BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik budidaya ikan air tawar di Indonesia berkembang cukup pesat. Jenis-jenis yang sudah umum dibudidayakan antara lain ikan nila, mas, lele, gurameh, tawes, bawal, dan tombro (Cahyono, 2000). Namun terdapat juga beberapa jenis ikan air tawar yang digemari dan belum dibudidayakan secara maksimal. Hal itu disebabkan karena pengetahuan mengenai teknik budidaya beberapa jenis ikan masih sedikit. Salah satu jenis ikan air tawar yang digemari untuk dikonsumsi di Indonesia adalah ikan wader. Terdapat dua genus ikan wader yang paling terkenal, yaitu Punctius dan Rasbora. Rasbora sp. merupakan ikan asli Indonesia dan memiliki daerah distribusi luas meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, bahkan sampai Cina (Sastrapradja et al., 1981). Ikan tersebut memiliki beberapa nama lokal, yaitu ikan badar di Rokan, ikan bada di Maninjau, ikan pantau di Kampar, serta ikan siluang di Kuantan dan Asahan. Sedangkan di Jawa ikan ini biasa dikenal dengan sebutan ikan wader (Ahmad & Nofrizal, 2011). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perikanan (2000), ikan wader banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Permintaan pasar akan ikan wader terus meningkat. Namun belum banyak informasi mengenai teknik budidaya ikan tersebut. Saat ini, permintaan ikan wader di pasaran dipenuhi dengan cara penangkapan langsung dari sungai. Penangkapan yang dilakukan oleh petani ikan tidak sedikit diantaranya menggunakan teknik yang tidak tepat, seperti menggunakan teknik setrum atau pemberian racun sehingga dikhawatirkan dapat ikut mengganggu keseimbangan ekosistem di alam. Namun, permintaan ikan wader di pasaran yang semakin tinggi menyebabkan eksploitasi dengan cara tersebut tetap dilakukan. Budiharjo (2002) menyatakan bahwa saat ini keberadaan ikan wader semakin sulit ditemukan di alam. Kebanyakan ikan wader yang ditemukan masih berukuran kecil. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa terdapat eksploitasi yang berlebihan terhadap ikan wader di alam tanpa diimbangi dengan upaya konservasi. Hal tersebut menyebabkan pentingnya dilakukan penelitian mengenai pengembangan budidaya ikan wader, sehingga dapat mengurangi eksploitasi yang berlebihan di alam. Salah satu aspek yang penting 1 diketahui dalam pengembangan budidaya ikan adalah aspek reproduksi. Aspek tersebut berguna untuk mengetahui siklus hidup ikan, pola pemijahan, fekunditas, tingkat kematangan gonad, indeks gonadosomatik, dan struktur histologis gonad. Beberapa penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teknik budidaya wader khususnya Rasbora sp. telah dilakukan, salah satunya adalah mengenai pengembangan pakan alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan ikan wader (R. argyrotaenia) yang dilakukan oleh Budiharjo (2002). Selain itu, penelitian mengenai kajian ekologis serta komunitas ikan wader (R. argyrotaenia) juga telah dilakukan Fauzi (1999) dan Pamungkas (2000). Penelitian lain mengenai aspek biologis ikan wader (R.argyrotaenia) seperti rasio kelamin alami, tingkat kematangan gonad, aspek keanekaragaman ukuran dan morfometrik serta aspek kebiasaan pakan telah dilakukan oleh Said et al. (2011). Informasi biologis yang berkaitan erat dengan kelangsungan hidup ikan adalah aspek reproduksi. Salah satu upaya untuk mengetahui aspek reproduksi ikan adalah dengan mengetahui indeks gonadosomatik dan perkembangan gonad ikan tersebut. Kajian mengenai struktur histologis gonad ikan wader (Rasbora argyrotaenia) telah diteliti oleh Diana (2007). Begitu juga dengan struktur histologis pada ikan air tawar lain seperti ikan betok (Anabas testudineus Bloch) oleh Mustakim (2008) dan ikan pelangi merah (Glossolepis insicus Weber, 1907) yang diteliti oleh Siby (2009). Kajian mengenai struktur histologis gonad dilakukan untuk mengetahui perkembangan gonad ikan. Pengetahuan mengenai perkembangan gonad ikan ini penting diketahui dalam upaya pembudidayaan berkaitan dengan informasi waktu dan teknik pemijahan yang tepat. Namun hingga saat ini belum ada penelitian mengenai aspek reproduksi yang lengkap terutama mengenai indeks gonadosomatik dan struktur histologis gonad pada ikan wader pari (R. lateristriata). Indeks gonadosomatik berperan untuk mengetahui pola pemijahan, fekunditas serta perkembangan gonad. Said (2007) telah meneliti mengenai indeks gonadosomatik pada ikan serandang (Channa pleurophthalmus), dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa indeks gonadosomatik ikan serandang berkisar antara 0,711-1,486. Mustakim (2008) melaporkan bahwa indeks gonadosomatik pada ikan betok (Anabas testudineus Bloch) menunjukkan variasi di habitat yang berbeda. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa indeks gonadosomatik dapat digunakan untuk mengetahui puncak pemijahan pada ikan. Pengetahuan mengenai indeks gonadosomatik dan struktur histologis gonad tersebut yang nantinya diharapkan 2 dapat membantu dalam pengembangan pembudidayaan ikan yang erat kaitannya dengan upaya konservasi. B. Permasalahan Indeks gonadosomatik dan struktur histologis gonad ikan merupakan parameter yang penting dalam mempelajari aspek reproduksi ikan yang berperan dalam pengembangan budidaya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan indeks gonadosomatik ikan wader pari (Rasbora lateristriata Bleeker, 1854) jantan dan betina pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa? 2. Apakah terdapat perbedaan struktur histologis gonad ikan wader pari (Rasbora lateristriata Bleeker, 1854) jantan dan betina pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek reproduksi ikan wader pari (Rasbora lateristriata Bleeker, 1854), terutama mengenai perbedaan indeks gonadosomatik serta struktur histologis ikan wader pari jantan dan betina pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa. D. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah mengenai aspek reproduksi ikan wader pari (Rasbora lateristriata Bleeker, 1854) yang berkaitan dengan perkembangan organ reproduksinya. Aspek reproduksi tersebut terutama mengenai perbedaan indeks gonadosomatik serta struktur histologis gonad jantan dan betina. Informasi tersebut diharapkan dapat berguna dalam pengembangan teknik budidaya dan pelestariannya. 3