluaran rutin yang
bersifat tidak produktif dan cenderung membebani pengeluaran negara seperti subsidi juga perlu dikurangi
agar mampu dialokasikan ke pengeluaran yang lebih produktif.
2. Pemerintah harus melakukan spending review secara berkala untuk melihat efisiensi dan efektivitas atas
pengeluaran pemerintah yang telah dilaksanakan sebagai acuan untuk menetapkan sasaran pembangunan di
masa mendatang.Pelaksanaan spending review bertujuan untuk melihat pos-pos pengeluaran yang
dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, dengan harapan dengan adanya spending review
yang berkala, Menteri Keuangan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dapat melakukan proyeksi
pengeluaran untuk masa mendatang secara efektif dan efisien
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat
terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas
Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan
jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
________,Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
________,Nota Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, berbagai edisi
________,Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, berbagai edisi
Abustan dan Mahyuddin. 2009. Analisis Vector Auto Regressive (VAR) terhadap Korelasi antara Belanja Publik
dan Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan Tahun 1985-2005. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.10
No 1 Juni 2009 Hal 1-14.
Alfirman L, Sutriono E. 2006. Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto dengan
Menggunakan Pendekatan Granger Causality dan VAR. Jurnal Ekonomi Indonesia 4:25-66
Al-Khulaifi, Abdulla. 2012, Government Expenditure and Economic Growth in Qatar: A Time Series
Analysis,European Journal of Scientific Research,Vol.79 No.3 (2012), pp.457-466
Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output. Jakarta: BPS.
Engle, Robert F. & Granger, C.W.J. 1987. Co-Integration and Error Correction: Representation,
Estimation, and Testing. Econometrica,Vol. 55, No. 2. (Mar., 1987), pp. 251-276.
Gujarati, Damodar N.2004,Basic Econometrics, New York: The McGraw-Hill Companies.
Indarto, Muhammad.2011.Pengaruh Belanja Pemerintah Pusat dan Belanja Transfer ke Daerah dalam APBN
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah,Buletin Perbendaharaan, Vol.02/2011. Kementerian Keuangan
Jiranyakul, Komain. 1997. The Relation between Government Expenditures and Economic Growth in Thailand,
MPRA Paper No. 46070,
Junaidi, Evi.2010.Dampak Pengeluaran Pemerintah Terhadap Perekonomian di Negara Negara ASEAN+3, Thesis
(Tidak dipublikasikan): Institut Pertanian Bogor
Kweka, Josaphat P dan Morrissey, Oliver.2000.Government Spending and Economic Growth: Empirical Evidence
from Tanzania, 1965-1996. University of Nottingham, Nottingham. Unpublished paper
Magazzino, Cosimo.2012. Wagner versus Keynes: Public spending and national income in Italy, Journal of Policy
Modeling.
Mankiw, Gregory. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga;
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001, Ekonomi Publik. BPFE UGM Yogyakarta:
Nworji, Ifeanyi Desmond . et.al 2012, Effects of Public Expenditure on Economic Growth in Nigeria: a
Disaggregated Time Series Analysis,Bussiness Research : Vol 1, Issue 7
Olabisi ,Adewara Sunday. dan Elizabeth Funlayo Oloni.2012, Composition of Public Expenditure and
EconomicGrowth in Nigeria, JETEMS : 3(4):403-407
Rauf, Abdul. et.al 2012, Relationship Between Public Expenditure & National Income : an Empirical Investigation
of Wagner's Law in Case of Pakistan, Academic International Research : Vol 2, No. 2
Suminto.2004.Pengelolaan APBN Dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara, Makalah dalam Penyusunan
Budget in Brief, Departemen Keuangan
Stiglitz, Josep E, & Walsh, Carl E., Economics, W. W. Norton & Company.
World Bank. 2013. Indonesia Metadata 2012. www.worldbank.org. diakses tanggal 30 Mei 2013
Download