BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya.1 Film merupakan media untuk merekam gambar yang menggunakan seluloid sebagai bahan dasarnya. Terdiri dari berbagai macam ukuran lebar pita, seperti 16 mm dan 35 mm. Film pertama kali lahir di pertengahan abad ke-19 yang terbuat dari bahan seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah di produksi dan enak di tonton.2 2.1.1 Film sebagai Tanda dan Makna Film sebagai sebuah karya seni kontemporer yang banyak digunakan di zaman modern saat ini, tentunya film tidak luput dari kekurangan dan kelebihan nya. Dalam seni ketujuh, film sangat berbeda dari seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, dan arsitektur yang muncul sebelum nya. 1 Elvarino, Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. simbiosa rekatama media: Bandung.2007.Hal: 143. 2 Heru, Effendy. Mari Membuat Film (Panduan Menjadi Produser). Erlangga. 2009. Hal : 10. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Film sangat mengandalkan teknologi, baik sebagai bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonnya. Film merupakan penjelmaan keterpaduan antara berbagai unsur, sastra, teater, seni rupa, teknologi, dan sarana publikasi. Integrasi film merupakan fenomena sehari -hari. Kita menonton film-film yang sudah tidak lagi beredar di bioskop melalui televisi. Dengan kapitalisasi media massa elektronik akhir-akhir ini, Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial , hingga membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu,merebaklah berbagai penelitian yang melihat dampak film terhadap masyarakat. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah dengan suara -suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Adegan-adegan yang ditimbulkan oleh orang-orang film dibuat senyata mungkin. Apabila penonton sudah tau terhadap maksud pesan yang disampaikan makna penonton akan mengeluarkan apresiasi dengan menangis dan tertawa. Pada saat menyaksikan film ada istilah yang disebut dengan peralihan dunia. Setiap film pasti memiliki makna yang jelas. Ada nilai moral yang ditawarkan oleh pembuatnya kepada penonton sebagai penikmat karya. Biasanya nilai moral yang disajikan film terlihat dengan sangat jelas. Usai film kita nikmati http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 kita akan paham apa maksud dari film ini. Namun, beberapa film ternyata juga memiliki makna yang tersirat. Secara relevan film merupakan bidang kajian bagi analisis semiotika, karena film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Sistem semiotika yang lebih penting dalam film digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni berupa tanda-tanda yang dapat menggambarkan sesuatu yang dimaksud dalam penyampaian pesannya kepada audien. Metz dalam Sobur mengatakan meskipun ada upaya lain diluar pemikiran kontinental tentang des Hautes Etudes et Sciences Sociales. Sumbangan Metz dalam teori film adalah usaha untuk menggunakan peralatan konseptual linguistik struktural untuk meninjau kembali teori film yang ada. Karena film merupakan sarana penyampaian pesan yang dapat diterima dengan cepat, disamping itu isi film pada umumya tidak berbeda jauh dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, agar pesan film dapat diterima oleh penontonnya dengan nyaman, penulis cerita sangat berperan penting dia harus dapat membuat alur cerita yang dapat membawa pemirsa hanyut dan menyelami isi ceritanya sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis dan pemirsanya. Dalam pesan yang disampaikan oleh penulis cerita akan dihasilkan makna yang dapat dipetik sehingga bermanfaat bagi pemirsanya. Karena secara tidak langsung setiap kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-harinya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 menyimpan sebuah makna. Dalam kajian ilmu pengetahuan makna memiliki rantai tersendiri yang dilambangkan melalui tanda. Sedangkan ilmu yang mengkaji tentang tanda itu sendiri adalah semiotika. Secara umum film dibangun dengan banyak tanda, didalam tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggunakan sesuatu. 2.1.2 Tipe/ Genre Film Dalam film terdapat beberapa tipe/genre film yang mungkin harus diketahui adalah sebagai berikut : 3 a. Action Action adalah genre film yang mengandung banyak gerakan dinamis para aktor dan aktris dalam sebagian besar adegan film, sepertinya halnya adegan baku tembak, perkelahian, kejar-mengejar, ledakan, perang dan yang lainnya. b. Adventure Adventure adalah genre film yang menitik beratkan pada sebuah alur petualngan yang sarat akan teka-teki dan tantangan dalam berbagai adegan film. Dalam genre film ini biasanya masuk kedalam kategori bimbingan orangtua. 3 Elvarino, Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. simbiosa rekatama media: Bandung.2007. Hal : 148. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 c. Comedy Comedy adalah genre film yang dipenuhi oleh adegan komedi dan lelucon sebagai benang merah alur cerita film. d. Horor Horor adalah genre film yang berisi tentang kejadian mistis dan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang menyeramkan dan menakutkan sebagai nyawa dari film tersebut. e. Drama Drama adalah genre film yang mengandung sebuah alur yang memiliki sebuah tema tertentu seperti hal nya percintaan, kehidupan, sosial, dan lainnya. 2.1.3 Fungsi Film Khalayak menonton film bertujuan untuk memperoleh hiburan, akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.4 2.1.4 Karakteristik Film 4 ibid. Hal : 145. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karateristik film adalah sebagai berikut : 5 a. Layar yang luas/Lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media fila adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluaasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. b. Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberikan kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. c. Konsentrasi Penuh Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak didepan kita layar yang luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut. semua mata tertuju pada layar sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kta juga terbawa suasana. 5 ibid. Hal : 145-146. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 d. Identifikasi Psikologis Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan terhadap gaya berpakaian atau model rambut. Hal ini disebut imitasi. Karena penghayatan kita yang amat mendalam seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang sedang berperan. 2.2 Tanda dan Makna Tanda adalah sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau menambah definisi yang berbeda pada sesuatu, dengan memakai apapun yang dapat dipakai untuk mengartikan sesuatu hal lainnya. Diantara semua jenis tanda yang terpenting adalah kata-kata. Kata “pohon” berbeda artinya dengan apa yang dimaksud sebagai tumbuhan hutan menjalar yang hanya memiliki batang tunggal tanpa memiliki satu cabang pun di bagian bawahnya. 6 Tanda adalah segala sesuatu warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus matematika, dan lain-lain yang mempresentasikan sesuatu yang lain selain dirinya. Kata red seperti yang telah kita lihat, dikategorikan sebagai 6 Arthur, asa berger . Pengantar Semiotika : Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer . Tiara Wacana : Yogyakarta. 2010. Hal : 1. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 tanda karena ia bukan mempresentasikan bunyi r-e-d yang membangunnya melainkan sejenis warna dan hal lainnya.7 Dalam ranah semiotika terdapat fenomena atau gejala di sekelilingnya terdapat berbagai hal tentang “tanda” yang dilihat. Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti, nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan. Tanda tersebut berada di seluruh kehidupan manusia. Tanda adalah konsep dalam semiologi dan analisis semiotika. Bagi Saussure, tanda adalah suatu “kombinasi dari konsep dan suara-image”. Tanda linguistik, kata Saussure, “bukan menyatakan sesuatu dan nama tetapi suatu konsep dan suara-image”. Bagi Pierce, suatu tanda adalah “sesuatu yang mewakili/mengartikan sesuatu yang lain bagi seseorang dalam suatu pengertian atau kapasitasnya.” Bagi Eco, “tanda adalah apa saja yang dapat dianggap sebagai pengganti untuk sesuatu yang lain,” dalam basis dari suatu konvensi sosial yang baru saja dibangun.8 Apabila tanda berada dalam kehidupan manusia, maka ini berarti tanda dapat pula berada pada kebudayaan manusia, dan menjadi sistem tanda yang digunakannya sebagai pengatur kehidupannya. Oleh karenanya tanda-tanda itu (yang berada pada sistem tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat pada kehidupan manusia yang penuh makna 7 8 Marcel, danesi . Pesan, Tanda dan Makna. Jalasutra : Yogyakarta. 2011. Hal : 6. Arthur, Asa Berger , Op.cit., 2010, Hal : 246. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 (meaningful action) seperti teraktualisasi pada bahasa, religi, seni, sejarah, ilmu pengetahuan (Budianto, 2001:16).9 Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Karya sastra yang besar misalnya merupakan produk strukturisasi dari subjek kolektif (Faruk, 1999:17). Karena itu jelas bahwa segala sesuatu dapat menjadi tanda, Charles S Pierce seorang ahli filsafat dari Amerika, menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi (Sudjiman dan Van Zoest, 1996:vii). Dan Saussure meletakan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifer (penanda) dan signified (petanda). Signifer adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia (Fiske, 1990:44). Hubungan antara signifer dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, baik pilihan bunyi- 9 Ibid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 bunyinya maupun pilihan untu mengaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan benda atau konsep yang dimaksud. Menurut Saussure makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh tanda yang lain. Sementara itu, Umar Junus menyatakan bahwa makna dianggap sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur itu. Secara sendiri-sendiri, unsur tersebut tidak mempunyai makna sepenuhnya. Semiotika berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks dan rumit, yang tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotative) kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. Pelaksanaan hal itu dilakukan dengan mengakui adanya mitos, yang telah ada dan sekumpulan gagasan yang bernilai yang berasal dari kebudayaan dan disampaikan melalui komunikasi.10 Makna adalah sesuatu yang tidak dapat ditentukan secara mutlak, melainkan selalu dalam relasi dengan tanda yang lain : misal, cat (kucing) vs dog (anjing), cat vs bird (burung), dan lain-lain. Dari oposisi semacam itu kita dapat melihat satu atau dua fitur pada sekali waktu, yang membuat cat unik dari binatang yang lain. Akibatnya oposisi semacam itu memungkinkan kita untuk mengindentifikasi 10 Alex, Sobur. Analisis Teks Media. Rosdakarya : Bandung. 2012. Hal : 19-20. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 secara kumulatif arti cat (kucing) dengan membedakannya dengan binatang yang lain. Pernakah anda merasa heran ketika anda sedang memikirkan arti suatu kata namun yang muncul justru lawan katanya. Ada latar belakang dari hal itu yaitu bahwa makna itu bersifat relasional. Kekosongan berarti apa saja dalam kekosongannya itu sendiri dan segala sesuatunya baru bermakna karena adanya suatu relasi sejenis yang diletakkannya (dimaknainya). Hubungan ini dapat bersifat tersurat maupun tersirat, tetapi dengan satu atau lain cara, hubungan itu pasti ada (yang dimaksud disini adalah tentang konsep-konsep).11 2.2.1 Pemaknaan Keleluasaan pertukaran informasi telah menciptakan suatu dunia yang hampir tanpa batas, melalui berbagai media, individu dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan tentang dunia. Informasi tersebut kemudian diterima dan diberi makna oleh individu. Seperti yang dikatakan oleh Gretchen Barbatsis, bahwa dari sudut pandang filosofis, pemaknaan mempertanyakan bagaimana sebuah karya visual seperti lukisan, foto, atau film, diberi arti oleh individu. Secara umum dipandang bahwa tujuan analisis semiotis adalah untuk menggali makna dari tanda-tanda. Aspek penting dari kegiatan ini adalah mengenali bahwa makna bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh suatu tanda karena dirinya sendiri melainkan, makna berasal dari 11 Indiwanto Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta,2011 Hal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 hubungan-hubungan dari konteks dimana tanda yang dimaksud didapat. Atau dari sistem dimana tanda terletak. Sebagaimana dikatakan oleh Saussure, “fungsi tanda bukan melalui nilai intrinsik mereka tetapi melalui posisi mereka secara relatif”, atau “dalam bahasa hanya ada perbedaan-perbedaan.” Ini artinya, tidak ada sesuatu yang punya arti dalam dirinya sendiri. Suatu tanda yang diberikan (yang ada) dapat mempunyai semua macam arti yang berbeda, tergantung pada sistem dari tanda atau dari konteks dimana tanda itu terlokasi.12 Pemaknaan terhadap fakta atau kenyataan dilakukan dengan berbagai cara, merujuk pada Muhadjir metode pemaknaan ini meliputi 4 cara yaitu terjemah-tafsir-ekstrapolasi-dan pemaknaan. a. Terjemah merupakan upaya mengemukakan makna atau substansi yang sama dengan media yang berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. b. Penafsiran : tetap berpegang pada materi yang ada lalu dicari latar belakangnya dan konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasan nya secara lebih jelas lagi. c. Ekstrapolasi : lebih menekankan kemampuan daya fikir manusia untuk menangkap hal-hal yang berada dibalik yang tersajikan. Materi yang disajikan dilihat tidak lebih dulu dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh lagi. 12 Arthur, Asa Berger . Pengantar Semiotika : Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer . Tiara Wacana : Yogyakarta. 2010. Hal : 245. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 d. Memberikan makna : merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integrative manusi dari segi indrawinya daya fikirnya dan akal budinya. Sama seperti ekstrapolasi, materi yang tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indicator bagi sesuatu yang lebih jauh dibalik yang tersaji bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti empirik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik dan yang trancendental. (Muhadjir, 2000 : 187-188) Bagi orang awam untuk memahami makna tertentu ia dapat mencari kamus, sebab di dalam kamus terdapat makna yang disebut makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari, orang sulit menerapkan makna yang terdapat dalam kamus, sebab makna sebuah kata sering bergeser jika dalam satuan kalimat. Dengan kata lain setiap kata terkadang mempunyai makna luas. Itu sebabnya terkadang pula orang tidak puas dengan makna kata yang tertera didalam kalimat. Upaya memahami makna sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam unsur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, linguistik. Itu sebabnya beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 1.3 Transendental Menurut Kant, paham transendental adalah paham atau pengertianpengertian yang merupakan syarat kemungkinan suatu fakta kesadaran moral manusia. Dari kata transendental apabila merupakan syarat kemungkinan suatu pengetahuan atau kemampuan manusia, jadi kalau sebuah pengetahuan atau tindakan hanya mungkin apabila apa yang disebut transendental itu diakui. 13 Model transendental merupakan salah satu pendekatan teologi konstektual yang melihat bahwa realitas bukan sebagai yang “ada di luar” dan lepas dari pengenalan manusia melainkan berada pada dinamika kesadaran diri.14 Metode transendental yang berasal dari Kant ini amat susah memperlihatkan betapa sulitnya pengembangan suatu kesadaran transendental, jadi suatu kesadaran yang tercakup dalam sebuah kesadaran objektif. Pengalaman transendental itu bermaksud bahwa di dalam segala kegiatan rohani kita selalu sudah bersentuhan dengan tuhan. Tuhan itu muncul sebagai syarat kemungkinan bahwa kita dapat mengetahui, menghendaki, menghayati makna dan menyadari hati nurani.15 Dalam transendental menurut Kant terdapat dua dimensi yaitu, dimensi objek-objek terpilah yang kita perhatikan dan kita ambil sikap 13 Suseno, Magnis Frans. Menalar Tuhan. Kanisius : Yogyakarta. 2006. Hal : 109. Stephen B. Bevans. Models of Contextual Theology. USA: Orbis Books. 15 Suseno, Magnis Frans, Op.cit., 2006, Hal 151. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 terhadapnya. Dan dimensi kerangka, cakrawala, atau unsur-unsur internal dalam pengalaman objek-objek yang baru membuat kita mampu memastikan keberadaan objek-objek itu serta membuat pernyataan tentangnya. Kemutlakan tidak dipahami sebagai objek, melainkan sebagai dimensi dalam pengalaman segenap objek, sebagai syarat kemungkinan segenap pernyataan tentang objek sebagai syarat kemungkinan segenap pernyataan tentang objek apapun sebagai realitas transendental. Transendental itu mutlak jelas, disatu pihak yang mutlak itu lain sama sekali dari objek apapun yang kita temukan dalam pengalaman objek-objek kita. Secara prinsipiil lain, yang mutlak adalah yang lain terhadap yang ada dalam lingkup pengalaman objek-objek (dan justru karena itu tidak dilihat keberadaannya, kecuali diberi perhatian khusus). Sekali lagi ditegaskan bahwa yang tak terhingga itu bukan salah satu objek kecenderungan manusia, melainkan sebuah kenyataan transendental. Keteak-terhinggaan menyatakan diri sebagai syarat kemungkinan kebebasan manusia, sebagai cakrawala di dalamnya manusia baru dapat mengadakan pilihan tindakannya.16 Realitas itu transenden mengatasi segala apa, dan mutlak, tidak tersingkirkan oleh sesuatu apapun. Tetapi yang khas bagi realitas transenden mutlak itu adalah bahwa ia seakan-akan memanggil dan 16 Ibid. Hal : 159. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 menuntut. Tetapi yang bisa memanggil dan menuntut terhadapnya kita bisa merasa malu dan bersalah hanyalah realitas yang personal. Tujuan dari fenomenologi transendental adalah guna menjelaskan makna yang esensial dari objek-objek pengalaman melalui suatu penelitian tentang cara-cara penampakan mereka. Menurut Husserl fenomenologi transendental yaitu aspek fenomenologi yang berusaha menggali perangkat hukum kesadaran manusiawi yang esensial serta kait-mengait. 17 Reduksi transendental dimaksudkan bahwa kita sampai pada subjek murni. Semua yang tidak ada hubungannya dengan kesadaran murni harus dikurungkan. Dua bentuk reduksi sebelumnya (reduksi eidetis dan reduksi fenomenologis) dimaksudkan untuk memperoleh esensi objek. Husserl lebih tertarik pada ‘subjek’ atau kepada gejala kesadaran sendiri ia tidak lagi bergelut dengan esensi objek, tetapi dengan esensi subjek (kesadaran) beserta aktivitasnya. 18 Pada reduksi ini Husserl19 mengimplikasikan pengarahan ulang (re-direction) pandangan mengikuti etimologi re-ductio, yang bisa kita terjemahkan sebagai ‘pangaliran ulang’. Kant20 mengakui kebutuhan rasional dan utilitas generasi konsep-konsep transendental , menulis bahwa itu adalah “hukum subyektif untuk pengelolaan persediaan pemahaman itu”. 17 Alex, Sobur. Filsafat Komunikasi. Rosdakarya : Bandung. 2013. Hal : 29. Ibid. Hal : 46-47. 19 Ibid. Hal : 47. 20 Suseno, Magnis Frans. Menalar Tuhan. Kanisius : Yogyakarta. 2006. 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Seperti Kant menjelaskan , ini adalah esensi dari apa yang ia sebut subreption , atau ilusi transendental : ”kita bisa menempatkan semua ilusi sebagai terdiri dalam mengambil kondisi subjektif dari berpikir untuk menjadi kognisi objek” . Kant berpendapat bahwa itu adalah ilusi transendental ini yang bermain dalam kasus tiga disiplin metafisika khusus , yaitu psikologi rasional , kosmologi rasional , dan teologi rasional .21 2.3.1 Komunikasi Transendental Komunikasi transendental merupakan istilah baru dalam komunikasi yang belum banyak dikaji oleh para pakar komunikasi karena sifatnya abstrak dan transenden. Komunikasi transendental adalah komunikasi yang berlangsung antara diri kita dengan sesuatu yang gaib, bisa Tuhan-Allah, malaikat, jin atau iblis. Untuk memahami komunikasi transendental secara alamiah dapat ditelusuri lewat filsafat Islami. Komunikasi transendental dari perspektif filsafat Islam, komunikasi peradaban dari perspektif agama, dan komunikasi antarbudaya dari perspektif teori interaksi simbolik.22 Menurut Nina (2005), komunikasi transendental adalah komunikasi yang berlansung di dalam diri dengan sesuatu di luar diri yang keberadaannya disadari oleh individu. Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa komunikasi transendental itu berarti komunikasi di dalam diri 21 22 Richard, Paul. Transendental Epistomologi. Journal of Transendental. Nov. 2013 : 3-29. Ujang, Saefulloh. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama. 2007. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 dengan di luar diri, yang bersifat intrapersonal. Dengan demikian komunikasi transendental adalah komunikasi yang berlansung antara diri kita dan sesuatu yang gaib bisa Allah, malaikat, jin, atau iblis.23 Sasaran (komunikasi) dalam komunikasi transendental apakah Tuhan, malaikat, jin atau setan, jika yang dimaksud di luar diri itu Tuhan hal itu sudah sering dilakukan oleh orang-orang yang saleh ketika ia mendirikan sholat dan berdoa kepada Allah. Ketika mendirikan sholat kita sedang berkomunikasi dengan Allah, yang berarti kita sedang berkomunikasi dengan sesuatu di luar diri kita. Berkomunikasi dengan di luar diri inilah yang kita sebut dengan komunikasi transendental. 24 Komunikasi transendental komunikasi yang dilakukan antara seorang manusia (makhluk) dengan tuhan (kholik) keadaan nya sangat berbeda, komunikasi seperti ini memang sangat sulit dilakukan namun betapa pun sulitnya dilakukan tentu saja prosesnya disebut dengan komunikasi. Allah swt sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta seseungguhnya ada (wujud) tetapi tidak dapat dijangkau oleh penglihatan (lahir). 25 Komunikasi transendental merupakan komunikasi yang bertujuan untuk menyatukan diri dengan Tuhan, dengan kata lain maka tidak semua orang bisa melakukan komunikasi ini. Komunikasi transendental hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Karena dalam komunikasi ini dia 23 24 Ibid. Hal : 126-127. Ibid. Hal : 153. 25 Ahmad. (februari 2011). Komunikasi Transendental. Republika online forum (online). Diakses pada tanggal 26 April 2014. Pukul : 02.00 am dari http://forum.republika.co.id/showthread.php?1054Komunikasi-Transendental http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 memiliki tahapan-tahapan khusus yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Misalnya saja seperti melakukan ma’rifat, tasawuf dalam agama islam. Komunikasi transendental bertujuan untuk wahdatul wujud.26 Komunikasi transendental merupakan komunikasi lansung tanpa pembatas antara manusia dan Tuhan, komunikasi ini bermuara pada suatu keinginan atau menggapai ridha Allah swt. Dan mengharapkan agar selamat dunia akhirat, bila kita ingin disebut sebagai komunikan yang baik dalam komunikasi transendental kita harus mempersiapkan secara akurat tanda dan simbol yang digariskan.27 Komunikasi transendental merupakan salah satu bentuk komunikasi disamping komunikasi intrapesona, komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Namun komunikasi transendental tidak pernah dibahas secara luas, cukup dikatakan bahwa komunikasi transendental adalah komunikasi antara manusia dengan Tuhan nya. Walupun komunikasi transendental paling sedikit dibicarakan dalam ilmu komunikasi karena sifatnya yang tidak dapat dipahami secara 26 Sinna, saidah Az-zahra. (februari 2013).duo komunikasi spritual dan transendental.dream real real fantasy (online). Diakses pada tanggal 26 April 2014. Pukul : 02.00 am dari http://aidareal.blogspot.com/2013/02/duo-komunikasi-spiritual-dan.html?m=1 27 Mirza,shahreza. (november 2011). Pentingnya komunikasi transendental. Google+ blog (online). Diakses pada 26 April 2014 Pukul : 02.15 am dari http://mirzashahreza.blogspot.com/2011/11/pentingnyakomunikasi-transendental.html?=1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 empiris, justru bentuk komunikasi inilah yang terpenting bagi manusia karena keberhasilan manusia melakukan nya tidak saja menentukan nasibnya di dunia tapi juga di akhirat.28 2.4 Semiotika 2.4.1 Pengertian Semiotika Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.29 Preminger menyebut semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sitem-sistem, aturan-aturan, konvensikonvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dick hartoko memberi batasan semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.30 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari 28 Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa komunikasi, meneropong politik dan budaya komunikasi masyarakat kontemporer. Rosdakarya : Bandung. 1999. Hal: 49. 29 Alex, Sobur. Analisis Teks Media. Rosdakarya : Bandung. 2012. Hal : 95. 30 Ibid. Hal : 96. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Semiotika berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal yaitu, benda (yang dituju), manusia (penafsir), dan tanda. Semiotik selalu dibagi kedalam tiga wilayah kajian semantik, sintatik, dan pragmatik. Semantik berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Wilayah kajian kedua dalam semiotik adalah sintaktik atau kajian hubungan diantara tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya tidak pernah berdiri dengan sendirinya hampir semuanya selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam cara-cara tertentu. Pragmatik kajian utama semiotik yang ketiga, memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial. 31 Analisis semiotika mengarahkan pada teori tanda dan makna yang dikembangkan oleh Roland Barthes khususnya pada 1960-an. Pada prinsipnya konsep penting seperti penanda (signifer) dan petanda (signified) sama-sama terdiri dari tanda yang terkait dengan denotasi dan konotasi. Penanda ini 31 Stephen, W Littlejohn and Karen A Foss. Teori Komunikasi (Theories of human communication). Salemba humanika : Jakarta. 2009. Hal : 55. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 kemudian memiliki makna (konotasi), yang sebagian darinya bisa dengan sadar kita bangun.32 Semiotika dengan demikian adalah sebuah ranah keilmuan yang jauh lebih ‘dinamis’, ‘lentur’, dan ‘terbuka’ bagi berbagai bentuk pembacaan dan interpretasi. Semiotika pada kenyataannya adalah ilmu yang terbuka bagi berbagai interpretasi. Logika semiotika adalah logika dimana interpretasi tidak diukur berdasarkan salah atau benarnya, melainkan derajat kelogisannya interpretasi yang satu lebih masuk akal dari yang lainnya.33 Dalam ranah nya semiotika dibagi kedalam beberapa macam, yaitu ada semiotika dari Charles Sander Pierce, Roland Barthes, dan juga De Saussure. Dalam kajian nya mereka memiliki model-model semiotika yang berbeda dimana Charles Sander Pierce lebih mengutamakan kepada sign, object, dan interpretant dimana pierce menggunakan segitiga makna atau Triangle Meaning dalam model semiotika nya. Namun bagi Roland Barthes semiotik merupakan ilmu mengenai bentuk, studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari isinya. Roland barthes lebih memfokuskan semiotika pada teks. Sedangkan de saussure lebih memfokuskan semiotikanya pada (signifer) dan (signified). Teori Semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980) dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan petanda, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan 32 Graeme burton. Membicangkan Televisi : Sebuah Pengantar kepada studi televisi. Jalasutra : Yogyakarta. 2007. Hal : 50. 33 Yasraf Amir Piliang. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra : Yogyakarta. 2008. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 makna eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (Yustia Kusumarini, 2006). Sedangkan teori semiotika yang dikemukakan oleh De Saussure lebih meletakan tanda pada pemilihan antara apa yang disebut (signifer) dan (signified). Signifer adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. 2.4.2 Teori Semiotika Charles Sander Pierce Charles Sander Pierce merujuk pada doktrin formal tentang tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri pun sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungan nya dengan realitas. Tanda dalam pandangan Pierce adalah sesuatu yang hidup dan dihidupi (cultivated). Ia hadir dalam proses interpretasi (semiosis) yang mengalir. 34 Charles Sander Pierce sudah menciptakan semiotika agar dapat memecahkan dengan lebih baik ihwal inferensi (pemikiran logis). Menurut Pierce sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya 34 Alex, Sobur. Semiotika Komunikasi. Rosdakarya : Bandung. 2009. Hal : 17. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, kurang lebih perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol.35 Charles Sander Pierce secara mandiri telah mengerjakan sebuah tipologi tentang tanda-tanda yang maju dan sebuah meta bahasa untuk membicarakannya, tetapi semiotoknya dipahami sebagai perluasan logika dan karena sebagian kerjanya dalam semiotik memandang linguistik melebihi kecanggihan logika sebagai model. Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi stukrutual dari semua sistem penandaan. 36 Pierce lebih jauh menjelaskan bahwa tipe-tipe tanda seperti ikon, indeks, dan simbol memiliki nuansa-nuansa yang dapat diberikan. Ikon sesuatu melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya, indeks sesuatu melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya, symbol sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.37 Pierce terkenal dengan teori tandanya di dalam lingkup semiotika Pierce sebagaimana dipaparkan Lecthe (2001:227) seringkali mengulang-ngulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Perumusan yang terlalu sederhana ini menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda. Pierce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan 35 Ibid. Hal : 21,35. Alex, Sobur. Analisis Teks Media. Rosdakarya : Bandung. 2012. Hal : 96-97. 37 Ibid. Hal : 98. 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 objeknya adalah kekeduaan dan penafsirannya unsur pengantara adalah contoh dari keketigaan. 38 Bagi Pierce tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or cpacity”. Seseorang diguanakan agar tanda bisa berfungsi oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik,yakni ground,object, dan interpretant. berdasarkan objeknya Pierce membagi tanda atas icon merupakan tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Index tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat atau tanda yang lansung mengacu kepada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatisme. Seorang penafsir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala sesuatunya akan dilihat dari jalur logika, yakni hubungan penalaran dengan jenis penandanya. Qualisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat, contohnya ialah sifat’ merah’. Merah mungkin dijadikan suatu tanda merah merupakan suatu qualisign, karena merupakan tanda pada bidang yang mungkin. 38 Alex, Sobur. Semiotika Komunikasi. Rosdakarya : Bandung. 2009. Hal : 40-41. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Agar benar-benar berfungsi sebagai tanda, qualisign itu harus memperoleh bentuk. Qualisign yang murni pada kenyataannya tidaklah ada. Sinsign adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakan dapat merupakan sinsign. Sebuah jeritan bisa berarti kesakitan, keheranan, langkah kakinya, tertawanya, nada dasar dalam suaranya. Semua itu merupakan sinsign, metafora yang digunakan satu kali adalah sinsign. Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Tanda-tanda lalulintas merupakan legisign, hal itu dapat juga dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk ‘ya’, mengerutkan alis, berjabat tangan, dan sebagainya. Semua tanda bahasa merupakan legisign karena bahasa merupakan kode. Setiap legisign mengimplikasikan sebuah sinsign, sebuah second yang mengaitkannya dengan third, yakni peraturan yang berlaku umum. Pierce melihat semiosis sebagai hubungan diantara tanda,benda dan arti, tanda tersebut mempresentasikan benda yang akan ditunjuk di dalam pikiran si penafsir. Sebagai contoh kata anjing diasosiasikan dalam pikiran anda dengan binatang tertentu. Kata itu bukanlah binatang tapi sebagai ganti dari pemikiran,asosiasi, atau interpretasi yang menghubungkan kata dengan benda yang nyata menurut anda. Seseorang yang mencintai anjing dan memilikinya sebagai binatang piaraannya akan mendapatkan pengalaman yang berbeda tentang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 tanda anjing dengan orang yang pernah digigit oleh anjing ketika kecil. Ketiga elemen tersebut telah membentuk sebuah segitiga semiotik.39 Pierce menyebut ilmu yang dibangunnnya semiotika (semiotics). Bagi pierce ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat menalar lewat tanda. Dalam pikirannya logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda (berger, 2000: 11-22). Dalam perkembangan selanjutnya istilah semiotika lebih populer daripada semiologi.40 Menurut pierce, tanda (representamen) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh pierce disebut obyek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dpat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat.41 Dalam kajiannya Pierce memiliki sebuah model semiotika yang disebut sebagai segi tiga makna (triangle meaning) yang terdiri dari sign (tanda), object (objek), dan interpretant (interpretant). menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang 39 Stephen, W Littlejohn and Karen A Foss. Teori Komunikasi (Theories of human communication). Salemba humanika : Jakarta. 2009. Hal : 55. 40 Yasraf Amir Piliang. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra : Yogyakarta. 2008. Hal : 12. 41 Ibid. Hal : 13-14. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. yang dikupas dari teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.42 Sign Interpretant 42 Object Alex, Sobur. Analisis Teks Media. Rosdakarya : Bandung. 2012. Hal : 114-115. http://digilib.mercubuana.ac.id/