BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Dalam sebuah penelitian tentunya ada teori teori yang menunjang
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa teori yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti yaitu teori keagenan, manajemen laba,
struktur kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus.
Berikut adalah penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
ini :
1 Teori Keagenan ( Agency Theory )
Dalam memahami timbulnya praktek manajemen laba dapat digunakan
perspektif keagenan sebagai dasar pemikiran untuk memahami hubungan antara
manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitian
Irawan (2013) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu kontrak antara
manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan
terkadang menimbulkan konflik antara manajer (agent) dengan pemegang saham
(principal) karena perbedaan kepentingan. Pemegang saham menginginkan
pengembalian modal investasi yang lebih besar dan secepat-cepatya atas investasi
yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya
diakomodasikan dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesarbesarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
9
10
Menurut Eisenhard (1989) dalam Irawan (2013) menyatakan teori
keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu sebagai berikut :
a. Asumsi tentang sifat manusia
Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan
diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitis (bounded
rationality) dan menyukai risiko (risk aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya asimetri
informasi antara prinsipal dan agent.
c. Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang
sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan sehingga untuk
mendapatkan informasi dibutuhkan pengorbanan biaya yang harus
dikeluarkan.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan antara principal dan
agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical
information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih
banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi
bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri
sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent
untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
11
Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angkaangka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.
2. Manajemen Laba
Scoot (2006:344) membedakan mengenai definisi atas manajemen laba
menjadi dua. Pertama, manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer
untuk memaksimumkan wewenang dan kemampuan yang dimilikinya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs. Kedua,
dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting
(Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer
suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak
yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai
pasar atas saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan
membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang
waktu.
Tindakan manajemen laba tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada
motivasi eksentrik dibalik tindakan tersebut. Menurut Brigham (2009) dalam
Irpan (2011) terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha
untuk melakukan tindakan manajemen laba, diantaranya adalah sebagai berikut :
12
1. Bonus Purpose
Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan
berjanji bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja
perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji inilah yang merupakan
alasan manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan pada
tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar dapat menerima
bonus.
2. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan
pada
perusahaan
publik.
Perusahaan
cenderung
mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang
mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba
yang paling nyata berbagai metode akuntansi yang digunakan dengan
tujuan dapat mengurangi pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar
tidak diberhentikan.
13
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar,
dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public
melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan
dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan meinginkatkan nilai
perusahaan.
6. Pentingnya memberikan informasi kepada investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan
kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor
tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Pola manajemen laba menurut Scoot (2003) dalam nugraha (2010) dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan
CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan
ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang
a. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas
yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan
turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode
sebelumnya.
b. Income Maximization
14
c. Dilakukan
pada
saat
laba
menurun.
Tindakan
atas
income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi
untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu
besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif
stabil.
Di Indonesia untuk kasus manipulasi laporan keuangan yang berkaitan
dengan pelaporan laba/rugi perusahaan adalah pada kasus PT Indofarma Tbk.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepem terhadap PT Indofarma Tbk ditemukan
bukti bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang
seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun
buku 2001 sebesar Rp.28,87 milyar. Akibat penyajian terlalu tinggi (overstated)
persediaan sebesar Rp.28,87 milyar, harga pokok penjualan disajikan terlalu
rendah (understated) sebesar Rp.28,87 milyar dan laba bersih disajikan terlalu
tinggi (overstated) dengan nilai yang sama (Sulistiawan et al, 2011:55)
15
3. Struktur Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen
perusahaan.
Kepemilikan saham
manajerial
dapat
mensejajarkan antara
kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung
risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan
keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan
antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin
bagus.
Penelitian oleh Christiawan dan tarigan (2004) dalam Anggraeni (2013)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer
memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus
sebagai pemegang saham dalam perusahaan. Dalam laporan keuangan,
kepemilikan manajerial ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen. Karena hal ini merupakan informasi penting
bagi pengguna laporan keuangan maka informasi mengenai hal tersebut akan
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan
manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency theory.
Manajer yang sekaligus pemegang saham dalam perusahaan akan meningkatkan
nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai
kekayaannya sebagai individu pemegang saham juga akan meningkat.
16
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba dapat ditentukan oleh
motivasi manajemen perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan
besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga
pemegang saham dengan yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut
akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan manajemen akan
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi
yang diterapkan pada perusahaan yang akan dikelola. Dengan kata lain, persentase
tertentu terhadap kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung
mempengaruhi tindakan manajemen laba.
Adanya kepemilikan mayoritas akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti semakin besar
persentase saham yang dimiliki akan menyebabkan usaha monitoring menjadi
efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh
manajer (Wahidawati, 2001 dalam Bagus dan Prastiwi, 2011). Salah satu tindakan
opportunis dari manajer adalah dilakukannya manajemen laba. Berkaitan dengan
teori agency, bahwa dalam kepemilkan saham minoritas terdapat pemisahan
antara principal dengan agent, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi
antara principal dan agent. Asimetri informasi ini timbul ketika manajer
mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa depan
dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Hal ini memberikan
kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba ( Jensen and
Meckling, 1976).
17
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah skala ukuran yang dilihat dari total aset suatu
perusahaan atau organisasi yang menggabungkan dan mengorganisasikan
berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk
dijual (Dominick, 2005 dalam Irpan ,2011). Terdapat berbagai proksi yang
biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, total aset, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan
untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar
perusahaan tersebut. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan
semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal
dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aset relative lebih stabil
dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur
ukuran perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007).
Fokus utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa kembali
apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap probabilitas perilaku manajemen
laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, untuk menghindari pelaporan
kerugian (earning losses) atau penurunan laba (earning decreases), serta faktorfaktor lainnya yang diduga berinteraksi pada perilaku tersebut. Ukuran perusahaan
sebagai proksi dari political cost, dianggap sangat sensitif terhadap perilaku
18
pelaporan laba (Watt and Zimmerman, 1978 dalam Handayani, 2009).
Perusahaan sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari para
stakeholdersnya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya
dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk dapat
memenuhi harapan tersebut (Barton and Simko, 2002 dalam Handayani, 2009).
Perilaku manajer tersebut akan cenderung berdampak pada adanya praktik
manajemen laba.
5. Kompensasi Bonus
Menurut Rivai (2005) dalam Handhani (2014) kompensasi merupakan
sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada
perusahaan.
Bonus plan hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu
metode akuntansi yang tidak terlepas dari teori akuntansi positif. Komponen
perhitungan bonus tidak semata tergantung pada kinerja kerja perusahaan tahun
bersangkutan tetapi juga pada kinerja tahun lalu dan target anggaran (budget)
perusahaan. Penggunaan ukuran kinerja, standar kinerja dan struktur hubungan
antara pembayaran bonus dan kinerja skema bonus menjadikan bonus sangat firmspesifik dan implikasinya juga menjadi kompleks.
Mengingat bahwa skema bonus berdasarkan laba merupakan cara yang
paling polular dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan,
maka adalah logis bila manajer akan memanipulasi laba untuk memaksimalkan
19
penerimaan bonusnya. Metode akrual biasa digunaka dalam pola manajemen laba
yang ditujukan untuk memaksimalkan bonus. Healy (1995) dalam Tsani (2011)
menemukan bukti bahwa manajer perusahaan dengan skema bonus berbasis laba
bersih secara sistematis mengadopsi kebijakan akrual untuk memaksimalkan
ekspektasi bonus mereka.
6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu akan
disebutkan untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu.
Selain untuk membandingkan juga berguna untuk menjadi bahan pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya.
Berikut ini adalah ringkasan atas penelitian terdahulu yang dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
No
1
Nama
Peneliti
Sylvia
Veronica
dan
Siddarta
Utama
(2005)
Tabel Penelitian Terdahulu
Variabel penelitian
Judul
Penelitian
Pengaruh
Struktur
Kepemillikan
Ukuran
Perusahaan
Dan Praktek
Good
Corporate
Governance
Terhadaap
Kepemilikan
Keluarga;
Kepemilikan
Institusional;
Ukuran
Perusahaan;
Ukuran KAP ;
Proporsi dewan
Komisaris;
Independen
Hasil Penelitian
Kepemilikan keluarga
,ukuran Perusahaan
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap pengelolaan
laba;
Proporsi kepemilikan
Institusional,Proporsi
dewan komisaris
independen memiliki
20
Pengelolaan
Laba
2
RR.Sri
Handayani
Agustono
Dwi Rachadi
(2009)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Manajemen
Laba
komiteAudit;
Manajemen laba
Perusahaan berukuran
sedang dan besar;
Perusahaan berukuran
kecil;
pengaruh positif
namun tidak
signifikan
terhadap pengelolaan
laba;
Ukuran KAP,Komite
audit berpengaruh
negatif namun
tidak signifikan
terhadap pengelolaan
Ukuran perusahan
berpengaruh negative
terhadap manajemen
laba
Manajemen laba
3
Vendi
Cahya
Nugraha
(2010)
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Manajemen
Laba
Struktur
kepemilikan;
Ukuran
Perusahaan;
Manajemen Laba
Struktur kepemilikan
perusahaan memiliki
pengaruh negatif
terhadap manajemen
laba untuk perusahaan
non manufaktur;
Ukuran perusahaan
tidak terbukti memiliki
pengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba pada perusahaan
manufaktur dan non
manufaktur
4
Restie
Ningsaptiti
(2010)
Analisis
Pengaruh
Ukuran
Ukuran
perusahaan
Konsentrasi
Ukuran perusahaan
berpengaruh negative
terhadap manajemen
21
5
6
Irpan
(2011)
Andiany
Indra
Pujiningsih
(2011)
Perusahaan dan
mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen
Laba
kepemilikan
Komposisi dewan
komisaris
Spesialisasi
industry
Komite Audit
Manajemen laba
laba;
Konsentrasi
kepemilikan
berpengaruh negative
secara signifikan
terhadap manajemen
laba;
Komposisi dewan
komisaris berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba;
Spesialisasi industry
berpengaruh negatif
terhadap manajemen
laba;
Komite audit
berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap manajemen
Analisis
Pengaruh
Skema Bonus
Direksi,Jenis
Usaha,Profitabili
tas dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Earning
Management
Skema bonus
direksi;
Jenis Usaha;
Profitabilitas;
Ukuran
Skema bonus direksi
dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap manajemen
laba;
Jenis usaha dan
profitabilitas
perusahaan
berpengaruh negative
terhadap manajemen
laba.
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan,
Ukuran
Perusahaan,
Praktik
Corporate
Governance dan
Kompensasi
Perusahaan;
Earning
Management
Struktur Kepemilikan;
Ukuran Perusahaan;
Corporate Governance;
Kompensasi Bonus;
Manajemen laba
Komite Audit
berpengaruh negative
terhadap manajemen
laba;
Kompensasi Bonus
berpengaruh positif
terhadap manajemen
laba;
22
Bonus Terhadap
Manajemen
Laba
7
Robert Jao
Gagaring
Pagulung
(2011)
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan dan
Leverage
terhadap
Manajemen
Laba Perusahaan
Manufaktur
Indonesia
Kepemilikan
manajerial, ukuran
perusahaan, dewan
komisaris dan kualitas
audit berpengaruh
tidak signifikan
terhadap manajemen
laba.
Corporate Governanc;
Kepemilikan Manajerial;
Kepemilikan Institusional;
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh negatif
terhadap manajemen
laba;
Ukuran Dewan
Komisaris;
Komposisi Dewan
Komisaris Independen;
Komite Audit;
Ukuran Perusahaan;
Leverage
Kepemilikan
Institusional
berpengaruh positif
terhadap manajemen
laba;
Ukuran dewan
komisaris berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba
Komposisi dewan
komisaris independen
berpengaruh negatif
terhadap manajemen
laba
Jumlah pertemuan
komite audit
berpengaruh
Negative terhadap
manajemen laba;
Ukuran perusahaan
berpengaruh negatif
23
terhadap manajemen
laba
Leverage tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba
8
Handhani
Nazir
(2014)
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional,
Komposisi
Dewan
Komisaris
Independen ,
Reputasi Kantor
Akuntan Publik
Dan Kompensasi
Bonus Terhadap
Manajemen
Laba
Kepemilikan Institusional;
Komposisi dewan
komisaris independen;
Reputasi kantor akuntan
publik; Kompensasi
Bonus
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba
Komposisi dewan
komisaris independen
berpengaruh signifikan
negative terhadap
manajemen laba
Repustasi Kantor
Akuntan Publik tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba
Komposisi bonus tidak
berpengaruh terhadap
terhadap manajemen
laba
Sumber : Data diolah peneliti, 2014
B.Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan
untuk melakukan intervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam
laporan keuangan dengan batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip
akuntansi yang bertujuan mengelabui para stakeholder atau pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
24
Struktur kepemilikan saham akan memiliki motivasi yang berbeda dalam
memonitor perusahaan, manajemen dan dewan direksi. Struktur kepemilikan
dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang
nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat
dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Semakin kecil struktur
kepemilikan akan cenderung meningkatkan tindakan manajemen laba.
Ukuran perusahaan berhubungan positif dengan tindakan manajemen laba.
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan
perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan besar diperkirakan
akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang
terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba
yang drastis akan merusak citra perusahaan.
Kompensasi bonus merupakan semua pendapatan yang berbentuk uang,
barang, langsung dan tidak langsung yang diberikan perusahaan kepada karyawan
sebagai imbalan jasa atas kinerja kerja yang sudah dilakukan. Bagi perusahaan
yang menerapkan sistem kompensasi bonus maka manajer akan termotivasi untuk
melakukan tindakan manajemen laba agar mendapatkan bonus yang besar.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
25
Variabel Independent
Struktur
Kepemilikan
Manajerial
Manajemen Laba
Ukuran
Perusahaan
(Variabel Dependent)
Kompensasi
Bonus
Gambar 2.1 Model Konseptual
Berdasarkan teori dan
latar
belakang
permasalahan
yang
telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap
permasalahan sebagai berikut :
1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena
berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Dari sudut pandang teori
akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan.
Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda,
seperti antara manajer yang berfungsi sekaligus sebagai pemegang saham dan
manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan Kepemilikan
saham oleh seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan
26
keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang
dikelola (Boediono, 2005).
Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irpan
(2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Hı : “ Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. ”
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau
kecilnya
sebuah
perusahaan.
Pada
umumnya
penelitian
di
Indonesia
menggunakan total aktiva atau total penjualan sebagai proksi dari ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditur
karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Rachmawati
dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva
besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah mencapat tahap kedewasaan
dimana dalam tajap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.
Irpan (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun tidak didukung oleh
27
penelitian yang dilakukan oleh Pujiningsih (2011) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H₂
: “ Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. ”
3. Pengaruh Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba
Kompensasi
merupakan
balas
jasa
yang
diberikan
oleh
organisasi/perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun
non finansial, pada periode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik akan mampu
memberikan
memperoleh,
kepuasan
bagi
mempekerjakan
karyawan
dan
dan
memungkinkan
mempertahankan
perusahaan
karyawan.
Dalam
hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup para pegawai, suatu
organisasi harus secara efektif memberikan kompensasi sesuai dengan beban kerja
yang diterima pegawai. Kompensasi merupakan salah satu faktor baik secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai.
Berdasarkan
bonus
plan
hypothesis
menyatakan
bahwa
manajer
perusahaan dengan adanya rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang
meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite
kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih
28
( Watts and Zimmerma, 1990 dalam Pujiningsih, 2011). Jika perusahaan memiliki
kompensasi bonus (bonus shceme), maka manajer akan cenderung untuk
melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus
yang akan mereka terima.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dan didukung oleh beberapa
penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H₃
: “ Kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. ”
Download