PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir

advertisement
PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb)
DAN KEMENYAN PUTIH (Styrax benzoin Dryand) SEBAGAI INHIBITOR
PEMBENTUKAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE
SEEDED EXPERIMENT
(Skripsi)
Oleh
Nila Amalin Nabilah
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
THE ADDITION OF MIXED GAMBIER (Uncaria gambir Roxb) AND
WHITE KEMENYAN (Styrax benzoin Dryand) AS INHIBITORS OF
FORMATION OF CALCIUM CARBONATE (CaCO3) WITH SEEDED
EXPERIMENT METHOD
By
Nila Amalin Nabilah
In this study, the addition of a gambier mixture and white kemenyan to inhibit the
scale formation of calcium carbonate (CaCO3). The method used in this study was
the addition of seed crystals (seeded experiment) with various concentrations of
CaCO3 used 0,050; 0.075; 0,100 and 0,125 M. As well as inhibitor concentration
added of 50, 150, 250, and 350 ppm. The CaCO3 crystals obtained from this
experiment were analyzed using scanning electron microscopy (SEM) and particle
size analizer (PSA). The SEM data obtained show that the CaCO3 crystals size
with the presence of inhibitor is smaller than the CaCO3 crystals size without the
addition of inhibitor. The PSA data of CaCO3 crystals also show that particle size
distributions of CaCO3 crystals with the addition of inhibitor are smaller than
particle size distributions of CaCo3 crystals without inhibitor. The optimum
concentration of the inhibitor in inhibiting the formation of CaCO3 scale at the
growth solution of 0,050 M is 350 ppm with the effectiveness of 69,35%.
Keywords: Crust, Gambier, white kemenyan, seeded experiment.
ABSTRAK
PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb)
DAN KEMENYAN PUTIH (Styrax benzoin Dryand) SEBAGAI INHIBITOR
PEMBENTUKAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE
SEEDED EXPERIMENT
Oleh
Nila Amalin Nabilah
Dalam penelitian ini dilakukan penambahan senyawa campuran ekstrak gambir
dan kemenyan putih untuk menghambat pembentukan kerak kalsium karbonat
(CaCO3). Metode yang digunakan adalah dengan penambahan bibit kristal
(seeded experiment) dengan variasi konsentrasi larutan pertumbuhan CaCO3 yang
digunakan sebesar 0,050; 0,075; 0,100 dan 0,125 M serta variasi konsentrasi
inhibitor yang ditambahkan sebesar 50, 150, 250, dan 350 ppm. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini di analisis secara kualitatif menggunakan scanning
electron microscopy (SEM) menunjukkan bahwa permukaan kerak CaCO3 tanpa
inhibitor lebih besar dibandingkan dengan penambahan inhibitor sedangkan
analisis kuantitatif menggunakan particle size analyzer (PSA) menunjukkan
bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya
penambahan inhibitor. Konsentrasi optimum inhibitor dalam menghambat kerak
CaCO3 0,050 M sebesar 350 ppm dengan efektivitas sebesar 69,35%.
Kata kunci : Kerak, gambir, kemenyan putih, seeded experiment.
PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb)
DAN KEMENYAN PUTIH (Styrax benzoin Dryand) SEBAGAI INHIBITOR
PEMBENTUKAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE
SEEDED EXPERIMENT
Oleh
Nila Amalin Nabilah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1 April
1994 sebagai anak ketiga dari keempat bersaudara dari pasangan
Bapak Wahidin Rais dan Ibu Eti Faryanti. Penulis
menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK)
As-Salam Sukarame pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD)
Negeri 1 Way Dadi pada tahun 2006, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2
Bandar Lampung pada tahun 2009 dan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN Model)
Bandar Lampung pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Mandiri (UML).
Selama menjadi mahasiswi penulis pernah menjadi anggota Biro Usaha Mandiri
(BUM) di Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) pada periode 2013/2014 dan
menjadi ketua Biro Usaha Mandiri (BUM) pada periode 2014/2015. Serta asisten
praktikum untuk matakuliah anorganik 2, anorganik 1 dan kimia dasar pada
periode 2015/2016.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang
selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, dengan kerendahan hati ku
persembahkan karya kecilku ini untuk:

Bapak dan ibuku tersayang yang telah menyayangi, mendidik dan mendoakan
untuk kesuksesan anaknya. Terima Kasih atas pengorbanan yang kalian
berikan selama ini yang takkan mungkin dapat ananda membalasnya walau
sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan
dapat membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku.

Kakakku Iqbal, Mbakku Aulia dan Adekku Najib terimakasih atas kasih
sayang, do’a, dukungan, dan perhatiannya.

Para pendidik dan dosen yang terhormat.

Sahabat-sahabatku yang selalu ada ketika kubutuhkan.

Almamater tak terlupakan Universitas Lampung.
MOTTO
"Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, lantaran itu, janganlah engkau jadi
(seorang) dari pada mereka yang ragu-ragu" (Al-Baqoroh: Ayat 147)
Kesalahan terbesar yang dibuat manusia dalam kehidupannya adalah terusmenerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan
(Elbert Hubbad)
Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan
(Confusius)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penambahan Campuran Ekstrak
Gambir (Uncaria gambir Roxb) dan Kemenyan Putih (Styrax benzoin Dryand)
Sebagai Inhibitor Pembentukan Kalsium Karbonat (CaCO3) Dengan Metode
Seeded Experiment” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Sains di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
2.
Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila.
3.
Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku pembimbing I penelitian yang telah yang
membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis semasa studi serta
memberikan ilmu, kritik, saran, nasehat, semangat, perhatian, kesabaran dan
arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
4.
Ibu Prof. Dr.Buhani, M.Si., selaku pembimbing II penelitian dan Kepala
Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Unila yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, serta kesabaran dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Ibu Dr. Mita Rilyanti, M.Si., selaku penguji penelitian yang telah
memberikan ilmu, perhatian, motivasi, nasehat, kritik, selalu sabar dan
bersemangat dalam memberikan bimbingan dan motivasinya kepada penulis
sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
6.
Bapak Drs. R. Supriyanto, M.S., selaku pembimbing akademik terimakasih
atas bimbingan, nasehat, kesabaran, kritik dan motivasi yang telah diberikan
kepada penulis.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan telah mendidik penulis selama kuliah,
serta terimakasih kepada staf administrasi Jurusan Kimia FMIPA Unila yang
telah membantu penulis untuk menyelesaikan persyaratan-persyaratan selama
kuliah.
8.
Mba Liza Apriliya S, S.Si., selaku Laboran Laboratorium Kimia
Anorganik/Fisik yang telah banyak memberikan saran serta membantu
penulis untuk mendapatkan zat dan bahan kimia.
9.
Teristimewa Bapak, Ibu, kakakku Iqbal, mbakku Aulia dan adekku Najib.
Terimakasih atas segala dukungan dan motivasinya sehingga penulis
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Suharso’s Research Group (Ais, Reno, dan Anwar) terimakasih atas
kerjasama, bantuan, motivasi, kritik, saran, dan semangatnya dalam
menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. .Anorganik Research Group: Siti
Nurhalimah, S.Si., Indry Yani Saney, S.Si., Indah Wahyu Purnamasari, S.Si.,
Rifki Husnul Khuluk, S.Si., Sukamto, S.Si., Murni Fitria, S.Si., Jean Pitaloka,
S.Si., dan Adi Setiawan, S.Si., terimakasih atas bantuan, saran, dan semangat
untuk menyelesaikan penelitian ini.
11. Keluarga Kimia 2012: Adi Setiawan, S.Si., Aditian Sulung Saputra, Agus
Ardiansyah, Ajeng Wulandari, S.Si., Ana Maria Kristiani, Apri Welda, Arif
Nurhidayat, Arya Rifansyah, S.Si., Atma Istanami, Ayu Imani, Ayu
Setianingrum, Deborah Jovita, Derry Vardella, Dewi Aniatul Fatimah, S.Si.,
Diani Iska Miranti, Dwi Anggraini, S.Si., Edi suryadi, S.Si., Eka
Hurwaningsih, Elsa Zulha, Erlita Aisyah, S.Si., Febita Glyssenda, Feby
Rinaldo Pratama Kusuma, Fenti Visiamah, S.Si., Ferdinand Haryanto
Simangunsong, S.Si., Fifi Adriyanthi, Handri Sanjaya, Hiqi Alim, Indah
Wahyu Purnamasari, S.Si., Indry Yani Saney, S.Si., Intan Mailani, S.Si., Ismi
Khomsiah, S.Si., Jean Pitaloka, S.Si., Jenny Jessica Sidabalok, Khoirul
Anwar, Maria Ulfa, S.Si., Meta Fosfi Berliyana, Muhammad Rizal Robbani,
Murni Fitria, S.Si., Putri Ramadhona, Radius Uly Artha, Riandra Pratama
Usman, S.Si., Rifki Husnul Khuluk, S.Si., Rizal Rio Saputra, Rizki Putriyana,
Ruliana Juni Anita, Ruwaidah Muliana, S.Si., Siti Aisah, S.Si., Siti
Nurhalimah, S.Si., Sofian Sumilat Rizki, S.Si., Sukamto, S.Si., Susy Isnaini
Hasanah, S.Si., Suwarda Dua Imatu Dela, S.Si., Syathira Assegaf, Tazkiya
Nurul, S.Si., Tiand Reno, S.Si., Tiara Dewi Astuti, S.Si., Tiurma Debora
Simatupang, S.Si., Tri Marital, Ulfatun Nurun, Wiwin Esty Sarwita, Yepi
Triapriani, S.Si., Yunsi’U Nasy’Ah, S.Si., dan Zubaidi. Terimakasih
persahabatan, pertemanan, dan kekeluargaannya selama ini, semoga
selamanya masih terjaga dengan baik.
12. Group “Para Wanita” ( Ais, Atma, Dela, Indry, Ningrum dan Yunsi)
terimakasih atas persahabatannya dari awal kuliah sampai seterusnya dan
terimakasih atas semangatnya, dukungannya, motivasinya, suka dan dukanya
semoga silaturahmi ini akan tetap terjaga sampai kapan pun, ini akan menjadi
kenangan indah dalam hidup kita.
13. Sahabat yang tak terlupakan Nanda Poskarina, Marfika Andriyani,
A.Md.Far., Sri Rizky, A.Md.Keb., Warits Ikhsan, S.E., Mardiana Zein, S.S.,
dan Sigit Sopandi. Terimakasih atas keceriaan, nasehat, semangat, dan kasih
sayangnya selama ini.
14. Special for “Ido Setyawan, S.Pd.” terimakasih atas semangatnya,
motivasinya, kritikannya, sarannya serta nasehat dan cinta kasih sayangnya
buat penulis sehingga terselesainya penelitian dan skripsi ini.
15. Keluarga KKN Babakan (Ulyak, Glanys, Raisa, Dimas, Tatang dan Yoga)
terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya. Semoga silaturahmi kita
tetap terus terjaga.
16. Kakak-kakak di Kimia ’06, ʼ07, ʼ08, ʼ09, ʼ10, ʼ11 dan adik-adik tingkat ʼ13,
ʼ14, ʼ15, dan ʼ16 terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
17. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di
tuliskan satu persatu.
18. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Bandar Lampung,
Penulis,
November 2016
Nila Amalin Nabilah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Kerak ......................................................................................................... 7
Proses Pengendapan Senyawa Anorganik pada Peralatan Industri........... 8
Kalsium Karbonat ..................................................................................... 9
Faktor Pembentukan Kristal...................................................................... 13
1. Kristalisasi ........................................................................................... 14
2. Kelarutan Endapan .............................................................................. 14
3. Derajat Lewat Jenuh (Supersaturasi) ................................................. 16
Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3...................................................... 19
1. Pengendalian pH ................................................................................. 19
2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air ............................................ 20
3. Penggunaan Inhibitor Kerak ............................................................... 20
Gambir dan Kandungan di dalamnya ........................................................ 23
Kemenyan Putih dan Kandungan di dalamnya ......................................... 26
Asam Tanat ............................................................................................... 28
Katekin ...................................................................................................... 29
Kuersetin ................................................................................................... 29
Analisis Menggunakan Seeded Experiment,
Spektrofotometer Inframerah (IR), Scanning Electron
Microscopy (SEM) dan Instrument Particle Size Analyzer (PSA) ........... 30
1. Seeded Experiment .............................................................................. 30
2. Spektrofotometer Inframerah .............................................................. 31
3. Instrumentasi Scanning Electron Microscopy (SEM )........................ 33
4. Instrumentasi PSA (Sedigraf) ............................................................. 34
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 36
B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 36
C. Prosedur Penelitian.................................................................................... 37
1. Pembuatan Inhibitor Dari Perpaduan Ekstrak Gambir
dan Kemenyan Putih ........................................................................... 37
2. Preparasi Bibit Kristal ......................................................................... 38
3. Pengujian Perpaduan Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih
Sebagai Inhibitor dalam Pengendapan Kristal CaCO3.................................... 38
a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan
Menggunakan Metode Seeded Experiment ................................... 38
b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan
Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang
Berbeda dengan Metode Seeded Experiment ................................ 39
4. Analisa Data ........................................................................................ 40
5. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 41
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Perpaduan Inhibitor Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih ...................... 42
B. Analisis Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan
Menggunakan Spektrofotometer Infra Merah (IR) ................................... 44
C. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode
Seeded Experiment .................................................................................... 47
D. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan
Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda
dengan Metode Seeded Experiment .......................................................... 49
D.1. Adapun Perbandingan Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal
CaCO3 sebagai berikut ....................................................................... 49
1. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran
Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan
9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor pada
Larutan Pertumbuhan 0,050 M ...................................................... 49
2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran
Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan
9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor pada
Larutan Pertumbuhan 0,075 M ..................................................... 52
3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran
Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan
9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor pada
Larutan Pertumbuhan 0,100 M ...................................................... 54
4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran
Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan
9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor Pada
Larutan Pertumbuhan 0,125 M ..................................................... 56
5. Gabungan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Dengan
Penambahan Larutan Campuran Ekstrak Gambir dan
Kemenyan Putih MenggunakanVariasi Konsentrasi
Inhibitor .......................................................................................... 59
E. Analisis Morfologi Permukaan Kerak CaCO3 dengan
Menggunakan SEM ................................................................................... 61
F. Analisis Distribusi Ukuran Partikel Kerak CaCO3 dengan
Menggunakan PSA .................................................................................. 63
G. Perbandingan Kemampuan Beberapa Jenis Inhibitor dalam
Menghambat Pembentukan Kerak ........................................................... 64
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................. 67
B. Saran ......................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Skema Umum Mekanisme Pembentukkan Deposit Kerak Air ....................... 12
2. Tahapan Kristalisasi ........................................................................................ 13
3. Diagram Temperatur-Konsentrasi (Supersaturasi) ......................................... 16
4. Reaksi Hidrolisis Polifosfat............................................................................. 22
5. Tanaman Gambir (Uncaria Gambir) ............................................................. 24
6. Struktur Asam Benzoat ................................................................................... 28
7. Struktur Asam Tanat ....................................................................................... 28
8. Sturukur Polimer Katekin ............................................................................... 29
9. Struktur Kuersetin ........................................................................................... 30
10. Skema Bagan SEM ........................................................................................ 34
11. Diagram Proses Fraksinasi Massa Dalam Sedigraf ........................................ 35
12. Diagam Alir Penelitian. ................................................................................... 41
13. Larutan Inhibitor ............................................................................................. 43
14. Spektrum IR ................................................................................................... 45
15. Grafik Perbandingan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan dan Tanpa Penambahan Inhibitor ............ 48
16. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Campuran pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,050 M ................................................... 50
17. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Camouran pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,075 M ................................................... 53
18. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Campuran pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,100 M ................................................... 55
19. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Campuran pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,125 M ................................................... 57
20. Grafik gabungan laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan campuran
ekstrak gambir dan kemenyan kutih ............................................................... 59
21. Morfologi Kerak CaCO3 pada Konsentrasi 0,050M Penambahan
Inhibitor 350 ppm pada Perbesaran 1000x...................................................... 62
22. Morfologi Kerak CaCO3 pada Konsentrasi 0,050M Penambahan
Inhibitor 350 ppm pada Perbesaran 2000x...................................................... 62
23. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Kerak CaCO3 Menggunakan PSA ............ 64
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Nilai supersaturasi (s) pada beberapa tingkat kesadahan dan
pH pada suhu 25°C ........................................................................................ 11
2. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,050 M ................. 52
3. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,075 M ................. 54
4. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,100 M ................. 56
5. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,125 M ................. 58
6. Data % Efektivitas Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan
Putih Pada Penambahan Inhibitor 350 ppm ................................................... 60
7. Kondisi optimum berbagai inhibitor dalam menghambat
pembentukan kerak dengan metode seeded experiment ................................ 65
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas,
proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena
terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam
jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan,
terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat
menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al., 1983; Maley, 1999). Kerak
merupakan suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang terendapkan dan
membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu zat (Kemmer, 1979).
Pada dasarnya pembentukan kerak terjadi dalam suatu aliran yang bersifat garam
jika mengalami penurunan tekanan secara tiba-tiba, maka aliran tersebut menjadi
lewat jenuh dan menyebabkan terbentuknya endapan garam yang menumpuk pada
dinding-dinding peralatan proses industri (Amjad, 1995). Kerak yang terbentuk
pada pipa-pipa peralatan industri akan memperkecil diameter dan menghambat
aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Terganggunya aliran fluida menyebabkan
suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan
pecah (Asnawati, 2001).
2
Adapun komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri
yaitu, kalsium karbonat, seng fosfat, kalsium sulfat, silica, dan magnesium silika
(Lestari, 2008). Dampak negatif yang ditimbulkan karena adanya penimbunan
kerak antara lain menyebabkan sumur pipa pada industri panas bumi pembangkit
tenaga listrik hanya berumur 10 tahun. Setelah itu perusahaan harus membuat
kembali sumur pipa dengan biaya 6-7 juta dolar per sumur atau setara dengan Rp
70-90 milyar dan mengakibatkan kerugian yang ditimbulkan sangat besar
(Suharso et al., 2010).
Dalam bidang industri, kerak kalsium karbonat merupakan salah satu masalah
yang cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air,
seperti pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin
pembangkit tenaga uap dan di pipa-pipa minyak. Kelarutan CaCO3 yang sedikit
dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam tempat pengolahannya terjadi
kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada tekanan dan temperatur yang
sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu dengan pengurangan gas CO2
dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini akan mengakibatkan
pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pembentukan kerak dapat dicegah dengan
cara pelunakan dan pembebasan mineral air. Akan tetapi penggunaan air bebas
mineral dalam industri-industri besar membutuhkan biaya yang lebih tinggi
(Nunn, 1997).
Pada umumnya, inhibitor kerak adalah bahan kimia yang menghentikan atau
mencegah terbentuknya kerak bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada
air (Halimatuddahliana, 2003). Penggunaan bahan kimia ini sangat menarik,
3
karena dengan dosis yang sangat rendah dapat mencukupi untuk mencegah kerak
dalam periode yang lama (Cowan, 1976). Apabila senyawa-senyawa pembentuk
kerak tersebut terdapat di dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya
dalam keadaan kesetimbangan, maka dapat memperkecil diameter dan
memperlambat aliran fluida pada sistem saluran pipa. Terganggunya aliran fluida
menyebabkan perpindahan panas terhambat dan apabila tidak segera diatasi akan
terjadi overheating yang akan menurunkan efisiensi. Selain itu, tekanan pada pipa
juga meningkat sehingga kemungkinan pipa akan rusak dan pecah (Asnawati,
2001).
Salah satu prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa kompleks
(khelat) antara pencegah kerak dengan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa
kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan
pertumbuhan kristal yang besar dan dapat mencegah kristal kerak untuk melekat
pada permukaan pipa (Patton, 1981). Biasanya, penggunaan bahan kimia
tambahan untuk mencegah pembentukkan kerak didukung dengan penggunaan
bola-bola spons untuk membersihkan secara mekanis permukaan bagian dalam
pipa. Hal inilah yang mendasari untuk dilakukan suatu penelitian lebih lanjut
mengenai inhibitor kerak baru yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa asam tanat (tannin)
yang terdapat pada tanaman seperti kulit buah manggis dengan kandungan tannin
sebesar 16,8% mampu menghambat laju pertumbuhan kerak CaCO3 (Antika,
2015). Pada penelitian ini senyawa yang digunakan sebagai inhibitor adalah
ekstrak gambir karena gambir memiliki kandungan tannin yang cukup tinggi yaitu
4
mencapai 70% dan mengandung senyawa lain seperti katekin, kuersetin, floresin,
lilin, dan lemak (Bakhtiar, 1991; Suherdi, 1991). Selain itu, penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh (Oktaviani, 2012), gambir dinyatakan memiliki
efektifitas yang cukup tinggi untuk dijadikan inhibitor penghambat kerak CaCO3,
akan tetapi ekstrak gambir tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lebih dari
satu bulan. Oleh karena itu pada penelitian ini ekstrak gambir akan
dikombinasikan dengan ekstrak kemenyan putih yang memiliki kandungan asam
benzoat 2-3 % (Sthal, 1985) sehingga mampu dijadikan sebagai pengawet alami
tanpa mempengaruhi kerja inhibitor untuk menghambat kerak.
Penggunaan beberapa jenis aditif dari golongan karboksilat seperti asam sitrat,
asam oksalat, dan asam benzoat sebagai aditif juga memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan kristal kerak. Penggunaan aditif yang efektif sebagai
inhibitor mengakibatkan terjadinya perubahan konduktivitas menjadi lebih besar
dan ukuran kristal menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan aditif,
konsentrasi menentukan tingkat keefektifan aditif sebagai inhibitor (Suharso dan
Buhani,2009).
Metode yang digunakan untuk mengetahui keefektifan inhibitor perpaduan
ekstrak gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pembentukan kerak
kalsium karbonat secara kuantitatif dapat diketahui berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan metode seeded experiment, yaitu salah satu metode
pembentukan kristal dengan cara menambahkan bibit kristal kedalam larutan
pertumbuhan. Penambahan bibit kristal dilakukan untuk mendorong terjadinya
proses kristalisasi dengan lebih cepat. Adanya permukaan bibit kristal akan
5
mempermudah pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Semakin cepat terjadinya
proses kristalisasi maka akan semakin cepat laju pertumbuhan inti kristal kalsium
karbonat untuk membentuk kristal yang lebih besar.
Penambahan campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih pada proses
pembentukan kalsium karbonat dengan metode seeded experiment akan diketahui
berdasarkan analisis data sedangkan analisis morfologi kalsium karbonat
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan distribusi ukuran
partikelnya akan diukur menggunakan Particle Size Analyzer (PSA).
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mempelajari pengaruh penambahan perpaduan ekstrak gambir dan
kemenyan putih sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat pada konsentrasi
yang berbeda.
2. Mengetahui keefektifan campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih
sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat dengan menggunakan metode
seeded experiment melalui analisis data dan karakterisasi menggunakan
SEM dan PSA.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kemampuan dari perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih dalam
menghambat pertumbuhan kerak CaCO3 sehingga dapat dikembangkan untuk
memperoleh inhibitor kerak yang lebih efektif, terutama untuk mencegah
6
pembentukan kerak pada peralatan-peralatan industri sehingga dapat mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembentukan kerak tersebut.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerak
Kerak adalah tumpukan keras dari bahan anorganik terutama pada permukaan
perpindahan panas yang disebabkan oleh pengendapan partikel mineral dalam air
(Bhatia, 2003 ). Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa
anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan
suatu substansi (Kemmer, 1979). Kerak terbentuk karena tercapainya keadaan
larutan lewat jenuh. Dalam keadaan larutan lewat jenuh beberapa molekul akan
bergabung membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan terlarut kembali jika
ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis sementara itu kristal-kristal akan
berkembang bila ukurannya lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti
kristal menjadi lebih besar dari inti kritis, maka akan mulailah pertumbuhan
kristal, dari kristal kecil membentuk kristal dengan ukuran yang lebih besar
(penebalan lapisan kerak). Kristal-kristal yang terbentuk mempunyai muatan ion
lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak
(Lestari, 2008; Hasson dan Semiat, 2005).
Kerak juga dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai.
Campuran air tersebut tidak sesuai jika air berinteraksi secara kimia dan
mineralnya mengendap jika dicampurkan. Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah
8
air laut dengan konsentrasi SO42- tinggi dan konsentrasi Ca2+ rendah dan air
formasi dengan konsentrasi SO42- sangat rendah tetapi konsentrasi Ca2+ tinggi.
Campuran air ini menyebabkan terbentuknya endapan CaSO4 (Badr dan Yassin,
2007).
Komponen khas kerak yang sering dijumpai adalah sebagai berikut (Lestari, 2008;
Nunn, 1997) :
(i) Kalsium sulfat, (ii) Kalsium karbonat, (iii) Kalsium dan seng fosfat, (iv)
Kalsium fosfat, sejumlah besar kalsium dan ortofosfat. Biasanya dikarenakan air
terlalu sering dirawat, (v) Silika dengan konsentrasi tinggi, (vi) Besi dioksida,
senyawa yang disebabkan oleh kurangnya kontrol korosi atau alami berasal dari
besi yang teroksidasi, (vii) Besi fosfat, senyawa yang disebabkan karena
pembentukkan lapisan film dari inhibitor fosfat, (viii) Mangan dioksida, mangan
teroksidasi tingkat tinggi, (ix) Magnesium silika, silika dan magnesium pada
konsentrasi tinggi dengan pH tinggi, (x) Magnesium karbonat, magnesium dengan
konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi.
B. Proses Pengendapan Senyawa Anorganik Pada Peralatan Industri
Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas,
proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena
terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam
jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.
9
Terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat
menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al,1983 ; Maley, 1999).
C. Kalsium Karbonat
Kalsium karbonat merupakan suatu zat padat putih, tak berbau, tak berasa, terurai
pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2, dan dijumpai di
alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu gamping, dan kapur,
juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3.MgCO3). Benar-benar tidak
larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya berwujud rombik atau
rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam, dalam pasta gigi, cat
putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik, dan sebagainya.
Kalsium karbonat dibuat dari reaksi CaCl2 + Na2CO3 dalam air, atau melewatkan
CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang murni. Kemudian dihasilkan
dengan metode Richard dan Honischmidt dengan cara larutan Ca(NO3) diasamkan
sedikit dengan HNO3. Lantas diperlakukan dengan Ca(OH)2 cair murni yang
sedikit berlebih untuk mengendapkan sebagian besar Fe(OH)3 dan Mg(OH)2.
Impuritas berupa garam-garam Ba, Sr, dan Mg dapat dihilangkan dengan cara
rekristalisasi nitratnya berulang kali. Amonium karbonat yang dibutuhkan untuk
mengendapkan karbonatnya bisa dimurnikan lewat distilasi dari air (Arsyad,
2001). Kalsium karbonat berupa endapan amorf putih terbentuk dari reaksi antara
ion kalsium (Ca2+) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-) dalam bentuk
Na2CO3 (Svehla, 1990).
Ca2+ + CO32-
CaCO3(s)↓
10
Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun
dengan naiknya ukuran Ca2+ (Cotton and Wilkinson, 1989).
Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam
tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada
tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu
dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini
akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pengendapan CaCO3
dapat dihasilkan dari reaksi sebagai berikut :
(Zhang et al., 2002)
Harga supersaturasi (s) dari suatu larutan merupakan fungsi dari hasil kali
kelarutan (Ksp) dan konsentrasi ion Ca2+ dan CO32- dalam larutan dijelaskan
dalam persamaan berikut ini :
 =
(
). (
)
Harga Ksp CaCO3 kalsit pada suhu 25°C adalah 8,710-9, sedangkan konsentrasi
(CO32-) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
(CO32-) = 5,610-11 (HCO3-)/10-pH (Knez et al., 2005)
11
Pembentukan inti (nuklei) CaCO3 secara spontan dilarutan (homogenuos
nucleation) membutuhkan harga supersaturasi s= kritis= 40 dan di permukaan
(deposit) s= kritis= 20, dimana presipitasi baru mulai terjadi pada pH 8,5 untuk
konsentrasi CaCO3 sebesar 400 ppm (Fathi et al., 2006). Harga supersaturasi (s)
dari model larutan CaCO3 merupakan fungsi konsentrasi CaCO3 terlarut dan pH
larutan seperti yang diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai supersaturasi (s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH pada
suhu 25°C (Fathi et al., 2006)
Kesadahan (ppm CaCO3)
Supersaturasi (s)
pH 5,7
pH 6,0
pH 7,0
pH 7,5
300
0,05
0,18
1,32
6,1
400
0,15
0,32
3,2
10,11
500
0,23
0,47
4,72
14,93
Presipitasi CaCO3 menggunakan larutan CaCO3 ini berjalan sangat lambat karena
terjadi pada supersaturasi rendah (pH 6-8). Para peneliti telah melakukan beberapa
cara untuk mempercepat proses presipitasi CaCO3 yaitu dengan menaikkan suhu
(Saksono, 2007), menaikkan pH dan degassing gas CO2 dengan N2 (Fathi et al.,
2006). Larutan CaCO3 didapat dengan melarutkan CaCO3 bubuk dalam air dan
mengalirkan gelembung gas CO2. Larutan CaCO3 yang dihasilkan bersifat asam
(pH: 5,5- 6,5) dan akan meningkat mendekati pH iso-elektrik kalsit yaitu sekitar
8,4 seiring dengan meningkatnya kejenuhan larutan CaCO3.
Model larutan lain yang digunakan oleh banyak peneliti dalam mengamati
presipitasi CaCO3 adalah dengan mencampurkan larutan Na2CO3 dan CaCl2
12
dengan reaksi sebagai berikut (Higashitani et al., 1993; Barret et al., 1998; Wang
et al., 1997; Abdel-Aal et al., 2002; Chibowski et al.,2003; Saksono et al., 2006;
Saksono, 2008) :
Proses pembentukan CaCO3 dengan model larutan ini berjalan cepat karena harga
supersaturasi (s) yang jauh lebih tinggi dibanding model larutan CaCO3.
Campuran larutan yang dihasilkan bersifat basa (pH: 10-11) dan akan menurun
mendekati pH iso-elektrik kalist yaitu sekitar 8,4 seiring dengan meningkatnya
jumlah CaCO3 yang terbentuk. Di dalam sistem larutan karbonat terdapat
kesetimbangan antara CO2, ion CO32- (karbonat) dan HCO3ˉ (bikarbonat). Skema
umum mekanisme pembentukan deposit kerak air ditunjukkan pada Gambar 1.
PADATAN
TERSUSPENSI
MINERAL DAPAT
LARUT
AIR
PELARUT
LEWAT JENUH
PENGENDAPAN DAN
PEMADATAN
PERTUMBUHAN
KRISTAL
Parameter yang
mengontrol : waktu,
suhu, tekanan, pH,
faktor lingkungan,
ukuran partikel,
kecepatan pengadukan
KERAK
Gambar 1. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air (Salimin
dan Gunandjar, 2007).
13
Penjelasan sederhana pembentukkan kerak (kristalisasi) ditunjukkan pada
Gambar 2.
Kristal
Kelompok
Tumbuh
Gambar 2. Tahapan kristalisasi (Zeiheret al, 2003)
D. Faktor Pembentuk Kristal
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua
faktor penting, yaitu laju pembentukkan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan
kristal. Laju pembentukkan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang
terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukkan inti tinggi, banyak sekali
kristal yang akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukkan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin
tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk
inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukkan inti. Laju pertumbuhan
kristal merupakan faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi ukuran kristal
yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Semakin tinggi laju
pertumbuhan maka akan kristal yang terbentuk akan besar. Laju pertumbuhan
kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990).
14
1. Kristalisasi
Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukkan kristal dari
larutannya dan kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik.
Pertumbuhan kristal dapat terjadi bila konsentrasi suatu zat terlarut dalam
larutannya melewati kadar kelarutan lewat jenuhnya pada suhu tertentu. Kondisi
kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan pekat
panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan,
dan dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya. Kristalisasi
memiliki dua tahap proses, yaitu tahap pembentukkan inti yang merupakan tahap
mulai terbentuknya zat padat baru, dan tahap pertumbuhan kristal yang
merupakan tahap inti zat padat yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan
menjadi kristal yang lebih besar.
2. Kelarutan Endapan
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan.
Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan, menurut
definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
tergantung berbagai kondisi, seperti temperatur, tekanan, konsentrasi, bahanbahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Kelarutan tergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion
dalam campuran itu. Ada perbedaan yang besar antara efek dari ion sejenis dan
15
ion asing. Ion sejenis adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan
endapan. Umumnya dapat dikatakan bahwa suatu endapan berkurang banyak
sekali jika salah satu ion sejenis terdapat dalam jumlah berlebihan, meskipun efek
ini mungkin diimbangi dengan pembentukkan suatu kompleks yang dapat larut
dengan ion sejenis yang berlebihan itu. Dengan adanya ion asing, kelarutan
endapan bertambah, tetapi pertambahan ini umumnya sedikit, kecuali jika terjadi
reaksi kimia (seperti pembentukkan kompleks atau reaksi asam-basa) antara
endapan dan ion asing, pertambahan kelarutannya menjadi lebih besar.
Hasil kali kelarutan memungkinkan kita untuk menerangkan dan juga
memperkirakan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan
sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika
kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
dalam larutan itu. Jika hasilkali ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, maka
sistem itu akan berusaha menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai
hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion dengan sengaja dibuat lebih besar dari
hasil kali kelarutan, penyesuaian oleh sistem mengakibatkan mengendapnya
garam larutan. Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari hasil kali
kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya
sebagian garam padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan menentukan keadaaan
kesetimbangan, tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika
kesetimbangan itu terjadi. Sesungguhnya, kelebihan zat pengendap yang terlalu
banyak dapat mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sebagai akibat
bertambahnya efek garam atau akibat pembentukkan ion kompleks. Dalam hal ini
16
hasilkali kelarutan dari kalsium sulfat pada temperatur ruang sebesar 2,3 x 10-4
mol/L (Svehla, 1990).
3. Derajat Lewat-Jenuh (Supersaturasi)
Larutan lewat jenuh (Gambar 3) adalah larutan yang mengandung zat terlarut
lebih besar daripada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh.
Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan
pekat panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan
pendinginan serta dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya.
E
Daerah labil
D
Daerah
metastabil
Konsentrasi
A
C
B
Daerah stabil
Temperatur
Gambar 3. Diagram temperatur – konsentrasi
(Alexeyev dan Wafiroh, 1995)
Berdasarkan gambar tersebut, garis tebal menunjukkan kelarutan normal untuk zat
terlarut dalam pelarut, sedangkan garis putus-putus menunjukkan kurva lewat
jenuh, dimana posisinya dalam diagram bergantung pada zat-zat pengotor
(Alexeyev dalam Wafiroh, 1995). Pada diagram di atas, kondisi kelarutan dibagi
17
dalam tiga bagian yaitu daerah stabil, metastabil, dan daerah labil. Daerah stabil
adalah daerah larutan yang tidak mengalami kristalisasi. Daerah yang
memungkinkan terjadinya kristalisasi tidak spontan adalah daerah metastabil,
sedangkan daerah labil adalah daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi
secara spontan.
Pada diagram temperatur – konsentrasi, jika suatu larutan yang terletak pada titik
A dan didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC), maka
pembentukkan inti secara spontan tidak akan terjadi sampai kondisi C tercapai.
Larutan lewat jenuh dapat juga tercapai dengan mengurangi sejumlah volume
palarut dari pelarutnya dengan proses penguapan. Hal ini ditunjukkan dengan
garis ADE, yaitu jika larutan pada titik A diuapkan pada temperatur konstan
(Wafiroh, 1995).
Menurut Lestari (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak antara
lain yaitu :
1. Kualitas Air
Pembentukkan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen
pembentuk kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi fosfat), pH, dan konsentrasi
bahan penghambat kerak dalam air.
2. Temperatur Air
Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau
menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena
kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai
18
meningkat pada temperatur air 50 oC atau lebih dan kadang-kadang kerak
terbentuk pada temperatur air diatas 60 oC.
3. Laju Alir Air
Laju pembentukkan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem.
Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem dengan laju
alir 0,6 m/detik maka laju pembentukkan kerak hanya seperlima dibanding
pada laju alir air 0,2 m/detik.
Beberapa reaksi yang menunjukkan terbentuknya endapan (deposit) antara lain
(Halimatuddahliana, 2003) :
1. CaCl2(s) + Na2SO4(s)
CaSO4(s) + 2 NaCl(s)
Kalsium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi
2. BaCl2(s) + Na2SO4(s)
BaSO4(s) + 2 NaCl(s)
Barium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi
3. Ca(HCO3)2(s)
CaCO3(s) + CO2 + H2O(aq)
Kalsium karbonat terdapat dalam air terkontaminasi karena penurunan tekanan,
panas dan agitasi (pengadukan).
Dibawah ini adalah tiga prinsip mekanisme pembentukkan kerak (Badr dan
Yassin, 2007) :
1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi
mengandung banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium,
bercampur dengan sulfat yang banyak terdapat dalam air laut,
menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4)
19
Ca2+ (atau Sr2+ atau Ba2+) + SO42-
CaSO4(s) (atau SrSO4 atau
BaSO4)
2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan
menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak
mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3)
Ca(HCO3)2(s)
CaCO3(s) + CO2 + H2O(aq)
3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam
melebihi batas kelarutan dan membentuk endapan garam
E. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3
Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium
karbonat pada peralatan-peralatan industri adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian pH
Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah
lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak oleh garam-garam kalsium,
garam logam bivalen dan garam fosfat (Lestari et al., 2000). Asam sulfat yang
biasa digunakan pada metode ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di
air menghasilkan H2O dan CO2 sehingga pembentukan kerak CaCO3 dapat
dicegah (Al-Deffeeri, 2006).
CaCO3(s) ↓+ 2H+ → Ca2+ + H2O(aq) + CO2(g) ↑
Kelarutan bahan pembentuk kerak biasanya meningkat pada pH yang lebih
rendah. Namun pada pH 6,5 atau kurang, korosi pada baja, karbon, tembaga, dan
paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH efektif untuk
mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7 sampai 7,5.
20
Oleh karena itu, suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk
mengendalikan pH secara tepat.Selain itu, asam sulfat dan asam klorida
mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya.Saat ini,
penghambatan kerak dengan hanya penginjeksian asam semakin jarang digunakan
(Lestariet al., 2004).
2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air
Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi (±
250 ppm CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan menggunakan kapur dan soda
abu (pengolahan kapur dingin). Masalah kerak tidak akan dijumpai jika yang
digunakan adalah air bebas mineral karena seluruh garam-garam terlarut dapat
dihilangkan. Oleh karena itu, pemakaian air bebas mineral merupakan metode
yang tepat untuk menghambat kerak di dalam suatu sistem dePngan pembebanan
panas tinggi dimana pengolahan konvensional dengan bahan penghambat kerak
tidak berhasil (Lestari et al., 2004).Namun penggunaan air bebas mineral dalam
industri-industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga dapat
menurunkan efisiensi kerja.
3. Penggunaan Inhibitor Kerak
Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan
untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan
konsentrasi yang kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari
inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor
dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut
21
dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan
mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981).
Biasanya, penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukan
kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara
mekanis permukaan bagian dalam pipa.
Syarat yang harus dimiliki senyawa kimia sebagai inhibitor kerak adalah sebagai
berikut:
1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan
efektif untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkan
kerak.
2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan
tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk.
3. Selain itu, inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang
tinggi dalam penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping
yang berbahaya bagi lingkungan sekitar (Al-Deffeeri, 2006).
Pada umumnya inhibitor kerak yang digunakan di ladang-ladang minyak atau
pada peralatan industri dibagi menjadi dua macam yaitu inhibitor kerak anorganik
dan inhibitor kerak organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan
sebagai inhibitor adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat. Pada dasarnya bahanbahan kimia ini mengandung grup P-O-P dan cenderung untuk melekat pada
permukaan kristal. Sedangkan inhibitor kerak organik yang biasa digunakan
adalah organofosfonat, organofosfat ester dan polimer-polimer organik (Asnawati,
2001). Inhibitor kerak yang pernah digunakan yaitu polimer-polimer yang larut
dalam air dan senyawa fosfonat.
22
Salah satu inhibitor kerak dari polimer-polimer yang larut dalam air yaitu
polifosfat. Polifosfat (Gambar 4) merupakan inhibitor kerak yang murah namun
keefektifannya terbatas. Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium
karbonat (CaCO3) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada
permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat pertumbuhan kristal pada batas
konsentrasi rendah dan strukturnya yang mampu merusak padatan tersuspensi.
Hal ini dapat mencegah pertumbuhan kristal lebih lanjut, atau setidaknya
memperlambat proses pertumbuhan kerak. Namun, polifosfat memiliki kelemahan
utama yaitu mudah terhidrolisis pada temperatur di atas 90 °C menghasilkan
ortofosfat.
Gambar 4. Reaksi hidrolisis polifosfat (Gill, 1999)
Reaksi di atas adalah reaksi hidrolisis polifosfat yang merupakan fungsi dari
temperatur, pH, waktu, dan adanya ion-ion lain. Ortofosfat yang dihasilkan dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kerak
dan menyebabkan terbentuknya kerak baru dari presipitasi kalsium fosfat
(Gill, 1999), sehingga penggunaan polifosfat sebagai inhibitor kerak hanya efektif
pada temperatur rendah (Al-Deffeeri, 2006).
Fosfonat merupakan inhibitor yang sangat baik bila dibandingkan dengan
polifosfat. Namun fosfonat masih memiliki kelemahan yaitu struktur fosfonat
23
yang monomerik sehingga tidak efektif jika digunakan sebagai dispersing agents
(Al-Deffeeri, 2006).
Penggunaan senyawa-senyawa anorganik (Zhang dan Dawe, 2000), asam amino
(Manoli dkk, 2003), polimer-polimer yang larut dalam air seperti poliaspartat
(Donachy dan Sikes, 1994; Jones dkk, 2005), polifosfat dan senyawa-senyawa
lain seperti fosfonat, karboksilat (Al-Deffeeri, 2006), dan sulfonat telah diketahui
sangat efektif sebagai inhibitor endapan kalsium karbonat (He et al., 1999; Choi et
al., 2001).
F. Gambir dan Kandungan di dalamnya
Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) tumbuh baik pada daerah dengan
ketinggian sampai 900 m. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh dan
curah hujan merata sepanjang tahun. Bagian tanaman gambir yang dipanen adalah
daun dan rantingnya yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir
yang bernilai ekonomis. Gambir (Gambar 5) termasuk dalam famili Rubiaceae
dan merupakan jenis tanaman perdu yang memiliki batang tegak dan bercabang
simpodial, daunnya berjenis daun tunggal dan berbentuk lonjong, bunganya
merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng sedangkan buahnya berbentuk
bulat telur dan berwarna hitam.
24
Gambar 5. Tanaman gambir (Uncaria gambir)
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Family
: Rubiaceae
Genus
: Uncaria
Spesies
: Uncaria gambir
Kandungan yang utama dari Uncaria lainnya adalah flavonoid (terutama
gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah
alkaloid (seperti gambir tanin) dan turunan dihidro- dan okso-nya.
Sediaan gambir termuat dalam Ekstra Farmakope Indonesia 1974 sebagai Catechu
EFI (Gambir EFI), dengan kandungan isi d-katekin 7-33% dan asam katekutanat
(sejenis tanin) 22-50%. Pemakaian utamanya sebagai astringensia. Gambir juga
mengandung katekin (catechin, cyanidol-3) digunakan sebagai anti-histamin yang
bisa digunakan dengan anti-alergi.
25
Kegunaan gambir secara tradisional adalah sebagai pelengkap makan sirih dan
obat-obatan, seperti di Malaysia gambir digunakan untuk obat luka bakar, rebusan
daun muda dan tunasnya juga digunakan sebagai obat diare dan disentri serta obat
kumur-kumur pada sakit kerongkongan. Secara modern gambir banyak digunakan
sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, diantaranya bahan baku obat
penyakit hati dengan paten catergen bahan baku permen yang melegakan
kerongkongan bagi perokok di Jepang karena gambir mampu menetralisir nikotin
sedangkan di Singapura gambir digunakan sebagai bahan baku obat sakit perut
dan sakit gigi (Nazir, 2000).
Berbagai potensi yang dimiliki gambir yang sedang dipelajari dan diteliti
keampuhannya antara lain sebagai anti nematode dengan melakukan isolasi
senyawa bioefektif anti nematoda Bursapeleucus xyphylus dari ekstrak gambir,
bahan infus dari gambir untuk penyembuhan terhadap gangguan pada pembuluh
darah, perangsang sistem syaraf otonom dan gambir sebagai obat tukak lambung.
Selain itu juga tengah diteliti kemampuan ekstrak gambir sebagai anti mikroba,
sebagai bahan tosisitas terhadap organ ginjal, hati dan jantung, bahan anti feedan
terhadap hama Spodoptera litura Fab, anti bakteri, tablet hisap gambir murni,
gambir sebagai bahan baku sampho dan gambir sebagai bahan perekat kayu lapis
dan papan partikel.
Gambir juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri tekstil dan batik, yaitu
sebagai bahan pewarna yang tahan terhadap cahaya matahari, gambir juga sebagai
bahan penyamak kulit agar tidak terjadi pembusukan dan membuat kulit menjadi
lebih renyah setelah dikeringkan. Begitu pula industri kosmetik menggunakan
26
gambir sebagai bahan baku untuk menghasilkan astrigen dan lotion yang mampu
melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta daya tegang kulit.
Komponen utama gambir yakni catechin (asam catwchin atau asam catechu) dan
asam catechin tannat (catechin anhydrid). Gambir juga mengandung sedikit
quercetine yaitu bahan pewarna yang memiliki warna kuning. Catechin bila
mengalami pemanasan cukup lama atau pemanasan dengan larutan bersifat basa
dengan mudah akan menjadi catechin tannat, karena kondensasi sendiri dan
menjadi mudah larut dalam air dingin atau air panas (Zeijlstra, 1943).
G. Kemenyan Putih dan Kandungan di dalamnya
Kemenyan sebenarnya berasal daripada getah sejenis pokok yang banyak terdapat
di Oman, Afrika, India serta Malaysia. Nama botaninya adalah Styrax benzoin
Dryand. Getah daripada pohon tersebut diambil dan dikeringkan. Resin yang
kering berupa kepingan-kepingan putih, bersifat keras namun rapuh, serta berbau
harum apabila dibakar.
Dalam sudut lain, kemenyan yang sinonim dengan kematian sebenarnya
mempunyai khasiat yang sangat bagus untuk membantu mendapatkan kesehatan
yang baik dan telah diamalkan oleh ilmuwan Islam dahulu.
Klasifikasi Ilmiah:
Kingdom
: Plantae
Filum
: Tracheophyta
Class
: Magnoliopsida
Orde
: Ericales
27
Family
: Styracaceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax benzoin Dryand
Antara lain Khasiat dari Kemenyan Putih adalah :
1. Mengobati penyakit lupa
2. Menguatkan penglihatan
3. Menguatkan kisaran perut
4. Menghapuskan kahak
5. Mengeluarkan angin badan
6. Melawaskan pembuangan air kecil
7. Membersihkan hati daripada sifat dengki
8. Meringankan lidah dan mudah berkomunikasi
Kemenyan putih disini merupakan asam benzoat (C6H5COOH) yang telah banyak
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan. Asam
benzoat juga disebut sebagai asam fenilformat atau asam benzenkarboksilat.
Kelarutan asam benzoat dalam air sangat rendah (0.18, 0,27, dan 2,2 g larut dalam
100 mL air pada 4 ºC, 18 ºC, dan 75 ºC. Asam benzoat dengan konsentrasi 50
ppm merupakan aditif yang memberikan pengaruh terbesar dalam menghambat
pertumbuhan kerak kalsium (Suharso dan Buhani, 2009).
28
Gambar 6. Struktur Asam Benzoat
H. Asam Tanat
Asam tanat (Gambar 7) merupakan unsur dasar dalam zat warna kimia tanaman.
Asam tanat banyak terdapat dalam kayu oak, walnut, mahogani, dan gambir.
Asam tanat merupakan salah satu golongan tanin terhidrolisis dan termasuk asam
lemah. Rumus kimia dari asam tanat adalah C41H32O26. pusat molekul dari asan
tanat adalah glukosa, dimana gugus hidroksil dari karboksilat terestrifikasi dengan
gugus asam galat. Ikatan ester dari asam tanat mudah mengalami hidrolisis
dengan bantuan katalis asam, basa, enzim, dan air panas. Hidrolisis total dari asan
tanat akan menghasilkan karboksilat dan asam gallat (Hagerman,2002).
Gambar 7. Struktur Asam Tanat (Hagerman, 2002)
29
I. Katekin
Katekin (Gambar 8) atau disebut juga flavan-3-ol merupakan senyawa flavonoid
yang banyak ditemukan dalam coklat, teh hijau, gambir, dan teh hitam. Katekin
merupakan senyawa antioksidan yang banyak sekali digunakan untuk bahan obat
karena dapat menghambat pertumbuhan kanker, meningkatkan metabolisme, dan
dapat melindungi DNA dari kerusakan. Rumus kimia dari katekin adalah
C15H14O6. Katekin dapat berpolimer menjadi tanin terkondensasi. Tanin
terkondensasi adalah polimer dari 2-50 atau lebih unit flavonoid yang
dihubungkan oleh ikatan karbon-karbon, dimana tidak rentan oleh hidrolisis.
Polimer katekin banyak sekali ditemukan pada teh hitam.
Gambar 8. Sturukur polimer katekin
J. Kuersetin
Kuersetin (Gambar 9) merupakan senyawa flavonoid yang banyak ditemukan
dalam tanaman obat, apel, teh hijau, jeruk, dan beberapa sayuran hijau. Kuarsetin
banyak digunakan dalam dunia medis sebagai antioksidan dan anti kanker.
30
Kuarsetin memiliki rumus kimia C15H10O7 dengan massa molekul sebesar
302,236 g/mol, densitas sebesar 1.799 g/cm3, dan titik lelehnya 316 oC.
Gambar 9. Struktur kuersetin
K. Analisis Menggunakan Seeded Experiment, Spektrofotometer Inframerah
(IR), Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Instrument Particle Size
Analyzer (PSA)
Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap kristal CaSO4 yang
terbentuk. Analisis ini meliputi analisis seeded experiment, analisis morfologi
permukaan kristal CaSO4 menggunakan SEM, dan analisis distribusi ukuran
partikel menggunakan PSA. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
efektif gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pembentukkan kerak
CaSO4.
1. Seeded Experiment
Seeded experiment merupakan salah satu metode pembentukkan kristal
dengan cara menambahkan bibit kristal ke dalam larutan pertumbuhan.
Penambahan bibit kristal (seeded experiment) dilakukan untuk mendorong
terjadinya proses kristalisasi dengan lebih cepat. Adanya area permukaan
31
bibit kristal akan mempermudah pertumbuhan kristal menjadi lebih besar.
Semakin cepat terjadinya proses kristalisasi maka akan semakin cepat laju
pertumbuhan inti kristal kalsium sulfat untuk membentuk kristal yang
lebih besar (Hardie, 1967; Bremere, 1999). Hal ini dilakukan untuk
melihat laju pertumbuhan kerak kalsium sulfat setelah ditambahkan
gambir dan kemenyan putih dengan seeded experiment.
2. Spektrofotometer Inframerah
Instrumen yang digunakan untuk megukur serapan radasi inframerah pada
berbagai panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Pitapita inframerah dalam sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut
intensitasnya: strong (s) medium (m) dan weak. Suatu pita lemah yang
bertumpang tindih dengan suatu pita kuat dinamakan bahu. Banyaknya
gugus yang identik dalam sebuah molekul mengubah kuat relative pita
absorbsinya dalam suatu spektrum. Misalnya, suatu gugus tunggal dalam
sebuah molekul menghasilkan absorbsi yang kuat. Sedangkan absorbsi
suatu gugus CH, maka efek gabungan dari absorpsi CH ini akan
menghasilkan suatu puncak yang bersifat medium (Fessenden dan
Fessenden, 1986).
Daerah radiasi spektrofotometer inframerah berkisar pada bilangan
gelombang 0,78-1000 µm. Umumnya daerah radiasi IR terbagi dalam
daerah IR dekat (12800-4000 cm-1, 3.8-1.2 x 1014 Hz, 0.78-2.5µm),
daerah IR tengah (4000-200 cm-1, 0,012-6 x 104 Hz, 2,5–50 µm). Daerah
yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan praktis adalah
32
4000–690 cm-1 (12–2 x 1013 Hz, 2,25-1,5 µm). Derah ini biasa disebut
sebagai derah IR tengah. Spektrofotmeter IR juga digunakan untuk
penentuan struktur khususnya senyawa organik dan juga analisis
kuantitatif (Khopkar, 1990).
Penyerahan radiasi inframerah merupakan proses kuantitatif. Hanya
frekuensi (energi) tertentu dan radiasi inframerah akan diserap molekul.
Dalam proses penyerapan, maka energi yang diserap akan menaikkan
amplitude gerakan vibrasi ikatan dalam molekul. Senyawa organik juga
menyerap energi elektromagnetik pada derah inframerah. Radiasi
inframerah tidak mempunyai energi yang cukup untuk mengeksitasi
elektron tapi dapat menyebabkan senyawa organik mengalami rotasi dan
vibrasi (Hayati, 2007).
Umumnya vibrasi diklasifakasikan sebagai vibrasi ulur dan vibrasi tekuk.
Vibrasi ulur menyangkut konstanta vibrasi antara dua atom sepanjang
sumbu ikatan, sedangkan vibrasi tekuk karena berubahnya vibrasi antara
dua ikatan dan empat tipe, yaitu sciscoring, rocking, wagging, dan twisting
(Khopkar, 1990).
Komponen IR sama dengan UV tampak, tetapi sumber detektor, dan
komponen optiknya sedikit berbeda. Sumber radiasi yang paling umum
digunakan adalah Memest atau lampu glower yang dibuat dari oksidaoksida zirconium dan ytornium berupa batang berongga dengan 22 mm
dan panjang 30 mm. Monokromator yang digunakan dalam
spektrofotometer IR terbuat dari berbagai macam bahan, tetapi umumnya
33
dari prisma NaCl digunakan untuk daerah 4000-600 cm-1 dan prisma KBr
untuk cm-1. Untuk detektor dalam daerah IR sel fotokonduktor jarang
digunakan, yang banyak digunakan adalah detektor termal. Karena
kompleksnya spektrum IR maka mutlak perlu adanya rekorder (Khpkar,
1990).
3. Instrumentasi Scanning Electron Microscopy (SEM )
SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati
dan menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang
konduktif maupun yang nonkonduktif. Sistem pencahayaan pada SEM
menggunakan radiasi elektron yang mempunyai λ = 200 – 0,1 Å, daya
pisah (resolusi) yang tinggi sekitar 5 nm sehingga dapat dicapai perbesaran
hingga ± 100.000 kali dan menghasilkan gambar atau citra yang tampak
seperti tiga dimensi karena mempunyai depth of field yang tinggi.
Sehingga SEM mampu menghasilkan gambar atau citra yang lebih baik
dibandingkan dengan hasil mikroskop optik.
Aplikasi mikroskop elektron ini tidak hanya terbatas pada analisis logam
dan paduan di bidang metalurgi, melainkan dapat diaplikasikan di berbagai
bidang lain, seperti farmasi, pertanian, biologi, kedokteran, dan industri
bahan elektronika, komponen mesin serta pesawat terbang.
Pada prinsipnya mikroskop elektron dapat mengamati morfologi, struktur
mikro, komposisi, dan distribusi unsur. Untuk menentukan komposisi
unsur secara kualitatif dan kuantitatif perlu dirangkaikan satu perangkat
34
alat EDS (Energy Dispersive X-ray Spectrometer) atau WDS (Wavelength
Dispersive X-ray Spectrometer) (Handayani dkk., 1996).
Gambar 10. Skema Bagan SEM (Gabriel, 1985).
4. Instrumentasi PSA (Sedigraf)
Metode sedigraf digunakan untuk menentukan distribusi ukuran partikel
yang secara luas sudah dipakai dalam berbagai aplikasi sejak tahun 1967.
Instrumentasi ini sudah melalui pembuktian dalam kecepatan, kemampuan
penanganan sampel, dan reduksi data dan presentasi sejak diperkenalkan.
Dasar metode analisis, pengukuran partikel dengan mengukur kecepatan
dan penentuan fraksinasi massa dengan kerelatifan absorbsi sinar-X pada
energi yang rendah. Sedigraf menggunakan sinar-X sebagai tanda
horizontal tipis untuk mengukur konsentrasi partikel massa secara
langsung dalam medium cairan. Ini dilakukan pada pengukuran pertama
intensitas massa, Imax dari garis dasar atau keterangan atau informasi
yang ditransmisikan sinar-X yang sudah diproyeksikan melalui medium
cairan sebelum pengenalan sampel. Sebagai sirkulasi cairan yang
35
berkelanjutan, sampel berupa padatan dimasukkan ke wadah cairan dan
dicampur sampai penyebaran aliran suspensi sampel berupa padatan
homogen dan penyebaran cairan dipompa melalui sel.
Sampel berupa padatan lebih banyak mengabsorbsi sinar-X daripada
cairan, oleh karena itu transmisi sinar-X dikurangi. Sejak pencampuran
suspensi yang homogen, intensitas diasumsikan sebagai nilai konstan,
Imin, untuk transmisi sinar-X dalam skala pengurangan yang penuh.
Aliran pencampuran dihentikan dan penyebaran yang homogen dimulai
untuk menyelesaikan pentransmisian intensitas sinar-X yang dimonitor
pada depth - s. Selama proses sedimentasi, partikel yang besar menempati
tempat pertama di bawah zona pengukuran dan pada akhirnya, semua
partikel menempati level ini dan yang tertinggal hanya cairan yang bersih.
Semakin banyak partikel besar yang menempati di bawah zona
pengukuran dan tidak digantikan dengan ukuran partikel yang sama yang
menempati dari atas, maka pelemahan sinar-X berkurang (Webb, 2002).
Gambar 11. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf (Webb, 2002).
36
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Mei
sampai Agustus 2016. Untuk identifikasi menggunakan Spektrofotometer IR
dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada. Selain itu, analisis menggunakan
instrumen PSA dan instrumen SEM dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan
Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering
digunakan di laboratorium, water bath, botol-botol plastik, pengaduk magnet,
oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160, Spektrofotometer IR, Scanning
Electron Microscopy (SEM), serta Instrument Particle Size Analyzer (PSA).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl2 anhidrat, Na2CO3,
akuades, kertas saring, serta senyawa ekstrak gambir dan ekstrak kemenyan putih
dengan campuran antara kedua senyawa tersebut.
37
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Inhibitor Dari Perpaduan Ekstrak Gambir dan
Kemenyan Putih
Perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih sebagai inhibitor di buat
dengan cara memotong kecil-kecil gambir dan kemenyan putih, kemudian
di giling dengan mortar sampai halus untuk menghasilkan serbuk gambir
dan kemenyan putih tersebut. Selanjutnya dibuat larutan ekstrak gambir
dan kemenyan putih dengan konsentrasi 1000 ppm menggunakan 4
perbandingan yakni 9:1,9:6, 9:9, dan 9:11.
Untuk pembuatan larutan inhibitor dengan perbandingan gambir dan
kemenyan putih 9:1 dengan menimbang sebanyak 0,9 gram serbuk gambir
dan 0,1 gram serbuk kemenyan putih dilarutkan dengan aquades sehingga
dihasilkan larutan dengan volumenya mencapai 1 liter dalam gelas kimia.
Larutan tersebut diaduk menggunakan pengaduk magnet selama 2-3 jam
dengan suhu 90°C. Kemudian larutan disaring dengan menggunakan
kertas saring. Larutan yang telah disaring tersebut adalah perpaduan
ekstrak dari gambir dan kemenyan putih. Untuk mengetahui gugus fungsi
yang terdapat pada gambir dan kemenyan putih, dilakukan karakterisasi
menggunakan spektrofotometer IR. Kemudian perlakuan yang sama di
lakukan untuk pembuatan larutan inhibitor gambir dan kemenyan putih
dengan perbandingan 9:6, 9:9, dan 9:11.
38
2. Preparasi Bibit Kristal
Bibit kristal dibuat dengan mencampurkan larutan CaCl2 anhidrat 1M dan
larutan Na2CO3 1M masing-masing dalam 50 mL akuades. Campuran
diaduk hingga mengendap sempurna. Kemudian endapan dipisahkan
melalui proses penyaringan menggunakan kertas saring. Endapan yang
diperoleh dicuci dengan akuades dan dicuci kembali dengan aseton untuk
menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran, kemudian dikeringkan
dengan menggunakan oven pada suhu 105oC. Prosedur ini diulang
beberapa kali sampai diperoleh jumlah bibit kristal sebanyak 100 gram dan
cukup untuk melakukan prosedur berikutnya. Selanjutnya kristal ini akan
digunakan sebagai bibit kristal yang akan diamati pertumbuhannya
(Suharso et al., 2007).
3.
Pengujian Perpaduan Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih
Sebagai Inhibitor dalam Pengendapan Kristal CaCO3
Tahapan untuk menguji perpaduan ekstrak gembir dan kemenyan putih
sebagai inhibitor dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan metode
seeded experiment dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai
berikut:
a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan
Metode Seeded Experiment
Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,050 M CaCl2 dan larutan
0,050 M Na2CO3 masing-masing dalam 200 mL. Kemudian, setiap
39
larutan diaduk hingga menjadi larutan yang homogen. Masingmasing larutan CaCl2 anhidrat 0,050M dan larutan Na2CO3 0,050M
dicampurkan agar terbentuk kerak CaCO3. Lalu dimasukkan ke
dalam 7 botol plastik sebanyak 50 mL dan ditambahkan 0,2 gram
bibit kristal. Setelah itu diletakkan dalam waterbath pada suhu 900C
selama 15 menit untuk mencapai kesetimbangan. Pengamatan
dilakukan selama satu jam, pada waktu 15 menit pertama satu botol
diambil, selanjutnya diambil setiap 5 menit sekali dan pada botol
yang terakhir dibiarkan selama 30 menit untuk ditimbang berat kristal
yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut
menggunakan kertas saring, dan dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 90oC. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi
larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,075, 0,100 dan 0,125 M.
Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis
menggunakan instrumen SEM dan distribusi ukuran partikel dalam
endapannya menggunakan PSA.
b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan
Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda
dengan (Metode Seeded Experiment)
Larutan pertumbuhan dibuat dengan cara melarutkan 0,050 M CaCl2
dan 0,050 M Na2CO3 masing-masing dalam larutan perpaduan
ekstrak gambir dan kemenyan putih (perbandingan 9:1) 50 ppm
hingga mencapai volume 200 ml. Masing-masing larutan dimasukkan
ke dalam gelas kimia dan diaduk menggunakan pengaduk magnet
40
selama 10-15 menit dengan suhu 90oC untuk menghomogenkan
larutan. Selanjutnya, kedua larutan tersebut dicampur agar terbentuk
kerak CaCO3 kemudian dimasukkan ke dalam 7 gelas plastik masingmasing 50 ml, dan ditambahkan bibit kristal sebanyak 0,2 gram, lalu
diletakkan dalam water bath pada suhu 90oC selama 10-15 menit
untuk mencapai kesetimbangan. Pengamatan akan dilakukan selama
1 jam. Pada 15 menit pertama, satu botol diambil, selanjutnya botol
diambil setiap 5 menit sekali dan botol terakhir di biarkan selama 30
menit. Kemudian larutan dalam botol tersebut disaring menggunakan
kertas saring, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 90oC
selama 3-4 jam. Selanjutnya, endapan tersebut ditimbang untuk
mengetahui berat kristal yang terbentuk. Percobaan ini diulang
dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,075,
0,100 dan 0,125 M serta pada variasi konsentrasi inhibitor 150, 250,
dan 350 ppm. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian
dilakukan analisis menggunakan instrumen SEM dan distribusi
ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.
4. Analisa Data
Data yang diperoleh berupa jumlah endapan terhadap waktu dengan
variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor,
masing-masing akan diplot sebagai jumlah endapan terhadap waktu
menggunakan Microsoft Excel. Nilai slope yang diperoleh dari masingmasing grafik merupakan pertumbuhan kerak CaCO3. Morfologi kerak
CaCO3 sebelum dan sesudah penambahan inhibitor di analisis
41
menggunakan SEM. Perubahan ukuran partikel dari kelimpahan CaCO3
pada masing-masing endapan dari setiap percobaan yang dilakukan juga
analisis menggunakan PSA.
D. Diagram Alir Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini terangkum dalam diagam alir penelitian
yang ditunjukkan dalam Gambar 12.
Pembuatan larutan pertumbuhan dengan bibit kristal
(Seeded Experiment)
Tanpa inhibitor
Dengan inhibitor
Analisis data laju pertumbuhan inti kristal
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
67
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih mampu
menghambat kerak CaCO3 dengan cara menghambat laju pertumbuhan
kristal kerak CaCO3, yang ditunjukkan dengan perbedaan nilai laju
pertumbuhan, morfologi dan ukuran partikel kristal CaCO3.
2. Pada penelitian ini konsentrasi optimum senyawa campuran ekstrak
gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pertumbuhan kerak
CaCO3 pada konsentrasi laju pertumbuhan 0,05M dan konsentrasi larutan
350 ppm dengan efektivitas kemampuan sebesar 69,35%.
3. Analisis menggunakan SEM menunjukkan bahwa morfologi permukaan
kerak CaCO3 sebelum penambahan inhibitor lebih padat dan rapat
permukaannya dibandingkan sesudah penambahan inhibitor senyawa
campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih.
4. Analisis menggunakan PSA menunjukkan bahwa distribusi ukuran
partikel kerak CaCO3 mengalami sedikit penurunan setelah ditambahkan
68
inhibitor senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih terlihat
pada median atau nilai tengah serta mean atau nilai rata-rata ukuran
partikel kerak CaCO3.
B. Saran
Untuk meningkatkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan
saran melalui tulisan ini yaitu dilakukan penelitian terhadap jenis kerak lain
menggunakan variasi jenis inhibitor, dan penghambatan kerak CaCO3 dengan
menggunakan variasi waktu dan konsentrasi inhibitor, serta mengetahui senyawa
aktif pada campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih yang berperan dalam
menghambat kerak CaCO3. Selain itu, perlu dilakukannya penelitian untuk
mengetahui mekanisme secara kimia reaksi inhibisi oleh inhibitor serta metode
lain yang lebih baik untuk mendapatkan hasil % kemampuan inhibitor yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Deffeeri, N. S. 2006. Heat Transfer Measurement as a Criterion For
Performance Evaluation of Scale Inhibition in MSF Plants in
Kuwait. Desalination.Vol. 204. pp. 423-436.
Arsyad, M. Natsir, 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia,
Jakarta.
Asmarani, D. 2011. Pengaruh Penambahan Senyawa Turunan Kalisakarena dan
Ekstrak Gambir Sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Sulfat (CaSO4).
(Skripsi Tidak Diterbitkan). Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lampung.
Asnawati. 2001. Pengaruh Temperatur Terhadap Reaksi Fosfonat dalam
Inhibitor Kerak pada Sumur Minyak. Jurnal ILMU DASAR. Vol.2.
No.1:20.
Badr, A. and Yassin A. A. M. 2007. Barium Sulfate Scale Formation in Oil
Reservoir During Water Injection at High-Barium Formation Water.
Journal of Applied Sciences. 7 (17) ; 2393-2403.
Bhatia, A. 2003. Cooling Water Problems and Solutions, Continuing Education
and Development, Inc. 9 Greyridge Farm Court Stony Point, NY
10980. Course no: M05-009.
Brown, G.G., 1978, “Unit Operation”, John Wiley and Sons Inc., Wiley Eastern
Limited, Charles E. Tuttle co, New York.
Chaverri, J.P., Rodriguez, N.M., Ibarra, M.O., dan Rojas, J.M.P. (2008).
Medicinal Properties of Mangosteen. Journal Food and Chemical
Toxicology. (46): 3227-3239.
Chen Yu, Guang-zhong Yang, Fang-fang Zhong, and Hong-wu He, 2010, Two
New Prenylated Xanthones from the Bark of (Garcinia
xanthochymus), Bull. KoreanChem. Soc. 31(11): 3419.
Choi, B.C.K., Tennassee, L.M., dan Eijkemans, G.J.M., 2001. Developing
Regional Workplace Health and Hazard Surveillance in The
Americas. Pan Am J Pub Health (10): 376-381.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press. Jakarta.
Cowan, J.C. and D.J. Weintritt, 1976. Water Formed Scale Deposit. Houston,
Texas, Gulf Publishing Co., 1-484.
Donachy, J. E. and C. S. Sikes. 1994. Thermal Polycondensation Synthesis of
Biomimetic Serine-Containing Derivatives Polyaspartate: Potent
Inhibitors of Calsium Carbonate Phosphate Crystallisation. J.
Polymer Science. Vol. 32. pp. 789-795.
Gill, J. S. 1999. A Novel Inhibitor For Scale Control in Water Desalination.
Desalination.Vol. 124. pp. 43-50.
Hagerman, A.E. 2002. Condensed Tannin Structural Chemistry. Department of
Chemistry and Biochemistry, Miami University, Oxford, Ohio
45056.
Halimatuddahliana. 2003. Pencegahan Korosidan Scale Pada Proses Produksi
Minyak Bumi. Laporan Penelitian Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Hasson, D. and R. Semiat. 2005. Scale Control in Saline and Wastewater
Desalination. Israel Journal of Chemistry.Vol. 46. pp. 97-104.
He, S., A. T. Kan and M. B. Tomson. 1999. Inhibition of Calsium Carbonate
Precipitation in NaCl Brines From 25 to 90°C. Applied
Geochemistry.Vol. 14. pp. 17-25.
Jamialahmadi, M., Muller-Steinhagen, M. (2007), Heat exchanger fouling and
cleaning in the dihydrate process for the production of phosphoric
acid, Chemical Engineering Research Design, DOI:
10.1205/cherd06050, pp: 245-255.
Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya GM., 1992, Inhibition of wheat
embryo calcium-dependent protein kinase and other kinases by
mangostin and gamma-mangostin, Phytochemistry, 31(11):3711-3713.
Jones, F., M.Mocerino, M.Ogden, A.Oliveria and G. Parkinson. 2005. Bioinspired Calix [4] Arene Additives for Crystal Growth Modification of
Inorganic Materials. Crystal Growth and Design. 5: 2336-2343.
Kemmer, F. N. 1979. The Nalco Water Hand Book. Nalco Chemical Co. McGraw
Hill Book CO. New York, 20. pp. 1-19.
Lestari, D. E., G. R. Sunaryo, Y. E.Yulianto, S. Alibasyahdan S. B.Utomo. 2004.
Kimia Air Reaktor Riset G.A. Siwabessy. Makalah Penelitian
P2TRR dan P2TKN BATAN. Serpong.
Lestari, D.E. 2008. Kimia Air, Pelatihan Operator dan Supervisor Reaktor Riset.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN. Serpong.
Maley, M. 1999. Inhibition of Calcite Nucleation and Growth Using
Phosphonate. Curtin University of Technology Western Australia.
Australia.
Muryanto, S. (2002), The role of impurities and additives in the crystallisation of
gipsum, Phd thesis, Curtin University, Perth, Australia.
Muryanto, S., Bayuseno, A.P., Sediono, W., Mangestiyono, W., Sutrisno (2012),
Development of a versatile laboratory project for scale formation
and control, education for chemical engineers, pp : 1-7.
Manoli, F., J.Kanakis, P. Malkajand E.Dalas. 2003. The Effect of Aminoacids on
The Crystal Growth of Calsium Carbonate. Journal of Crystal
Growth. Vol. 53. pp. 105-111.
Nakatani K, M. Atsumi ,T.Arakawa , K.Oosawa , S.Shimura , N.Nakahata and
Ohizumi. 2002. Inhibitor ofhitasimin release and prostaglandin E2
synthetisby mangosteen, A Thai medicinal plant. BiolPharm 25 (9):
1137-41.
Ngamsaeng, A. and M. Wanapat. 2004. Effects of mangosteen peel (Garcinia
mangostana) supplementation on rumen ecology, microbial protein
synthesis, digestibility and voluntary feed intake in beef steer.
Tropical Feed Resources Research and DevelopmentCenter,
Department of Animal Science, Thailand.
Nunn, R.G. 1997. Water Treatment Essentials far Boiler Plant Operation.
McGraw Hill. New York. Capillary Zone Electrophoresis. Elsevier
B.V. Journal of Chromatography A, 934.113-122.
Patton, C. 1981. Oilfield Water System.2 ed. Cambeel Petroleum Series.
Oklahoma. pp. 49-79.
Sangkhapaitoon, P., Sangkhapaitoon, P. and S. Kummee. 2008. Antibacterial
Activity of Mangosteen Hull Extracts Against Staphylococcus
aureus from Infected Skin Wound in Swine.
http://rdi.rmutsv.ac.th/ebook/Content_Agri/400.pdf. Access date
10July 2009.
Setyani IS. 2010. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dan persepsi masyarakat
terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan: kasus di IUPHHK-HA PT
Austral Byna Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Shiddiq,F.M .2014. Pemenfaatan Biji Pinang Sebagai Inhibitor Kerak Kalsium
Karbonat (CaCO3) Dengan Metode Unseeded Experiment. (Skripsi
Tidak Diterbitkan). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Lampung.
Sikiric ,M.D and Milhofer, H.F,. 2007. Adv. Colloid Interface Sci., 128-130
(2006), Hal 135-158.
Suharso, Buhani, Suhartati, T. & Aprilia, L. 2007. Sintesisc-Metil-4,10,16,22
Tetrametoksi Kaliks[4] Arena dan Peranannya Sebagai Inhibitor
Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3). Laporan Akhir
Program Insentif, UnversitasLampung, Bandar Lampung.
Suharso dan Buhani. 2009. Efek Penambahan Aditif Golongan Karboksilat dalam
Menghambat Laju Pembentukan Endapan Kalsium Sulfat. Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Suharso, Buhani, S. Bachri and T.Endaryanto. 2010. The Use of Gambier Extracts
from West Sumatra as a Green Inhibitor of Calcium Sulfate (CaSO4)
Scale Formation. Asian J. Research Chem. Vol. 3(1). pp. 183-187.
Sunarjono, H. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya: Bogor.
Syahri, M., Sugiharto B. (2008), Scale treatment pada pipa distribusi crude oil
secara kimiawi, Prosiding Seminar Nasional Teknoin, Jurusan teknik
Kimia FakultasTeknologi Industri UPN, Yogyakarta, Indonesia.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Alih Bahasa Oleh L. Setiono dan A. H pudjaatmaka. PT. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.
Tzotzi, C., T. Pahiadaki, S. G. Yiantsios, A. J. Karabelas, N. Andritsos. 2007. A
study of CaCO3 scale formation and inhibition in RO and NF
membrane Processes, desalination, vol 296, pp;171-184.
Wafiroh, S. 1995. Pemurnian Garam Rakyat Dengan Kristalisasi Bertingkat.
Laporan Penelitian. Universitas Airlangga. Surabaya.
Weijnen, M. P. C., W. G. J. Marchee, and Rosmalen G. M. V. 1983. A
Quantification of The Effectiveness of an Inhibitor on The Growth
Process of a Scalant. Desalination. Vol. 47. pp. 81-92.
Zeiher, E.H.K., H. Bosco, and K. D. Williams. 2003. Novel Antiscalant Dosing
Control. Elsevier Science B.V. Desalination 157. 209-216.
Zhang, Y and R. A. Dawe. 2000. Influence of Mg2+ on The Kinetics of Calcite
Precipication and Calcite Crystal Morphology. Chemical
Geology.Vol. 163. pp. 129-138.
Zhang, K., M. Sun, P. Werner, A. J. Kovera, J. Albu, F. X. Pi-Sunyer, and C. N
Boozer. 2002. Sleeping metabolic rate in relation to body mass index
and body composition. Int J Obes Relat Metab Disord 26: 376-383.
Download