PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DAN KEMENYAN PUTIH (Styrax benzoin Dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE SEEDED EXPERIMENT (Skripsi) Oleh Nila Amalin Nabilah FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRACT THE ADDITION OF MIXED GAMBIER (Uncaria gambir Roxb) AND WHITE KEMENYAN (Styrax benzoin Dryand) AS INHIBITORS OF FORMATION OF CALCIUM CARBONATE (CaCO3) WITH SEEDED EXPERIMENT METHOD By Nila Amalin Nabilah In this study, the addition of a gambier mixture and white kemenyan to inhibit the scale formation of calcium carbonate (CaCO3). The method used in this study was the addition of seed crystals (seeded experiment) with various concentrations of CaCO3 used 0,050; 0.075; 0,100 and 0,125 M. As well as inhibitor concentration added of 50, 150, 250, and 350 ppm. The CaCO3 crystals obtained from this experiment were analyzed using scanning electron microscopy (SEM) and particle size analizer (PSA). The SEM data obtained show that the CaCO3 crystals size with the presence of inhibitor is smaller than the CaCO3 crystals size without the addition of inhibitor. The PSA data of CaCO3 crystals also show that particle size distributions of CaCO3 crystals with the addition of inhibitor are smaller than particle size distributions of CaCo3 crystals without inhibitor. The optimum concentration of the inhibitor in inhibiting the formation of CaCO3 scale at the growth solution of 0,050 M is 350 ppm with the effectiveness of 69,35%. Keywords: Crust, Gambier, white kemenyan, seeded experiment. ABSTRAK PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DAN KEMENYAN PUTIH (Styrax benzoin Dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE SEEDED EXPERIMENT Oleh Nila Amalin Nabilah Dalam penelitian ini dilakukan penambahan senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih untuk menghambat pembentukan kerak kalsium karbonat (CaCO3). Metode yang digunakan adalah dengan penambahan bibit kristal (seeded experiment) dengan variasi konsentrasi larutan pertumbuhan CaCO3 yang digunakan sebesar 0,050; 0,075; 0,100 dan 0,125 M serta variasi konsentrasi inhibitor yang ditambahkan sebesar 50, 150, 250, dan 350 ppm. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini di analisis secara kualitatif menggunakan scanning electron microscopy (SEM) menunjukkan bahwa permukaan kerak CaCO3 tanpa inhibitor lebih besar dibandingkan dengan penambahan inhibitor sedangkan analisis kuantitatif menggunakan particle size analyzer (PSA) menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya penambahan inhibitor. Konsentrasi optimum inhibitor dalam menghambat kerak CaCO3 0,050 M sebesar 350 ppm dengan efektivitas sebesar 69,35%. Kata kunci : Kerak, gambir, kemenyan putih, seeded experiment. PENAMBAHAN CAMPURAN EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DAN KEMENYAN PUTIH (Styrax benzoin Dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE SEEDED EXPERIMENT Oleh Nila Amalin Nabilah Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1 April 1994 sebagai anak ketiga dari keempat bersaudara dari pasangan Bapak Wahidin Rais dan Ibu Eti Faryanti. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) As-Salam Sukarame pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Dadi pada tahun 2006, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009 dan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN Model) Bandar Lampung pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Mandiri (UML). Selama menjadi mahasiswi penulis pernah menjadi anggota Biro Usaha Mandiri (BUM) di Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) pada periode 2013/2014 dan menjadi ketua Biro Usaha Mandiri (BUM) pada periode 2014/2015. Serta asisten praktikum untuk matakuliah anorganik 2, anorganik 1 dan kimia dasar pada periode 2015/2016. Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang PERSEMBAHAN Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, dengan kerendahan hati ku persembahkan karya kecilku ini untuk: Bapak dan ibuku tersayang yang telah menyayangi, mendidik dan mendoakan untuk kesuksesan anaknya. Terima Kasih atas pengorbanan yang kalian berikan selama ini yang takkan mungkin dapat ananda membalasnya walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan dapat membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku. Kakakku Iqbal, Mbakku Aulia dan Adekku Najib terimakasih atas kasih sayang, do’a, dukungan, dan perhatiannya. Para pendidik dan dosen yang terhormat. Sahabat-sahabatku yang selalu ada ketika kubutuhkan. Almamater tak terlupakan Universitas Lampung. MOTTO "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, lantaran itu, janganlah engkau jadi (seorang) dari pada mereka yang ragu-ragu" (Al-Baqoroh: Ayat 147) Kesalahan terbesar yang dibuat manusia dalam kehidupannya adalah terusmenerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan (Elbert Hubbad) Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan (Confusius) SANWACANA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penambahan Campuran Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dan Kemenyan Putih (Styrax benzoin Dryand) Sebagai Inhibitor Pembentukan Kalsium Karbonat (CaCO3) Dengan Metode Seeded Experiment” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sains di Universitas Lampung. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila. 3. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku pembimbing I penelitian yang telah yang membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis semasa studi serta memberikan ilmu, kritik, saran, nasehat, semangat, perhatian, kesabaran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 4. Ibu Prof. Dr.Buhani, M.Si., selaku pembimbing II penelitian dan Kepala Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Unila yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, serta kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Mita Rilyanti, M.Si., selaku penguji penelitian yang telah memberikan ilmu, perhatian, motivasi, nasehat, kritik, selalu sabar dan bersemangat dalam memberikan bimbingan dan motivasinya kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 6. Bapak Drs. R. Supriyanto, M.S., selaku pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan, nasehat, kesabaran, kritik dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan telah mendidik penulis selama kuliah, serta terimakasih kepada staf administrasi Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan persyaratan-persyaratan selama kuliah. 8. Mba Liza Apriliya S, S.Si., selaku Laboran Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik yang telah banyak memberikan saran serta membantu penulis untuk mendapatkan zat dan bahan kimia. 9. Teristimewa Bapak, Ibu, kakakku Iqbal, mbakku Aulia dan adekku Najib. Terimakasih atas segala dukungan dan motivasinya sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Suharso’s Research Group (Ais, Reno, dan Anwar) terimakasih atas kerjasama, bantuan, motivasi, kritik, saran, dan semangatnya dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. .Anorganik Research Group: Siti Nurhalimah, S.Si., Indry Yani Saney, S.Si., Indah Wahyu Purnamasari, S.Si., Rifki Husnul Khuluk, S.Si., Sukamto, S.Si., Murni Fitria, S.Si., Jean Pitaloka, S.Si., dan Adi Setiawan, S.Si., terimakasih atas bantuan, saran, dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini. 11. Keluarga Kimia 2012: Adi Setiawan, S.Si., Aditian Sulung Saputra, Agus Ardiansyah, Ajeng Wulandari, S.Si., Ana Maria Kristiani, Apri Welda, Arif Nurhidayat, Arya Rifansyah, S.Si., Atma Istanami, Ayu Imani, Ayu Setianingrum, Deborah Jovita, Derry Vardella, Dewi Aniatul Fatimah, S.Si., Diani Iska Miranti, Dwi Anggraini, S.Si., Edi suryadi, S.Si., Eka Hurwaningsih, Elsa Zulha, Erlita Aisyah, S.Si., Febita Glyssenda, Feby Rinaldo Pratama Kusuma, Fenti Visiamah, S.Si., Ferdinand Haryanto Simangunsong, S.Si., Fifi Adriyanthi, Handri Sanjaya, Hiqi Alim, Indah Wahyu Purnamasari, S.Si., Indry Yani Saney, S.Si., Intan Mailani, S.Si., Ismi Khomsiah, S.Si., Jean Pitaloka, S.Si., Jenny Jessica Sidabalok, Khoirul Anwar, Maria Ulfa, S.Si., Meta Fosfi Berliyana, Muhammad Rizal Robbani, Murni Fitria, S.Si., Putri Ramadhona, Radius Uly Artha, Riandra Pratama Usman, S.Si., Rifki Husnul Khuluk, S.Si., Rizal Rio Saputra, Rizki Putriyana, Ruliana Juni Anita, Ruwaidah Muliana, S.Si., Siti Aisah, S.Si., Siti Nurhalimah, S.Si., Sofian Sumilat Rizki, S.Si., Sukamto, S.Si., Susy Isnaini Hasanah, S.Si., Suwarda Dua Imatu Dela, S.Si., Syathira Assegaf, Tazkiya Nurul, S.Si., Tiand Reno, S.Si., Tiara Dewi Astuti, S.Si., Tiurma Debora Simatupang, S.Si., Tri Marital, Ulfatun Nurun, Wiwin Esty Sarwita, Yepi Triapriani, S.Si., Yunsi’U Nasy’Ah, S.Si., dan Zubaidi. Terimakasih persahabatan, pertemanan, dan kekeluargaannya selama ini, semoga selamanya masih terjaga dengan baik. 12. Group “Para Wanita” ( Ais, Atma, Dela, Indry, Ningrum dan Yunsi) terimakasih atas persahabatannya dari awal kuliah sampai seterusnya dan terimakasih atas semangatnya, dukungannya, motivasinya, suka dan dukanya semoga silaturahmi ini akan tetap terjaga sampai kapan pun, ini akan menjadi kenangan indah dalam hidup kita. 13. Sahabat yang tak terlupakan Nanda Poskarina, Marfika Andriyani, A.Md.Far., Sri Rizky, A.Md.Keb., Warits Ikhsan, S.E., Mardiana Zein, S.S., dan Sigit Sopandi. Terimakasih atas keceriaan, nasehat, semangat, dan kasih sayangnya selama ini. 14. Special for “Ido Setyawan, S.Pd.” terimakasih atas semangatnya, motivasinya, kritikannya, sarannya serta nasehat dan cinta kasih sayangnya buat penulis sehingga terselesainya penelitian dan skripsi ini. 15. Keluarga KKN Babakan (Ulyak, Glanys, Raisa, Dimas, Tatang dan Yoga) terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya. Semoga silaturahmi kita tetap terus terjaga. 16. Kakak-kakak di Kimia ’06, ʼ07, ʼ08, ʼ09, ʼ10, ʼ11 dan adik-adik tingkat ʼ13, ʼ14, ʼ15, dan ʼ16 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. 17. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di tuliskan satu persatu. 18. Almamater tercinta Universitas Lampung. Bandar Lampung, Penulis, November 2016 Nila Amalin Nabilah DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. Kerak ......................................................................................................... 7 Proses Pengendapan Senyawa Anorganik pada Peralatan Industri........... 8 Kalsium Karbonat ..................................................................................... 9 Faktor Pembentukan Kristal...................................................................... 13 1. Kristalisasi ........................................................................................... 14 2. Kelarutan Endapan .............................................................................. 14 3. Derajat Lewat Jenuh (Supersaturasi) ................................................. 16 Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3...................................................... 19 1. Pengendalian pH ................................................................................. 19 2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air ............................................ 20 3. Penggunaan Inhibitor Kerak ............................................................... 20 Gambir dan Kandungan di dalamnya ........................................................ 23 Kemenyan Putih dan Kandungan di dalamnya ......................................... 26 Asam Tanat ............................................................................................... 28 Katekin ...................................................................................................... 29 Kuersetin ................................................................................................... 29 Analisis Menggunakan Seeded Experiment, Spektrofotometer Inframerah (IR), Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Instrument Particle Size Analyzer (PSA) ........... 30 1. Seeded Experiment .............................................................................. 30 2. Spektrofotometer Inframerah .............................................................. 31 3. Instrumentasi Scanning Electron Microscopy (SEM )........................ 33 4. Instrumentasi PSA (Sedigraf) ............................................................. 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 36 B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 36 C. Prosedur Penelitian.................................................................................... 37 1. Pembuatan Inhibitor Dari Perpaduan Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih ........................................................................... 37 2. Preparasi Bibit Kristal ......................................................................... 38 3. Pengujian Perpaduan Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih Sebagai Inhibitor dalam Pengendapan Kristal CaCO3.................................... 38 a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Menggunakan Metode Seeded Experiment ................................... 38 b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment ................................ 39 4. Analisa Data ........................................................................................ 40 5. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 41 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Perpaduan Inhibitor Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih ...................... 42 B. Analisis Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Menggunakan Spektrofotometer Infra Merah (IR) ................................... 44 C. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment .................................................................................... 47 D. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment .......................................................... 49 D.1. Adapun Perbandingan Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 sebagai berikut ....................................................................... 49 1. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan 9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,050 M ...................................................... 49 2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan 9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,075 M ..................................................... 52 3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan 9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,100 M ...................................................... 54 4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih dengan Perbandingan 9:11 Menggunakan Variasi Konsentrasi Inhibitor Pada Larutan Pertumbuhan 0,125 M ..................................................... 56 5. Gabungan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Dengan Penambahan Larutan Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih MenggunakanVariasi Konsentrasi Inhibitor .......................................................................................... 59 E. Analisis Morfologi Permukaan Kerak CaCO3 dengan Menggunakan SEM ................................................................................... 61 F. Analisis Distribusi Ukuran Partikel Kerak CaCO3 dengan Menggunakan PSA .................................................................................. 63 G. Perbandingan Kemampuan Beberapa Jenis Inhibitor dalam Menghambat Pembentukan Kerak ........................................................... 64 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................................. 67 B. Saran ......................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Skema Umum Mekanisme Pembentukkan Deposit Kerak Air ....................... 12 2. Tahapan Kristalisasi ........................................................................................ 13 3. Diagram Temperatur-Konsentrasi (Supersaturasi) ......................................... 16 4. Reaksi Hidrolisis Polifosfat............................................................................. 22 5. Tanaman Gambir (Uncaria Gambir) ............................................................. 24 6. Struktur Asam Benzoat ................................................................................... 28 7. Struktur Asam Tanat ....................................................................................... 28 8. Sturukur Polimer Katekin ............................................................................... 29 9. Struktur Kuersetin ........................................................................................... 30 10. Skema Bagan SEM ........................................................................................ 34 11. Diagram Proses Fraksinasi Massa Dalam Sedigraf ........................................ 35 12. Diagam Alir Penelitian. ................................................................................... 41 13. Larutan Inhibitor ............................................................................................. 43 14. Spektrum IR ................................................................................................... 45 15. Grafik Perbandingan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi Konsentrasi Larutan Pertumbuhan dan Tanpa Penambahan Inhibitor ............ 48 16. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Campuran pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,050 M ................................................... 50 17. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Camouran pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,075 M ................................................... 53 18. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Campuran pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,100 M ................................................... 55 19. Grafik Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Campuran pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,125 M ................................................... 57 20. Grafik gabungan laju pertumbuhan kristal CaCO3 dengan campuran ekstrak gambir dan kemenyan kutih ............................................................... 59 21. Morfologi Kerak CaCO3 pada Konsentrasi 0,050M Penambahan Inhibitor 350 ppm pada Perbesaran 1000x...................................................... 62 22. Morfologi Kerak CaCO3 pada Konsentrasi 0,050M Penambahan Inhibitor 350 ppm pada Perbesaran 2000x...................................................... 62 23. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Kerak CaCO3 Menggunakan PSA ............ 64 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Nilai supersaturasi (s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH pada suhu 25°C ........................................................................................ 11 2. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,050 M ................. 52 3. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,075 M ................. 54 4. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,100 M ................. 56 5. Data % Efektivitas Inhibitor pada Larutan Pertumbuhan 0,125 M ................. 58 6. Data % Efektivitas Campuran Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih Pada Penambahan Inhibitor 350 ppm ................................................... 60 7. Kondisi optimum berbagai inhibitor dalam menghambat pembentukan kerak dengan metode seeded experiment ................................ 65 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan, terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al., 1983; Maley, 1999). Kerak merupakan suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu zat (Kemmer, 1979). Pada dasarnya pembentukan kerak terjadi dalam suatu aliran yang bersifat garam jika mengalami penurunan tekanan secara tiba-tiba, maka aliran tersebut menjadi lewat jenuh dan menyebabkan terbentuknya endapan garam yang menumpuk pada dinding-dinding peralatan proses industri (Amjad, 1995). Kerak yang terbentuk pada pipa-pipa peralatan industri akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Terganggunya aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan pecah (Asnawati, 2001). 2 Adapun komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri yaitu, kalsium karbonat, seng fosfat, kalsium sulfat, silica, dan magnesium silika (Lestari, 2008). Dampak negatif yang ditimbulkan karena adanya penimbunan kerak antara lain menyebabkan sumur pipa pada industri panas bumi pembangkit tenaga listrik hanya berumur 10 tahun. Setelah itu perusahaan harus membuat kembali sumur pipa dengan biaya 6-7 juta dolar per sumur atau setara dengan Rp 70-90 milyar dan mengakibatkan kerugian yang ditimbulkan sangat besar (Suharso et al., 2010). Dalam bidang industri, kerak kalsium karbonat merupakan salah satu masalah yang cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air, seperti pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin pembangkit tenaga uap dan di pipa-pipa minyak. Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pembentukan kerak dapat dicegah dengan cara pelunakan dan pembebasan mineral air. Akan tetapi penggunaan air bebas mineral dalam industri-industri besar membutuhkan biaya yang lebih tinggi (Nunn, 1997). Pada umumnya, inhibitor kerak adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya kerak bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air (Halimatuddahliana, 2003). Penggunaan bahan kimia ini sangat menarik, 3 karena dengan dosis yang sangat rendah dapat mencukupi untuk mencegah kerak dalam periode yang lama (Cowan, 1976). Apabila senyawa-senyawa pembentuk kerak tersebut terdapat di dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya dalam keadaan kesetimbangan, maka dapat memperkecil diameter dan memperlambat aliran fluida pada sistem saluran pipa. Terganggunya aliran fluida menyebabkan perpindahan panas terhambat dan apabila tidak segera diatasi akan terjadi overheating yang akan menurunkan efisiensi. Selain itu, tekanan pada pipa juga meningkat sehingga kemungkinan pipa akan rusak dan pecah (Asnawati, 2001). Salah satu prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa kompleks (khelat) antara pencegah kerak dengan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan dapat mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981). Biasanya, penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukkan kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara mekanis permukaan bagian dalam pipa. Hal inilah yang mendasari untuk dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai inhibitor kerak baru yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa asam tanat (tannin) yang terdapat pada tanaman seperti kulit buah manggis dengan kandungan tannin sebesar 16,8% mampu menghambat laju pertumbuhan kerak CaCO3 (Antika, 2015). Pada penelitian ini senyawa yang digunakan sebagai inhibitor adalah ekstrak gambir karena gambir memiliki kandungan tannin yang cukup tinggi yaitu 4 mencapai 70% dan mengandung senyawa lain seperti katekin, kuersetin, floresin, lilin, dan lemak (Bakhtiar, 1991; Suherdi, 1991). Selain itu, penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Oktaviani, 2012), gambir dinyatakan memiliki efektifitas yang cukup tinggi untuk dijadikan inhibitor penghambat kerak CaCO3, akan tetapi ekstrak gambir tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lebih dari satu bulan. Oleh karena itu pada penelitian ini ekstrak gambir akan dikombinasikan dengan ekstrak kemenyan putih yang memiliki kandungan asam benzoat 2-3 % (Sthal, 1985) sehingga mampu dijadikan sebagai pengawet alami tanpa mempengaruhi kerja inhibitor untuk menghambat kerak. Penggunaan beberapa jenis aditif dari golongan karboksilat seperti asam sitrat, asam oksalat, dan asam benzoat sebagai aditif juga memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan kristal kerak. Penggunaan aditif yang efektif sebagai inhibitor mengakibatkan terjadinya perubahan konduktivitas menjadi lebih besar dan ukuran kristal menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan aditif, konsentrasi menentukan tingkat keefektifan aditif sebagai inhibitor (Suharso dan Buhani,2009). Metode yang digunakan untuk mengetahui keefektifan inhibitor perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pembentukan kerak kalsium karbonat secara kuantitatif dapat diketahui berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode seeded experiment, yaitu salah satu metode pembentukan kristal dengan cara menambahkan bibit kristal kedalam larutan pertumbuhan. Penambahan bibit kristal dilakukan untuk mendorong terjadinya proses kristalisasi dengan lebih cepat. Adanya permukaan bibit kristal akan 5 mempermudah pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Semakin cepat terjadinya proses kristalisasi maka akan semakin cepat laju pertumbuhan inti kristal kalsium karbonat untuk membentuk kristal yang lebih besar. Penambahan campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih pada proses pembentukan kalsium karbonat dengan metode seeded experiment akan diketahui berdasarkan analisis data sedangkan analisis morfologi kalsium karbonat menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan distribusi ukuran partikelnya akan diukur menggunakan Particle Size Analyzer (PSA). B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mempelajari pengaruh penambahan perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat pada konsentrasi yang berbeda. 2. Mengetahui keefektifan campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat dengan menggunakan metode seeded experiment melalui analisis data dan karakterisasi menggunakan SEM dan PSA. C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan dari perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pertumbuhan kerak CaCO3 sehingga dapat dikembangkan untuk memperoleh inhibitor kerak yang lebih efektif, terutama untuk mencegah 6 pembentukan kerak pada peralatan-peralatan industri sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembentukan kerak tersebut. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerak Kerak adalah tumpukan keras dari bahan anorganik terutama pada permukaan perpindahan panas yang disebabkan oleh pengendapan partikel mineral dalam air (Bhatia, 2003 ). Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substansi (Kemmer, 1979). Kerak terbentuk karena tercapainya keadaan larutan lewat jenuh. Dalam keadaan larutan lewat jenuh beberapa molekul akan bergabung membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan terlarut kembali jika ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis sementara itu kristal-kristal akan berkembang bila ukurannya lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar dari inti kritis, maka akan mulailah pertumbuhan kristal, dari kristal kecil membentuk kristal dengan ukuran yang lebih besar (penebalan lapisan kerak). Kristal-kristal yang terbentuk mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak (Lestari, 2008; Hasson dan Semiat, 2005). Kerak juga dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai. Campuran air tersebut tidak sesuai jika air berinteraksi secara kimia dan mineralnya mengendap jika dicampurkan. Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah 8 air laut dengan konsentrasi SO42- tinggi dan konsentrasi Ca2+ rendah dan air formasi dengan konsentrasi SO42- sangat rendah tetapi konsentrasi Ca2+ tinggi. Campuran air ini menyebabkan terbentuknya endapan CaSO4 (Badr dan Yassin, 2007). Komponen khas kerak yang sering dijumpai adalah sebagai berikut (Lestari, 2008; Nunn, 1997) : (i) Kalsium sulfat, (ii) Kalsium karbonat, (iii) Kalsium dan seng fosfat, (iv) Kalsium fosfat, sejumlah besar kalsium dan ortofosfat. Biasanya dikarenakan air terlalu sering dirawat, (v) Silika dengan konsentrasi tinggi, (vi) Besi dioksida, senyawa yang disebabkan oleh kurangnya kontrol korosi atau alami berasal dari besi yang teroksidasi, (vii) Besi fosfat, senyawa yang disebabkan karena pembentukkan lapisan film dari inhibitor fosfat, (viii) Mangan dioksida, mangan teroksidasi tingkat tinggi, (ix) Magnesium silika, silika dan magnesium pada konsentrasi tinggi dengan pH tinggi, (x) Magnesium karbonat, magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi. B. Proses Pengendapan Senyawa Anorganik Pada Peralatan Industri Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan. 9 Terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al,1983 ; Maley, 1999). C. Kalsium Karbonat Kalsium karbonat merupakan suatu zat padat putih, tak berbau, tak berasa, terurai pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2, dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3.MgCO3). Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya berwujud rombik atau rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam, dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik, dan sebagainya. Kalsium karbonat dibuat dari reaksi CaCl2 + Na2CO3 dalam air, atau melewatkan CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang murni. Kemudian dihasilkan dengan metode Richard dan Honischmidt dengan cara larutan Ca(NO3) diasamkan sedikit dengan HNO3. Lantas diperlakukan dengan Ca(OH)2 cair murni yang sedikit berlebih untuk mengendapkan sebagian besar Fe(OH)3 dan Mg(OH)2. Impuritas berupa garam-garam Ba, Sr, dan Mg dapat dihilangkan dengan cara rekristalisasi nitratnya berulang kali. Amonium karbonat yang dibutuhkan untuk mengendapkan karbonatnya bisa dimurnikan lewat distilasi dari air (Arsyad, 2001). Kalsium karbonat berupa endapan amorf putih terbentuk dari reaksi antara ion kalsium (Ca2+) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-) dalam bentuk Na2CO3 (Svehla, 1990). Ca2+ + CO32- CaCO3(s)↓ 10 Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun dengan naiknya ukuran Ca2+ (Cotton and Wilkinson, 1989). Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pengendapan CaCO3 dapat dihasilkan dari reaksi sebagai berikut : (Zhang et al., 2002) Harga supersaturasi (s) dari suatu larutan merupakan fungsi dari hasil kali kelarutan (Ksp) dan konsentrasi ion Ca2+ dan CO32- dalam larutan dijelaskan dalam persamaan berikut ini : = ( ). ( ) Harga Ksp CaCO3 kalsit pada suhu 25°C adalah 8,710-9, sedangkan konsentrasi (CO32-) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini : (CO32-) = 5,610-11 (HCO3-)/10-pH (Knez et al., 2005) 11 Pembentukan inti (nuklei) CaCO3 secara spontan dilarutan (homogenuos nucleation) membutuhkan harga supersaturasi s= kritis= 40 dan di permukaan (deposit) s= kritis= 20, dimana presipitasi baru mulai terjadi pada pH 8,5 untuk konsentrasi CaCO3 sebesar 400 ppm (Fathi et al., 2006). Harga supersaturasi (s) dari model larutan CaCO3 merupakan fungsi konsentrasi CaCO3 terlarut dan pH larutan seperti yang diberikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai supersaturasi (s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH pada suhu 25°C (Fathi et al., 2006) Kesadahan (ppm CaCO3) Supersaturasi (s) pH 5,7 pH 6,0 pH 7,0 pH 7,5 300 0,05 0,18 1,32 6,1 400 0,15 0,32 3,2 10,11 500 0,23 0,47 4,72 14,93 Presipitasi CaCO3 menggunakan larutan CaCO3 ini berjalan sangat lambat karena terjadi pada supersaturasi rendah (pH 6-8). Para peneliti telah melakukan beberapa cara untuk mempercepat proses presipitasi CaCO3 yaitu dengan menaikkan suhu (Saksono, 2007), menaikkan pH dan degassing gas CO2 dengan N2 (Fathi et al., 2006). Larutan CaCO3 didapat dengan melarutkan CaCO3 bubuk dalam air dan mengalirkan gelembung gas CO2. Larutan CaCO3 yang dihasilkan bersifat asam (pH: 5,5- 6,5) dan akan meningkat mendekati pH iso-elektrik kalsit yaitu sekitar 8,4 seiring dengan meningkatnya kejenuhan larutan CaCO3. Model larutan lain yang digunakan oleh banyak peneliti dalam mengamati presipitasi CaCO3 adalah dengan mencampurkan larutan Na2CO3 dan CaCl2 12 dengan reaksi sebagai berikut (Higashitani et al., 1993; Barret et al., 1998; Wang et al., 1997; Abdel-Aal et al., 2002; Chibowski et al.,2003; Saksono et al., 2006; Saksono, 2008) : Proses pembentukan CaCO3 dengan model larutan ini berjalan cepat karena harga supersaturasi (s) yang jauh lebih tinggi dibanding model larutan CaCO3. Campuran larutan yang dihasilkan bersifat basa (pH: 10-11) dan akan menurun mendekati pH iso-elektrik kalist yaitu sekitar 8,4 seiring dengan meningkatnya jumlah CaCO3 yang terbentuk. Di dalam sistem larutan karbonat terdapat kesetimbangan antara CO2, ion CO32- (karbonat) dan HCO3ˉ (bikarbonat). Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air ditunjukkan pada Gambar 1. PADATAN TERSUSPENSI MINERAL DAPAT LARUT AIR PELARUT LEWAT JENUH PENGENDAPAN DAN PEMADATAN PERTUMBUHAN KRISTAL Parameter yang mengontrol : waktu, suhu, tekanan, pH, faktor lingkungan, ukuran partikel, kecepatan pengadukan KERAK Gambar 1. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air (Salimin dan Gunandjar, 2007). 13 Penjelasan sederhana pembentukkan kerak (kristalisasi) ditunjukkan pada Gambar 2. Kristal Kelompok Tumbuh Gambar 2. Tahapan kristalisasi (Zeiheret al, 2003) D. Faktor Pembentuk Kristal Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua faktor penting, yaitu laju pembentukkan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Laju pembentukkan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukkan inti tinggi, banyak sekali kristal yang akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukkan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukkan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Semakin tinggi laju pertumbuhan maka akan kristal yang terbentuk akan besar. Laju pertumbuhan kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990). 14 1. Kristalisasi Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukkan kristal dari larutannya dan kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik. Pertumbuhan kristal dapat terjadi bila konsentrasi suatu zat terlarut dalam larutannya melewati kadar kelarutan lewat jenuhnya pada suhu tertentu. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan pekat panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan, dan dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya. Kristalisasi memiliki dua tahap proses, yaitu tahap pembentukkan inti yang merupakan tahap mulai terbentuknya zat padat baru, dan tahap pertumbuhan kristal yang merupakan tahap inti zat padat yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan menjadi kristal yang lebih besar. 2. Kelarutan Endapan Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung berbagai kondisi, seperti temperatur, tekanan, konsentrasi, bahanbahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Kelarutan tergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran itu. Ada perbedaan yang besar antara efek dari ion sejenis dan 15 ion asing. Ion sejenis adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan endapan. Umumnya dapat dikatakan bahwa suatu endapan berkurang banyak sekali jika salah satu ion sejenis terdapat dalam jumlah berlebihan, meskipun efek ini mungkin diimbangi dengan pembentukkan suatu kompleks yang dapat larut dengan ion sejenis yang berlebihan itu. Dengan adanya ion asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi pertambahan ini umumnya sedikit, kecuali jika terjadi reaksi kimia (seperti pembentukkan kompleks atau reaksi asam-basa) antara endapan dan ion asing, pertambahan kelarutannya menjadi lebih besar. Hasil kali kelarutan memungkinkan kita untuk menerangkan dan juga memperkirakan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dalam larutan itu. Jika hasilkali ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, maka sistem itu akan berusaha menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion dengan sengaja dibuat lebih besar dari hasil kali kelarutan, penyesuaian oleh sistem mengakibatkan mengendapnya garam larutan. Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari hasil kali kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya sebagian garam padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan menentukan keadaaan kesetimbangan, tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika kesetimbangan itu terjadi. Sesungguhnya, kelebihan zat pengendap yang terlalu banyak dapat mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sebagai akibat bertambahnya efek garam atau akibat pembentukkan ion kompleks. Dalam hal ini 16 hasilkali kelarutan dari kalsium sulfat pada temperatur ruang sebesar 2,3 x 10-4 mol/L (Svehla, 1990). 3. Derajat Lewat-Jenuh (Supersaturasi) Larutan lewat jenuh (Gambar 3) adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih besar daripada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan pekat panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan serta dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya. E Daerah labil D Daerah metastabil Konsentrasi A C B Daerah stabil Temperatur Gambar 3. Diagram temperatur – konsentrasi (Alexeyev dan Wafiroh, 1995) Berdasarkan gambar tersebut, garis tebal menunjukkan kelarutan normal untuk zat terlarut dalam pelarut, sedangkan garis putus-putus menunjukkan kurva lewat jenuh, dimana posisinya dalam diagram bergantung pada zat-zat pengotor (Alexeyev dalam Wafiroh, 1995). Pada diagram di atas, kondisi kelarutan dibagi 17 dalam tiga bagian yaitu daerah stabil, metastabil, dan daerah labil. Daerah stabil adalah daerah larutan yang tidak mengalami kristalisasi. Daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi tidak spontan adalah daerah metastabil, sedangkan daerah labil adalah daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi secara spontan. Pada diagram temperatur – konsentrasi, jika suatu larutan yang terletak pada titik A dan didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC), maka pembentukkan inti secara spontan tidak akan terjadi sampai kondisi C tercapai. Larutan lewat jenuh dapat juga tercapai dengan mengurangi sejumlah volume palarut dari pelarutnya dengan proses penguapan. Hal ini ditunjukkan dengan garis ADE, yaitu jika larutan pada titik A diuapkan pada temperatur konstan (Wafiroh, 1995). Menurut Lestari (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak antara lain yaitu : 1. Kualitas Air Pembentukkan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen pembentuk kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi fosfat), pH, dan konsentrasi bahan penghambat kerak dalam air. 2. Temperatur Air Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai 18 meningkat pada temperatur air 50 oC atau lebih dan kadang-kadang kerak terbentuk pada temperatur air diatas 60 oC. 3. Laju Alir Air Laju pembentukkan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem. Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem dengan laju alir 0,6 m/detik maka laju pembentukkan kerak hanya seperlima dibanding pada laju alir air 0,2 m/detik. Beberapa reaksi yang menunjukkan terbentuknya endapan (deposit) antara lain (Halimatuddahliana, 2003) : 1. CaCl2(s) + Na2SO4(s) CaSO4(s) + 2 NaCl(s) Kalsium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi 2. BaCl2(s) + Na2SO4(s) BaSO4(s) + 2 NaCl(s) Barium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi 3. Ca(HCO3)2(s) CaCO3(s) + CO2 + H2O(aq) Kalsium karbonat terdapat dalam air terkontaminasi karena penurunan tekanan, panas dan agitasi (pengadukan). Dibawah ini adalah tiga prinsip mekanisme pembentukkan kerak (Badr dan Yassin, 2007) : 1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi mengandung banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium, bercampur dengan sulfat yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4) 19 Ca2+ (atau Sr2+ atau Ba2+) + SO42- CaSO4(s) (atau SrSO4 atau BaSO4) 2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3) Ca(HCO3)2(s) CaCO3(s) + CO2 + H2O(aq) 3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi batas kelarutan dan membentuk endapan garam E. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3 Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium karbonat pada peralatan-peralatan industri adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian pH Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak oleh garam-garam kalsium, garam logam bivalen dan garam fosfat (Lestari et al., 2000). Asam sulfat yang biasa digunakan pada metode ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di air menghasilkan H2O dan CO2 sehingga pembentukan kerak CaCO3 dapat dicegah (Al-Deffeeri, 2006). CaCO3(s) ↓+ 2H+ → Ca2+ + H2O(aq) + CO2(g) ↑ Kelarutan bahan pembentuk kerak biasanya meningkat pada pH yang lebih rendah. Namun pada pH 6,5 atau kurang, korosi pada baja, karbon, tembaga, dan paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH efektif untuk mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7 sampai 7,5. 20 Oleh karena itu, suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk mengendalikan pH secara tepat.Selain itu, asam sulfat dan asam klorida mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya.Saat ini, penghambatan kerak dengan hanya penginjeksian asam semakin jarang digunakan (Lestariet al., 2004). 2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi (± 250 ppm CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan menggunakan kapur dan soda abu (pengolahan kapur dingin). Masalah kerak tidak akan dijumpai jika yang digunakan adalah air bebas mineral karena seluruh garam-garam terlarut dapat dihilangkan. Oleh karena itu, pemakaian air bebas mineral merupakan metode yang tepat untuk menghambat kerak di dalam suatu sistem dePngan pembebanan panas tinggi dimana pengolahan konvensional dengan bahan penghambat kerak tidak berhasil (Lestari et al., 2004).Namun penggunaan air bebas mineral dalam industri-industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja. 3. Penggunaan Inhibitor Kerak Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan konsentrasi yang kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut 21 dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981). Biasanya, penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukan kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara mekanis permukaan bagian dalam pipa. Syarat yang harus dimiliki senyawa kimia sebagai inhibitor kerak adalah sebagai berikut: 1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan efektif untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkan kerak. 2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk. 3. Selain itu, inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi lingkungan sekitar (Al-Deffeeri, 2006). Pada umumnya inhibitor kerak yang digunakan di ladang-ladang minyak atau pada peralatan industri dibagi menjadi dua macam yaitu inhibitor kerak anorganik dan inhibitor kerak organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan sebagai inhibitor adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat. Pada dasarnya bahanbahan kimia ini mengandung grup P-O-P dan cenderung untuk melekat pada permukaan kristal. Sedangkan inhibitor kerak organik yang biasa digunakan adalah organofosfonat, organofosfat ester dan polimer-polimer organik (Asnawati, 2001). Inhibitor kerak yang pernah digunakan yaitu polimer-polimer yang larut dalam air dan senyawa fosfonat. 22 Salah satu inhibitor kerak dari polimer-polimer yang larut dalam air yaitu polifosfat. Polifosfat (Gambar 4) merupakan inhibitor kerak yang murah namun keefektifannya terbatas. Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat (CaCO3) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat pertumbuhan kristal pada batas konsentrasi rendah dan strukturnya yang mampu merusak padatan tersuspensi. Hal ini dapat mencegah pertumbuhan kristal lebih lanjut, atau setidaknya memperlambat proses pertumbuhan kerak. Namun, polifosfat memiliki kelemahan utama yaitu mudah terhidrolisis pada temperatur di atas 90 °C menghasilkan ortofosfat. Gambar 4. Reaksi hidrolisis polifosfat (Gill, 1999) Reaksi di atas adalah reaksi hidrolisis polifosfat yang merupakan fungsi dari temperatur, pH, waktu, dan adanya ion-ion lain. Ortofosfat yang dihasilkan dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kerak dan menyebabkan terbentuknya kerak baru dari presipitasi kalsium fosfat (Gill, 1999), sehingga penggunaan polifosfat sebagai inhibitor kerak hanya efektif pada temperatur rendah (Al-Deffeeri, 2006). Fosfonat merupakan inhibitor yang sangat baik bila dibandingkan dengan polifosfat. Namun fosfonat masih memiliki kelemahan yaitu struktur fosfonat 23 yang monomerik sehingga tidak efektif jika digunakan sebagai dispersing agents (Al-Deffeeri, 2006). Penggunaan senyawa-senyawa anorganik (Zhang dan Dawe, 2000), asam amino (Manoli dkk, 2003), polimer-polimer yang larut dalam air seperti poliaspartat (Donachy dan Sikes, 1994; Jones dkk, 2005), polifosfat dan senyawa-senyawa lain seperti fosfonat, karboksilat (Al-Deffeeri, 2006), dan sulfonat telah diketahui sangat efektif sebagai inhibitor endapan kalsium karbonat (He et al., 1999; Choi et al., 2001). F. Gambir dan Kandungan di dalamnya Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian sampai 900 m. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh dan curah hujan merata sepanjang tahun. Bagian tanaman gambir yang dipanen adalah daun dan rantingnya yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir yang bernilai ekonomis. Gambir (Gambar 5) termasuk dalam famili Rubiaceae dan merupakan jenis tanaman perdu yang memiliki batang tegak dan bercabang simpodial, daunnya berjenis daun tunggal dan berbentuk lonjong, bunganya merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng sedangkan buahnya berbentuk bulat telur dan berwarna hitam. 24 Gambar 5. Tanaman gambir (Uncaria gambir) Klasifikasi Ilmiah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Family : Rubiaceae Genus : Uncaria Spesies : Uncaria gambir Kandungan yang utama dari Uncaria lainnya adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambir tanin) dan turunan dihidro- dan okso-nya. Sediaan gambir termuat dalam Ekstra Farmakope Indonesia 1974 sebagai Catechu EFI (Gambir EFI), dengan kandungan isi d-katekin 7-33% dan asam katekutanat (sejenis tanin) 22-50%. Pemakaian utamanya sebagai astringensia. Gambir juga mengandung katekin (catechin, cyanidol-3) digunakan sebagai anti-histamin yang bisa digunakan dengan anti-alergi. 25 Kegunaan gambir secara tradisional adalah sebagai pelengkap makan sirih dan obat-obatan, seperti di Malaysia gambir digunakan untuk obat luka bakar, rebusan daun muda dan tunasnya juga digunakan sebagai obat diare dan disentri serta obat kumur-kumur pada sakit kerongkongan. Secara modern gambir banyak digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, diantaranya bahan baku obat penyakit hati dengan paten catergen bahan baku permen yang melegakan kerongkongan bagi perokok di Jepang karena gambir mampu menetralisir nikotin sedangkan di Singapura gambir digunakan sebagai bahan baku obat sakit perut dan sakit gigi (Nazir, 2000). Berbagai potensi yang dimiliki gambir yang sedang dipelajari dan diteliti keampuhannya antara lain sebagai anti nematode dengan melakukan isolasi senyawa bioefektif anti nematoda Bursapeleucus xyphylus dari ekstrak gambir, bahan infus dari gambir untuk penyembuhan terhadap gangguan pada pembuluh darah, perangsang sistem syaraf otonom dan gambir sebagai obat tukak lambung. Selain itu juga tengah diteliti kemampuan ekstrak gambir sebagai anti mikroba, sebagai bahan tosisitas terhadap organ ginjal, hati dan jantung, bahan anti feedan terhadap hama Spodoptera litura Fab, anti bakteri, tablet hisap gambir murni, gambir sebagai bahan baku sampho dan gambir sebagai bahan perekat kayu lapis dan papan partikel. Gambir juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri tekstil dan batik, yaitu sebagai bahan pewarna yang tahan terhadap cahaya matahari, gambir juga sebagai bahan penyamak kulit agar tidak terjadi pembusukan dan membuat kulit menjadi lebih renyah setelah dikeringkan. Begitu pula industri kosmetik menggunakan 26 gambir sebagai bahan baku untuk menghasilkan astrigen dan lotion yang mampu melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta daya tegang kulit. Komponen utama gambir yakni catechin (asam catwchin atau asam catechu) dan asam catechin tannat (catechin anhydrid). Gambir juga mengandung sedikit quercetine yaitu bahan pewarna yang memiliki warna kuning. Catechin bila mengalami pemanasan cukup lama atau pemanasan dengan larutan bersifat basa dengan mudah akan menjadi catechin tannat, karena kondensasi sendiri dan menjadi mudah larut dalam air dingin atau air panas (Zeijlstra, 1943). G. Kemenyan Putih dan Kandungan di dalamnya Kemenyan sebenarnya berasal daripada getah sejenis pokok yang banyak terdapat di Oman, Afrika, India serta Malaysia. Nama botaninya adalah Styrax benzoin Dryand. Getah daripada pohon tersebut diambil dan dikeringkan. Resin yang kering berupa kepingan-kepingan putih, bersifat keras namun rapuh, serta berbau harum apabila dibakar. Dalam sudut lain, kemenyan yang sinonim dengan kematian sebenarnya mempunyai khasiat yang sangat bagus untuk membantu mendapatkan kesehatan yang baik dan telah diamalkan oleh ilmuwan Islam dahulu. Klasifikasi Ilmiah: Kingdom : Plantae Filum : Tracheophyta Class : Magnoliopsida Orde : Ericales 27 Family : Styracaceae Genus : Styrax Spesies : Styrax benzoin Dryand Antara lain Khasiat dari Kemenyan Putih adalah : 1. Mengobati penyakit lupa 2. Menguatkan penglihatan 3. Menguatkan kisaran perut 4. Menghapuskan kahak 5. Mengeluarkan angin badan 6. Melawaskan pembuangan air kecil 7. Membersihkan hati daripada sifat dengki 8. Meringankan lidah dan mudah berkomunikasi Kemenyan putih disini merupakan asam benzoat (C6H5COOH) yang telah banyak digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan. Asam benzoat juga disebut sebagai asam fenilformat atau asam benzenkarboksilat. Kelarutan asam benzoat dalam air sangat rendah (0.18, 0,27, dan 2,2 g larut dalam 100 mL air pada 4 ºC, 18 ºC, dan 75 ºC. Asam benzoat dengan konsentrasi 50 ppm merupakan aditif yang memberikan pengaruh terbesar dalam menghambat pertumbuhan kerak kalsium (Suharso dan Buhani, 2009). 28 Gambar 6. Struktur Asam Benzoat H. Asam Tanat Asam tanat (Gambar 7) merupakan unsur dasar dalam zat warna kimia tanaman. Asam tanat banyak terdapat dalam kayu oak, walnut, mahogani, dan gambir. Asam tanat merupakan salah satu golongan tanin terhidrolisis dan termasuk asam lemah. Rumus kimia dari asam tanat adalah C41H32O26. pusat molekul dari asan tanat adalah glukosa, dimana gugus hidroksil dari karboksilat terestrifikasi dengan gugus asam galat. Ikatan ester dari asam tanat mudah mengalami hidrolisis dengan bantuan katalis asam, basa, enzim, dan air panas. Hidrolisis total dari asan tanat akan menghasilkan karboksilat dan asam gallat (Hagerman,2002). Gambar 7. Struktur Asam Tanat (Hagerman, 2002) 29 I. Katekin Katekin (Gambar 8) atau disebut juga flavan-3-ol merupakan senyawa flavonoid yang banyak ditemukan dalam coklat, teh hijau, gambir, dan teh hitam. Katekin merupakan senyawa antioksidan yang banyak sekali digunakan untuk bahan obat karena dapat menghambat pertumbuhan kanker, meningkatkan metabolisme, dan dapat melindungi DNA dari kerusakan. Rumus kimia dari katekin adalah C15H14O6. Katekin dapat berpolimer menjadi tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi adalah polimer dari 2-50 atau lebih unit flavonoid yang dihubungkan oleh ikatan karbon-karbon, dimana tidak rentan oleh hidrolisis. Polimer katekin banyak sekali ditemukan pada teh hitam. Gambar 8. Sturukur polimer katekin J. Kuersetin Kuersetin (Gambar 9) merupakan senyawa flavonoid yang banyak ditemukan dalam tanaman obat, apel, teh hijau, jeruk, dan beberapa sayuran hijau. Kuarsetin banyak digunakan dalam dunia medis sebagai antioksidan dan anti kanker. 30 Kuarsetin memiliki rumus kimia C15H10O7 dengan massa molekul sebesar 302,236 g/mol, densitas sebesar 1.799 g/cm3, dan titik lelehnya 316 oC. Gambar 9. Struktur kuersetin K. Analisis Menggunakan Seeded Experiment, Spektrofotometer Inframerah (IR), Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Instrument Particle Size Analyzer (PSA) Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap kristal CaSO4 yang terbentuk. Analisis ini meliputi analisis seeded experiment, analisis morfologi permukaan kristal CaSO4 menggunakan SEM, dan analisis distribusi ukuran partikel menggunakan PSA. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pembentukkan kerak CaSO4. 1. Seeded Experiment Seeded experiment merupakan salah satu metode pembentukkan kristal dengan cara menambahkan bibit kristal ke dalam larutan pertumbuhan. Penambahan bibit kristal (seeded experiment) dilakukan untuk mendorong terjadinya proses kristalisasi dengan lebih cepat. Adanya area permukaan 31 bibit kristal akan mempermudah pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Semakin cepat terjadinya proses kristalisasi maka akan semakin cepat laju pertumbuhan inti kristal kalsium sulfat untuk membentuk kristal yang lebih besar (Hardie, 1967; Bremere, 1999). Hal ini dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan kerak kalsium sulfat setelah ditambahkan gambir dan kemenyan putih dengan seeded experiment. 2. Spektrofotometer Inframerah Instrumen yang digunakan untuk megukur serapan radasi inframerah pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofotometer inframerah. Pitapita inframerah dalam sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut intensitasnya: strong (s) medium (m) dan weak. Suatu pita lemah yang bertumpang tindih dengan suatu pita kuat dinamakan bahu. Banyaknya gugus yang identik dalam sebuah molekul mengubah kuat relative pita absorbsinya dalam suatu spektrum. Misalnya, suatu gugus tunggal dalam sebuah molekul menghasilkan absorbsi yang kuat. Sedangkan absorbsi suatu gugus CH, maka efek gabungan dari absorpsi CH ini akan menghasilkan suatu puncak yang bersifat medium (Fessenden dan Fessenden, 1986). Daerah radiasi spektrofotometer inframerah berkisar pada bilangan gelombang 0,78-1000 µm. Umumnya daerah radiasi IR terbagi dalam daerah IR dekat (12800-4000 cm-1, 3.8-1.2 x 1014 Hz, 0.78-2.5µm), daerah IR tengah (4000-200 cm-1, 0,012-6 x 104 Hz, 2,5–50 µm). Daerah yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan praktis adalah 32 4000–690 cm-1 (12–2 x 1013 Hz, 2,25-1,5 µm). Derah ini biasa disebut sebagai derah IR tengah. Spektrofotmeter IR juga digunakan untuk penentuan struktur khususnya senyawa organik dan juga analisis kuantitatif (Khopkar, 1990). Penyerahan radiasi inframerah merupakan proses kuantitatif. Hanya frekuensi (energi) tertentu dan radiasi inframerah akan diserap molekul. Dalam proses penyerapan, maka energi yang diserap akan menaikkan amplitude gerakan vibrasi ikatan dalam molekul. Senyawa organik juga menyerap energi elektromagnetik pada derah inframerah. Radiasi inframerah tidak mempunyai energi yang cukup untuk mengeksitasi elektron tapi dapat menyebabkan senyawa organik mengalami rotasi dan vibrasi (Hayati, 2007). Umumnya vibrasi diklasifakasikan sebagai vibrasi ulur dan vibrasi tekuk. Vibrasi ulur menyangkut konstanta vibrasi antara dua atom sepanjang sumbu ikatan, sedangkan vibrasi tekuk karena berubahnya vibrasi antara dua ikatan dan empat tipe, yaitu sciscoring, rocking, wagging, dan twisting (Khopkar, 1990). Komponen IR sama dengan UV tampak, tetapi sumber detektor, dan komponen optiknya sedikit berbeda. Sumber radiasi yang paling umum digunakan adalah Memest atau lampu glower yang dibuat dari oksidaoksida zirconium dan ytornium berupa batang berongga dengan 22 mm dan panjang 30 mm. Monokromator yang digunakan dalam spektrofotometer IR terbuat dari berbagai macam bahan, tetapi umumnya 33 dari prisma NaCl digunakan untuk daerah 4000-600 cm-1 dan prisma KBr untuk cm-1. Untuk detektor dalam daerah IR sel fotokonduktor jarang digunakan, yang banyak digunakan adalah detektor termal. Karena kompleksnya spektrum IR maka mutlak perlu adanya rekorder (Khpkar, 1990). 3. Instrumentasi Scanning Electron Microscopy (SEM ) SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif maupun yang nonkonduktif. Sistem pencahayaan pada SEM menggunakan radiasi elektron yang mempunyai λ = 200 – 0,1 Å, daya pisah (resolusi) yang tinggi sekitar 5 nm sehingga dapat dicapai perbesaran hingga ± 100.000 kali dan menghasilkan gambar atau citra yang tampak seperti tiga dimensi karena mempunyai depth of field yang tinggi. Sehingga SEM mampu menghasilkan gambar atau citra yang lebih baik dibandingkan dengan hasil mikroskop optik. Aplikasi mikroskop elektron ini tidak hanya terbatas pada analisis logam dan paduan di bidang metalurgi, melainkan dapat diaplikasikan di berbagai bidang lain, seperti farmasi, pertanian, biologi, kedokteran, dan industri bahan elektronika, komponen mesin serta pesawat terbang. Pada prinsipnya mikroskop elektron dapat mengamati morfologi, struktur mikro, komposisi, dan distribusi unsur. Untuk menentukan komposisi unsur secara kualitatif dan kuantitatif perlu dirangkaikan satu perangkat 34 alat EDS (Energy Dispersive X-ray Spectrometer) atau WDS (Wavelength Dispersive X-ray Spectrometer) (Handayani dkk., 1996). Gambar 10. Skema Bagan SEM (Gabriel, 1985). 4. Instrumentasi PSA (Sedigraf) Metode sedigraf digunakan untuk menentukan distribusi ukuran partikel yang secara luas sudah dipakai dalam berbagai aplikasi sejak tahun 1967. Instrumentasi ini sudah melalui pembuktian dalam kecepatan, kemampuan penanganan sampel, dan reduksi data dan presentasi sejak diperkenalkan. Dasar metode analisis, pengukuran partikel dengan mengukur kecepatan dan penentuan fraksinasi massa dengan kerelatifan absorbsi sinar-X pada energi yang rendah. Sedigraf menggunakan sinar-X sebagai tanda horizontal tipis untuk mengukur konsentrasi partikel massa secara langsung dalam medium cairan. Ini dilakukan pada pengukuran pertama intensitas massa, Imax dari garis dasar atau keterangan atau informasi yang ditransmisikan sinar-X yang sudah diproyeksikan melalui medium cairan sebelum pengenalan sampel. Sebagai sirkulasi cairan yang 35 berkelanjutan, sampel berupa padatan dimasukkan ke wadah cairan dan dicampur sampai penyebaran aliran suspensi sampel berupa padatan homogen dan penyebaran cairan dipompa melalui sel. Sampel berupa padatan lebih banyak mengabsorbsi sinar-X daripada cairan, oleh karena itu transmisi sinar-X dikurangi. Sejak pencampuran suspensi yang homogen, intensitas diasumsikan sebagai nilai konstan, Imin, untuk transmisi sinar-X dalam skala pengurangan yang penuh. Aliran pencampuran dihentikan dan penyebaran yang homogen dimulai untuk menyelesaikan pentransmisian intensitas sinar-X yang dimonitor pada depth - s. Selama proses sedimentasi, partikel yang besar menempati tempat pertama di bawah zona pengukuran dan pada akhirnya, semua partikel menempati level ini dan yang tertinggal hanya cairan yang bersih. Semakin banyak partikel besar yang menempati di bawah zona pengukuran dan tidak digantikan dengan ukuran partikel yang sama yang menempati dari atas, maka pelemahan sinar-X berkurang (Webb, 2002). Gambar 11. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf (Webb, 2002). 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Mei sampai Agustus 2016. Untuk identifikasi menggunakan Spektrofotometer IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada. Selain itu, analisis menggunakan instrumen PSA dan instrumen SEM dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering digunakan di laboratorium, water bath, botol-botol plastik, pengaduk magnet, oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160, Spektrofotometer IR, Scanning Electron Microscopy (SEM), serta Instrument Particle Size Analyzer (PSA). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl2 anhidrat, Na2CO3, akuades, kertas saring, serta senyawa ekstrak gambir dan ekstrak kemenyan putih dengan campuran antara kedua senyawa tersebut. 37 C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan Inhibitor Dari Perpaduan Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih Perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih sebagai inhibitor di buat dengan cara memotong kecil-kecil gambir dan kemenyan putih, kemudian di giling dengan mortar sampai halus untuk menghasilkan serbuk gambir dan kemenyan putih tersebut. Selanjutnya dibuat larutan ekstrak gambir dan kemenyan putih dengan konsentrasi 1000 ppm menggunakan 4 perbandingan yakni 9:1,9:6, 9:9, dan 9:11. Untuk pembuatan larutan inhibitor dengan perbandingan gambir dan kemenyan putih 9:1 dengan menimbang sebanyak 0,9 gram serbuk gambir dan 0,1 gram serbuk kemenyan putih dilarutkan dengan aquades sehingga dihasilkan larutan dengan volumenya mencapai 1 liter dalam gelas kimia. Larutan tersebut diaduk menggunakan pengaduk magnet selama 2-3 jam dengan suhu 90°C. Kemudian larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Larutan yang telah disaring tersebut adalah perpaduan ekstrak dari gambir dan kemenyan putih. Untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada gambir dan kemenyan putih, dilakukan karakterisasi menggunakan spektrofotometer IR. Kemudian perlakuan yang sama di lakukan untuk pembuatan larutan inhibitor gambir dan kemenyan putih dengan perbandingan 9:6, 9:9, dan 9:11. 38 2. Preparasi Bibit Kristal Bibit kristal dibuat dengan mencampurkan larutan CaCl2 anhidrat 1M dan larutan Na2CO3 1M masing-masing dalam 50 mL akuades. Campuran diaduk hingga mengendap sempurna. Kemudian endapan dipisahkan melalui proses penyaringan menggunakan kertas saring. Endapan yang diperoleh dicuci dengan akuades dan dicuci kembali dengan aseton untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105oC. Prosedur ini diulang beberapa kali sampai diperoleh jumlah bibit kristal sebanyak 100 gram dan cukup untuk melakukan prosedur berikutnya. Selanjutnya kristal ini akan digunakan sebagai bibit kristal yang akan diamati pertumbuhannya (Suharso et al., 2007). 3. Pengujian Perpaduan Ekstrak Gambir dan Kemenyan Putih Sebagai Inhibitor dalam Pengendapan Kristal CaCO3 Tahapan untuk menguji perpaduan ekstrak gembir dan kemenyan putih sebagai inhibitor dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan metode seeded experiment dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai berikut: a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,050 M CaCl2 dan larutan 0,050 M Na2CO3 masing-masing dalam 200 mL. Kemudian, setiap 39 larutan diaduk hingga menjadi larutan yang homogen. Masingmasing larutan CaCl2 anhidrat 0,050M dan larutan Na2CO3 0,050M dicampurkan agar terbentuk kerak CaCO3. Lalu dimasukkan ke dalam 7 botol plastik sebanyak 50 mL dan ditambahkan 0,2 gram bibit kristal. Setelah itu diletakkan dalam waterbath pada suhu 900C selama 15 menit untuk mencapai kesetimbangan. Pengamatan dilakukan selama satu jam, pada waktu 15 menit pertama satu botol diambil, selanjutnya diambil setiap 5 menit sekali dan pada botol yang terakhir dibiarkan selama 30 menit untuk ditimbang berat kristal yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 90oC. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,075, 0,100 dan 0,125 M. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis menggunakan instrumen SEM dan distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA. b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan (Metode Seeded Experiment) Larutan pertumbuhan dibuat dengan cara melarutkan 0,050 M CaCl2 dan 0,050 M Na2CO3 masing-masing dalam larutan perpaduan ekstrak gambir dan kemenyan putih (perbandingan 9:1) 50 ppm hingga mencapai volume 200 ml. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk menggunakan pengaduk magnet 40 selama 10-15 menit dengan suhu 90oC untuk menghomogenkan larutan. Selanjutnya, kedua larutan tersebut dicampur agar terbentuk kerak CaCO3 kemudian dimasukkan ke dalam 7 gelas plastik masingmasing 50 ml, dan ditambahkan bibit kristal sebanyak 0,2 gram, lalu diletakkan dalam water bath pada suhu 90oC selama 10-15 menit untuk mencapai kesetimbangan. Pengamatan akan dilakukan selama 1 jam. Pada 15 menit pertama, satu botol diambil, selanjutnya botol diambil setiap 5 menit sekali dan botol terakhir di biarkan selama 30 menit. Kemudian larutan dalam botol tersebut disaring menggunakan kertas saring, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 90oC selama 3-4 jam. Selanjutnya, endapan tersebut ditimbang untuk mengetahui berat kristal yang terbentuk. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,075, 0,100 dan 0,125 M serta pada variasi konsentrasi inhibitor 150, 250, dan 350 ppm. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis menggunakan instrumen SEM dan distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA. 4. Analisa Data Data yang diperoleh berupa jumlah endapan terhadap waktu dengan variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor, masing-masing akan diplot sebagai jumlah endapan terhadap waktu menggunakan Microsoft Excel. Nilai slope yang diperoleh dari masingmasing grafik merupakan pertumbuhan kerak CaCO3. Morfologi kerak CaCO3 sebelum dan sesudah penambahan inhibitor di analisis 41 menggunakan SEM. Perubahan ukuran partikel dari kelimpahan CaCO3 pada masing-masing endapan dari setiap percobaan yang dilakukan juga analisis menggunakan PSA. D. Diagram Alir Penelitian Secara keseluruhan penelitian ini terangkum dalam diagam alir penelitian yang ditunjukkan dalam Gambar 12. Pembuatan larutan pertumbuhan dengan bibit kristal (Seeded Experiment) Tanpa inhibitor Dengan inhibitor Analisis data laju pertumbuhan inti kristal Gambar 12. Diagram Alir Penelitian 67 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih mampu menghambat kerak CaCO3 dengan cara menghambat laju pertumbuhan kristal kerak CaCO3, yang ditunjukkan dengan perbedaan nilai laju pertumbuhan, morfologi dan ukuran partikel kristal CaCO3. 2. Pada penelitian ini konsentrasi optimum senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih dalam menghambat pertumbuhan kerak CaCO3 pada konsentrasi laju pertumbuhan 0,05M dan konsentrasi larutan 350 ppm dengan efektivitas kemampuan sebesar 69,35%. 3. Analisis menggunakan SEM menunjukkan bahwa morfologi permukaan kerak CaCO3 sebelum penambahan inhibitor lebih padat dan rapat permukaannya dibandingkan sesudah penambahan inhibitor senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih. 4. Analisis menggunakan PSA menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 mengalami sedikit penurunan setelah ditambahkan 68 inhibitor senyawa campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih terlihat pada median atau nilai tengah serta mean atau nilai rata-rata ukuran partikel kerak CaCO3. B. Saran Untuk meningkatkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran melalui tulisan ini yaitu dilakukan penelitian terhadap jenis kerak lain menggunakan variasi jenis inhibitor, dan penghambatan kerak CaCO3 dengan menggunakan variasi waktu dan konsentrasi inhibitor, serta mengetahui senyawa aktif pada campuran ekstrak gambir dan kemenyan putih yang berperan dalam menghambat kerak CaCO3. Selain itu, perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui mekanisme secara kimia reaksi inhibisi oleh inhibitor serta metode lain yang lebih baik untuk mendapatkan hasil % kemampuan inhibitor yang besar. DAFTAR PUSTAKA Al-Deffeeri, N. S. 2006. Heat Transfer Measurement as a Criterion For Performance Evaluation of Scale Inhibition in MSF Plants in Kuwait. Desalination.Vol. 204. pp. 423-436. Arsyad, M. Natsir, 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia, Jakarta. Asmarani, D. 2011. Pengaruh Penambahan Senyawa Turunan Kalisakarena dan Ekstrak Gambir Sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Sulfat (CaSO4). (Skripsi Tidak Diterbitkan). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Asnawati. 2001. Pengaruh Temperatur Terhadap Reaksi Fosfonat dalam Inhibitor Kerak pada Sumur Minyak. Jurnal ILMU DASAR. Vol.2. No.1:20. Badr, A. and Yassin A. A. M. 2007. Barium Sulfate Scale Formation in Oil Reservoir During Water Injection at High-Barium Formation Water. Journal of Applied Sciences. 7 (17) ; 2393-2403. Bhatia, A. 2003. Cooling Water Problems and Solutions, Continuing Education and Development, Inc. 9 Greyridge Farm Court Stony Point, NY 10980. Course no: M05-009. Brown, G.G., 1978, “Unit Operation”, John Wiley and Sons Inc., Wiley Eastern Limited, Charles E. Tuttle co, New York. Chaverri, J.P., Rodriguez, N.M., Ibarra, M.O., dan Rojas, J.M.P. (2008). Medicinal Properties of Mangosteen. Journal Food and Chemical Toxicology. (46): 3227-3239. Chen Yu, Guang-zhong Yang, Fang-fang Zhong, and Hong-wu He, 2010, Two New Prenylated Xanthones from the Bark of (Garcinia xanthochymus), Bull. KoreanChem. Soc. 31(11): 3419. Choi, B.C.K., Tennassee, L.M., dan Eijkemans, G.J.M., 2001. Developing Regional Workplace Health and Hazard Surveillance in The Americas. Pan Am J Pub Health (10): 376-381. Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press. Jakarta. Cowan, J.C. and D.J. Weintritt, 1976. Water Formed Scale Deposit. Houston, Texas, Gulf Publishing Co., 1-484. Donachy, J. E. and C. S. Sikes. 1994. Thermal Polycondensation Synthesis of Biomimetic Serine-Containing Derivatives Polyaspartate: Potent Inhibitors of Calsium Carbonate Phosphate Crystallisation. J. Polymer Science. Vol. 32. pp. 789-795. Gill, J. S. 1999. A Novel Inhibitor For Scale Control in Water Desalination. Desalination.Vol. 124. pp. 43-50. Hagerman, A.E. 2002. Condensed Tannin Structural Chemistry. Department of Chemistry and Biochemistry, Miami University, Oxford, Ohio 45056. Halimatuddahliana. 2003. Pencegahan Korosidan Scale Pada Proses Produksi Minyak Bumi. Laporan Penelitian Universitas Sumatera Utara. Medan. Hasson, D. and R. Semiat. 2005. Scale Control in Saline and Wastewater Desalination. Israel Journal of Chemistry.Vol. 46. pp. 97-104. He, S., A. T. Kan and M. B. Tomson. 1999. Inhibition of Calsium Carbonate Precipitation in NaCl Brines From 25 to 90°C. Applied Geochemistry.Vol. 14. pp. 17-25. Jamialahmadi, M., Muller-Steinhagen, M. (2007), Heat exchanger fouling and cleaning in the dihydrate process for the production of phosphoric acid, Chemical Engineering Research Design, DOI: 10.1205/cherd06050, pp: 245-255. Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya GM., 1992, Inhibition of wheat embryo calcium-dependent protein kinase and other kinases by mangostin and gamma-mangostin, Phytochemistry, 31(11):3711-3713. Jones, F., M.Mocerino, M.Ogden, A.Oliveria and G. Parkinson. 2005. Bioinspired Calix [4] Arene Additives for Crystal Growth Modification of Inorganic Materials. Crystal Growth and Design. 5: 2336-2343. Kemmer, F. N. 1979. The Nalco Water Hand Book. Nalco Chemical Co. McGraw Hill Book CO. New York, 20. pp. 1-19. Lestari, D. E., G. R. Sunaryo, Y. E.Yulianto, S. Alibasyahdan S. B.Utomo. 2004. Kimia Air Reaktor Riset G.A. Siwabessy. Makalah Penelitian P2TRR dan P2TKN BATAN. Serpong. Lestari, D.E. 2008. Kimia Air, Pelatihan Operator dan Supervisor Reaktor Riset. Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN. Serpong. Maley, M. 1999. Inhibition of Calcite Nucleation and Growth Using Phosphonate. Curtin University of Technology Western Australia. Australia. Muryanto, S. (2002), The role of impurities and additives in the crystallisation of gipsum, Phd thesis, Curtin University, Perth, Australia. Muryanto, S., Bayuseno, A.P., Sediono, W., Mangestiyono, W., Sutrisno (2012), Development of a versatile laboratory project for scale formation and control, education for chemical engineers, pp : 1-7. Manoli, F., J.Kanakis, P. Malkajand E.Dalas. 2003. The Effect of Aminoacids on The Crystal Growth of Calsium Carbonate. Journal of Crystal Growth. Vol. 53. pp. 105-111. Nakatani K, M. Atsumi ,T.Arakawa , K.Oosawa , S.Shimura , N.Nakahata and Ohizumi. 2002. Inhibitor ofhitasimin release and prostaglandin E2 synthetisby mangosteen, A Thai medicinal plant. BiolPharm 25 (9): 1137-41. Ngamsaeng, A. and M. Wanapat. 2004. Effects of mangosteen peel (Garcinia mangostana) supplementation on rumen ecology, microbial protein synthesis, digestibility and voluntary feed intake in beef steer. Tropical Feed Resources Research and DevelopmentCenter, Department of Animal Science, Thailand. Nunn, R.G. 1997. Water Treatment Essentials far Boiler Plant Operation. McGraw Hill. New York. Capillary Zone Electrophoresis. Elsevier B.V. Journal of Chromatography A, 934.113-122. Patton, C. 1981. Oilfield Water System.2 ed. Cambeel Petroleum Series. Oklahoma. pp. 49-79. Sangkhapaitoon, P., Sangkhapaitoon, P. and S. Kummee. 2008. Antibacterial Activity of Mangosteen Hull Extracts Against Staphylococcus aureus from Infected Skin Wound in Swine. http://rdi.rmutsv.ac.th/ebook/Content_Agri/400.pdf. Access date 10July 2009. Setyani IS. 2010. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan: kasus di IUPHHK-HA PT Austral Byna Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Shiddiq,F.M .2014. Pemenfaatan Biji Pinang Sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) Dengan Metode Unseeded Experiment. (Skripsi Tidak Diterbitkan). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Lampung. Sikiric ,M.D and Milhofer, H.F,. 2007. Adv. Colloid Interface Sci., 128-130 (2006), Hal 135-158. Suharso, Buhani, Suhartati, T. & Aprilia, L. 2007. Sintesisc-Metil-4,10,16,22 Tetrametoksi Kaliks[4] Arena dan Peranannya Sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3). Laporan Akhir Program Insentif, UnversitasLampung, Bandar Lampung. Suharso dan Buhani. 2009. Efek Penambahan Aditif Golongan Karboksilat dalam Menghambat Laju Pembentukan Endapan Kalsium Sulfat. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Suharso, Buhani, S. Bachri and T.Endaryanto. 2010. The Use of Gambier Extracts from West Sumatra as a Green Inhibitor of Calcium Sulfate (CaSO4) Scale Formation. Asian J. Research Chem. Vol. 3(1). pp. 183-187. Sunarjono, H. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya: Bogor. Syahri, M., Sugiharto B. (2008), Scale treatment pada pipa distribusi crude oil secara kimiawi, Prosiding Seminar Nasional Teknoin, Jurusan teknik Kimia FakultasTeknologi Industri UPN, Yogyakarta, Indonesia. Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Alih Bahasa Oleh L. Setiono dan A. H pudjaatmaka. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Tzotzi, C., T. Pahiadaki, S. G. Yiantsios, A. J. Karabelas, N. Andritsos. 2007. A study of CaCO3 scale formation and inhibition in RO and NF membrane Processes, desalination, vol 296, pp;171-184. Wafiroh, S. 1995. Pemurnian Garam Rakyat Dengan Kristalisasi Bertingkat. Laporan Penelitian. Universitas Airlangga. Surabaya. Weijnen, M. P. C., W. G. J. Marchee, and Rosmalen G. M. V. 1983. A Quantification of The Effectiveness of an Inhibitor on The Growth Process of a Scalant. Desalination. Vol. 47. pp. 81-92. Zeiher, E.H.K., H. Bosco, and K. D. Williams. 2003. Novel Antiscalant Dosing Control. Elsevier Science B.V. Desalination 157. 209-216. Zhang, Y and R. A. Dawe. 2000. Influence of Mg2+ on The Kinetics of Calcite Precipication and Calcite Crystal Morphology. Chemical Geology.Vol. 163. pp. 129-138. Zhang, K., M. Sun, P. Werner, A. J. Kovera, J. Albu, F. X. Pi-Sunyer, and C. N Boozer. 2002. Sleeping metabolic rate in relation to body mass index and body composition. Int J Obes Relat Metab Disord 26: 376-383.