BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Venkatramaiah (1993) dalam Wibowo (2003) perbaikan tanah dalam pengertian luas menunjukkan suatu prosedur atau cara yang digunakan untuk mengubah satu atau beberapa sifat tanah agar sifat-sifat teknik tanah tersebut menjadi baik. Tujuan utama dari perbaikan tanah adalah meningkatkan kekuatan tanah itu sendiri. Suatu upaya dalam memperbaiki kondisi tanah yang kurang baik terutama pada tanah lempung dengan menggunakan metode elektroosmosis. Metode elektroosmosis merupakan metode untuk mengurangi kadar air pada tanah lempung dengan cara mengaliri arus searah atau direct current (DC) secara langsung dimana arus listrik akan mengikat air dan membawanya bergerak mengikuti arus aliran listrik dari anoda menuju katoda. Siong dan Agustino (2004), untuk memperbaiki kondisi tanah salah satunya dapat dengan mempercepat proses konsolidasi. Proses ini dilakukan menggunakan elektroosmosis, dengan memberikan suatu beban merata kepada tanah kemudian ditambahkan dengan memasukkan elektroda kedalam tanah tersebut dan mengalirkan arus tegangan DC yang lemah ke elektroda tersebut. Menurut Septriawan (2012), menjelaskan metode elektroosmosis merupakan salah satu metode yang potensial untuk mengurangi kadar air yang ada pada tanah lempung, sehingga dapat mengurangi besarnya penurunan yang terjadi apabila dilakukan pembebanan. Penggunaan metode ini dengan menempatkan katoda dan anoda di dalam tanah dengan jarak tertentu. Suatu medan listrik dengan arus listrik searah dialirkan diantara anoda dan katoda sehingga air akan mengalir dari anoda ke katoda. Penelitian-penelitian perbaikan tanah dengan menggunakan metode elektroosmosis sudah banyak dilakukan sebelumnya. Majid (2013), menjelaskan semakin tinggi beda potensial yang diberikan pada uji model elektroosmosis kondisi tanpa preloading dan dengan preloading semakin besar dan semakin cepat penurunan tekanan air pori. Pada penelitian ini penurunan terbesar terjadi pada beda potensial 12 volt (V). Penurunan tekanan air pori terbesar pada uji 1 2 elektroosmosis baik kondisi tanpa preloading maupun dengan preloading terjadi di posisi anoda. Penurunan tekanan air pori pada uji elektroosmosis kondisi preloading lebih besar dan cepat dari pada uji elektroosmosis kondisi tanpa preloading. Atmaja (2013), penggunaan elektroosmosis pada tanah lempung mampu menaikkan kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ) tanah lempung. Kohesi mengalami kenaikan sebesar 9,52 - 118,75% dan sudut geser dalam naik sebesar 4,98 - 8,85% setelah pemberian beda potensial 3 volt. Semakin besar variasi beda potensial yang diberikan, kohesi dan sudut geser dalam juga semakin besar. Septriawan (2012), hasil penelitian ini adalah kekakuan tanah lebih meningkat jika menggunakan medan listrik dilihat dari besarnya perubahan nilai indeks pemampatan. Proses pemampatan yang terjadi juga memberikan hasil yang lebih baik dimana dengan waktu yang sama pada saat tekanan diberikan regangan atau penurunan yang terjadi lebih besar jika dengan menggunakan elektroosmosis. Jika regangan atau penurunan yang terjadi sama waktu yang dibutuhkan lebih cepat jika dibandingkan hanya dibebani secara konsolidasi mekanik biasa. Syarifudin (2013), pengujian konsolidasi tanah asli diperoleh indeks pemampatan (Cc) laboratorium sebesar 0,322 dan Cc lapangan sebesar 0,365. Penurunan ratarata nilai Cc laboratorium sebesar 16,07% dan Cc lapangan sebesar 19,87% dari hasil penambahan abu ampas tebu (AAT) paling kecil pada variasi 20%. Koefisien konsilidasi (Cv) tanah asli sebesar 0,0224 cm2/dt. Kenaikan rata-rata nilai Cv sebesar 9,79% dari hasil penambahan AAT paling besar ada variasi 20%. Penambahan AAT memperkecil penurunan konsolidasi (Sc) dari 0,128 m menjadi sebesar 0,102 m dari penurunan paling kecil pada variasi 20%. Waktu penurunan (t) akan semakin cepat seiring penambahan AAT dari 70,104 hari menjadi 63,214 hari dari waktu paling cepat pada variasi 20%. Penelitian ini melanjutkan dari penelitian Majid (2013) dan Atmaja (2013), pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh elektroosmosis pada tanah lempung ditinjau dari parameter konsolidasi tanah yang dilakukan di laboratorium 3 dengan skala kecil untuk mendapatkan nilai indeks pemampatan (Cc), koefisien konsolidasi (Cv), penurunan (Sc) dan lama penurunan (t). 2.2 Dasar Teori 2.2.1 Tanah Lempung Mineral lempung memiliki partikel berukuran koloid dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm (Hardiyatmo, 2006). Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi di dalam tanah yang kohesif. Partikel lempung berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus sehingga, lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan. Terdapat banyak mineral yang dapat diklasifikasikan sebagai mineral lempung. Mineral lempung merupakan suatu golongan butir tertentu yang menghasilkan sifat khusus pada tanah yang mengandung mineral lempung. Jenis mineral lempung yang paling terkenal adalah kaolinite, illite, dan montmorillonite. (Wesley, 2012). Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusunan batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Kadar air lebih tinggi pada lempung, bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak (Das, 1995). Tanah yang terdiri dari lempung, memiliki penurunan yang besar. Oleh sebab itu, lempung disebut juga dengan high compressibility. Penurunan pada tanah lempung biasanya memakan waktu yang cukup lama, karena daya rembes air (permeabilitas) sangat rendah. Kondisi jenuh tanah lempung akan mengembang dan memiliki kekuatan yang kecil, sedangkan pada kondisi kering tanah lempung akan menyusut. Perubahan kandungan kadar air dan volume kembang susut yang besar pada tanah lempung mengakibatkan kondisi tanah lempung menjadi tidak stabil. 4 2.2.2 Penurunan Konsolidasi Konsolidasi adalah proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori dari tanah jenuh berpermeabilitas rendah akibat pembebanan. Proses ini terjadi jika tanah jenuh berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori tanah bertambah, akibatnya air mengalir kelapisan tanah dengan tekanan air pori yang rendah yang diikuti dengan penurunan tanah. Karena permeabilitasnya rendah akibat pembebanan maka proses ini membutuhkan waktu. Permukaan tanah yang diberi beban diatasnya dapat mengakibatkan lapisan tanah dibawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan disebabkan adanya deformasi partikel tanah, keluarnya air atau udara dalam pori. Proses konsolidasi dilapangan dapat diamati dengan pemasangan piezometer. Besarnya penurunan dapat diukur dari titik referensi yang ditetapkan. Untuk menghitung besarnya penurunan akibat konsolidasi tanah dapat digunakan rumus : (2.1) dengan : Sc = besar penurunan lapisan tanah akibat konsolidasi Cc = indeks pemampatan (compression index) H = tebal lapisan tanah e0 = angka pori awal Po = tekanan efektif rata-rata Δp = besar penambahan tekanan 1. Indeks pemampatan (Cc) 5 Indeks pemampatan atau indeks kompresi (Cc) adalah kemiringan dari bagian garis lurus grafik e – log p’ (Hardiyatmo, 2007). Gambar 2.1 Hubungan angka pori (e) dan skala log (p’) Untuk persamaan Gambar 2.1 dua titik pada bagian lurus nilai Cc dapat dihitung dengan persamaan : (2.2) 2. Koefisien konsolidasi (Cv) Koefisien konsolidasi (Cv) merupakan lama waktu atau kecepatan konsolidasi hingga selesai. Memperoleh harga Cv di laboratorium digunakan metode akar waktu yang diperkenalkan oleh Taylor (1948) dalam Hardiyatmo (2003). Metode akar waktu yang digunakan untuk menentukan Cv dengan cara menggambarkan hasil uji konsolidasi pada grafik hubungan akar waktu terhadap penurunan. 6 Gambar 2.2 Metode akar waktu (Taylor, 1942) Metode akar waktu digunakan untuk menentukan Cv dengan cara menggambarkan hasil uji konsolidasi pada grafik hubungan akar waktu terhadap penurunan (Gambar 2.2). Kurva teoritis yang terbentuk, biasanya linier sampai dengan kirakira 60% konsolidasi. Koefisien konsolidasi Cv dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : (2.3) dengan : Tv = Faktor waktu untuk U = 90% Ht = Panjang aliran rata-rata yang harus ditempuh selama proses t = waktu (t90) Variasi kelebihan tekanan air pori dalam lapisan lempung, dapat didekati dengan menganggap distribusi tekanan air pori awal konstan, linier atau lengkung. Nilainilai hubungan U dan Tv dalam kondisi tekanan air pori awal dianggap sama besar diseluruh lapisannya ditunjukkan dalam Tabel 2.1 Kasus 1, variasi tekanan pori awal lain ditunjukkan pada Kasus 2 dan 3. 7 Tabel 2.1 Hubungan derajat konsolidasi (U) dengan faktor waktu (Tv) Cassagrande (1940) dan Taylor (1948) mengusulkan persamaan hubungan U dan Tv yang sangat berguna sebagai berikut : a. Untuk U < 60% ; Tv = (U2 (2.4) b. Untuk U > 60% ; Tv = 1,781 – 0,933 log (100 – 90) = 0,84 atau Tv = 1,781 – 0,933 log (100-U %) (2.5) (2.6) Dalam persamaan (2.5), U dalam desimal dan dalam persamaan (2.6), U dalam persen (diambil angkanya). 2.2.3 Pra-pembebanan (Preloading) Hardiyatmo (2007), menjelaskan maksud dari pra-pembebanan ini adalah untuk meniadakan atau mereduksi penurunan konsolidasi primer. Caranya dengan membebani tanah lebih dulu sebelum pelaksanaan bangunan. Setelah penurunan konsolidasi primer selesai atau sangat kecil, baru beban tanah dibongkar dan struktur dibangun di atas tanah tersebut. 8 Perbaikan tanah dengan menggunakan metode preloading sudah umum digunakan, metode ini dipakai pada tanah-tanah yang mengalami penurunan yang besar apabila diberi beban. Uji preloding dilakukan sebelum bangunan konstruksi didirikan. Tujuan dari preloading antara lain : 1. Pemampatan akan meningkatkan daya dukung tanah dasar dan tahanan geser (shear strenght) dari tanah yang semula lunak dan mempunyai daya dukung rendah menjadi lebih kuat dan stabil. 2. Mempercepat penurunan dan meniadakan sattlement pada konstruksi tanah akibat beban dari bangunan tersebut. Ada beberapa macam jenis preloading : 1. Dewatering, beban preloading didapat dengan cara menurunkan muka air tanah. 2. Surchage, dilakukan dengan cara pemberian beban sementara diatas permukaan tanah dasar tempat konstruksi akan dibangun. Bentuk beban sementara berupa timbunan/tanah urug, blok beton dan water tank. 3. Vacumming, pertama kali diperkenal di Swedia oleh Kjellman tahun 1942. Mekanisme untuk pembebanan vakum yaitu memberikan tekanan negatif ke dalam lapisan bawah tanah melalui drainase vertikal untuk mempercepat proses konsolidasi. Metode ini memberikan efek terhadap berubahnya properti tanah, yaitu koefisien permebilitas. Metode ini k tanah akan meningkat dan menyebabkan konsolidasi semakin cepat. Metode yang paling sederhana dengan cara memberikan timbunan di atas permukaan tanah. Material tanah timbunan diletakkan di atas permukaan tanah dasar yang kemudian diambil kembali setelah terjadi penurunan yang diharapkan (Stamatopoulos dan Kotzias, 1985). Ahli geoteknik memanfaatkan preloading guna untuk mengurangi penurunan pada bangunan konstruksi seperti pada jalan raya, lapangan udara dan abutmen atau 9 pilar jembatan, dan juga memperbaiki kondisi tanah pondasi dibawah bangunan atau gedung-gedung besar lainnya. 2.2.4 Fenomena Elektrokinetik Fenomena elektrokinetik atau elektrokinetic phenomena adalah sebuah proses pemisahan dan akumulasi muatan listrik sebagai akibat dari pergerakan fluida yang bersifat elektrolit pada medium berpori. Fenomena elektrokinetik merupakan kopel antara aliran listrik dan aliran fluida akibat adanya beda potensial listrik yang bekerja. Fenomena elektrokinetik dibagi empat macam (Mitchell, 2005), yaitu: 1. Elektroforesis Elektroforesis adalah padatan bergerak dalam fasa cair karena terdapat medan listrik yang diterapkan pada sistem tersebut. Akibat medan listrik ini maka partikel akan bergerak dan kecepatan geraknya mencapai maksimum saat gaya listrik sebanding dengan gaya friksinya. 2. Sedimentasi potensial Elektromigrasi merupakan perpindahan suatu ion bermuatan menuju ke arah elektroda yang memiliki muatan yang berlawanan dengannya. Partikel koloid dipengaruhi oleh gaya gravitasi, baik secara alami maupun secara sentrifugal. Sedimentasi suatu partikel seringkali akan menaikkan medan listrik. Hal ini terjadi karena saat partikel bergerak, sebagian awan ioniknya akan tertinggal. 3. Aliran potensial Aliran potensial adalah pada saat air yang mengalir melalui tanah karena perbedaan hidrolik muatan lapisan ganda bergerak searah aliran. Hasil yang diperoleh pada saat beda potensial yang berlawanan arah dengan aliran hidrolik disebut streaming potensial. Fenomena aliran potensial dianggap sebagai timbal balik dari fenomena elektroosmosis. 10 4. Elektroosmosis Elektroosmosis adalah perpindahan air atau senyawa polar lainnya melalui suatu membran atau medium yang porous di dalam medan listrik (Siong, 2004). Proses ini pertama kali digunakan oleh Cassagrande pada tahun 1937 untuk sebuah proyek stabilisasi di Jerman. Metode elektroosmosis yaitu salah satu metode alternatif untuk mengurangi kandungan air pada tanah lunak dengan tujuan untuk perbaikan tanah dengan bantuan aliran listrik dengan menerapkan elektroda positif (anoda) dan elektroda negatif (katoda), sehingga dapat mengurangi besarnya penurunan akibat pembebanan. Metode ini cocok digunakan pada tanah dengan koefisien permeabilitas yang sangat kecil, seperti tanah lempung. Metode elektroosmosis yaitu menanam seperangkat elektroda ke dalam tanah kemudian mengalirkan arus searah (DC) di antara anoda dan katoda (Haussman, 1990). Arus listrik ini akan mengikat air dan membawanya bergerak mengikuti arah aliran listrik tersebut. Dua elektroda jika dipasang pada air jenuh dan dialirkan listrik, maka air yang terkandung di dalam tanah akan bergerak dari elektroda positif menuju elektroda negatif (Wibowo, 2003). 2.2.5 Aplikasi Metode Elektroosmosis 1. Stabilisasi lereng atau pekerjaan galian pada tanah lempung lunak Teknik elektroosmosis dapat meningkatkan stabilitas lereng atau pekerjaan galian dengan cara memperkuat bagian permukaan tanah yang biasanya kritis terhadap bahaya longsor. Perkuatan itu sendiri dicapai melalui tiga proses sekaligus : a. Drainase air dari dalam massa tanah, yang berarti meningkatkan kuat gesernya. b. Injeksi bahan anoda (atau material grouting lain yang sengaja dipasang pada anoda) ke dalam tanah yang memperbaiki sifat-sifat geoteknis massa tanah. 11 c. Pemasangan batang logam anoda dan pipa katoda sekaligus telah berfungsi sebagai penuangan tanah (earth reinforcement atau soil nailing). Penelitian Casagrande dkk. telah melaporkan dua penerapan yang berhasil dari metode elektroosmosis untuk mestabilisasi tanah lanau sensitif, sehingga memungkinkan penggalian tanah dengan kemiringan lereng yang lebih curam daripada yang diijinkan jika tidak dilakukan treatment, yaitu 2,5 : 1 (biasanya 10 : 1) pada satu kasus dan 2,5 : 1 (biasanya 5 : 1) pada kasus yang lain. Proyek dilaksanakan di British Columbia, Kanada. Pada proyek Canadian Pacific Railroad, spesi antara anoda dan katoda diambil sebesar 3 m, pada penggalian Dam Revelstoke jarak tersebut adalah 4,6 m. Voltase yang digunakan adalah sebesar masing-masing 150 dan 160 volt. Pada Dam Revelstoke, elemen anoda dan katoda ditanamkan penuh sepanjang lapisan lanau, setebal anatara 12 sampai 61 m. Kedalaman treatment sampai sebesar itu mungkin tidak dapat diperkirakan sebelumnya. 2. Elektro-preloading atau electro-consolidation Penelitian Mitchell mencatat bahwa teknik elektroosmosis juga berpotensi untuk digunakan sebagai metode alternatif mempercepat laju konsolidasi, seperti pada teknik prapembebanan (preloading) konvensional. Prinsipnya teknik prapembebanan bertumpu pada upaya mempercepat laju keluarnya air tanah dari lapisan tanah jenuh sedemikian sehingga pada saat bangunan di atasnya selesai dibangun telah dicapai penurunan konsolidasi yang cukup besar, dengan demikian bangunan tersebut diharapkan tidak akan mengalami masalah akibat penurunan konsolidasi. Pra-pembebanan biasanya dilakukan secara mekanis (menempatkan beban di atas permukaan tanah) secara hidrolis (memasang kolom pasir/sand drain atau membran drainase/geosynthetic wick drain) atau gabungan dari keduanya. Elektroosmosis merupakan alternatif tambahan terhadap teknik-teknik tersebut, dengan efek drainase vertikal yang mirip dengan teknik prapembebanan mekanis. 3. Penanggulangan masalah penurunan wilayah (land subsidence) 12 Banyak kota besar yang menghadapi masalah penurunan wilayah, sebagai contoh akibat dari penggunaan air tanah dalam jumlah yang tidak seimbang dengan penyerapan kembali ke dalam permukaan tanah, atau sebagai akibat dari reklamasi pantai. Metode elektroosmosis dapat dipertimbangkan sebagai alternatif untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh gejala tersebut dengan cara : a. Menginjeksikan material grouting untuk mengurangi tingkat konsolidasi dan menurunkan rasio pori. b. Menginjeksikan kembali air (recharging) dengan laju yang lebih cepat daripada perembesan konvensional yang hanya mengandalkan tarikan gravitasi.