Prarancangan Pabrik Alumina Aktif dari Alum dan NaOH Kapasitas 70.000 ton/tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Industri logam aluminium Indonesia dapat dikatakan cukup lengkap. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa hampir semua produk logam aluminium telah ada industrinya di Indonesia. Kondisi saat ini, produk Alumina seluruhnya masih harus diimpor karena tidak adanya pengolahan dan pemurnian Alumina di Indonesia. Hal ini tentu merupakan sebuah peluang bagi investor maupun pihak perbankan dalam menyalurkan pendanaan untuk membangun industri pengolahan Alumina di dalam negeri. Dari sisi potensi pasar, konsumsi alumina di Indonesia masih belum mendukung. Pengguna produk alumina di pasar domestik saat ini hanya ada satu perusahaan yakni PT. Inalum (Indonesia Asahan Aluminium) yang memproduksi logam aluminium dasar (ingot) yang akan diproduksi menjadi produk turunan aluminium seperti aluminium rod, bar, billet, slab dan strip namun menggunakan bahan baku bauksit yang dianmbil dari Antam. Sedangkan, instalasi peleburan alumina pertama di Indonesia yaitu Smelter (instalasi peleburan) yang terletak di kawasan Kendawang, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, tahun ini. Kapasitas produksinya cukup besar, yakni 2 juta ton alumina per tahun, namun bahan baku yang diolah untuk memperoleh produk alumina tersebut yaitu bauksit, dimana diperoleh dari PT. Antam(Aneka Tambang) yang terletak di Kalimantan. Alumina yang dihasilkan oleh Smelter ini bisa dimanfaatkan oleh PT. Inalum. Kebutuhan akan alumina mencapai 500 ribu ton per tahun. Namun pasokan yang diperoleh dari dalam negeri hanya separuhnya atau 250 ribu ton. Sisanya didatangkan dari beberapa negara di antaranya Australia. Jumlah impor alumina Indonesia yang menggambarkan kebutuhan produk tersebut di pasar domestik juga cenderung berfluktuasi. Rata – rata volume impor alumina periode 2003 hingga 2012 hanya 537,1 ribu ton. Namun sebenarnya dari sisi konsumsi Hudia Nadira Zulisvia Mochammad Agung Ramadhon (10/296404/TK/36130) (10/301389/TK/36970) 1 Prarancangan Pabrik Alumina Aktif dari Alum dan NaOH Kapasitas 70.000 ton/tahun logam aluminium primer Indonesia, trennya terus meningkat yang terlihat dari volume impor logam aluminium primer. Volume impor logam aluminium primer tumbuh 11,7% (CAGR) sejak tahun 2005 dari 182,1 ribu ton menjadi 440,7 ribu ton di tahun 2012. Jika kita melihat pertumbuhan nilai impor produk logam aluminium secara keseluruhan pun menunjukkan tren yangmeningkat dan tumbuh sebesar 16,5% (CAGR) sejak tahun 2004. Hal ini menunjukkan potensi pasar produk aluminium dari sisi domestik cukup besar yang ditunjukkan oleh terus meningkatnya impor untuk produk logam aluminium. B. Tinjauan Pustaka Proses produksi alumina aktif dari alum dan NaOH, dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : 1. Pembuatan alumina aktif dari bauksit dengan NaOH melalui proses Bayer, terdiri dari tiga tahap reaksi, yaitu: - Pelarutan terhadap bauksit dengan menggunakan NaOH ( proses Ekstraksi) Al2O3 . xH2O + 2 NaOH → 2 NaAlO2 + (x +1) H2O - Selanjutnya dilakukan proses Dekomposisi 2 NaAlO2 + 4 H2O → 2 NaOH + Al2O3 . 3 H2O - Alumina trihidrat yang terbentuk selanjutnya dikalsinasi menjadi alumina Al2O3 . 3H2O + kalor → Al2O3 + H2O Temperature kalsinasi sekitar 12500C 2. Pembuatan alumina aktif dari alum dan NaOH, terdiri dari dua tahap reaksi : - Reaksi pembentukan alumunium hidroksida Al2(SO4)3 + 6 NaOH → 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4 - Presipitasi dan Kalsinasi alumunium hidroksida 2Al(OH)3(s) → Al2O3 (s) + 3H2O (g) Hudia Nadira Zulisvia Mochammad Agung Ramadhon (10/296404/TK/36130) (10/301389/TK/36970) 2 Prarancangan Pabrik Alumina Aktif dari Alum dan NaOH Kapasitas 70.000 ton/tahun aluminium hidroksida diendapkan sehingga diperoleh sebagai presipitat putih solid halus. Kemudian dipanaskan sampai 1050 °C (dikalsinasi), aluminium hidroksida terurai menjadi alumina dan uap air yang dapat dengan mudah dipisahkan sehingga diperoleh alumina aktif. Berdasarkan pemilihan proses di atas, proses kedua dipilih untuk pembentukan alumina aktif (Al2O3) dengan berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang pertama adalah bahan baku pada proses kedua lebih murah, yaitu Alum dan NaOH. Pertimbangan kedua adalah proses pembuatan alumina aktif lebih sederhana. Hudia Nadira Zulisvia Mochammad Agung Ramadhon (10/296404/TK/36130) (10/301389/TK/36970) 3