BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu divisi tumbuhan yang menjadi kekayaan sumber daya alam Indonesia. Diperkirakan terdapat 1.300 spesies yang tumbuh di kawasan Indonesia dari sekitar 10.000 spesies tumbuhan paku di dunia (Jones dan Luchsinger, 1987; Sastrapradja, 1980 dalam Susilawati, 1988). Saat ini penggunaan tumbuhan paku masih sangat terbatas, terutama dalam bidang kesehatan. Tumbuhan paku telah digunakan sebagai obat sejak jaman dulu. Tumbuhan ini banyak digunakan oleh penduduk Cina, India dan penduduk asli Amerika sebagai herbal obat-obatan (Lee dan Shin, 2011). Salah satu tumbuhan paku yang digunakan sebagai obat adalah sisik naga (Pyrrosia piloselloides). Sisik naga (P. piloselloides) merupakan tumbuhan epifit kecil dengan akar rimpang, tipis merayap. Sisik naga (P. piloselloides) banyak tumbuh menempel pada pohon, batu atau perdu dan pada ranting pohon yang telah lapuk. Sisik naga (P. piloselloides) banyak ditemui saat musim hujan dan pemanfaatannya sebagai tanaman obat di kalangan masyarakat masih belum maksimal. Sisik naga (P. piloselloides) dapat dimanfaatkan sebagai penghenti pendarahan, pencahar (laksan), antiradang (antiinflamasi), batuk (Trivedi, 2009), antiseptik dan antibakteri (Somchit dkk., 2011; Hakim dkk., tanpa tahun), serta digunakan sebagai obat kanker payudara (Hariana, 2006). 1 2 Penggunaan tumbuhan sisik naga (P. piloselloides) sebagai agen anti kanker telah dilakukan pada beberapa uji sitotoksisitas terhadap kultur cell line. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan Maryati (2009) bahwa ekstrak etanol 70% dari tanaman sisik naga terhadap sel T47D dapat menghambat pertumbuhan sel kanker sebesar 69,20% pada konsentrasi 500 μg/ml. Endrini (2009) menyatakan ekstrak sisik naga memiliki aktivitas antikarsinogenik terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 83,63 μg/ml. Menurut Suwarni (2009) ekstrak aseton daun sisik naga memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel SiHa dengan LC50 sebesar 137,088 μg/ml dan efek antiproliferatif sebesar 30,6 jam pada konsentrasi 78,125 μg/ml; 28,1 jam pada konsentrasi 39,0625 μg/ml. Abdillah (2006) menyampaikan bahwa aktivitas antiproliferatif ekstrak air daun sisik naga terhadap sel lestari tumor HeLa sebesar 84,46% dengan konsentrasi 1050 ppm. Aktivitas tumbuhan sisik naga (P. piloselloides) terhadap sel kanker dikarenakan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder. Komponen aktif tersebut dapat ditemukan pada bagian dan organ yang berbeda pada tumbuhan. Misalnya senyawa quinolizidine alkaloids (QAs) pada tumbuhan lupin (genus Lupinus, Fabaceae). QAs disintesis pada kloroplas daun dan diakumulasikan ke vakuola pada jaringan epidermal dan bagian lainnya melalui floem. Jumlah yang sangat tinggi dari senyawa QAs dapat ditemukan pada organ bunga dan biji karena organ tersebut berperan sebagai alat pertahanan dan reproduksi pada tumbuhan lupin (Wink, 2010). Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi dapat menentukan jenis senyawa yang akan terekstrak berdasarkan sifat polaritas dari senyawa terkandung dalam 3 tumbuhan. Penggunaan pelarut kloroform akan melarutkan senyawa yang nonpolar, seperti senyawa golongan asam lemak yaitu asam stearat, palmitat, oleat dan lain-lain. Pelarut metanol akan melarutkan senyawa yang sifatnya polar, seperti golongan senyawa fenol, yaitu quericetin, flavonol, karotenoid, dan lainlain (Tiwari dkk., 2011). Pemisahan komponen senyawa yang terkandung pada ekstrak kasar suatu tumbuhan dapat dilakukan dengan teknik Vacuum Liquid Chromatography (VLC) dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) (Hosstettmann dkk., 1995). Isolasi suatu metabolit diperlukan dalam uji biologis untuk menentukan aktivitas senyawa pada hasil ekstraksi, apakah bekerja secara bersinergi dengan senyawa lain atau aktif bekerja dalam bentuk tunggal (Evans, 2009). Identifikasi golongan senyawa yang terkandung pada masing-masing organ tumbuhan sisik naga (P. piloselloides) dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara T47D dan sel kanker kolon WiDr masih belum dilakukan. Dengan ini perlu diketahui golongan senyawa yang berpotensi dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr dalam organ daun fertil, daun steril dan rimpang. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi kepada masyarakat dalam penggunaan sisik naga (P. piloselloides) secara optimal sebagai obat kanker payudara dan kolon. B. Permasalahan Permasalahan penelitian ini adalah: 1. Ekstrak daun steril dan fertil, serta rimpang sisik naga (P. piloselloides) apakah yang memiliki efek sitotoksik paling potensial terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr? 4 2. Senyawa apakah yang terkandung dalam ekstrak potensial tumbuhan sisik naga (P. piloselloides)? 3. Fraksi apakah dalam ekstrak potensial organ tumbuhan sisik naga (P. piloseloides) yang paling potensial terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr secara in vitro? 4. Golongan senyawa apakah yang terkandung pada fraksi potensial ekstrak organ sisik naga (P. piloseloides) terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr secara in vitro? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui ekstrak daun steril dan fertil, serta rimpang sisik naga (P. piloselloides) yang memiliki efek sitotoksik paling potensial terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr. 2. Menganalisis senyawa yang terkandung dalam ekstrak potensial tumbuhan sisik naga (P. piloseloides). 3. Mengidentifikasi jenis fraksi dalam ekstrak organ tumbuhan sisik naga (P. piloseloides) yang paling potensial terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr secara in vitro. 4. Menentukan golongan senyawa yang terkandung pada fraksi potensial ekstrak organ sisik naga (P. piloseloides) terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr secara in vitro. 5 D. Manfaat Sebagai dasar untuk pengembangan ilmu dan penelitian dibidang metabolisme sekunder, terutama yang berkaitan dengan penggunaan tumbuhan sebagai tanaman obat. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai khasiat tumbuhan sisik naga (P. piloseloides) sebagai obat kanker. Meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan sisik naga (P. piloseloides). E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada hasil ekstraksi daun steril dan fertil, serta rimpang tumbuhan sisik naga (P. piloseloides) yang terdapat pada daerah Turgo (Kaliurang) dan sekitarnya. Uji lanjut sitotoksik dilakukan terhadap hasil ekstraksi dalam daun steril dan fertil, serta rimpang tumbuhan sisik naga (P. piloseloides) yang memiliki aktivitas paling potensial terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr secara in vitro. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi pada suhu 550C selama 60 menit, kemudian maserasi pada suhu ruang selama semalam yang menggunakan dua macam pelarut, yaitu kloroform dan metanol. Pemisahan komponen ekstrak dilakukan dengan teknik Vacuum Liquid Chromatography (VLC) dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Uji aktivitas antikanker senyawa dilakukan secara in vitro terhadap sel kanker payudara T47D dan kolon WiDr dengan metode MTT assay. Indentifikasi kandungan senyawa dalam ekstrak kloroform dan metanol sisik naga dianalisis dengan GC-MS. Identifikasi golongan senyawa dianalisis dengan pereaksi semprot dan senyawa pembandin.