BAB IV ANALISIS Pada bab ini, akan dibahas mengenai analisis dari berbagai aspek untuk mendukung perancangan gedung rawat inap baru RS.Puri Indah. Analisa terhadap aspek-aspek perancangan (manusia, bangunan, dan lingkungan) akan membahas pula mengenai bangunan gedung RS.Puri Indah lama, termasuk di dalamnya mengenai tapak, massa bangunan, fasilitas dari gedung yang lama, karena perancangan gedung Rawat Inap Baru harus terintegrasi dan terkoneksi dengan dengan gedung Rumah Sakit yang lama, agar dapat memenuhi kenyamanan dan kebutuhan dari pengguna keduanya. Aspek perancangan yang akan dibahas meliputi 9 aspek, diambil dari Buku: “DESIGN JURIES ON TRIAL, The RENAISSANCE OF The DESIGN STUDIO”, karangan: Katharina H Anthony, Penerbit: Van Nostrand Reinhold, New York, Th 1991. mengenai: Block plan, Site development, Functional planning, Spatial Quality, Building Form, Aesthetic design, Structural system, Use of Materials, Environmental control system. Kesembilan aspek perancangan tersebut akan ditinjau dalam 3 aspek,yaitu manusia, lingkungan dan bangunan. Dari aspek manusia akan menghasilkan, Functional planning, Spatial quality. Dari aspek lingkungan akan menghasilkan, Block plan, Site development, Sedangkan dari aspek bangunan akan menghasilkan, Building Form, Aesthetic design, Structural system, Use of Materials, Environmental control system. IV.1 Analisa Aspek Manusia IV.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan Berdasarkan survei yang dilakukan di beberapa rumah sakit, dapat dilihat pengguna kegiatan gedung rawat inap sebuah rumah sakit, tidak lepas hubungannya dengan kegiatan timbal balik dari 2 kelompok pengguna utama, yaitu pasien dan tenaga kesehatan. Selain pasien dan tenaga kesehatan, terdapat kelompok pengguna utama lain yaitu pengunjung, dan staff operasional rawat inap, yang dapat dibuat dalam bentuk list sebagai berikut: 55 Gambar15 . Skema Pelaku Kegiatan Keterangan : 1. Pasien Gedung Rawat Inap baru terpisah dari bangunan lama, sehingga pasien yang datang berasal dari Poli klinik maupun UGD (Unit Gawat Darurat) rumah sakit, kemudian setelah menjalani konsultasi dan diagnosa baru dipindahkan ke kamar perawatan, baik pasien usia dewasa maupun anak ( 0-16 tahun) 2. Tenaga Kesehatan, meliputi: a. Dokter b. Perawat 3. Pengunjung a. Keluarga pasien. b. Masyarakat luar. 4. Staff Operasional a. Keamanan – satpam b. Kebersihan – petugas cleanning service c. Administrasi – Reseptionis, billing officers Administrasi RS ( HRD, Keuangan, IT ). d. Penunjang klinik – staff apotek e. Buillding Management f. Penunjang operasional – cafetaria, salon, retail shop (leasing area), ATM Centre. 56 IV.1.2 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Dari masing-masing pelaku kegiatan disebuah rumah sakit dapat dibuat Flowchart kegiatan masing-masing pelaku, dan menghasilkan kebutuhan ruang, sebagai berikut: 1. Pasien Pasien yang datang berasal dari Poli klinik maupun UGD (Unit Gawat Darurat) rumah sakit, kemudian setelah menjalani konsultasi dan diagnosa baru dipindahkan ke kamar perawatan. Pemisahan kamar pasien dilakukan berdasarkan: Jenis Penyakit : Infeksi dan Non Infeksi Usia : Anak ( 0-16 tahun) dan Dewasa. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita Gambar16 . Flow Chart Kegiatan Pasien 57 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kegiatan Datang Parkir * Administrasi Rawat Jalan * Konsultasi * Periksa Lab * Konsultasi hasil Lab * Persetujuan Rawat Inap Menuju Gedung Rawat Inap Administrasi Rawat (Masuk & Pulang) Menunggu Kamar 12 Dirawat : .- Ganti Baju .- Istrirahat / Tidur .- Makan Minum .- Menonton Tv .- Santai .- Buang Air Tindakan Darurat 13 14 Menebus Resep Obat Pulang (Sembuh) 15 Pulang (Meninggal) Kebutuhan Ruang Enterance Tempat Parkir Elemen Interior Rg. Adm Poli Klinik Laboratorium Ruang Dokter Rg. Adm Enterance (side) Connector Brige Rg. Administrasi Rg. Tunggu Rg. Perawatan(Kamar) * Kamar * Kamar * Kamar * Kamar Taman / Balkon WC *Kamar Apotek Ent IP Jalur Service * Kamar Jenasah Tabel 8 . Kebutuhan Ruang Pasien 58 Meja, Kursi, Lemari, Komputer Kursi, Meja Tempat Tidur, Lemari Obat TV Kursi Wastafel, Kloset Emergency Troley (peralatan & obat) Rg. Kasir, Lemari Obat, Kulkas Meja Kursi 2. Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan, dalam hal ini adalah dokter jaga dan perawat (perawat senior/kepala perawat dan perawat junior) yang bertugas di ruang rawat inap pasien. Gambar17 . Flow Chart Kegiatan Tenaga Kesehatan No Kegiatan 1 Datang 2 Parkir 3 4 Ganti Baju Dokter Bekerja Catat Rekam .- Medis Konsultasi dg .- Keluarga Pasien Kebutuhan Ruang Enterance IP Tempat Parkir Rg. Ganti / Locker Rg. Dokter Rg. Dokter 59 Elemen Interior Loker Barang, Cermin, Wastafel Meja, Kursi, Komputer, Lemari Catatan Pasien Meja, Kursi, Komputer 4 Perawat Bekerja Periksa Catatan .- Pasien Periksa Pasien di .- Kamar Rg. Perawat ( Nurse Station) 5 .- Ganti Linen Tindakan Darurat *Berkeliling Rg. Simpan Obat Alkes Rr. Simpan Linen Bersih dan Kotor *Kamar 6 7 Istirahat Buang Air Pantry WC 8 Makan Minum Kantin Karyawan 9 Rapat Internal Bagian Rg. Rapat 10 Sholat Mushola 11 Penyuluhan / Seminar Rg. Serbaguna .- Bagi Obat Meja, Kursi, Komputer Lemari Obat, Kulkas. Lemari Penyimpanan, Troli Emergency Troley (peralatan & obat) Kulkas, Meja kursi Wastafel, Kloset Meja Kursi, Area Antri, *WC Meja Kursi, LCD Proyektor Rg. Whudu, Lemari Sepatu Gudang Peralatan, Rg.Audio, WC Tabel 9 . Kebutuhan Ruang Tenaga Kesehatan 3. Pengelola Kegiatan pengelola operasional dalam sebuah gedung rawat inap, adalah meliputi berbagai divisi, dan dapat dibuat dalam sebuah skema kegiatan. 1. Keamanan – satpam 2. Kebersihan – petugas cleanning service 3. Administrasi – Reseptionis, billing officers – Administrasi RS ( HRD, Keuangan, IT ). 4. Penunjang klinik – staff apotek 5. Buillding Management 6. Penunjang operasional – Cafetaria, salon, – Retail shop (leasing area), – ATM Centre. 60 Pengelola Operasional : Gambar18 . Flow Chart Kegiatan Pengelola No Kegiatan 1 Datang Dengan Kendaraaan Pribadi Dengan Kendaraan Umum 2 Parkir 3 Ganti Baju 4 Bekerja 1 Menjaga Keamanan Kebutuhan Ruang Enterance Elemen Interior Jalur Kendaraan Jalur Padestrian Tempat Parkir Rg. Ganti / Locker Pos Satpam 61 Loker Barang, Cermin, Wastafel Ruang Satpam, Meja Kursi, CCTV, Menjaga 2 Kebersihan Mengecek . Kebersihan Mengecek 33 Fasilitas Gedung Mengecek Fasilitas Gedung Rg. Kebersihan Rg. STP Rg. BM-FPE Rg. Panel 4 Jual Beli Obat Apotek 5 Berjualan di Retail Cafetaria Retail Shop ATM Centre 5 Buang Air WC 6 Makan Minum Kantin Karyawan 7 Sholat Mushola 8 Pulang Ent.IP Pantry Kantor, Gudang Peralatan, Pantry Kantor, Gudang Peralatan, Pantry Generator, Panel Listrik Rg. Kasir, Lemari Obat, Kulkas, Pantry, Meja Kursi Dapur, Ruang Makan (Meja Kursi) (Leasing-tergantung peruntukan) Mesin ATM, Aera Antri. Washtafel, Kloset, Cermin Meja Kursi, Area Antri, *WC Rg. Whudu, Lemari Sepatu Tabel 10 . Kebutuhan Ruang Pengelola 62 4. Pengunjung Pengunjung, berasal dari keluarga / kerabat pasien yang ingin menjenguk, serta masyarakat luar yang ingin menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Gedung Rawat Inap. Gambar 19. Flow Chart Kegiatan Pengunjung No Kegiatan 1 Datang 2 Parkir 3 Mencari Kamar Pasien Kebutuhan Ruang Enterance Tempat Parkir Rg. Informasi Lobby 4 5 Membeli Buah Menjenguk Pasien Retail Shop (Buah) * Kamar Perawatan 6 Makan Minum Menunggu Keluarga yg Dirawat Menunggu Keluarga yg Dirawat Pulang Cafetaria Rg. Tunggu dalam Kamar Rg. Tunggu diluar Kamar 7 8 9 Elemen Interior Meja Kursi Kulkas, Kasir. Display Dapur, Ruang Makan (Meja Kursi) Sofa Lipat Kursi Santai Taman Tabel 11. Kebutuhan Ruang Pengunjung 63 IV.1.3 Analisa Kebutuhan dan Dimensi Ruang Dari pelaku kegiatan dan kebutuhan ruang, dapat dibuat program ruang untuk gedung rawat inap rumah sakit ini, seperti telah disebutkan dalam latar belakang, bahwa jumlah tempat tidur rumah sakit, tergantung pada fasilitas pelayanan medik (umum dan spesialis) yang dimiliki oleh sebuah rumah sakit. Dengan Asumsi peningkatan pelayanan dari kelas B ke rumah sakit kelas A, maka dilakukan peningkatan fasilitas medis pada bangunan lama, dan kamar perawatan yang ada di fokuskan untuk mathernity dan kamar perawatan umum kelas III di pusatkan gedung baru dengan jumlah tempat tidur sebanyak 400 tempat tidur. 1. Analisa Kebutuhan Parkir Kendaraan Menurut Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.72/HK.105/DRJD/96, Tentang Pedoman teknis penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Satuan Ruang Parkir (SRP) sebuah rumah sakit menurut jumlah tempat tidur yang tersedia adalah: Jumlah Tempat Tidur (Bed) Kebutuhan (SRP) 50 75 100 150 200 300 400 500 1000 97 100 104 111 118 132 146 160 230 Tabel 12. Kebutuhan SRP (Pedoman Teknis Fasilitas Parkir) Perencanaan gedung Rawat Inap dengan jumlah 300 tempat tidur, membutuhkan 132 SRP, dengan didukung kenyataan dilapangan di beberapa RS.Swasta Kelas B, jurnal (PILAR : Volume 15, Nomor 1, April 2006: halaman 51 – 59. Teknik Sipil Universitas Diponegoro) kebutuhan parkir yang cukup tinggi. Yang menyatakan bahwa kebutuhan parkir di sebuah rumah sakit swasta (RS.Elisabeth) memiliki rasio kebutuhan tempat parkir kendaraan pribadi lebih tinggi dibanding rumah sakit pemerintah (RS.Karyadi) sebagai berikut: 64 Tabel 13. Analisa Parkir Kendaraan di Rumah Sakit (Jurnal) 2. Kebutuhan Lahan Parkir Maka dari tabel diatas, asumsi jumlah parkir motor adalah 1.5x parkir mobil, dan jumlah parkir yang disediakan adalah sbb: 1. Mobil 146 mobil 2. Motor 219 motor 3. Service (Truk Barang) 2 Truk Barang 4. Service ( Truk sampah) 1 Truk Sampah 3. Luas Lahan Parkir Lahan parkir direncanakan berada di lantai semi basement untuk memenuhi kebutuhan parkir serta penggunaan semi basement sebagai pondasi bangunan. 65 4. Kebutuhan Nurse Station Kebutuhan Nurse Station, berdasarkan jumlah perawat yang ada, Menurut Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 :Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan seluruh RS. Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS dibanding dengan jumlah perawat.,sbb: RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur Dari Peraturan tersebut dapat diperkirakan jumlah perawat jaga yaitu : 4/2 x 400bed = 800orang Perawat. Dengan pembagian jadwal 3 shift makan, masing2 shift terdapat 200 orang perawat yang tersebar di seluruh rawat inap, dan bekerja di masing-masing nurse station. (jumlah perawat jaga tergantung pada jumlah pasien). Perancangan layout nurse staion dilakukan dengan menggunakan acuan dari hasil survei di sebuah rumah sakit swasta, yaitu jumlah tenaga kesehatan di tiap nurse station adalah 1dokter jaga dan 4perawat (Survei). Untuk pengawasan, jarak capai maksimum di pos perawat ke tempat tidur pasien adalah 24-30 m atau jarak dari satu pos ke pos perawat yang lain maksimum 40 pasien. Satu nurse station dapat melayani maksimum 30 tempat tidur, serta untuk 40 tempat tidur keatas harus ditambah dengan sub nurse station. Sehingga dalam perancangan letak pos perawat harus strategis dan sentral terhadap keseluruhan unit perawatan, sehingga memiliki kontrol visual yang maksimum, disamping jumlah perawat yang harus sesuai dengan jumlah pasien yang dirawat untuk dapat memberi pelayanan yang optimal pada pasien 5. Kebutuhan Kamar Perawatan Sesuai program pemerintah berupa program Dedicated Bidang Kesehatan, yaitu: Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat 66 khususnya bagi pasien kelas III, maka perencanaan kamar rawat inap ini hanya terdiri dari 1 tipe yaitu Kelas III. Berdasarkan usia pasien, unit perawatan dibedakan menjadi 2bagian yaitu : pasien dewasa, dan anak-anak, dengan jumlah bagian perawatan anak sebesar 40% dari total tempat tidur. - Anak : 40% x 400 = 160 tempat tidur, - Dewasa : 60% x 400 = 240 tempat tidur. Kamar perawatan anak diletakan di lantai yang terpisah dari ruang perawatan dewasa untuk memberi kenyamanan bagi pasien anak, dengan perbedaan berupa interior yang lebih ceria, dan disesuaikan dengan usia pasien. Kamar Kelas III direncanakan berjumlah 400bed, dengan jumlah 5bed/kamar, disesuaikan dengan kamar perawatan kelas III di rumah sakit eksisting. Perancangan layout ruang dilakukan dengan sistem modular, dengan material prefabrikasi untuk menghemat waktu pengerjaan dibandingkan cara konvensional. Gambar 20. Sketsa Kamar Perawatan Kelas III 6. Luas Kamar Perawatan Untuk menentukan luasan kamar pasien dilakukan perbandingan antara pedoman dengan, standart (buku) Tabel 14. Kebutuhan Ruang Minimal (PTIRI) 67 Panero dan Zelnik (1979) menetapkan lebar minimum area tempat tidur pasien 251,5 cm, sehingga kedua sisi di samping tempat tidur pasien memiliki lebar masing-masing 76,2 cm Gambar 21. Luasan Tempat Tidur Pasien (Panero dan Zelnik ) Perlengkapan yang perlu dimiliki sebuah unit tempat tidur, yaitu panel kontrol. Reznikoff (1986) menetapkan standar peletakan beberapa panel kontrol untuk ruang pasien. Panel-panel tersebut meliputi katub gas atau oksigen, bell untuk panggilan perawat, jam digital, tombol tanda alarm, stop kontak bawah, papan monitor dengan perlengkapan outlet, lampu atas tempat tidur dan lampu tarikulur. Perancangan kamar rawat inap ini akan, menggunakan panel kontrol untuk memberikan pelayanan yang memadai bagi pasien, seperti penggunaan bell untuk panggilan perawat, oksigen jam digital. Gambar 22. Standar Panel Kontrol dan Peletakannya 68 IV.1.4 Hubungan Ruang Kemudian dari kebutuhan ruang teresebut dapat dibuat dalam bentuk buble diagram hubungan ruang masing Ruang yang ada, dimulai dari unit ruang terkecil (kamar) sampai dengan ruang makro (rumah sakit). 1. Kamar Perawatan Memperlihatkan hubungan antara Tempat tidur pasien dengan fasilitas yang dibutuhkan. Gambar 23. Satu Unit Kamar Rawat Inap 2. Rawat Inap Memperlihatkan hubungan antara Unit Kamar dengan penunjang operasional kamar rawat inap. Gambar 24 . Bubble Diagram Massa Rawat Inap 69 3. Gedung Rawat Inap Memperlihatkan hubungan antara ruang Rawat Inap dengan fasilitas penunjang operasional . Gambar 25. Bubble Diagram Gedung Rawat Inap 4. Rumah Sakit Memperlihatkan hubungan antara Keseluruhan Rumah Sakit yang ada dengan Gedung Rawat Inap Penghubung Gambar 26. Hubungan Ruang Makro( Rumah Sakit) IV.1.5 Program Ruang Dari analisa yang dilakukan terhadap aspek manusia, meliputi kegiatan dan kebutuhan ruang, maka dapat dibuat program ruang dalam bentuk tabel sebagai berikut: 70 71 72 73 74 75 76 IV.2 Analisa Aspek Lingkungan IV.2.1 Kondisi Eksisting Tapak Kondisi bangunan di sekeliling tapak, dari dalam tapak, maupun dari sekitar tapak ke dalam tapak, berikut dengan fungsi bangunan Foto 4. Bangunan di sekitar tapak (dokumentasi pribadi) Dari Kondisi bangunan sekitar kita dapat melihat bahwa lokasi tapak sangat strategis karena tidak berbatasan langsung dengan bangunan lainnya, ditambah pada sisi sebelah timur terdapat kanal saluran air yang penting untuk akses pembuangan limbah. IV.2.1 Analisa Tapak Analisa tapak dilakukan untuk memperoleh Block plan, Site development yang mencakup penentuan Enterance dan Orientasi massa bangunan terhadap aspek lingkungan seperti matahari, arah angin, bangunan disekitar dan pembayangan, view dari dalam keluar/luar kedalam tapak. 77 Aspek Sirkulasi kendaraan, Kebisingan dan Best View Dari sirkulasi kendaraan, yang merupakan jalan utama dapat terlihat, best view kedalam tapak berada di area yang memiliki tanda bintang, karena merupakan sudut tapak yang paling terlihat dari segala arah, sehingga pada area tersebut dapat di jadikan Main Enterance dan penempatan sign (penanda) dari bangunan. Kebisingan terutama berasal dari kendaraan yang melintas, sehingga jalan utama (merah) relatif lebih bising, untuk mengantisipasi kebisingan yang terjadi, perletakan antara bangunan rawat inap dan dan jalan utama diberi jarak dan buffer berupa pepohonan untuk menyaring suara bising. Serta untuk kamar perawatan diletakan di bagian atas, dan bagian bawah bangunan digunakan sebagai kantor dan fasilitas penunjang.. Aspek Sirkulasi Kendaraan Dari Sirkulasi kendaraan dan best view dapat terlihat posisi yang dapat digunakan sebagai main enterance dan side enterance. Alternatif 1 Alternatif 2 Main Ent Side Ent 78 Kelebihan: Kelebihan: - Berada di jalur yang dapat di Tidak menggangu akses lalui oleh kendaraan umum, unuk pencapaian UGD yang berada di memudahkan akses pencapaian bangunan sebelah. pengunjung yang menggunkan kendaraan umum. - Berada di jalan utama sehingga Kekurangan : lebih terlihat, dan mudah untuk di - Tidak di lalui kendaraan umum, akses. sehingga sulit diakses oleh Kekurangan: pengunjung yang datang dengan -Berada dekat dengan Enterance kendaraan umum. UGD. Aspek Orientasi Tapak dan Massa Bangunan Alternatif 1 Alternatif 2 Kelebihan : Kelebihan : - Orientasi tapak memanjang ke - Orientasi bangunan ke uatara Barat dan Timur . dan selatan. - Bentuk masaa memudahkan - Memudahkan dalam perletakan dalam penyusunan layout ruang bukaan untuk pencahayaan dan - Bentuk massa memudahkan penghawaan alami. dalam sirkulasi dalam tapak. Kekurangan: Kekurangan: - Orientasi tapak memanjang ke - Massa bangunan menjadi Barat dan Timur sehingga terpisah. menyulitkan penempataan bukaan - Lebih boros dalam sirkulasi. untuk pencahayaan dan 79 penghawaan alami. Aspek Arah Matahari dan Angin Alternatif 1 Alternatif 2 Kelebihan : Kelebihan : - Bentuk masaa memudahkan - Orientasi bangunan ke uatara dalam penyusunan layout ruang. dan selatan. - Memudahkan dalam perletakan Kekurangan: bukaan untuk pencahayaan dan - Bangunan memanjang ke arah penghawaan alami. Barat dan timur. - Kamar dapat memperoleh sinar - Ruang kamar menghadap ke matahari alami. barat (panas) - Bukaan Mengarah ke barat dan Kekurangan: timur, kurang dapat - Massa bangunan menjadi mengoptimalkan penghawaan terpisah. alami. - Lebih boros dalam sirkulasi. Arah angin kebanyakan berasal dari utara, sehingga bukaan bukaan diletakan mengarah ke utara, dan selatan (inlet dan outlet) agar terjadi cross ventilation di dalam bangunan. Sehingga diperoleh kesimpulan Alternatif kedua merupakan pilihan yang paling sesuai untuk optimalisasi penghawaan dan pencahayaan alami dalam bangunan. 80 Zoning Horisontal Tapak 81 IV.3 Analisa Aspek Bangunan IV.3.1. Analisa Pola Sirkulasi Bangunan Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal berguna untuk menghubungkan ruangan yang masih berada dalam satu level sedangkan horzontal untuk menghubungkan ruangan antar level. Sirkulasi Horizontal 82 Tabel 16. Pola Sirkulasi Horisontal Pola sirkulasi yang akan digunakan ruang rawat inap adalah linear, sesuai dengan thema perancangan, untuk efektifitas pencapaian dan kemudahan dalam pelayanan kesehatan oleh perawat pada pasien. Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah double loaded. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan kamar dan pencapaian kamar, serta memberi keuntungan dalam hal bukaan untuk pencahayaan alami kamar perawatan bangunan. Sirkulasi Vertikal Jenis sirkulasi Tangga Kelebihan Eskalator tidak menggunakan listrik fleksibel dan murah Harus ada, untuk keadaan darurat fleksibel diletakkan di mana saja perjalanan arsitektur lebih baik Dapat digunakan antar lapis lantai podium Kekurangan melelahkan bagi pengguna butuh listrik dan space besar tidak efisien untuk sirkulasi lapis lantai kamar perawatan 83 butuh listrik dan waktu tunggu Lift Ramp efisien daya angkut yang besar tidak melelahkan, cocok untuk rawat inap dimana pasien sakit akan lebih nyaman. butuh space besar, tidak efisien dan melelahkan bernilai estetika efisien bagi trolley dan penyandang cacat Tabel 17. Pola Sirkulasi Vertikal Mengingat bangunan ini berfungsi sebagai rawat inap rumah sakit, maka sirkulasi vertikal yang digunakan adalah tangga, ramp dan lift. Penggunaan tangga hanya digunakan untuk askses darurat (kebakaran, gempa bumi, dll). Penggunaan ramp bertujuan untuk aksebilitas pengguna serta tujuan keamanan apabila terjadi keadaan darurat, sedangkan penggunan lift menjadi sirkulasi vertikal utama, dikarenakan bangunan ini harus dapat mengakomodasi kebutuhan akan kenyamanan aksebilitas pasien, terutama yang sedang dalam kondisi fisik tidak prima, serta akses cepat untuk membawa barang (bersih & kotor), yang diangkut menggunakan trolley. IV.3.2. Analisa Bentuk Massa Bangunan Bentuk Dasar Bangunan Kelebihan Lebih fungsional Layout ruang lebih mudah & baik Dapat memaksimalkan ruang yang ada Bangunan stabil secara konstruksi / tahan gempa Kekurangan Bentuk cenderung statis dan kaku Kurang efisien pada bagian sudut, dan bentuk tapak yg ada. Sulit dipadukan dengan bentuk lain. 84 Bentuk bangunan tidak kaku Relatif lebih indah secara estetik Sulit dalam penataan layout Sulit dipadukan dengan bentuk lain Kurang cocok terhadap bentuk tapak yang memanjang Tabel 18. Bentuk Massa Bangunan Dari bentuk massa yang ada, bentuk massa pipih memanjang menjadi pilihan utama, mengingat pola sirkulasi linear yang akan diterapkan, bentuk pipih memanjang memiliki kelebihan dalam perancangan layout rawat inap yang serta dari sesuai dengan bentuk tapak dalam penerapan thema hemat energi. Bentuk massa bangunan yang pipih memanjang disesuaikan dengan bentuk tapak,namun karena bentuk tapak yang memanjang ke Timur dan Barat maka, digunakan alternatif ke 2. 85 IV.3.3 Analisa Sistem Struktur Bangunan Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya massa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak bangunan seperti gempa bumi, bencana angin topan, faktor biologis (hewan perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Sub Structure (Struktur bawah) Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang bekerja dari atas kebawah. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis pondasi : Jenis Pondasi Tiang Pancang Kelebihan waktu pelaksanaan Kekurangan cepat sambungan dan Relatif murah ketelitian yang cocok untuk tinggi menahan beban vertikal Bored Pile memerlukan banyak memiliki kekuatan dan getaran yang cukup untuk bangunan bertingkat menimbulkan bising waktu pelaksanaan lebih lama jika kadar air tinggi tinggi pengecoran akan cocok untuk segala beresiko. jenis tanah Pondasi Rakit tahan gempa (basement) ruang pada pondasi dapat difungsikan sebagai basement /efisiensi lahan Tabel 19. Sub Structure 86 boros dalam pemakaian bahan, pelaksanaan sulit Berdasarkan keadaan di lapangan, pondasi Rakit, paling cocok, dikarenakan, keterbatasan lebar lahan dan bentuk lahan memanjang yang kurang menguntungkan dalam perancangan, ditambah akses pencapaian dan penghubung antar massa bangunan, RS lama yang telah memiliki basement, serta kebutuhan untuk akses jalan private (bukan jalur umum pasien) penggunaan basement akan lebih menguntungkan . Upper Structure (Struktur atas) Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang diterimanya untuk diterukan pada pondasi. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis sistem upper structure : Jenis Struktur Portal Kelebihan kekakuan cukup (kolom dan balok) fleksibel dalam besar untuk penataan interior bentang lebar unit wisma atlet struktur sederhana Kekurangan dimensi relatif trafe kolom relatif kecil dan ringan Dinding pemikul kekakuan tinggi material beton pada bidang datar dapat Biaya yang cukup besar Harus terjadi mereduksi suara banyak Memipih sesuai penyesuaian ruang (efisiensi) dengan barang dari Waktu pemasangan pabrik cepat penampilan masif 87 Struktur baja waktu pengerjaan (balok, rangka, grid, dan slab) cepat gaya tarik. dapat digunakan bahan baja kuat Korosi untuk bentang lebar Tabel 20. Upper Structure Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur portal. Struktur portal dipilih karena bentangan antar kamar pasien relatif kecil. Struktur portal juga tergolong sederhana dan mudah dalam pengerjaan. Sedangkan Struktur Dinding pemikul dipilih untuk sistem core pada rawat inap yang membutuhkan core yang kuat untuk lift dan tangga kebakaran dan sentralisasi shaff utilitas. IV.3.4 Analisa Material Bangunan Material bangunan meliputi seluruh bagian bangunan, termasuk Clading Fasade. Berikut merupakan tabel perbandingan beberapa material, yang termasuk dalam perancangan bangunan: Lantai Kelebihan Kekurangan Keramik - harga ekonomis Mudah didapat Pilihan banyak - Mudah pecah Terdapat nat yg sulit dibersihkan Marmer - Kuat/keras Elegant - Harga relatif mahal Pemasangan cenderung sulit Epoxy Flooring / Linoleum - Kedap air Tahan Panas Mudah dibersihkan Tidak terdapat nat Harga relatif mahal Dinding Batu bata Kelebihan - Tahan panas - Kuat - Harga ekonomis 88 Kekurangan - Pemasangan lama - Boros bahan baku seperti semen. Batako - Beton Ringan Prefab harga ekonomis Mudah didapat Ringan Mudah didapat Hemat bahan baku Pemasangan cepat Kedap air, Nilai transmitter Ressitance tinggi Pelapis Dinding Cat Kelebihan - harga ekonomis - Mudah didapat - Banyak pilihan warna Wallpaper - Plafond Triplek Kelebihan - Pemasangan cepat - Ringan - Mudah didapat - Kedap suara - Lebih hemat bahan - Elegant - harga ekonomis - Kedap suara - Tahan cuaca Gypsum GRC Board Banyak corak Pemasangan cepat - Kurang kuat Mudah rusak - Harga relatif mahal Kekurangan - Mudah pudar/rontok - Tidak tahan lama - Tidak mudah dibersihkan, kurang cocok untuk kamar perawatan. - Sulit diperbaiki jika rusak - Harga relatif mahal Kekurangan - Tidak tahan cuaca - Bahaya rayap - Kurang menarik - Harga mahal - Pemasangan lama - Berat Kurang menarik Tabel 21. Material Bangunan Pemilihan material diutamakan terhadap thema yaitu hemat energi listrik, kemudahan dalam maintenance, (low maintenance) dan syarat rumah sakit dalam aspek kebersihan, maka pengunaan material adalah sebagai berikut: Lantai : Vinil Flooring Dinding : Beton Ringan Prefab Pelapis Dinding : Wallpaper Plafond : Gypsum 89 IV.3.5 Analisa Warna Pemilihan warna yang tepat dalam bangunan rumah sakit sangat penting dimana, faktor lingkungan menjadi salah faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien. Secara psikologis, warna dapat mempengaruhi kelakuan (Mansyur dan Linschoten dalam Swasty, 2010). Penggunaan warna pada dinding, lantai, plafond pintu-jendela, dan perabot adalah unsur yang perlu diperhatikan dalam perancangan. Perancangan bangunan akan dominan menggunakan warna putih dan hijau, selain untuk menyesuaikan dengan bangunan yang telah ada, Warna putih sesuai dengan teori Birren (1982) yang menyatakan bahwa penggunaan warna pada dinding rumah sakit sebaiknya tidak menggunakan warna. Selain itu menurut Verner - Bonds (1989) warna hijau muda sangat membantu menenangkan syaraf dan membantu penyakit-penyakit fisik maupun emosional. Warna ini membantu mengatasi shock dan kelelahan, mabuk udara, meringankan sakit kepala, dan meringankan kalustrafobia. Sehingga perancangan bangunan rawat inap sesuai bila menggunakan warna putih dan hijau muda. Gambar 28. Skema warna banngunan rawat inap Selain kamar perawatan dewasa, kamar perawatan anak perlu diperhatikan, pemilihan warna kamar anak berbeda dengan kamar perawatan dewasa. Dari hasil kajian (MODUL Vol.11 No.2 Agustus 2011) diperoleh kesimpulan bahwa warna warna yang disukai oleh anakanak sekaligus dapat memberikan pengaruh baik jika diaplikasikan pada rumah sakit adalah : Gambar 29. Skema warna kamar anak 90 Biru, sebaiknya menggunakan warna biru pastel karena dapat memberi suasana yang sejuk pada ruangan. Selain itu warna ini dapat membantu mengatasi demam, membantu tidur nyenyak dan sebagainya. Pink / Merah muda, warna ini memberi efek menghilangkan rasa takut karena membuat orang merasa dicintai. Peach / Salem, kuning cerah dan muda serta krem yang dapat member efek menenangkan. Hijau muda, mempunyai efek mengurangi rasa agresif dan kemarahan anak - anak. IV.3.6 Analisa Utilitas Bangunan Utilitas bangunan meliputi pencahayaan, penghawaan, proteksi kebakaran, instalasi listrik, pengelolaan limbah: 1. Analisa Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan harus menggunakan konstruksi yang tahan api untuk melindungi penghuninya jika terjadi kebakaran minimal dalam waktu 6 jam. Setiap bagian bangunan dapat menggunakan sistem ini dan biasanya sistem ini digunakan pada tangga dan lift. Berdasarkan peraturan bangunan tinggi jarak jangkauan tangga tidak boleh lebih dari 30 meter. Pada jalan buntu tangga harus di tempatkan pada jarak 12 meter dari pintu paling ujung. Dan pintu tangga darurat yang tahan api. Gambar 30. Tangga Darurat (Panduan sistem bangunan tinggi) Selain itu bangunan harus dilengkapi sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang 91 mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. Sistem deteksi asap seperti smoke detector dan sprinkler di tempatkan pada setiap unit kamar dan koridor gedung untuk mengantisipasi apabila terjadi kebakaran. Gambar 31. sprinkler dan smoke detector (google) Hidran dan APAR (Alat pemadam Api Ringan) juga merupakan syarat dalam perancangan bangunan umun, khususnya rumah sakit. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga darurat, dan biasanya dilengkapi dengan selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya dari sistem hidran kota. Gambar 32. Perletakan Hidran dan APAR (dok.pribadi) 92 2. Analisa Instalasi Listrik Instalasi listrik di salurkan dari PLN ke gardu dan dari gardu di salurkan lagi ke panel-panel pada bangunan. Selain listrik dari PLN, pada bangunan juga disiapkan generator yang berfungsi sebagai listrik cadangan apabila terjadi pemadaman lampu dari PLN. Peletakan ruang panel dan generator atau genset diletakan pada basement atau di ruang-ruang yang jauh dari aktivitas manusia, terutama unit hunian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kebisingan yang terjadi akibat suara mesin genset. Gambar 33. Rg.Panel dan Genset (Panduan sistem bangunan tinggi) Pada perancangan bangunan rawat inap rumah sakit, genset akan diletakan di basement agar tidak menggangu kegiatan pengguna baik didalam maupun di sekitar bangunan akibat suara yang ditimbulkan. 3. Analisa Pengelolaan Air Bersih, Air Kotor-Kotoran, & Limbah Air Bersih Tingkat kualitas air bersih untuk Rumah sakit terdiri dari 3 jenis: Air baku (Un Treated Water) yaitu : Air yang digunakan untuk pembilasan, penyiraman, dan hidran. Air dengan kualitas air minum yaitu : Air yang digunakan untuk air minum, pencucian dan mandi. • Air dengan persyaratan khusus yaitu :Unluk kegiatan medis seperti untuk : Peralatan slerilisasi, boiler, peralalan khusus lainnya (mis: laboratorium) 93 Pemilihan system distribusi air bersih didasarkan pertimbangan : kelancaran distribusi air bersih, kemudahan dalam pemeliharaan jaringan pipa, pemakaian pipa sependek mungkin. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka dilentukan system distribusi air bersihnya menggunakan system Down Feed : Sistem air bersih dapat berasal dari PAM dan air tanah, ditampung di reservoir bawah yang kemudian akan di tarik/sedot ke reservoir atas, kemudian di distribusikan ke seluruh bangunan. Kebutuhan Air Bersih Air yang dibutuhan untuk bangunan umum adalah:Air bersih dan Hydran,Menurut Menurut buku SISTEM BANGUNAN TINGGI (Ir.Jimmy S Juwana,MSAE) halaman 196 (Tabel 8.2 dan Tabel 8.3) Air Bersih (dingin) Kebutuhan Sehari, untuk Rumah Sakit adalah: 280-470 liter/tempat tidur/hari, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 400 tempat tidur. Kebutuhan air untuk rawat inap ini diambil 300 liter/tempat tidur/hari. o Maka, 400 bed x 300 liter = 12.000 liter/ hari ~ 120 m3/hari. Air Bersih (panas) Kebutuhan Sehari, untuk pasien adalah 180 liter /orang /hari. o Maka, 400 pasien x 180 liter = 72.000 liter/hari ~ 72 m3/hari. Kebutuhan Air Hydran Menurut Menurut buku SISTEM BANGUNAN TINGGI (Ir.Jimmy S Juwana,MSAE) halaman 153. Tangki (hydran) dengan kapasitas 25 m3,dapat memasok Kebutuhan 2 hidran yg beroperasi selama sekitar 30 menit, untuk rawat inap ini ditempatkan 4 buah hydran masing-masing di dekat tangga dan koridor ruang perawatan. o Maka, 25 m3 x 4 = 100 m3 air untuk hydran 94 Kebutuhan Tangki Reservoir Total kebutuhan air untuk rawat inap ini adalah 120 + 72 + 100 m3 = 292 m3 Maka tangki yang dibutuhkan untuk penampungan air bersih: Volume Tangki Bawah Tanah : 40 % x 292 m3 = 116.8 m3 Volume Tangki Atas : 15 % x 292 m3 = 43.8 m3 Air Kotor dan Kotoran Sistem Pembuangan limbah dari Rumah sakit harus ditangani secara benar. Limbah ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran pembuangan mencemari lingkungan, selain umum, agar tidak itu untuk menghindari adanya "cross infection" ke pasien lain, pengunjung Rumah sakit, staff Rumah sakit, dan penduduk disekitar rumah sakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan system pembuangan, Sifat limbah dan tingkat pencemaran limbah, Volume limbah, Keadaan tanah yang dipergunakan untuk pembuangan limbah, Sistem pengolahan limbah, Pengamanan sumber air bersih yang ada disekitarnya. Penanganan pembuangan air kotor dan kotoran di sebuah rumah sakit dibagi menjadi beberapa cara, dengan pemisahan limbah berdasarkan jenisnya ,yaitu: Air buangan nontoksik / apatogen. Disalurkan melalui pipa langsung ke saluran kola, khusus unluk buangan dapur sebelum disalurkan ke pipa pembuangan harus dilewatkan perangkap lemak, atau dapat di Reuse dengan biopori. Air buangan toksik dan patogen Disalurkan ke bak treatment untuk dinetralisir dan sesudah memenuhi syarat pembuangan, dapat dialirkan ke saluran kota. Kotoran 95 Termasuk dalam buangan patogen, pembuangannya dilakukan dengan menyalurkan ke STP yang menampung sebagian besar buangan atau bisa juga di buang dalam septictank Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah mengacu pada peraturan mentri kesehatan tentang syarat kesehatan rumah sakit dimana, pengelolaan Limbah RS dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu: Limbah Medis dan Non Medis, Limbah Medis Padat, Semi Padat dan Limbah Medis Cair. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah infeksius dipisahkan, untuk dimusnahkan (incinerator) sesuai peraturan. (terlampir) 4. Analisa Pengelolaan Air Hujan Air hujan sebaiknya di tampung ke dalam tangki-tangki atau bak yang dibuat untuk menampung air hujan (rainwater harvesting). Hasil tampungan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, dan kebutuhan air kamar mandi. Penggunaan sistem sumur resapan dan biopori dimaksudkan untuk menjaga kesuburan tanah dan kelestarian air tanah, air hasil pengolahan limbah cair, dapat ditampung di sumur-sumur resapan. Gambar 34. Biopori dan Sumur Resapan (google) 5. Analisa Keamanan ( Penangkal Petir) Bangunan yang memiliki fungsi publik, harus memiliki sistem keamanan gedung. Tidak hanya di dalam gedung saja, bagian 96 luar gedung juga harus memiliki sistem keamanan bagi orang-orang yang berada di luar gedung. Salah satu sistem keamanan luar gedung adalah penangkal petir. Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125m. Gambar 35. Skema Penangkal Petir (Panduan sistem bangunan tinggi) IV.3.7 Analisa Hemat Energi Listrik Penghematan energi listrik pada perancangan bangunan terutama dilakukan untuk pencahayaan dan penghawaan alami, desain perancangan, orientasi dan selubung bangunan berperan terhadap radiasi panas matahari yang masuk kedalam bangunan (dinding masif dan dinding transparan). Pencahayaan Pada iklim tropis, radiasi matahari cukup tinggi. Pemanfaatan cahaya matahari alami harus dioptimalkan pada siang hari untuk menghemat penggunaan lampu yang dapat memboroskan energi listrik. Pemanfaatan itu dapat berupa bukaan-bukaan jendela, skylight. Pemanfaatan overstek dapat menghindari radiasi matahari langsung, yang dapat meningkatan suhu dalam ruangan. Hasil analisa yang dilakukan menggunakan software ecotect menunjukan pada ruangan kamar berukuran 12m x 6,6m x 2,7m dengan orientasi bukaan yang menghadap selatan, pencahayaan cukup optimal 97 pada siang hari dengan rata-rata 163.57lux, dimana kamar perawatan membutuhkan pencahayaan antara 100-200lux (saat tidak tidur) dan maksimal 50lux (saat tidur). Sehingga dengan bukaan berupa jendela, kamar perawatan tidak membutuhkan penerangan buatan pada siang hari. Tabel 22. Index pencahayaan rumah sakit Gambar 36 . Analisa pencahayaan alami kamar 98 Pada koridor kamar perawatan juga dapat terlihat pemanfaatan pencahayaan alami pada siang hari, dimana kebutuhan pencahayaan alami pada koridor minimal adalah 100lux (Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit No: 1204/MENKES/SK/X/2004) dengan menerapkan jendela di sepanjang koridor kamar. Karena jika dibandingkan dengan koridor tanpa jendela tersebut, pencahayaan pada koridor tidak tercapai (81lux) 81 119 Gambar 37 . Analisa pencahayaan alami koridor Gambar 38. Konsep Pencahayaan koridor 99 Penghawaan Penghawaan Alami, berupa pemanfatan ventilasi silang, pada bangunan rawat inap dapat diterapkan di beberapa bagian yang bukan merupakan unit perawatan, sepert fasilitas penunjang retail shop. Pada ruang perawatan ventilasi silang digunakan sebagai pertukaran udara, bila persyaratan suhu ruang perawatan (22-24°C) tidak tercapai. Penggunaan penghawaan buatan dalam hal ini pendingin udara diutamakan untuk unit perawatan. AC split duct digunakan pada ruangruang kamar perawatan dengan pertimbangan, suhu udara dapat diatur per masing- masing kamar dan ruangan yang sedang tidak digunakan dapat menggunakan ventilasi alami untuk pertukaran udara dalam ruangan. Hal ini dimaksudkan untuk penghematan penggunaan energi listrik yang dikonsumsi oleh AC. Gambar 39. Skema AC Splt Duct (website) Kebutuhan Penyejuk Ruangan (AC) Penggunaan AC untuk ruang kamar perawatan dan ruang lain,selain WC ,Tangga dan Koridor. Menurut Buku Sistem Bangunan Tinggi (Jimmy) halaman 123 (Tabel 6.2 Beban Pendingin). Kebutuhan AC untuk Fungsi Rumah Sakit adalah : 1.0 - 1.5 TR/ 100 m3 Maka Untuk Ruang Kamar Dengan ukuran 6 x 12 x 2.7 meter = 6 x 12 x 2.7 x 1.0 = 194.4 m3 = 194.4 / 100 = 1.944 TR = 1.944 (TR) x 1.5 = 2.916 HP = 2.916 (HP) x 1.5 = 4.37 PK 100 Maka indoor unit yang digunakan dalam 1kamar perawatan adalah 5 unit dengan masing-masing sebesar 1 PK, dan tiap 2 kamar perwatan terdapat 1 outdoor unit yang diletakan di lantai atap. Analisa beban energi pendingin ruangan dilakukan menggunakan software dengan modeling ruangan kamar berbentuk persegi, dengan bukaan jendela tanpa modifikasi apapun. Pengukuran hemat energi listrik dilakukan dengan menggunakan software Ecotect untuk mengetahui beban energi listrik pada ruang kamar. Modeling ruang berukuran 12m x 6,6m x 2,7m dengan orientasi bukaan yang menghadap barat. Selubung bangunan yang tidak tepat, dapat meningkatkan beban pemakaian energi listrik di dalam bangunan. Pemilihan material menjadi salah satu faktor dalam penghematan energi, beban energi listrik untuk pendingin ruangan pada modeling ruangan software, menunjukan perbedaan yang cukup besar, sebesar 298890Wh antara material batu bata dan beton (concerate). Gambar 40 . Analisa material & beban energi listrik. 101 Penggunaan material beton aerasi yang memiliki nilai thermal resistance lebih tinggi dapat menahan radiasi panas matahari lebih baik dibandingkan batu bata. Material perfabrikasi dengan modul bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya pengerjaan (pembangunan) dibandingkan cara konvensional, tidak memerlukan bekesting, mutu lebih terjamin dibanding beton konvensional, permukaan sudah rata, dapat langsung dilakukan pemasangan finising. Modul yang digunakan adalah 30x30cm, dengan dasar perencanaan dari, international modul 10x10cm, human modul 30x60cm dan material yang tersedia (keramik 60x60cm, pintu 90x210cm). Penggunaan penangkal radiasi panas berupa sun shading dapat membantu mengurangi radiasi langsung matahari pada bangunan rawat inap. Berikut ini merupakan beberapa variasi sun shading. Gambar 41. Variasi Sun Shading (Norbert Lechner) 102