Ficky Prastianto Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21

advertisement
Ficky Prastianto
ANALISIS DAN PEMETAAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT MAKASSAR
SEBAGAI ACUAN UNTUK PEMBUATAN PETA PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAPAN
IKAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA-MODIS
(Analysis and Mapping of Chlorophyll-a Concentrations in the Makassar Strait as a Reference for
Producing Local Fishing Forecast Map (PPDPI) Using Aqua-MODIS Satellite Imagery)
FICKY PRASTIANTO
Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Chlorophyll-ais an important oceanographic parameter to estimate abundance and distribution of
fish. This study aimed to analyze of the distribution and concentration of chlorophyll-a per-season,
East and West season in 2012 until 2014, knowing the variability of the concentration of
chlorophyll-a in the Makassar Strait, as well as know the correlation between chlorophyll-a and
fish catches in the PPI Selili landed in Samarinda, East Borneo. Chlorophyll-a data was
downloaded from the Aqua-MODIS website and processed using Seadas 6.4 software with Linux
OS. All variables were analyzed its variability. Interpretation data of chlorophyll-a and fish catch
data were mapped in order to predict the fishing ground area in Makassar Strait.
Keywords: remote sensing, chlorophyll-a, Makassar Strait, fish catch.
PENDAHULUAN
Potensi sumberdaya perikanan kelautan sangat erat kaitannya dengan produktifitas primer dari suatu
perairan yang dihasilkan oleh fitoplankton.Pigmen fotosintesis yang umum terdapat pada fitoplankton
adalah Klorofil-A, sehingga hasil pengukuran Klorofil-A dapat digunakan untuk menduga biomassa
fitoplankton suatu perairan (Nybakken, 1988).Salah satu potensi yang terdapat di Selat Makassar ialah
potensi perikanan.Wilayah perairan Kalimantan Timur berada dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP IV) yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar terutama kelompok ikan pelagis kecil di
WPP IV mencapai 605 ribu ton/ tahun.Jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 484 ribu ton/ tahun,
sedangkan produksi hanya 333 ton/ tahun, sehingga baru 67% yang dimanafaatkan dari jumlah tangkapan
yang diperbolehkan (Adnan, 2010).
Masalah yang umum dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan adalah keberadaan daerah
penangkapan yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti perubahan parameter
lingkungan.Belum adanya rujukan untuk tempat menangkap ikan maka nelayan masih melakukan
pencarian daerah penangkapan ikan, sehingga produktivitas hasil tangkapan nelayan belum optimal.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 21. No. 2, April 2016: 024–031
Diterima 3 Juli 2015.
Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi
terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik.
24
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
Ficky Prastianto
Dalam melakukan penangkapan ikan, informasi mengenai daerah penangkapan sangatlah penting
agar efisiensi dan efektifitas penangkapan dapat ditingkatkan.Informasi daerah penangkapan dapat di
peroleh melalui parameter oseanografi. Parameter oseanografi merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap variabilitas hasil tangkapan ikan. Salah satu parameter oseanografi yang penting
untuk informasi daerah penangkapan adalah klorofil-a. Klorofil-a sendiri merupakan pigmen penting yang
terdapat dalam fitoplankton yang di digunakan untuk proses fotosintesis. Hal ini menjadikan klorofil-a
sebagai salah satu parameter yang memiliki peranan dalam menentukan besarnya produktifitas primer di
perairan (Susilo, 2000).
Alternatif yang menawarkan solusi terbaik dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah
dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh.Susilo (2000), mengemukakan bahwa pigmenpigmen fitoplankton (khususnya klorofil-a) merupakan komponen utama yang mempengaruhi sifat optik
atau bio-optik air laut.Oleh karena itu, metode penginderaan jauh dapat digunakan dalam pendugaan
konsentrasi klorofil-a di perairan.Dalam kaitannya dengan Inderaja, klorofil merupakan obyek yang
mudah dianalisa untuk memprediksi potensi perikanan laut.Klorofil-a merupakan penyerap gelombang
tampak mata biru dan memantulkan gelombang tampak mata hijau secara kuat.Sehingga ketika terjadi
peningkatan kandungan klorofil, dapat dilihat adanya peningkatan energi yang dipantulkan oleh
gelombang tampak mata hijau, dan penurunan pantulan gelombang tampak mata biru yang signifikan
(Swain and Davis, 1978).
Pengindraan jauh sendiri merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek,
daerah, atau fenomena dengan jalan menganalisis data yang diperoleh melalui alat tanpa kontak langsung
dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1990).Dengan di terapkannya
sistem penginderaan jauh untuk pendeteksian klorofil-a, maka diharapkan produktivitas hasil tangkapan
nelayang khususnya yang berada di perairan Kalimantan Timur bisa meningkat.
Dari hasil uraian di atas, dan belum optimalnya usaha perikanan tangkap, maka dipandang perlu
untuk melakukan penelitian menyangkut dengan “Analisis dan Pemetaan Konsentrasi Klorofil-a di Selat
Makassar Sebagai Acuan Untuk Pembuatan Pata Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Dengan
Menggunakan Citra Satelit Aqua-MODIS”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran konsentrasi klorofil-a pada tiap Musim selama 2
tahun, mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
adanya perubahan klorofil-a serta mengetahui hubungan klorofil-a dan hasil tangkapan ikan yang di
harapkan dapat meningkatkan keberlanjutan usaha penangkapan ikan.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini terletak di Selat Makassar yang terletak pada koordinat 4059’58 2” LS –
2035’58 3” LS dan antara 118011’57 30” BT – 1180 48’35, 74” BT. Penelitian ini dilakukan selama 2
bulan, mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei 2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat laptop dan data citra satelit AquaMODIS level 3 dalam format HDF (Hierarchical Data Format) rakaman tahun 2012 sampai dengan 2014
per-minggu selama 2 tahun dengan jumlah citra yaitu 93 citra klorofil-a untuk mendapatkan data time
series. Data sekunder adalah data hasil tangkapan ikan per-bulan selama 2 tahun yang diperoleh langsung
dari PPI Selili Samarinda maupun hasil wawancara dengan para nelayan di PPI Selili.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
25
Ficky Prastianto
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Selanjutnya daya yang diperoleh diekstrak dengan menggunaka software winrar dan selanjutnya
diolah dengan perangkat lunak Seadas 6.4 dan kemudian dilakukan pemotongan citra berdasarkan titik
koordinat. Tahap selanjutnya adalah menampilkan analisis citra satelit yang meliputi: landmask,
chlorophyll concentration, longitude dan latitude. Tampilan hasil berupa gambar dengan menggunakan
format tiff/ geotiff.Analisis hubungan tangkapan ikan dan klorofil-a di analisis secara deskriptif untuk
menggambarkan hasil tangkapan.Dari hasil penentuan sebaran klorofil-a dan data hasil penangkapan ikan,
maka daerah yang diduga merupakan daerah potensi penangkapan ikan adalah daerah yang mempunyai
klorofil-a yang tinggi sebagai indikator kesuburan perairan (Gaol & Sadhotomo, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Temporal Klorofil-a
A. Musim Timur
Fluktuasi klorofil-a secara temporal selama Musim Timur tahun 2012 dan 2013 di Selat Makassar
disajikan pada gambar 2 dan 3. Pada gambar terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a maksimum pada musim
timur terjadi pada tanggal 28 Agustus sampai 4 September 2012 yang beriksar antara 0.2644 mg/m30.7081 mg/m3 dan tanggal 1-8 Mei 2013 dengan nilai yang berkisar antara 0.6035 mg/m3-1.01749 mg/m3.
26
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
Ficky Prastianto
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Gambar 2. Fluktuasi Klorofil-a di Selat Makassar pada Musim Timur tahun 2012.
Nilai Klorofil‐a (Mg/m3) pada Musim Timur tahun 2013
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Gambar 3. Fluktuasi Klorofil-a di Selat Makassar pada Musim Timur tahun 2013.
Berdasarkan hal tersebut, konsentrasi klorofil-a di Selat Makassar pada Musim Timur dengan nilai
yang cukup tinggi terjadi pada bulan April hingga Mei dan konsentrasi klorofil yang cukup rendah terjadi
pada bulan Juli sampai September (2012-2013).
B. Musim Barat
Fluktuasi klorofil-a selama Musim Barat tahun 2012 dan 2014 di Selat Makassar disajikan pada
gambar 4 dan 5. Pada gambar terlihat bahwa konsentrasi maksimum klorofil-a pada Musim Barat terjadi
pada tanggal 2-9 Februari 2013 yang beriksar antara 0.151 mg/m3 - 0.6448 mg/m3 dan tanggal 17-24
Januari 2014 yang berkisar antara 0.213 mg/m3 - 0.578738 mg/m3.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
27
Ficky Prastianto
Nilai Klorofil‐a (Mg/m3) Musim Barat 2012‐2013
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Gambar 4: Fluktuasi Klorofil-a di Selat Makassar pada Musim Barat tahun 2012-2013.
Nilai Klorofil‐a (Mg/m3) pada Musim Barat 2013‐2014
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Gambar 5: Fluktuasi konsentrasi klorofil-a pada Musim Barat tahun 2013-2014.
Berdasarkan hal tersebut, konsentrasi klorofil-a di Selat Makassar dengan nilai yang cukup tinggi
terjadi pada bulan Januari sampai Maret, dan nilai konsentrasi klorofil-a yang cukup rendah terjadi pada
bulan Oktober sampai Desember.
Tabel 1: Rangkuman sebaran konsentrasi klorofil-a per Musim.
Musim
Tahun 2012
Timur
0.22 mg/m3 – 0.70 mg/m3
Barat
0.19 mg/m3 – 66 mg/m3
Tahun 2013
0.22 mg/m3 – 1.01 mg/m3
0.18 mg/m3 – 0.84 mg/m3
Konsentasi klorofil-a Pada Musim Barat umumnya terlihat rendah dibandingkan dengan konsentrasi
klorofil-a pada Musim Timur, terkecuali pada daerah parairan Delta Mahakam. Pada daerah ini
konsentrasi klorofil-a relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain pada tiap bulan, tingginya
kandungan klorofil-a tersebut disebabkan banyaknya anak sungai di Kalimantan Timur yang bermuara ke
Delta Mahakam dan juga di sebabkan adanya pengadukan massa air sampai ke permukaan oleh faktor
angin (Muchlisin Arief, 2004). Pada Musim Timur, tingginya konsentrasi klorofil-a disebabkan oleh
meningkatnya unsur hara di permukaan yang terbawa oleh fenomena upwelling dari lapisan dalam.
28
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
Ficky Prastianto
(Wyrtki , 1987 dan Illahude 1978). Pada Musim Barat, konsentrasi klorofil-a hanya terdapat pada bagian
pesisir, hal tersebut diduga karena asupan nutrient dari daratan karena cukup tingginya curah hujan pada
musim ini. Sedangkan di daerah lain, konsentrasi klorofil-a tidak begitu jelas yang diduga karena adanya
tutupan awan yang lebih tebal sehingga banyak terdapat gradasi warna hitam.
Hubungan Klorofil-a Dengan Hasil Tangkapan Ikan
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa, hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan
tahun 2012-2014 cukup erat kaitannya.Hasil dari data citra satelit menunujukkan adanya tendensi dimana
klorofil-a yang tinggi menghasilkan tangkapan ikan yang relatif tinggi pula (Gambar 6).Dari gambar
terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a tertinggi pada bulan April 2013 dengan konsentrasi rata-rata
0.804697 mg/m3.Tingginya konsentrasi klorofil di rentang waktu tersebut secara jelas diikuti oleh
peningkatan hasil tangkapan, hasil tangkapan ikan tertinggi pada bulan April 2013.Demikian pula
penurunan konsentrasi klorofil-a pada daerah penelitian sejalan dengan penurunan jumlah hasil
tangkapan.
Korelasi yang kuat antara hasil tangkapan ikan dan klorofil-a diduga di pengaruhi keberadaan
mangsa pada lapisan permukaan. Proses penyebaran klorofil-a di daerah penelitian menyebabkan ikanikan kecil dan organisme lain menyebar ke daerah yang paling memiliki konsentrasi klorofil-a tertinggi.
Ikan-ikan mangsa yang berada di posisi konsumen tingkat pertama atau kedua pada tropic levelakan
meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi fitoplankton yang menjadi makanannya. Melimpahnya
ikan-ikan kecil yang menjadi mangsa selanjutnya akan menarik ikan-ikan besar menuju perairan tersebut
(Dragorn et al. 2001).
Fluktuasi Klorofil‐a dan hasil tangkapan ikan
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
Maret
Februari
Januari
Desember
Oktober
November
September
Juli
Agustus
Mei
Juni
April
Maret
Januari
Februari
Desember
November
Oktober
September
juli
Agustus
Juni
Mei
April
0.000
Gambar 6:Fluktuasi klorofil-a dan hasil tangkapan ikan per-bulan pada tahun 2012-2014
Analisis Daerah Penangkapan
Hasil analisis klorofil-a tahun 2012 sampai tahun 2014 diprediksi daerah penangkapan ikan yang
potensial adalah daerah yang memiliki konsentrasi klorofil-a tinggi. Selanjutnya di validasi dengan daerah
operasi penangkapan oleh nelayan, untuk di petakan setiap bulan.Daerah penangkapan ikan yang
potensial adalah daerah yang konsentrasi klorofil-a tinggi dan suhu optimum untuk distribusi ikan.Pada
musim barat dan musim timur, daerah potensial penangkapan ikan tersebar di berbagai tempat di perairan
Kalimantan Timur dan penyebaran DPI lebih luas hingga lepas pantai.Hal ini disebabkan karena pada
musim tersebut konsentrasi klorofil-a cenderung lebih tinggi. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi, berkaitan
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
29
Ficky Prastianto
erat dengan ketersediaan makanan untuk ikan, sebagai mana yang telah kita ketahui bahwa ikan, baik
kecil maupun besar akan bergerak mencari daerah yang subur untuk mendapatkan makanan (Dragorn et
al, 2001).
Secara umum, daerah penangkapan disetiap musim banyak terdapat di daerah pantai dan dekat
dengan muara sungai.Hal ini disebabkan tingkat kesuburan di daerah pantai dan dekat muara sungai
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perairan lepas pantai.Zat-zat hara ini menjadi sumber nutrien
bagi pertumbuhan dan kelimpahan fitoplankton.Selanjutnya fitoplankton ini dapat digunakan sebagai
indikator kelimpahan stok ikan (Gaol dan Sadhotomo, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang di peroleh dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi klorofil-a relatif tinggi di Musim Timur adalah pada bulan April sampai dengan bulan
Mei 212 dengan nilai rata-rata 0.5007 mg/m3 -0.5764 mg/m3. Pada Musim Timur tahun 2012, nilai
klorofil-a tertinggi adalah pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013 dengan nilai rata-rata
0.621 mg/m3 sampai 0.6426 mg/m3.
2. Konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi di Musim Barat tahun 2012 sampai tahun 2013 adalah pada
bulan Februari dan Maret 2013 dengan nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a pada bulan Februari
adalah 0.4673 mg/m3 sampai 0.6448 mg/m3. Pada bulan Maret 2013 nilai rata-rata klorofil-a adalah
0.3291 mg/m3 - 0.4667mg/m3.
3. Pada perairan Delta Mahalkam, konsentrasi klorofil-a relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
lain pada tiap bulan, tingginya kandungan klorofil-a tersebut disebabkan banyaknya anak sungai di
Kalimantan Timur yang bermuara ke Delta Mahakam.
4. Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan hasil tangkapan di Selat Makassar cenderung bersifat musiman.
5. Hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan menunjukkan pola yang jelas,
dimana peningkatan kosentrasi klorofil-a diikuti oleh peningkatan hasil tangkapan.
Saran
1. Perlu dilakukannya validasi data daerah penangkapan ikan yang dihasilkan oleh data inderaja dengan
data in-situ.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang parameter-parameter oseanografi terhadap jenis ikan
yang tertangkap setiap musim.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2010. Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Data Inderaja Hubungannya Dengan Hasil
Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) di Perairam Kalimantan Timur Jurnal Amanisal”
PSP FPIK Unpatti-Ambon.Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109.
Dragorn L., Bertrand A., Bach P., Petit M., Josse E., 2001. Improving Our Understanding of Tropical
Tuna Movement from Small to Large Scales. Di dalam Sibert Jr., Nielsen Jr, editor. Electronic
Tagging and Tracking in Marine Fisheries. Netherlands: Kluwer Academic, Publ hlm: 385-405.
Gaol, J. L dan B. Sadhotomo. 2007. Karakteristik dan Variabilitas Parameter Oseanografi Laut Jawa
Hubungannya dengan Distribusi Hasil Tangkapan Ikan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
13 (3):201-211.
30
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
Ficky Prastianto
Illahude, A. G. 1978. Faktor-faktor yang mempengaruhi profuktivitas primer di Selat Makassar bagian
selatan. LON-LIPI, Jakarta, Indonesia, Marine Research in Indonesia 21: 81 – 107.
Nyabakken, J. W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh H. Muhammad
Eidman, Koeoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukohardjo. Hal 36-72. PT Gramedia.
Jakarta. VII + 459.
Susilo, S. B. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Penerbit Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Swain and Davis 1998. Remote Sensing: The Quantitative approach, 396 p. McGraw-Hill International
Book Co. (London and New York). ISBN 007062576x.
Wyrtki, K., 1987: Indonesian through flow and the associated pressure gradient. J. Geophys. Res.Oceans, 92 (C12), 12941-12946.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 21. No. 2, April 2016 – ISSN 1412-2006
31
Download