PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan

advertisement
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanasan global yang diakibatkan oleh penipisan lapisan ozon di udara
memberikan dampak yang sangat signifikan, yakni perubahan iklim di dunia.
Dampak yang dirasakan di wilayah Indonesia yaitu pergantian musim hujan dan
musim kemarau menjadi tidak menentu. Selain itu, pada beberapa daerah di
Indonesia kondisi iklim menjadi sangat ekstrem, salah satunya adalah Kota
Cilegon, Banten. Penyebab utama dari kondisi iklim yang ekstrem ini adalah
berkurangnya ruang terbuka hijau di saat berkembangnya pembangunan industri,
sehingga CO2 yang seharusnya dapat diserap oleh pepohonan menjadi polusi bagi
daerah sekitar.
Kota Cilegon, kota yang terletak di Provinsi Banten, dikenal sebagai kota
industri, dan menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat. Mata
pencaharian penduduk di kota ini pada awalnya di sektor pertanian, namun
perkembangan industri yang sangat pesat mengakibatkan berubahnya mata
pencaharian menjadi di sektor industri. Pembangunan dan pengembangan Kota
Cilegon dilaksanakan dengan pembangunan berbagai infrastruktur sebagai corak
dari perubahan morfologi Kota Cilegon yang pada awalnya sebagai kota dengan
corak pertanian berubah menjadi kota industri. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perkembangan pertumbuhan indutri di kawasan Industri Cilegon sangat
pesat dan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pola tata guna lahan,
konversi lahan terbangun dan dinamika sosial kemasyarakatan selama kurun
waktu 1998-2007 (Fatah 2009). Telah terjadi potensi terdegradasinya mutu
lingkungan sekitar kawasan industri Cilegon, dilihat dari adanya indikasi telah
terjadinya ketidaksesuaian konversi lahan terbangun, berkurangnya ruang terbuka
hijau, serta menurunnya kualitas lingkungan akibat adanya potensi pencemaran
limbah industri yang telah melampaui baku mutu di berbagai wilayah sekitar
kawasan industri Cilegon.
Perkembangan industri di Cilegon dapat dilihat dari dibangunnya sebuah
kawasan industri Krakatau Steel. Asupan listrik pada kawasan industri Krakatau
Steel dikelola oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik (PT
2
KDL). Saat ini, PT KDL menggunakan gas dan minyak residu sebagai bahan
bakar pembangkit listrik. Penggunaan bahan bakar gas memang tidak merusak
lingkungan karena bahan bakar gas tidak mengeluarkan polusi. Namun
penggunaan minyak residu menghasilkan polusi, selain itu juga pengembangan
kawasan di PT KDL akan menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam
membangkitkan energi listrik. Secara global, fakta menyebutkan bahwa lebih
banyak energi listrik dibangkitkan dengan batubara dibandingkan dengan bahan
bakar lain (Sutrisna & Rahardjo 2009). Masalah utama pembangkit listrik
berbahan bakar batubara adalah pembangkitan listrik ini merupakan salah satu
kontributor pencemaran gas CO2 yang terbesar. Selain itu, masalah lain yang
dihasilkan adalah kebisingan dari kinerja mesin-mesin pembangkit listrik yang
dapat mengganggu kenyamanan karyawan sehingga berdampak negatif bagi
kinerja dan produktivitas karyawan. Oleh karena itu permasalahan ini perlu dikaji
dan diselesaikan agar kondisi lingkungan tidak terdegradasi parah akibat
pencemaran yang berasal dari kawasan industri.
Salah satu upaya mengurangi masalah polusi udara dan kebisingan adalah
dengan membuat ruang terbuka hijau di kawasan industri. Secara ekologis unsur
alam sebagai pembentuk RTH seperti vegetasi dapat meningkatkan kualitas
lingkungan, terutama dalam memperbaiki iklim mikro atau ameliorasi iklim,
penyerapan pulusi udara (terutama CO2) dan produksi O2 yang sangat diperlukan
oleh manusia dalam pernapasan (Ismaun 2008). Dengan adanya vegetasi, partikel
padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh
tajuk pohon melalui proses jerapan (Dahlan 1992). Penanaman pohon dan semak
dapat mengurangi tingkat kebisingan di udara (Laurie 1986). Chiara dan
Koppelman (1990) juga menyatakan bahwa kombinasi dari pepohonan, perdu
pendek, dan permukaan penutup akan memberikan pelemahan kebisingan, apabila
masa vegetasi penyerap yang dilibatkan cukup banyak.
Selain itu, RTH pada kawasan juga diperlukan untuk rekreasi bagi
karyawan. Rekreasi pada RTH di kawasan industri bertujuan menyegarkan
kembali kondisi badan karyawan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan
rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru (Dahlan 1992). Untuk
mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses
3
berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar, dan penuh
ketenangan. Perencanaan RTH ini juga merupakan salah satu upaya memenuhi
kewajiban daerah untuk memiliki RTH seluas 30 persen dari luas wilayahnya
serta mengganti ruang-ruang hijau yang selama ini beralih fungsi. Perencanaan
ruang terbuka hijau yang akan dihasilkan akan mengurangi pencemaran udara,
mengurangi kebisingan serta meningkatkan kenyamanan bagi pengguna tapak,
terutama karyawan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan ruang terbuka
hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik yang
dapat mengurangi pencemaran udara ke lingkungan sekitar kawasan, mengurangi
tingkat kebisingan kawasan, memberikan kenyamanan dan keindahan bagi para
pengguna kawasan, serta menyediakan tempat-tempat istirahat bagi karyawan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan serta pemerintah setempat dalam perencanaan ruang terbuka hijau di
kawasan industri.
1.4. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah perencanaan ruang
terbuka hijau dalam kawasan PT Krakatau Daya Listrik Cilegon yang berbentuk
rencana ruang terbuka hijau dan rencana penanaman.
1.5. Kerangka Pikir
Kawasan PLTU PT Krakatau Daya Listrik terbentuk dari beberapa elemen
pembentuk, yaitu ruang terbangun, ruang terbuka, dan manusia. Setiap elemen
memiliki karakteristik permasalahan ruang berbeda yang berpengaruh terhadap
kualitas tapak. Permasalahan pada ruang terbangun adalah pencemaran udara,
partikel, bising, monoton, dan panas sehingga menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan dan rendahnya nilai estetika serta masalah pada iklim mikro. Ruang
terbuka yang monoton dan sederhana serta luas RTH yang masih rendah
merupakan permasalahan yang menyebabkan degradasi lingkungan. Permasalahan
pada manusia (karyawan) yaitu jenuh, stress, dan kurangnya fasilitas istirahat
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja. Solusi dari setiap permasalahan
4
yang ada dalam penelitian ini adalah dengan membuat perencananaan RTH
kawasan PLTU. Melalui perencanaan RTH ini diharapkan dapat mengatasi
permasalahan dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan PLTU. Kerangka
pikir permasalahan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Kerangka Pikir
Download