ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN DESA DI KECAMATAN SIMPANG KATIS KABUPATEN BANGKA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: NAMA NIM : NURYANA : 302 09 11 008 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2013 ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN DESA DI KECAMATAN SIMPANG KATIS KABUPATEN BANGKA TENGAH NURYANA Universitas Bangka Belitung ABSTRACT Nuryana, 302 09 11 008 COMPARATIVE ANALYSIS ON FINANCIAL PERFORMANCE OF VILLAGES IN SIMPANG KATIS DISTRICT, CENTRAL BANGKA REGENCY Undergraduate Thesis, Faculty of Economics, 2013 Financial performance comparison is an overview of differences in the level of achievement of an organization that set out in the strategic planning. This study aims to analyze and determine financial performance comparisons between villages of Katis Simpang district of Central Bangka regency during period 20102012; as well as to analyze and determine the effectiveness of the allocation, management and use of the Village Budget (APBDes) at Simpang Katis District, Central Bangka regency during the same period. This research uses quantitative method. The sample is the local governmentof Simpang Katis district, Central Bangka regency. The data analyzed were Realization Report of Revenue and Expenditure budgets (APBDes) period 2010-2012. The analytical tools used to determine the financial performance comparison of the village are analisis of spending ratio, analysis of spending growth, analysis of expenditure balance, analysis of expenditure efficiency, and analysis of budget allocations in support of the mission of the Rural Development Plan (RPJMDes). The results shows that there are differences and similarities in terms of the management of direct spending, indirect spending, spending on personnel, expenditure growth, expenditure balance, expenditure efficiency, and budget allocations in supporting the mission of the Rural Medium-Term Development Plan (RPJMDes). In general the financial performance of Simpang Katis District, Central Bangka regency, is in the range of good to excellent. Keywords: Financial Performance of local government, APBDes, Financial ratios Analysis 1 PENDAHULUAN Latar belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta ditetapkan dengan peraturan yang telah ada. Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang ada di sepuluh desa pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel I.1 sebagai berikut: Tabel I. 1 APBDes Sepuluh Desa di Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010 - 2012 (Dalam Rupiah) Desa Tahun Uraian Teru Beruas Simpang Katis 2010 2011 2012 Pendapatan Dana Perimbangan Rp 455.935.000,00 Rp 344.683.400,00 Rp 351.168.743,00 Rp 320.980.000,00 Rp 320.980.000,00 Rp 325.872.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Rp 497.032.000,00 Rp 364.391.400,00 Rp 529.336.600,00 Rp 322.090.000,00 Rp 174.190.000,00 Rp 343.804.000,00 Rp 174.942.000,00 Rp 190.201.400,00 Rp 185.532.600,00 Rp 127.875.000,00 Rp 160.083.400,00 Rp 145.325.600,00 Pembiayaan Rp 41.097.000,00 Rp 19.728.700,00 Rp 218.256.814,00 SILPA Rp 258.000,00 Rp 20.700,00 Rp Pendapatan Dana Perimbangan Rp 351.168.743,00 Rp 372.934.700,00 Rp 402.059.800,00 Rp 322.090.000,00 Rp 350.583.000,00 Rp 355.812.000,00 Belanja : Belanja Langsung Rp 534.329.761,00 Rp 546.210.000,00 Rp 563.972.340,00 Rp 304.380.861,00 Rp 369.400.000,00 Rp 304.700.000,00 Rp 229.948.900,00 Rp 176.810.000,00 Rp 259.272.340,00 Rp 147.150.000,00 Rp 143.831.700,00 Rp 110.419.410,00 Pembiayaan SILPA Rp Rp 111.790.095,00 - Rp Rp 162.005.048,00 - Rp Rp 162.005.048,00 - Pendapatan Dana Perimbangan Rp 396.228.700,00 Rp 372.934.700,00 Rp 409.395.777,00 Rp 376.877.000,00 Rp 320.980.000,00 Rp 376.423.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Pembiayaan SILPA Rp 543.929.400,00 Rp 570.117.200,00 Rp 534.329.761,00 Rp 316.490.000,00 Rp 365.225.000,00 Rp 304.380.861,00 Rp 227.439.400,00 Rp 204.892.200,00 Rp 229.948.900,00 Rp Rp Rp 134.400.000,00 144.730.300,00 - Rp Rp Rp 167.153.900,00 124.933.984,00 - Rp Rp Rp 124.388.900,00 124.933.984,00 - Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai - Pinang Sebatang Puput Katis Terak Pasir Garam 2 Pendapatan Dana Perimbangan Rp 355.859.749,00 Rp 344.683.400,00 Rp 358.584.174,00 Rp 332.842.000,00 Rp 320.980.000,00 Rp 334.123.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Pembiayaan Rp 392.364.800,00 Rp 364.391.400,00 Rp 454.613.700,00 Rp 226.332.000,00 Rp 174.190.000,00 Rp 251.027.500,00 Rp 166.032.800,00 Rp 190.201.400,00 Rp 203.586.200,00 Rp Rp 100.800.000,00 37.135.300,00 Rp Rp 158.103.400,00 19.728.700,00 Rp Rp 105.673.900,00 111.790.095,00 SILPA Rp Pendapatan Dana Perimbangan Rp 455.935.000,00 Rp 399.228.700,00 Rp 381.472.436,00 Rp 320.980.000,00 Rp 376.877.000,00 Rp 351.747.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Rp 497.032.000,00 Rp 543.929.400,00 Rp 633.145.800,00 Rp 322.090.000,00 Rp 316.490.000,00 Rp 377.348.000,00 Rp 174.942.000,00 Rp 227.439.400,00 Rp 255.797.800,00 Rp 112.300.000,00 Rp 191.731.700,00 Rp 128.176.070,00 Pembiayaan Rp 41.097.000,00 Rp 144.730.300,00 Rp 251.674.224,00 SILPA Rp Pendapatan Dana Perimbangan Rp 351.168.743,00 Rp 329.129.700,00 Rp 378.617.887,00 Rp 326.872.000,00 Rp 306.778.000,00 Rp 303.026.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Rp 559.338.600,00 Rp 405.141.700,00 Rp 469.812.800,00 Rp 373.804.000,00 Rp 243.490.000,00 Rp 263.336.900,00 Rp 185.534.600,00 Rp 161.651.700,00 Rp 206.475.900,00 Rp 111.898.000,00 Rp 135.953.900,00 Rp 118.913.900,00 Pembiayaan Rp 218.256.814,00 Rp 76.128.479,00 Rp 91.279.384,00 SILPA Rp Pendapatan Dana Perimbangan Rp 350.567.000,00 Rp 388.132.700,00 Rp 430.141.424,00 Rp 305.049.000,00 Rp 365.781.000,00 Rp 357.045.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Pembiayaan Rp 388.386.700,00 Rp 434.739.800,00 Rp 511.859.182,00 Rp 179.370.000,00 Rp 251.610.000,00 Rp 310.273.112,00 Rp 209.016.700,00 Rp 183.129.800,00 Rp 201.586.070,00 Rp Rp 132.000.000,00 38.056.000,00 Rp Rp 146.551.700,00 46.916.700,00 Rp Rp 111.946.070,00 82.018.841,00 SILPA Rp Pendapatan Dana Perimbangan Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Pembiayaan Rp 302.402.600,00 Rp 322.402.700,00 Rp 329.868.802,00 Rp Rp 300.004.000,00 205.746.800,00 Rp Rp 300.051.000,00 364.546.800,00 Rp Rp 305.049.000,00 398.708.800,00 Rp 41.790.000,00 Rp 200.590.000,00 Rp 268.534.900,00 Rp 163.956.800,00 Rp 163.956.800,00 Rp 130.173.900,00 Rp Rp 124.000.000,00 42.414.000,00 Rp Rp 140.131.700,00 42.414.000,00 Rp Rp 103.573.900,00 68.846.205,00 SILPA Rp - - - - - Rp Rp Rp Rp Rp - - - - - Rp Rp Rp Rp Rp - - - - - Sungkap Celuak 3 Pendapatan Dana Perimbangan Rp 333.189.000,00 Rp 334.674.700,00 Rp 338.674.999,00 Rp 302.800.000,00 Rp 312.323.000,00 Rp 315.226.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Rp 392.364.800,00 Rp 345.544.000,00 Rp 383.964.149,00 Rp 226.332.000,00 Rp 164.760.000,00 Rp 244.017.649,00 Rp 166.032.800,00 Rp 180.784.000,00 Rp 139.946.500,00 Rp 147.000.000,00 Rp 151.531.700,00 Rp 109.033.900,00 Pembiayaan Rp 10.333.200,00 Rp 11.034.100,00 Rp 45.289.150,00 SILPA Rp Pendapatan Dana Perimbangan Rp 388.126.700,00 Rp 389.168.600,00 Rp 355.859.749,00 Rp 362.111.900,00 Rp 348.650.000,00 Rp 332.842.000,00 Belanja : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Rp 365.415.700,00 Rp 388.386.700,00 Rp 392.364.800,00 Rp 160.304.000,00 Rp 179.370.000,00 Rp 226.332.000,00 Rp 205.111.700,00 Rp 209.016.700,00 Rp 166.032.800,00 Rp 120.000.000,00 Rp 174.151.700,00 Rp 177.271.700,00 Pembiayaan Rp 172.034.000,00 Rp 18.166.900,00 Rp 37.135.300,00 - Rp - SILPA Rp Rp Sumber: APBDes di Kecamatan Simpang Katis Tahun 2010-2012 - Rp Rp - - Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah”. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Komparasi Kinerja Keuangan Desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Selama Periode 2010-2012 ? 2. Bagaimana Efektivitas Pengalokasian, Pengelolaan dan Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Selama Periode 2010-2012 ? Batasan Masalah Dibatasi hanya untuk menganalisis komparasi kinerja keuangan desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah tahun anggaran 2010-2012 dengan menggunakan analisis rasio belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, analisis rasio efisiensi belanja, serta analisis alokasi anggaran belanja dalam mendukung misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis dan mengetahui komparasi kinerja keuangan desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah selama periode 20102012. 2. Untuk menganalisis dan mengetahui efektivitas pengalokasian, pengelolaan dan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah selama periode 20102012. 4 LANDASAN TEORI Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa Menurut Nurlan Darise (2009: 365) Kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan karenanya, mempunyai kewenangan untuk menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDes, menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa, menetapkan bendahara desa, menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa, dan menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa. Menurut Nurlan Darise (2009: 365) Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada kepala mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDes, menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan barang desa, menyusun Reperdes APBDes, perubahan APBDes dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes, dan menyusun rancangan keputusan kepala desa tentang pelaksanaan peraturan desa tentang APBDes dan perubahan APBDes. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Menurut Nurlan Darise (2009: 366) dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa pasal 1 angka 3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa. Penyusunan Rancangan APBDes Dalam melaksanakan tugasnya Kepala desa menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disingkat RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran visi dan misi dari kepala desa terpilih, ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala desa dilantik. Kepala desa bersama badan permusyawaratan desa (BPD) menyusun RKPDes yang merupakan penjabaran dari RPJMDes berdasarkan hasil musyawarah rencana pembangunan desa. Pelaksanaan APBDes Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa pada pasal 8 dan juga menurut Nurlan Darise (2009: 368) dalam pelaksanaan APBDes berkaitan dengan pendapatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa dan khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah. b. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDes. c. Setiap pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada point (a) tersebut harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. 5 d. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya. e. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan desa. f. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama. g. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. h. Pengembalian pendapatan harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Menurut Wasistiono dan Tahir 2006 (dalam Thomas 2013: 53) unsur kelemahan yang dimiliki oleh pemerintahan desa pada umumnya yaitu: 1. Kualitas sumber daya aparatur yang dimiliki desa pada umumnya masih rendah. 2. Belum sempurnanya kebijakan pengaturan tentang organisasi pemerintah desa, sejak dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, masih diperlukan beberapa aturan pelaksana baik sebagai pedoman maupun sebagai operasional. 3. Rendahnya kemampuan perencanaan ditingkat desa, sering berakibat pada kurangnya sinkronisasi antara output (hasil/keluaran) implementasi kebijakan dengan kebutuhan dari masyarakat yang merupakan input dari kebijakan. 4. Sarana dan prasarana penunjang operasional administrasi pemerintah masih sangat terbatas, selain mengganggu efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pekerjaan, juga berpotensi menurunkan motivasi aparat pelaksana, sehingga pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan, tugas dan pekerjaan. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Menurut Nurlan Darise (2009) dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Pasal 22 ayat 2 Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa penggunaan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebesar 30% untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70% untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil, penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDes, biaya untuk pengadaan ketahanan pangan, perbaikan lingkungan dan pemukiman, teknologi tepat guna, perbaikan kesehatan dan pendidikan, serta P\pengembangan sosial budaya. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa, paling lambat 1 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes dan rancangan keputusan Kepala desa tentang pertanggungjawaban Kepala desa dan menyampaikan kepada kepala desa untuk dibahas bersama BPD. Berdasarkan persetujuan Kepala desa dengan BPD 6 maka rancangan peraturan desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes dapat ditetapkan menjadi peraturan desa. Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBDes, sehingga bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDes. Pembinaan dan Pengawasan Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Pasal 24, 25 dan 26 Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa, pemerintah provinsi wajib mengkoordinir pemberian dan penyaluran alokasi dana dari kabupaten/kota kepada desa. Pemerintah kabupaten/kota dan Camat wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Azas Yang Mempengaruhi dalam Penyusunan APBDes Menurut Sukasmanto (2004: 73) dalam proses implementasi anggaran desa dipengaruhi oleh beberapa faktor atau azas yaitu: 1. Transparansi Terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap informasi yang diperlukan, termasuk berbagai peraturan dan perundangan serta kebijakan pemerintah. 2. Akuntabilitas (pertanggungjawaban) Pertanggungjawaban pemerintah desa terhadap pelaksanaan tugasnya, terutama pertanggungjawaban terhadap penggunaan keuangan desa. 3. Partisipasi Masyarakat Berhubungan dengan kemampuan pemerintah desa untuk membuka peluang bagi komponen masyarakat untuk terlibat dan berperan serta dalam proses pembangunan desa. 4. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Efektif Penyusunan APBDes didasarkan pada partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan melalui BPD. 5. Pemerintah Tanggap terhadap Aspirasi yang Berkembang di Masyarakat. Menyangkut kepekaan pemerintah desa terhadap permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan apa yang menjadi kebutuhan serta keinginan masyarakat. 6. Profesionalisme Menyangkut kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang aparatur sesuai dengan jabatannya. Kinerja Keuangan Mohamad Mahsun (2006: 25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan 7 jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diingginkan; dan efektivitas dalam mencapai tujuan. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja Mohamad Mahsun (2006: 26) menyatakan bahwa elemen pokok pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: a. Menetapkan Tujuan, Sasaran dan Strategi Organisasi Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. b. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja Menurut Mahmudi (2005: 96) indikator kinerja merupakan konsep yang multidimensional dan kompleks. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara lagsung. c. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran Organisasi Jika sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran kinerja biasanya diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah dengan membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Evaluasi Kinerja 1. Feedback Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. 2. Penilaian Kemajuan Organisasi Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan organisasi ini adalah tujuan yang telah ditetapkan. 3. Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan dan Akuntabilitas Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders. Aspek-Aspek Pengukuran Kinerja Menurut Mohamad Mahsun (2006: 31) aspek pengukuran kinerja yaitu: a. Kelompok masukan (input) b. Kelompok proses (process) c. Kelompok hasil (outcome) d. Kelompok manfaat (benefit) e. Kelompok dampak (impact) f. Kebijakan (policy) g. Perencanaan dan pengganggaran (planning and budgeting 8 h. i. j. k. Kualitas (quality) Kehematan (economy) Keadilan (equity) Pertanggungjawaban (accountability) Manfaat Pengukuran Kinerja Menurut Mohamad Mahsun (2006: 33) manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal yaitu: a. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja. b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi. f. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja Menurut Mohamad Mahsun (2006: 25) pengukuran kinerja menyediakan dasar bagi organisasi/pemerintah untuk menilai: a. Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan. b. Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan. c. Menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja. d. Menunjukkan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi. e. Membantu dalam membuat keputusan-keputusan dengan langkah inisiatif. f. Mengutamakan alokasi sumber daya. Kerangka Pemikiran 1. 2. 3. 4. 5. Rasio Belanja Rasio Pertumbuhan Rasio Keserasian Rasio Efisiensi Alokasi Anggaran Belanja Sumber: Joko Wahono, 2012 (Modifikasi Peneliti, 2013) Penilaian Kinerja Keuangan Desa Berdasarkan APBDes Tahun 2010-2012 Komparasi Kinerja Keuangan Desa Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah 9 Berdasarkan gambar II.1 bagan kerangka pemikiran dapat dijelaskan bahwa penelitian penilaian kinerja keuangan desa dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Penilaian tersebut dapat diukur dengan menggunakan analisis Rasio Belanja, Rasio Pertumbuhan, Rasio Keserasian, Rasio Efisiensi, dan Alokasi Anggaran Belanja. Kemudian melakukan perbandingan bagaimana desa yang satu dengan desa yang lainnya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif yaitu analisis rasio belanja, analisis pertumbuhan belanja, keserasian belanja, dan analisis rasio efisiensi belanja, serta analisis anggaran belanja dalam mendukung misi Rencana Pembangunan Menengah Desa (RPJMDes). metode analisis alokasi Jangka Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana operasional tahunan dari program umum pemerintahan dan pembangunan desa yang dijabarkan dan diterjemahkan dalam angka-angka rupiah, disatu pihak mengandung perkiraan target penerimaan dan dilain pihak mengandung perkiraan batas tertinggi belanja desa pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. b. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten, dalam pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut adalah pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. c. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, dan juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah serta mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah, dalam pemberian dana perimbangan tersebut adalah pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. d. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. e. Belanja langsung adalah belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. 10 f. Belanja tidak langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. g. Rasio belanja adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pemerintah desa memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal. h. Rasio pertumbuhan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah desa dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari satu periode-keperiode berikutnya. i. Rasio aktivitas atau rasio keserasian adalah rasio yang menggambarkan bagaimana pemerintah desa memprioritaskan alokasi dananya pada belanja tidak langsung dan belanja langsung terhadap total belanjanya. j. Rasio efisiensi adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pemerintah desa mengelola belanjanya apakah melakukan efisiensi anggaran atau tidak. Teknik Pengambilan Data Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah ada baik dari buku literatur maupun dari sumber-sumber lainnya dan diperoleh langsung dari desa-desa yang ada di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. Data sekunder dari desa-desa yang ada di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah tersebut berupa laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pada desa-desa di Kecamatan Simpang Katis tahun 2010-2012. Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dasar-dasar teoritis yang diperoleh dari literatur-literatur, jurnal-jurnal maupun tulisan-tulisan lainnya, dokumen, arsip-arsip dan lain-lain, yang berhubungan dengan kinerja keuangan desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil data dari catatan dan diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang akan diteliti. Data tersebut berupa laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) pada desa-desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah tahun 2010-2012. c. Wawancara (interview) Wawancara (interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau responden (sumber data). Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan sedemikian rupa sehingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya, Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai suatu hal pada desa-desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah. 11 Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data kuantitatif yang didapat dari laporan keuangan desa di Kecamatan Simpang Katis pertahun yang kemudian dianalisis dengan menggunakan dasar teoritis dari landasan teori yang sudah ada. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio-rasio yang berkaitan dengan analisis rasio keuangan. Alat analisis atau komponen analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah desa memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal menggunakan analisis rasio belanja. Rasio Belanja Tidak Langsung = Total Belanja Tidak Langsung 100 % Total Belanja Desa Rasio Belanja Langsung = Total Belanja Langsung Total Belanja Desa 100% 2. Untuk mengetahui pertumbuhan belanja dari tahun ketahun positif atau negatif, menggunakan analisis pertumbuhan belanja. Analisis Pertumbuhan Belanja = Belanja Tahun t−Belanja Tahun t−1x 100% Belanja Tahun t−1 3. Untuk mengetahui keserasian belanja pemerintah desa dapat menggunakan analisis keserasian belanja, dalam total belanja jika belanja tidak langsung lebih besar dari pada belanja langsung dianggap tidak baik, demikian sebaliknya bila belanja langsung lebih tinggi dari persentase belanja tidak langsung, berarti pemerintah desa dalam pengelolaan belanja dianggap baik. Jika Belanja Pegawai >50 % dalam Total Belanja, maka dikatakan anggaran belanja tidak baik, demikian pula sebaliknya jika belanja pegawai <50 % dalam Total Belanja, maka dikatakan anggaran belanja baik. Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap total belanja = Total Belanja Tidak Langsung Total Belanja 100% Rasio Belanja Langsung terhadap total belanja = Total Belanja Langsung Total Belanja 100% Rasio Belanja Pegawai terhadap total belanja = Total Belanja Pegawai Total Belanja 100% 4. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah desa mengelola belanjanya apakah melakukan efisiensi anggaran atau tidak, dengan menggunakan analisis efisiensi belanja. Rasio Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja Anggaran Belanja 100% 5. Analisis Alokasi Anggaran Belanja dalam mendukung misi RPJMDes adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemerintah desa mengalokasikan belanja apakah sudah sesuai dengan RPJMDes yang telah disusun, dan berapa 12 besar persentase anggaran belanja yang dialokasikan dari total belanja desa yang ditetapkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis dan Interpretasi Data Tabel IV. 1 Rata-rata Keseluruhan Rasio Rasio Total Rata-rata Rasio Belanja Rasio Belanja Tidak Langsung 44% 50% Rasio belanja langsung 56% Analisis pertumbuhan belanja 17% 17% Rasio Keserasian Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja 44% 44% Rasio belanja langsung terhadap total belanja 56% Rasio belanja pegawai terhadap total belanja 31% Rasio Efisiensi Belanja 84% 84% Sumber: APBDes di Kecamatan Simpang Katis Tahun 2010-2012 (diolah, Peneliti, 2013) Analisis Rasio Belanja Berdasarkan hasil analisis rasio belanja tidak langsung dan belanja langsung, bahwa dari tahun 2010-2012 dana yang dimiliki pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis lebih besar dialokasikan untuk belanja langsung, sehingga rasio rata-rata belanja langsung (56%) lebih besar dibandingkan rasio rata-rata belanja tidak langsung (44%). Perhitungan rasio belanja pegawai terhadap belanja tidak langsung tahun 2010-2012 rata-rata belanja pegawai memberikan kontribusi yang sangat besar (31%). Analisis belanja modal terhadap total belanja rata-rata rasio belanja pada tahun 2010-2012 sebesar (50%). Analisis Pertumbuhan Belanja Penyebab dari pertumbuhan belanja yang terkadang persentasenya positif atau negatif dan naik atau turun dari desa-desa ini adalah karena setiap desa kebanyakan lebih mementingkan terlebih dahulu belanja langsungnya dibandingankan dengan belanja tidak langsungnya. Belanja langsung itu berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Namun terkadang ada juga desa yang lebih mementingkan belanja tidak langsung dibandingkan dengan belanja langsung. Hal ini dapat dilihat dari belanja pegawai yang berasal dari penghasilan tetap, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, serta belanja tak terduga. Sebagian desa- desa tersebut kalau dilihat dari data yang ada bahwa belanja bantuan sosial bisa dibilang memiliki jumlah yang lumayan besar dibandingkan dengan belanja langsung seperti belanja barang dan jasa. 13 Analisis Optimalisasi (Keserasian ) Belanja Dengan demikian bahwa penyebab hal ini bisa terjadi karena keseraian (optimalisasi) belanja pada pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah prioritas lebih mengutamakan atau mementingkan belanja langsung dan juga belanja pegawai dari pada belanja tidak langsungnya. Analisis Efisiensi Belanja Berdasarkan hasil perhitungan rasio efisiensi, pengelolaan belanja pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dapat dikatakan efisiensi, dimana rata-rata rasio efisiensi dari setiap desa pada periode 2010-2012 memberikan kontribusi yaitu sebesar (84%). Analisis Alokasi Anggaran Belanja Dalam mendukung Misi RPJMDes Hasil analisis dan evaluasi diketahui bahwa pengalokasian anggaran belanja pemerintah setiap desa di Kecamatan Simpang Katis sudah sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMDes Kabupaten Bangka Tengah dan capaian kinerja sasaran strategis pada umumnya baik sampai dengan baik sekali. Hal ini dapat dilihat dari kinerja pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dalam mengelolah keuangan desanya yang sudah dibilang cukup baik sekali. Pembahasan Hasil Komparasi Kinerja Keuangan Desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Selama Periode 2010-2012. Komparasi kinerja keuangan setiap desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah terlihat memiliki rata-rata keseluruhan yang sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Perbandingan (komparasi) terlihat sekali dari setiap desanya walaupun perbandingan itu tidak begitu jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV. 1 sebagai berikut: Tabel IV. 2 Analisis Rasio APBDes Sepuluh Desa Di Kecamatan Simpang katis Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010-2012 Simpang katis Rasio belanja tidak langsung Rasio Belanja Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja Beruas Rasio belanja tidak langsung Rasio Belanja Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja 2010 35% 65% 2011 52% 48% 2012 35% 65% Rata-rata 41% 59% 55% -27% 45% 24% 35% 52% 35% 41% 65% 48% 65% 59% 26% 44% 27% 32% 100% 2010 43% 57% 59% 2011 32% 68% 68% 2012 46% 54% 76% Rata-rata 40% 60% 66% 2% 3% 24% 14 Rasio Keserasian Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja Rasio belanja langsung terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja Rasio Belanja Teru Rasio belanja tidak langsung Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja Rasio Keserasian Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja Rasio belanja langsung terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja Pasir Garam Rasio belanja tidak langsung Rasio Belanja Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja Terak Rasio belanja tidak langsung Rasio Belanja Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja Katis Rasio belanja tidak langsung Rasio Belanja Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja Puput Rasio belanja tidak langsung Rasio Belanja Rasio belanja langsung Analisis pertumbuhan belanja Rasio belanja tidak langsung Rasio Keserasian terhadap total belanja 43% 32% 46% 40% 57% 68% 54% 60% 28% 26% 20% 24% 100% 2010 42% 58% 49% 2011 36% 64% 66% 2012 43% 57% 71% Rata-rata 40% 60% 44% 5% -6% 14% 42% 36% 43% 40% 58% 64% 57% 60% 25% 29% 23% 26% 100% 2010 42% 58% 78% 2011 52% 48% 87% 2012 45% 55% 89% Rata-rata 46% 54% 18% -7% 25% 12% 42% 52% 45% 46% 58% 48% 55% 54% 26% 43% 23% 31% 100% 2010 35% 65% 100% 2011 42% 58% 84% 2012 40% 60% 95% Rata-rata 39% 61% 55% 9% 16% 27% 35% 42% 40% 39% 65% 58% 60% 61% 23% 35% 20% 26% 100% 2010 33% 67% 58% 2011 40% 60% 62% 2012 44% 56% 73% Rata-rata 39% 61% 71% -28% 16% 20% 33% 40% 44% 39% 67% 60% 56% 61% 20% 34% 25% 26% 100% 2010 54% 46% 77% 2011 42% 58% 81% 2012 39% 61% 86% Rata-rata 45% 55% 27% 12% 18% 19% 54% 42% 39% 45% 15 Rasio belanja langsung terhadap total belanja Rasio belanja pegawai terhadap total belanja 46% 58% 61% 55% 34% 34% 22% 30% Rasio Efisiensi Belanja 100% 81% 83% Pinang Sebatang 2010 2011 2012 Rasio belanja tidak langsung 80% 45% 33% Rasio Belanja Rasio belanja langsung 20% 55% 67% Analisis pertumbuhan -31% 77% 9% belanja Rasio belanja tidak langsung 80% 45% 33% terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian 20% 55% 67% terhadap total belanja Rasio belanja pegawai 60% 38% 26% terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja 100% 81% 57% Celuak 2010 2011 2012 Rasio belanja tidak langsung 42% 52% 36% Rasio Belanja Rasio belanja langsung 58% 48% 64% Analisis pertumbuhan 30% -12% 11% belanja Rasio belanja tidak langsung 42% 52% 36% terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian 58% 48% 64% terhadap total belanja Rasio belanja pegawai 37% 44% 28% terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja 100% 87% 91% Sungkap 2010 2011 2012 Rasio belanja tidak langsung 56% 54% 42% Rasio Belanja Rasio belanja langsung 44% 46% 58% Analisis pertumbuhan 0,91% 6% 1% belanja Rasio belanja tidak langsung 56% 54% 42% terhadap total belanja Rasio belanja langsung Rasio Keserasian 44% 46% 58% terhadap total belanja Rasio belanja pegawai 33% 45% 45% terhadap total belanja Rasio Efisiensi Belanja 100% 96% 70% Sumber: Analisis APBDes Sepuluh Desa Di Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010-2012 (diolah, Peneliti, 2013) 88% Rata-rata 52% 48% 18% 52% 48% 42% 80% Rata-rata 44% 56% 10% 44% 56% 37% 93% Rata-rata 51% 49% 2,74% 51% 49% 41% 89% Efektivitas Pengalokasian, Pengelolaan, dan Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Selama Periode 2010-2012. Implementasi dari pengeluaran pemerintah dalam pelaksanaannya diharapkan dapat menyerap anggaran secara optimal, yang dimaksud optimal disini adalah penggunaan serta pengalokasian dalam pengelolaan anggaran dilaksanakan dengan mengelola anggaran mendekati 100 %. Dengan menggunakan analisis keserasian belanja, dapat dilihat bagaimana Pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah mengalokasikan anggarannya. Alokasi anggaran yang dimaksud adalah belanja tidak langsung dan belanja langsung. Prioritas pembangunan desa dapat dilihat dari bagaimana pemerintah desa mengalokasikan pengeluaran atau belanjanya untuk pembangunan yang berkenaan dengan pelayanan publik. Kepuasan masyarakat bagaimanapun dijadikan tolok ukur terpenting dari keberhasilan pemerintah. 16 Berdasarkan hasil analisis rasio belanja tidak langsung dan belanja langsung, bahwa dari tahun 2010-2012 dana yang dimiliki pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis lebih besar dialokasikan untuk belanja langsung, sehingga rasio rata-rata belanja langsung sebesar (56%) lebih besar dibandingkan rasio rata-rata belanja tidak langsung yaitu (44%). Analisis belanja modal terhadap total belanja rata-rata rasio belanja pada tahun 2010-2012 sebesar (50%). PENUTUP Simpulan Komparasi Kinerja Keuangan Desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Selama Periode 2010-2012 Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Rasio rata-rata belanja tidak langsung setiap desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah ada yang lebih besar dibandingkan dengan rasio rata-rata belanja langsung . Ini menunjukkan bahwa dari total belanja lebih besar dialokasikan untuk belanja yang terkait dengan program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah. Namun ada juga Rasio rata-rata belanja tidak langsung setiap desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah yang lebih kecil dibandingkan dengan rasio rata-rata belanja langsung . Rasio belanja pegawai terhadap belanja tidak langsung, rasio rata-rata belanja pegawai memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap belanja tidak langsung. Hal ini berarti Pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah lebih mengutamakan kontribusi anggaran belanja tidak langsung untuk kepentingan belanja pegawai. b. Persentase pertumbuhan belanja tidak langsung pada setiap desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2010-2012 ada yang mengalami pertumbuhan negatif yang disebabkan karena adanya pengurangan anggaran belanja tidak langsung, sedangkan persentase pertumbuhan belanja langsung ada yang meningkat. Hal ini berarti pemerintah desa Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah tetap memberikan prioritas untuk pengadaan dan perbaikan infrastruktur serta untuk kepentingan masyarakat banyak. Namun ada juga persentase pertumbuhan belanja tidak langsung pada setiap desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2010-2012 ada yang mengalami pertumbuhan positif. c. Pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2010-2012 ada yang dianggap tidak baik dan ada yang dianggap baik sampai dengan baik sekali dalam pengalokasian anggarannya, karena terkadang belanja tidak langsung lebih besar dari pada belanja langsung, sehingga tidak optimal. Rasio keserasian belanja rata-rata belanja tidak langsung ada yang lebih besar dibandingkan antar desa dan juga ada yang lebih kecil. Sedangkan rata-rata belanja langsung ada yang lebih besar dibandingkan antar desa dan juga ada yang lebih kecil. Hal ini berarti Pemerintah desa Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah belum mampu atau kurang mampu mengoptimalkan dananya untuk biaya pelayanan publik secara optimal. 17 d. Untuk rasio efisiensi belanja, pemerintah desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah telah melakukan efisiensi belanja yang dibuktikan dengan rasio efisiensi yaitu pada tahun 2010-2012 rata-rata rasio efisiensi berada dibawah 100% . Ini menunjukan kinerja pemerintah desa Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dapat dikatakan baik, dimana ratarata rasio efisiensi dari sepuluh desa periode tahun 2010-2012 memberikan kontribusi sebesar (84%). Dimana desa Simpang Katis pada periode 2010-2012 memiliki rata-rata rasio efisiensi belanja sebesar (76%), Beruas (71%), Teru (89%), Pasir Garam (95%), Terak (73%), Katis (86%), desa Puput (88%), Pinang Sebatang (80%), Celuak (93%), Sungkap (89%). Maka dapat dilihat bahwa perbandingkan antara satu desa dengan desa yang lainnya tidak jauh memiliki perbedaan yang begitu jauh. Namun yang paling memberikan kontribusi paling kecil adalah desa Beruas. Efektivitas Pengalokasian, Pengelolaan dan Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Pada Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Selama Periode 2010-2012 a. Pengalokasi anggaran belanja pemerintah desa sudah sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMDes Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan capaian kinerja sasaran strategis pada umumnya baik sampai dengan baik sekali. b. Pengelolaan dan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) rata-rata sudah dianggap baik walaupun terkadang masih ada desa yang kurang efisien didalam pengelolaan dan penggunaannya. Saran a. b. c. d. e. Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada pemerintah desa di Kecamtan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah sebagai berikut : Merencanakan anggaran belanja lebih diutamakan belanja langsung, dengan menitikberatkan pada pos-pos anggaran belanja yang langsung untuk kepentingan publik, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertanian, kependudukan dan lainnya yang bersifat strategis. Dalam pengalokasian belanja desa, diharapkan konsisten dan selalu meningkatkan anggaran belanja, terutama anggaran belanja langsung. Dalam merealisasi belanja untuk program dan kegiatan yang dilaksanakan agar dapat melakukan optimalisasi belanja. Untuk tahun-tahun yang akan datang diharapkan setiap desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah tetap dapat melakukan efisiensi belanja, sehingga kinerja pemerintah desa menjadi lebih baik. Dalam mengalokasikan anggaran belanja hendaknya berpedoman pada RPJMDes desa di Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah yang disusun dan ditetapkan sebagai dokumen perencanaan pembangunan yang memberikan arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, kebijakan umum, program pembangunan desa serta sasaran dan tujuan strategis dapat dicapai. 18 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo. (2011). Pembiayaan Pembangunan Daerah (Edisi Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu. Dama, Melati. (2008). “Studi Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dalam Meningkatkan Pembangunan pada Desa Sebuntal Kecamatan Marang Kayu Tahun Anggaran 2006”. Vol. 4. No.1, Hal. 69 – 84, 2008. Darise, Nurlan. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: PT Indeks. Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT Indeks. Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan Pada SKPD dan BLU (Edisi Kedua). Jakarta: PT Indeks. Halim, Abdul. (2002). Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Haryadi, Dwi dkk. (2012). Simpang Katis dalam Harmoni Kata (Trademark dan Slogan Desa). Bangka Tengah: Badan Pemerdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD). Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan , Pertangungjawaban dan pengawasan Keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapat dan belanja daerah, pelaksana tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Mahsun, Mohamad. (2006). Akuntansi Sektor Publik. (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Nordiawan, Deddi. (2006). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Bupati Bangka Tengah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Bangka Tengah. Peraturan Desa Simpang Katis Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2010. Peraturan Pemerintah Desa Nomor 1 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. 19 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Rianti, Ida Ayu Purba. David Kaluge. (2011). “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Daerah Pemekaran di Provinsi Papua”. Jurnal Aplikasi Manajemen. Fakultas Ekonomi, Universitas Cendrawasih. Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Vol. 9. No. 3, Hal. 809 – 817, 2011. Sahdan, Goris dkk. (2004). Buku Saku Pedoman Alokasi Dana Desa. Yogyakarta: FPPD. Setyoko, Paulus Israwan. (2011). “Akuntabilitas Administrasi Keuangan Program Alokasi Dana Desa (ADD)”. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol. 11. No. 1, Hal. 14 – 24, 2011. Sukasmanto. (2004). Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Thomas. (2013). “Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung”. Journal Pemerintah Integratif. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Vol. 1. No. 1, Hal 51-64, 2013. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2005 Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Menjadi Undang-Undang. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Wahono, Joko. (2012). “Analisis Pengelolaan Belanja Pemerintah Pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomi, Universitas Tanjungpura. Vol 1. No 1, Hal. 118-131, 2012.