BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Dalam sebuah penelitian tentunya ada teori teori yang menunjang penelitian tersebut. Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti yaitu teori keagenan, manajemen laba, struktur kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus. Berikut adalah penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini : 1 Teori Keagenan ( Agency Theory ) Dalam memahami timbulnya praktek manajemen laba dapat digunakan perspektif keagenan sebagai dasar pemikiran untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitian Irawan (2013) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan terkadang menimbulkan konflik antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal) karena perbedaan kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian modal investasi yang lebih besar dan secepat-cepatya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasikan dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesarbesarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. 9 10 Menurut Eisenhard (1989) dalam Irawan (2013) menyatakan teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu sebagai berikut : a. Asumsi tentang sifat manusia Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitis (bounded rationality) dan menyukai risiko (risk aversion). b. Asumsi tentang keorganisasian Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agent. c. Asumsi tentang informasi Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan sehingga untuk mendapatkan informasi dibutuhkan pengorbanan biaya yang harus dikeluarkan. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. 11 Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angkaangka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. 2. Manajemen Laba Scoot (2006:344) membedakan mengenai definisi atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan wewenang dan kemampuan yang dimilikinya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar atas saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Tindakan manajemen laba tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada motivasi eksentrik dibalik tindakan tersebut. Menurut Brigham (2009) dalam Irpan (2011) terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha untuk melakukan tindakan manajemen laba, diantaranya adalah sebagai berikut : 12 1. Bonus Purpose Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan berjanji bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji inilah yang merupakan alasan manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan pada tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar dapat menerima bonus. 2. Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3. Taxation Motivations Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata berbagai metode akuntansi yang digunakan dengan tujuan dapat mengurangi pajak pendapatan. 4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. 13 5. Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan meinginkatkan nilai perusahaan. 6. Pentingnya memberikan informasi kepada investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. Pola manajemen laba menurut Scoot (2003) dalam nugraha (2010) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang a. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. b. Income Maximization 14 c. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. d. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Di Indonesia untuk kasus manipulasi laporan keuangan yang berkaitan dengan pelaporan laba/rugi perusahaan adalah pada kasus PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepem terhadap PT Indofarma Tbk ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp.28,87 milyar. Akibat penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp.28,87 milyar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar Rp.28,87 milyar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi (overstated) dengan nilai yang sama (Sulistiawan et al, 2011:55) 15 3. Struktur Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus. Penelitian oleh Christiawan dan tarigan (2004) dalam Anggraeni (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham dalam perusahaan. Dalam laporan keuangan, kepemilikan manajerial ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi mengenai hal tersebut akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency theory. Manajer yang sekaligus pemegang saham dalam perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham juga akan meningkat. 16 Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba dapat ditentukan oleh motivasi manajemen perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga pemegang saham dengan yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan manajemen akan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang akan dikelola. Dengan kata lain, persentase tertentu terhadap kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. Adanya kepemilikan mayoritas akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki akan menyebabkan usaha monitoring menjadi efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh manajer (Wahidawati, 2001 dalam Bagus dan Prastiwi, 2011). Salah satu tindakan opportunis dari manajer adalah dilakukannya manajemen laba. Berkaitan dengan teori agency, bahwa dalam kepemilkan saham minoritas terdapat pemisahan antara principal dengan agent, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asimetri informasi ini timbul ketika manajer mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa depan dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Hal ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba ( Jensen and Meckling, 1976). 17 4. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah skala ukuran yang dilihat dari total aset suatu perusahaan atau organisasi yang menggabungkan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk dijual (Dominick, 2005 dalam Irpan ,2011). Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, total aset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aset relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Fokus utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa kembali apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap probabilitas perilaku manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, untuk menghindari pelaporan kerugian (earning losses) atau penurunan laba (earning decreases), serta faktorfaktor lainnya yang diduga berinteraksi pada perilaku tersebut. Ukuran perusahaan sebagai proksi dari political cost, dianggap sangat sensitif terhadap perilaku 18 pelaporan laba (Watt and Zimmerman, 1978 dalam Handayani, 2009). Perusahaan sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari para stakeholdersnya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk dapat memenuhi harapan tersebut (Barton and Simko, 2002 dalam Handayani, 2009). Perilaku manajer tersebut akan cenderung berdampak pada adanya praktik manajemen laba. 5. Kompensasi Bonus Menurut Rivai (2005) dalam Handhani (2014) kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Bonus plan hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi yang tidak terlepas dari teori akuntansi positif. Komponen perhitungan bonus tidak semata tergantung pada kinerja kerja perusahaan tahun bersangkutan tetapi juga pada kinerja tahun lalu dan target anggaran (budget) perusahaan. Penggunaan ukuran kinerja, standar kinerja dan struktur hubungan antara pembayaran bonus dan kinerja skema bonus menjadikan bonus sangat firmspesifik dan implikasinya juga menjadi kompleks. Mengingat bahwa skema bonus berdasarkan laba merupakan cara yang paling polular dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis bila manajer akan memanipulasi laba untuk memaksimalkan 19 penerimaan bonusnya. Metode akrual biasa digunaka dalam pola manajemen laba yang ditujukan untuk memaksimalkan bonus. Healy (1995) dalam Tsani (2011) menemukan bukti bahwa manajer perusahaan dengan skema bonus berbasis laba bersih secara sistematis mengadopsi kebijakan akrual untuk memaksimalkan ekspektasi bonus mereka. 6. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu akan disebutkan untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Selain untuk membandingkan juga berguna untuk menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah ringkasan atas penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 No 1 Nama Peneliti Sylvia Veronica dan Siddarta Utama (2005) Tabel Penelitian Terdahulu Variabel penelitian Judul Penelitian Pengaruh Struktur Kepemillikan Ukuran Perusahaan Dan Praktek Good Corporate Governance Terhadaap Kepemilikan Keluarga; Kepemilikan Institusional; Ukuran Perusahaan; Ukuran KAP ; Proporsi dewan Komisaris; Independen Hasil Penelitian Kepemilikan keluarga ,ukuran Perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengelolaan laba; Proporsi kepemilikan Institusional,Proporsi dewan komisaris independen memiliki 20 Pengelolaan Laba 2 RR.Sri Handayani Agustono Dwi Rachadi (2009) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba komiteAudit; Manajemen laba Perusahaan berukuran sedang dan besar; Perusahaan berukuran kecil; pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan laba; Ukuran KAP,Komite audit berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan Ukuran perusahan berpengaruh negative terhadap manajemen laba Manajemen laba 3 Vendi Cahya Nugraha (2010) Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Struktur kepemilikan; Ukuran Perusahaan; Manajemen Laba Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba untuk perusahaan non manufaktur; Ukuran perusahaan tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur 4 Restie Ningsaptiti (2010) Analisis Pengaruh Ukuran Ukuran perusahaan Konsentrasi Ukuran perusahaan berpengaruh negative terhadap manajemen 21 5 6 Irpan (2011) Andiany Indra Pujiningsih (2011) Perusahaan dan mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba kepemilikan Komposisi dewan komisaris Spesialisasi industry Komite Audit Manajemen laba laba; Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negative secara signifikan terhadap manajemen laba; Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba; Spesialisasi industry berpengaruh negatif terhadap manajemen laba; Komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen Analisis Pengaruh Skema Bonus Direksi,Jenis Usaha,Profitabili tas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management Skema bonus direksi; Jenis Usaha; Profitabilitas; Ukuran Skema bonus direksi dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba; Jenis usaha dan profitabilitas perusahaan berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Perusahaan; Earning Management Struktur Kepemilikan; Ukuran Perusahaan; Corporate Governance; Kompensasi Bonus; Manajemen laba Komite Audit berpengaruh negative terhadap manajemen laba; Kompensasi Bonus berpengaruh positif terhadap manajemen laba; 22 Bonus Terhadap Manajemen Laba 7 Robert Jao Gagaring Pagulung (2011) Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia Kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, dewan komisaris dan kualitas audit berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Corporate Governanc; Kepemilikan Manajerial; Kepemilikan Institusional; Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba; Ukuran Dewan Komisaris; Komposisi Dewan Komisaris Independen; Komite Audit; Ukuran Perusahaan; Leverage Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba; Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba Jumlah pertemuan komite audit berpengaruh Negative terhadap manajemen laba; Ukuran perusahaan berpengaruh negatif 23 terhadap manajemen laba Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba 8 Handhani Nazir (2014) Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komposisi Dewan Komisaris Independen , Reputasi Kantor Akuntan Publik Dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba Kepemilikan Institusional; Komposisi dewan komisaris independen; Reputasi kantor akuntan publik; Kompensasi Bonus Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan negative terhadap manajemen laba Repustasi Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Komposisi bonus tidak berpengaruh terhadap terhadap manajemen laba Sumber : Data diolah peneliti, 2014 B.Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk melakukan intervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang bertujuan mengelabui para stakeholder atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. 24 Struktur kepemilikan saham akan memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor perusahaan, manajemen dan dewan direksi. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Semakin kecil struktur kepemilikan akan cenderung meningkatkan tindakan manajemen laba. Ukuran perusahaan berhubungan positif dengan tindakan manajemen laba. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan merusak citra perusahaan. Kompensasi bonus merupakan semua pendapatan yang berbentuk uang, barang, langsung dan tidak langsung yang diberikan perusahaan kepada karyawan sebagai imbalan jasa atas kinerja kerja yang sudah dilakukan. Bagi perusahaan yang menerapkan sistem kompensasi bonus maka manajer akan termotivasi untuk melakukan tindakan manajemen laba agar mendapatkan bonus yang besar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 25 Variabel Independent Struktur Kepemilikan Manajerial Manajemen Laba Ukuran Perusahaan (Variabel Dependent) Kompensasi Bonus Gambar 2.1 Model Konseptual Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut : 1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang berfungsi sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan Kepemilikan saham oleh seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan 26 keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irpan (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Hı : “ Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. ” 2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Pada umumnya penelitian di Indonesia menggunakan total aktiva atau total penjualan sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditur karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah mencapat tahap kedewasaan dimana dalam tajap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Irpan (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun tidak didukung oleh 27 penelitian yang dilakukan oleh Pujiningsih (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H₂ : “ Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. ” 3. Pengaruh Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi/perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan memperoleh, kepuasan bagi mempekerjakan karyawan dan dan memungkinkan mempertahankan perusahaan karyawan. Dalam hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup para pegawai, suatu organisasi harus secara efektif memberikan kompensasi sesuai dengan beban kerja yang diterima pegawai. Kompensasi merupakan salah satu faktor baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Berdasarkan bonus plan hypothesis menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan adanya rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih 28 ( Watts and Zimmerma, 1990 dalam Pujiningsih, 2011). Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus (bonus shceme), maka manajer akan cenderung untuk melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus yang akan mereka terima. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dan didukung oleh beberapa penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H₃ : “ Kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. ”