7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Kehamilan 2.1.1 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil Perubahan fisiologis kehamilan sangat proaktif, bukan reaktif, dengan fase luteal dari setiap siklus menstruasi ovulasi 'berlatih' untuk kehamilan. Kebanyakan perubahan kehamilan didorong secara kualitatif di tempat pada akhir trimester pertama, hanya matang pada ukuran setelahnya. Kehamilan normal membangkitkan respon inflamasi sistemik, yang meliputi endothelium. Hal ini mungkin menjelaskan risiko lebih besar terkena penyakit kardiovaskular di kemudian hari dari wanita parous dibandingkan dengan wanita nulipara. Penanda 'stres' oksidatif meningkat secara progresif sepanjang trimester pertama dan kedua, tetapi konsentrasi plasma dari beberapa antioksidan endogen, seperti superoksida dismutase, naik secara paralel. Radikal bebas superoksida yang dihasilkan melalui berbagai jalur, termasuk plasenta, tetapi lebih merusak jika dikonversi ke peroksida radikal, sebuah reaksi yang dikatalisis oleh zat besi bebas dalam plasma. 11 Selama kehamilan normal, hampir setiap sistem organ mengalami perubahan anatomis dan fungsional yang dapat mengubah kriteria untuk diagnosis penyakit dan pengobatan. Dengan demikian, pemahaman adaptasi kehamilan ini tetap menjadi tujuan utama kebidanan, dan tanpa pengetahuan tersebut, hampir tidak mungkin untuk memahami proses penyakit yang dapat mengancam wanita selama kehamilan.10 Peningkatan dari volume plasma adalah penyebab anemia fisiologis pada kehamilan. Volume plasma yang meningkat menyebabkan hematokrit, konsentrasi hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit di sirkulasi mengalami penurunan tetapi tidak mengurangi jumlah absolut dari hemoglobin atau jumlah eritrosit pada keseluruhan sirkulasi. Volume plasma mulai meningkat dari minggu ke-6 kehamilan tetapi tidak sesuai dengan jumlah sel darah Universitas Sumatera Utara 8 merah. Biasanya peningkatan volume plasma mencapai puncaknya pada minggu ke-24 kehamilan tetapi bisa juga meningkat terus hingga minggu ke37 kehamilan. Pada puncaknya, volume plasma pada wanita yang hamil adalah 40% lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. b) Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter. c) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut, dijumpai beberapa perubahan sirkulasi darah yaitu: 1. Volume darah Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebanyak 25-30% sedangkan sel darah merah hanya sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur kehamilan 16 minggu. Peningkatan dari volume plasma ini adalah untuk meringankan kerja jantung akibat curah jantung yang meningkat semasa kehamilan. 2. Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah merah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah 10.000/ml. Hemodilusi yang disertai anemia menyebabkan laju endap darah semakin tinggi dan mencapai 4 kali dari angka normal.10 Universitas Sumatera Utara 9 Karena augmentasi plasma besar, hemoglobin konsentrasi dan hematokrit sedikit menurun selama kehamilan. Akibatnya, kekentalan darah seluruh menurun. Konsentrasi hemoglobin rata-rata pada jangka 12,5 g / dL, dan sekitar 5 persen wanita, itu adalah di bawah 11,0 g / dL. Dengan demikian, hemoglobin konsentrasi di bawah 11,0 g / dL, terutama di akhir kehamilan, harus dianggap abnormal dan biasanya karena kekurangan zat besi daripada hipervolemia kehamilan.10 2,2 Anemia dalam Kehamilan 2.2.1 Definisi Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah batas “normal”. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin dibawah 11 g / dL atau hematokrit kurang dari 33 %. Namun, CDC membuat nilai batas khusus berdasarkan trimester kehamilan (Tabel 2-1). Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb lurang dari 11 g / dL pada akhir trimester pertama dan < 10,5 g / dL pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan.18 Tabel 2.1. Nilai batas anemia pada ibu hamil (CDC) Pregnancy Trimester Hemoglobin Hematocrit First 11.0 33.0 Second 10.5 32.0 Third 11.0 33.0 Universitas Sumatera Utara 10 2.2.2 Epidemiologi Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di negara maju maupun di negara berkembang, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35 – 75 % ibu hamil di negara berkembang dan 18 % ibu hamil di negara maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar 43 % pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12 % di negara yang lebih maju. 18 2.2.3 Etiologi Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat – zat nutrisi. Seringkali defisiensinyabersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan. 18 2.2.4 Klasifikasi 2.2.4.1 Anemia Fisiologis Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %.22 2.2.4.2 Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat Universitas Sumatera Utara 11 pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 L darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengalami kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi. 18 2.2.4.3 Defisiensi Asam Folat Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan adanya sel – sel megaloblastik yang khas untuk anemia jenis ini. Selain karena defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12. Folat dan turunannya formil FH4 penting untuk sintesis DNA yang memadai dan produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik. 18 2.2.4.4 Anemia Aplastik Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel – sel darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.16 2.2.4.5 Sickle – cell Anemia Sickle – cell Anemia adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.16 2.2.5 Patofisiologi Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat Universitas Sumatera Utara 12 sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.21 Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 8001000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi. 20 Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh.20 Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama – tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan Universitas Sumatera Utara cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi.20 Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masingmasing berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan Universitas Sumatera Utara 13 kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali.15 2.2.6 Diagnosis Anemia pada Kehamilan Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, dan keluhan mual – muntah lebih hebat pada hamil muda.22 Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan pada Tabel 2-2. Tabel 2.2. Hasil Pemeriksaan Hb dengan Sahli Hemoglobin Status Anemia 11 g / Dl Tidak Anemia 9 – 10 g / Dl Anemia Ringan 7 – 8 g / Dl Anemia Sedang < 7 g / Dl Anemia Berat Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu – ibu hamil di puskesmas.22 2.2.7 Penatalaksanaan a) Diet kaya zat besi dan nutrisi yang adekuat Penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurangi kondisi anemia. b) Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet yang kaya dengan zat besi. Pada dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua Universitas Sumatera Utara 14 bentuk yaitu zat besi heme (yang didapati pada hati, daging, ikan) dan zat besi non heme (yang didapati pada padi-padian, buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau seperti bayam, daun ubi dan kangkung). Zat besi heme menyumbangkan hanya sejumlah kecil zat besi (sekitar 10-15%). Namun demikian zat besi heme diserap dengan baik dimana 10-35% yang di makan akan masuk kedalam aliran darah. Zat besi non heme atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang dikonsumsi sehari-hari, namun tidak diserap dengan baik yaitu hanya sekitar 2-8%. c) Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti teh dan kopi sebaiknya dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C seperti buah-buahan sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan penyerapan zat besi.20 d) Pemberian zat besi oral Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah fero sulfat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak hanya untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki cadangan besi didalam tubuh. Sebelum dilakukan pengobatan harus dilakukan pengiraan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Pemberian zat besi oral ini juga memberikan efek samping berupa konstipasi, berak hitam, mual dan muntah.20 e) Pemberian zat besi par-enteral Metode sederhana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb. Pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek samping yang banyak seperti nyeri, inflamasi, phlebitis, demam, atralgia, hipotensi, dan reaksi anafilaktik. Indikasi dari pemberian secara parenteral adalah anemia defisiensi besi berat, mempunyai efek samping pada pemberian oral atau mengalami gangguan absorbsi. Pemberiannya dapat diberikan secara intramuskular maupun secara intravena.20 Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 8001000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah yang membutuhkan 300-400 mg zat besi dan apabila mencapai puncak Universitas Sumatera Utara 15 pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi.20 2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kejadian BBLR Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.19 Resiko meninggal dalam proses persalinan 3,6 kali lebih besar disbanding ibu hamil yang tidak anemia 20 terutama karena pendarahan dan atau sepsis. Dari beberapa penelitian di Asia disimpulkan bahwa anemia memberikan kontribusi minimal 23% dari total kematian ibu di Asia.19 Pada saat proses persalinan, masalah yang timbul adalah persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan dengan operasi cenderung meningkat.19 Akibat anemia pada kehamilan dapat terjadi gangguan gangguan janin dalam bentuk: abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi, dan intelegensia rendah.22 Anemia pada ibu hamil juga mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat yang ditimbulkan seperti keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan rendah (BBLR).19 Hal penelitian Lubis pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl dan anemia berat secara statistik tidak ditemukan nyata melahirkan bayi BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari hasil analisa multivariate dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat memperoleh resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi disbanding dengan yang tidak penderita anemia berat.19 Universitas Sumatera Utara 16 Lee tentang status besi dan dihubungkan dengan hasil kehamilan pada wanita hamil di Korea menjelaskan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang kadar Hb rendah menunjukkan rata-rata lahir dengan kelahiran prematur, berat badan dan nilai APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan ibu yang memiliki tingkat Hb yang tinggi. 15 Masalah BBLR terkait dengan anemia ibu hamil (kadar Hb < 11 gr %) dan kurang energi kronis atau KEK yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jumlah maupun kualitasnya. Data yang ada saat ini memperlihatkan bahwa status kesehatan anak di Indonesia merupakan masalah. 153.681 bayi meninggal setiap tahun. Itu berarti setiap harinya ada 412 orang bayi meninggal sama dengan dua orang bayi meninggal setiap menit. Lima puluh empat persen penyebab kematian bayi adalah latar belakang gizi.25 2.3 Berat Bayi Baru Lahir 2.3.1 Pertumbuhan Berat Bayi Baru Lahir Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dam maturasi. Jaringan sel yang ditentukan oleh kemampuan substrak oleh ibu. Transfer substrak melalui plasenta dan potensi pertumbuhan janin oleh yang dikembalikan oleh genon.12 Taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap pertumbuhan janin apakah normal atau tidak. Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berurutan, fase awal hyperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua yang berlangsung sampai minggu ke 32 meliputi hyperplasia dan hipertropisel. Setelah usia gestasi 32 minggu pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertropisel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi, laju pertumbuhan janin yang setara selama 3 fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 gr/hari pada usia 15 minggu, 15 – 20 gr/hari pada minggu ke 24 dan 30 – 35 gr/hari pada gestasi 34 minggu.12 Karakteristik bayi berat badan lahir empiris > 4.000 gram, berat badan lahir normal >2.500 gram, berat badan lahir rendah 1.500 – 2.500 gram dan berat badan lahir sangat rendah <1.500.12 Universitas Sumatera Utara 17 2.3.2 Berat Badan Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu . Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah.13 Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan.13 Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini akan memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK). Klasifikasi bayi menurut masa gestasi dan umur kehamilan adalah bayi kurang bulan, bayi cukup bulan dan bayi lebih bulan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram.13 Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.13 Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas. 1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk Universitas Sumatera Utara 18 masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan. 2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.24 2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut : 1. Faktor Lingkungan Internal yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan. 2. Faktor Lingkungan Eksternal yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil. 3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC). Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut : 1. Usia Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, Universitas Sumatera Utara 19 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir ringan.14 Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir rendah. 14 2. Jarak Kehamilan/Kelahiran Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun. 14 3. Paritas Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering Universitas Sumatera Utara 20 mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang. 4. Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sarwono, seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl.18 Data Depkes RI, diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.9 Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin. 5. Status Gizi Ibu Hamil Menurut Sunita Almatsier (2004), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.23 Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.17 Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan Universitas Sumatera Utara 21 BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.9 Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR.9 Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim. 6. Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan.9 Menurut Sarwono, pemeriksaan kehamilan dilakukan setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1 bulan, dan setelah kehamilan harus dilakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu : a. Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu b. Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu c. Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan. Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan. 7. Penyakit Saat Kehamilan Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit Universitas Sumatera Utara 22 infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes). Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang ada. Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar lebih dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi.14 Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya.18 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal. 2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil Universitas Sumatera Utara