October 9, 2005 Text untuk direnungkan pagi ini: Kisah Para Rasul 6: 8-15, 7: (1-53) 54-60. Thema:"Mempelajari Suri Teladan Stefanus." Stefanus adalah seorang tokoh dalam pergerakan gereja abad pertama. Dari dua bagian Alkitab yang kita baca pagi ini, sungguh kita dapat merasakan kehidupan rohani Stefanus yang penuh dengan rasa asin garam dunia; kehidupan yang memancarkan terang Kristus. Peta keindahan Yesus Kristus nyata sekali dalam goresan hikayat hidupnya. Apa yang dapat kita pelajari dari suri teladan yang diberikan oleh Stefanus? (1). Ia adalah seorang "yang penuh iman dan Roh Kudus" (6:5). Kita mengetahui kalau iman adalah pemberian Roh Kudus. Roma 12:3 ("Menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah"), 1 korintus 12:9 ("kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman"). Kepenuhan Roh Kudus hendaklah menjadi kerinduan kita. Dalam kehidupan kita sehari-harinya, pada saat kita mendekatkan diri kepada Allah, dengan hati yang penuh kerinduan meminta Tuhan melakukan karyaNya dalam kehidupan kita. Yaitu aku yang lama hendaklah dimatikan, dan Kristus hidup dalam diri kita. Roh Kudus memenuhi kita dan mengontrol jalan hidup kita, pikiran kita, kemauan kita. Stefanus juga adalah seorang "yang penuh karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (6:8). Sekali lagi, karunia dan kuasa adalah pemberian dari Roh Kudus. Urapan Roh Kudus menjadikan ia sebagai seorang pelayan Kristus yang tangguh dan penuh keberanian dalam pelayanan Injil yang penuh dengan tantangan. (2). Ia adalah orang yang bersedia membayar harga dalam pelayanan untuk Kristus Yesus Tuhannya. Ada satu hal yang perlu kita perhatikan ialah, tatkala ia mengadakan tanya jawab dengan orang yang melawan Injil Kristus, ia tetap mempunyai sikap yang baik. Alkitab mencatat kalau dalam proses tanya jawab tersebut "muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat" (6:9). Satu hal yang perlu kita pelajari dalam kehidupan kita sehari-harinya, mengontrol emosi kita untuk kemuliaan Tuhan. (3). Ia adalah seorang yang mempunyai pengetahuan yang menguasai sejarah nenek moyang bangsa Israel. Apa yang ia uraikan secara panjang lebar pada ayat-ayat dari fatsal 7:1-53 perlu kita pelajari. Adakah kita membaca Firman Tuhan dengan baik dan tekun? Dalam Kitab Injil fatsal 4 tercatat bahwa iblis dengan mengutip akan ayat-ayat Alkitab yang diputar balikkan maknanya, iblis mencobai Tuhan Yesus. Namun Tuhan Yesus juga menguti akan ayat-ayat Alkitab dengan jitu mengalahkan cobaan Iblis. kalau Tuhan Yesus saja menggunakan ayat-ayat Alkitab sebagai tameng dan senjata untuk melawan serangan iblis, bagaimana dengan kita? (4). Ia telah mempelajari pelajaran yang paling dasar namun paling sulit yang diajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus: "Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Tatkala Stefanus dihujam oleh batu, maka iapun mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sewaktu Ia disalibkan: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Inlah yang dikatakan oleh Stefanus "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka." (7:60). Apakah Stefanus kalah ? Tidak ! Karena Alkitab mencatat bahwa Stefanus yang dipenuhi oleh Roh Kudus "melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri disebelah kanan Allah." (7:55). Satu pengalaman yang kita dambakkan. Marilah kita bersama-sama mempelajari suri teladan Stefanus yang indah ini.