Unduh Dokumen Ekonomi Hijau

advertisement
EKONOMI HIJAU : Apa yang Perlu Kita Lakukan?1
Dr. Arif Budimanta2
Ekonomi hijau secara konseptual adalah paradigma ekonomi yang menginternalisasi
persoalan lingkungan dalam
bangunan/arsitektur sistem perekonomian.
Dalam konteks
pembangunan ekonomi maka bukan hanya kemajuan fisik dan sosial saja yang
dipertimbangkan tetapi juga aspek keberlanjutan ekologis.
Kenapa kemudian aspek keberlanjutan ekologis dipertimbangkan, karena manusia
pada
hakekatnya berkehidupan atas dasar adaptasi dan berstrategis secara fungsional dengan
lingkungan alamnya. Kehidupan manusia dengan lingkungan (semesta alam) adalah suatu
struktur yang bersifat dualitas dan fungsional.
Bagi Indonesia landasan filosofis Ekonomi Hijau memiliki pijakan yang sangat kuat apabila
kita merujuk pada Pancasila dan Konstitusi UUD 1945. Dalam falsafah kenegaraan
(Pancasila) konsep ekonomi hijau setidaknya dapat dilihat dari sila kemanusiaan yang adil
dan beradab serta kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun peradaban
dan kesejahteraan tanpa mempertimbangkan keadilan adalah nonsen. Keadilan yang
dimaksud bukan saja keadilan dalam konteks kemanusiaan tetapi juga menyanngkut keadilan
terhadap tanah dan air (semesta alam/lingkungan).
Dalam Konstitusi UUD 1945 Bab XIV Tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial pada pasal 33 secara tegas dikatakan bahwa perekonomian kita disusun sebagai usaha
bersama atas asas kekeluargaan di[pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
diselenggarakan atas dasar prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dengan sekian banyak konsep Ekonomi Hijau yang diungkapkan oleh banyak ahli, maka
tantangannya ialah bagaimana merubah konsep tersebut menjadi sebuah acuan teknis yang
implementatif serta bagaimana menterjemahkan konsep tersebut kedalam kerangka kebijakan
negara (kebijakan pembangunan).
1
2
Disampaikan pada Seminar Ekonomi Hijau yang Di selenggarakan BAPPENAS di Jakarta 22 November 2011.
Anggota DPR RI Komisi Keuangan dan Perbankan Fraksi PDI Perjuangan.
1
Dalam mendukung terciptanya kondisi tersebut, maka harus dimulai dari pembuatan
kerangka kebijakan dan peraturan yang sesuai, kemudian membuat investasi “hijau” menjadi
prioritas, baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Lebih jauh dari itu, hal ini juga harus
didukung oleh masyarakat secara luas, oleh karena itu perlu diciptakan stimulasi pasar dalam
menyediakan dan menyerap produk-produk hijau. Dari sisi swasta, perlu diberikan insentif
bagi pelaksana investasi hijau dan juga pemerintah wajib untuk membenarkan biaya
lingkungan yang selama ini selalu dianggap biaya eksternal. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah mengenai sumber daya manusia. Untuk menuju ekonomi hijau, diperlukan
sumber daya manusia yang memiliki pemahaman dan pengetahuan serta kemampuan untuk
untuk dapat beradaptasi dan bersaing di pasar internasional.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang berkomitmen untuk menjalankan ekonomi hijau,
harus memulai dari dalam negerinya terlebih dahulu, misalnya berkaitan dengan hal
indikator, Indonesia bisa memulai penggunaan Green GDP (Produk Domestik Bruto hijau/
PDB Hijau). Dalam target produksi misalnya target lifting minyak yang ada selama ini perlu
ditambahkan dengan target produksi energi hijau/energi terbarukan secara nasional serta
dijelaskan dengan target distribusi energi hijau tersebut, sehingga perkembangan mengenai
penerapan ekonomi hijau dan hasilnya dapat diukur secara jelas dan mudah dievaluasi untuk
kebijakan-kebijakan “hijau” selanjutnya.
Dalam waktu yang bersamaan di tingkat mikro, Ekonomi Hijau juga harus diterapkan melalui
efisiensi penggunaan sumber daya baik dalam pola konsumsi maupun produksi yang
berkelanjutan, regulasi terhadap hal ini dapat dilakukan dengan penerapan pajak yang tinggi
terhadap kegiatan konsumsi dan produksi barang yang menghabiskan atau mengurangi nilai
guna lingkungan hidup yang besarnya minimal cukup untuk menggantikan berbagai dampak
negatif dari kegiatan tersebut. Dan sebaliknya, bentuk subsidi dapat diberlakukan bagi
kegiatan konsumsi maupun produksi yang meningkatkan kelestarian lingkungan. Kembali
lagi hal ini harus disusun hingga kerangka teknis dan penghitungan detil sehingga dapat
dimasukan kedalam penghitungan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk mewujudkan pelaksanaan penuh Ekonomi Hijau ini baik dalam hal konsep, struktur,
hingga pelaksanaannya membutuhkan tidak hanya keinginan, semangat, dan dukungan dari
seluruh pihak tetapi juga sinergitas dari berbagai steakholders. Kalangan ilmuwan dapat
menyumbangkan pemikiran dan inovasi teknologi ramah lingkungan yang aplikatif dan tepat
guna dan memiliki nilai ekonomis, dunia swasta dapat memanfaatkan hasil pemikiran
2
maupun inovasi ramah lingkungan dalam kegiatan produksinya bahkan dapat melakukan
produksi masal teknologi-teknologi ramah lingkungan tersebut untuk dipasarkan kepada
masyarakat umum. Penggunaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang tepat sasaran
dalam rangka kelestarian lingkungan. Dunia Perbankan mempertimbangkan memasukan
faktor yang kemungkinan dapat merusak alam dalam penilaian kelayakan usaha, selain itu
penerapan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk usaha ataupun konsumsi barang yang tidak
ramah lingkungan dan sebaliknya. Masyarakat sipil
mengkampanyekan
pentingnya
penerapan Ekonomi Hijau dalam kegiatan sehari-hari sehingga berprilaku ramah terhadap
lingkungan sekitar.
Ekonomi hijau menjamin pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mewujudkan keadilan
sosial tidak saja antar masyarakat dalam satu generasi tetapi juga antar generasi.
3
Download