Pikiran Rakyat

advertisement
Pikiran
.
o Selasa
4
20
5
21
6
o Mar OApr
,
Rabu
7
22
Rakyat
0
8
23
Kamis
9
o Mei OJun
24
0
Jumat
@25
11
o Sabtu 0 Minggu
12
26
13
27
OJul 0 Ags OSep
14
28
OOId
15
29
ONov
~~k_S_t}2ert!C~~t':try_
Olelt IRAWANFEBIANTO
ASUS Centurymasih
menyita perhatian kita sampai saat ini.
Berbagai macam pandangan dan
perdebatan masih terns bennunculan, termasuk perbedaan pandangan yang mencuat antara
DPR dan Presiden RI. Di satu sisi, DPR memutuskan bOOwakebijakan bailout yang telah dilakukan adalOOkebijakan yang salah
dan telah teIjadi penyimpangan,
tetapi di sisi lain Presiden RI justru beranggapan sebaliknya.
Perbedaan apa pun di antara
kedua pihak tetap tidak mengurangi fakta bOOwatelOOteIjadi
kegagalan dari Bank Century.
Dilihat dari kronologisnya,
faktor yang perlu digarisbawahi
adalOOpraktik FPJP (Fasilitas
Pinjaman Jangka Pendek) yang
cenderung menetapkan bunga
pinjaman di atas bunga yang
berlaku di pasar. Dengan suku
bunga kredit yang tinggi,jumlah
gagal bayar yang teIjadi pun
meningkat. Hal ini menjadikan
NPL (nonpeiforming
loan)
bank Century berada di atas level normal NPL perbankan pada
umumnya (Yudhistira. 2009).
Selain faktor itu, manajemen
Bank Century juga bersalOOkarena menggunakan dana nasaboo untuk berinvestasi dalam
instrumen derivatif, bukan disalurkan ke pembiayaan sektor ri-
K
il. Instrumen derivatif merupakan instrumen yang penuh dengan permainan spekulasi sehingga cenderung menjadi
praktik zero sum game atau judi (maysir). NasabOOdijanjikan
imbal basil (return) yang tinggi,
danjanji-janji yang menggiurkan dari pihak perbankan tanpa
memberi informasi yang jelas
tentang aliran pemanfaatan dananya (Yudhistira, 2009).
Lantas, bagaimanakOO pandangan syariOOagar hal ini tidak teIjadi pada dunia perbankan'berbasis syariOO?
Prinsip syariah
Ada berbagai macam prinsip
dasar dalam transaksi bisnis dan
keuangan
yang seharosnya
.--'
'- : dija--
dikan pijakan bagi lembaga keuangan syariOO.Pertama, transaksi keuangan di dalam syariah
haroslah berpijak pada sektor nil. Oleh karena itu, mayoritas
pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariOO diharapkan
dalam bentuk mudharabah
atau kontrak bagi hasil. Dalam
kontrak bagi basil, jika pengelolaan dana ke sektor riil mengalami kerugian, bank rugi, deposan pun merugi. Begitu juga sebaliknya dalam hal keuntungan.
Fatwa Dewan SyariOONasional MUI No. 03/DSN-MUI/N /2000 menyebutkan bOOwa
deposito yang dibolehkan adalah
yang berbasis muc11zara!>ah
(skema bagi hasil). NasabOObertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana), dan bank bertindak
sebagai mudharib (pengeloladana). Di sisi pembiayaan bank,
pembiayaan yang amat dianjurkan adalOOpembiayan mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh Lembaga Keuangan SyariOO(LKS) kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif (fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 07/DSNMUI/N/2000).
Dalam pembiayaan mudharabah, bank sebagai shahibul
maal (pemilik dana) membiayai 100 persen kebutuhan suatu projek (usOOa), sedangkan
pengusaha (nasabOO)bertindak
sebagai mudharib atau penge-- lola
~ usOOa.JumlOO
- --~~ dana pem-
Kliping Humas Unpad 2010
--
- --
- - --
16
30
31
ODes
biayaan harns dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai
dan bukan piutang. Banks)rarlah sebagai penyedia dana menanggung semua kerngian akibat dari mudharabah, kecuali
jika mudharib melakukan kesalahan yang disengaja.
Prinsipkedua dalam transaksi bisnis dan keuangan syariah
adalah dilarangnya transaksi
yang terkait dengan bunga. Sudah banyak ulama dan cendekiawan Muslim yang membahas bahayabunga dari berbagai
aspek, di antaranya dari aspek
sosial. Bunga ditengarai akan
merusak semangatberkhidmat
kepadamasyarakat.Orangakan
engganberbuat apa pun kecuali yang memberi keuntungan
bagi diri sendiri. Keperluanseseorangdi anggappeluangbagi
orang lain untuk meraup keuntungan (Antonio,2001).
Ketiga,berlakunyaprinsip al
ghorm bi ghonm (no risk no
return atau tidak ada keuntungan tanpa adanya risiko).
lni berkaitan dengan norma teori keuntungan di dalam Islam
yang disebut dengan iwadh.
Dalam teori iwadh, setiap keuntungan yang kita dapatkan
itu harns terkait dengan tiga
faktor: risiko, kerja keras, dan
tanggung jawab. Jika ketiga
faktor ini ada di dalam setiap
usaha yangkitajalankan, barulah kita dinyatakan layak untuk
mendapatkan keuntungan.
Prinsip keempat, yaitu dihin-
'
darinyatransaksiyangmengandung unsur gharar (hal~hal
yang sifatnya meragukan). Setiap perjanjian (aqad) di dalaIU
syariahharuslah memilikikejelasan dalam hal-hal seperti
pembelidan penjual,harga, objek barang atau jasa yang ditransaksikan, proses diantarkannya (delivery)serta kualitas
objek tersebut. Gharar terjadi
jika ada di antara hal-hal tersebut yangtidak memilikikejelasan.
Prinsip kelima, dilarangnya
transaksi 'yang terkait aspek
maysir (perjudian) dan aktivitas-aktivitas yang terlarang di
dalam syariah Islam seperti
makanan dan minuman haram, serta pomografi.
Kita berharap agar kasus yang
menimpa Bank Century tidak
lagi terjadi pada dunia perbankan, khususnya perbankan syariah. Dengan syarat, perbankan
syariah benar-benar menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan tidak tergoda untuk mencari caracara lain yang bertentangan dengan syariah karena sematamata ingin mendapatkan keuntungan. Wallahualam.***
Penulis, dosen Konsentrasi
Manajemen Syariah di FE Unpad, kandidat Ph.D., in Islamic
Finance dan CIFP dari INCEIF
(Malaysia), pengurus Pusat
Studi Ekonomi Syariah (PSES)
serta peneliti LMFE Unpad.
Download