Nabire, 22 November 2005 - E

advertisement
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
BMKG
Jl. Sisingamangaraja
No. 1 Nabire Telp. (0984)
22559,26169 Fax (0984) 22559
BADAN METEOROLOGI
DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI YOGYAKARTA
TANGGAL 09 FEBRUARI 2017
OLEH :
EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr
NABIRE
2017
I. PENDAHULUAN
Yogyakarta (news.detik.com) – Hujan deras disertai angin kencang kembali terjadi di Yogyakarta sore
ini. Satu pohon besar tumbang di kawasan Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Hujan deras disertai
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
angin kencang
sekitar
pukul 16.00 WIB,
(9/2/2017).
Pohon besar
BALAIterjadi
BESAR
METEOROLOGI
DANKamis
GEOFISIKA
WILAYAH
V yang tumbang di Jl Suroto,
STASIUN
METEOROLOGI
Kotabaru, adalah pohon tanjung. Akar
pohon yang
berada di tengah NABIRE
pembatas jalan terangkat. Pohon tumbang ke
arah timur hingga depan Toko Buku Togamas. "Anginnya kencang sekali dari utara. Sebelum tumbang, pohon
bergoyang-goyang terus," kata seorang saksi mata, Joko Wasesa. Setelah pohon tumbang lanjut dia, kabel listrik
yang ada di sisi timur mengeluarkan percikan api. "Tadi sebelum aliran listrik di padamkan, masih mengeluarkan
percikan api," katanya. Saat ini relawan dan BPBD Kota Yogyakarta berusahan memotong batang kayu tersebut.
Arus lalu-lintas di sekitar Jl Suroto Kotabaru dan Jl Cik Ditiro sempat ditutup dan dialihkan. Selain di wilayah
Kotabaru, pohon tumbang terjadi di dekat kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Sampai
saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY masih melakukan pendataan kerusakan dan ada-tidaknya
korban jiwa akibat hujan deras disertai angin kencang itu. Aliran listrik di sekitar Kecamatan Gondokusuman dan
Danurejan juga dimatikan.
(regional.kontan.co.id) - Hujan deras disertai angin kencang di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (9/2)
sore, mengakibatkan belasan pohon tumbang dan beberapa di antaranya menimpa rumah warga serta menutup
akses jalan. "Hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan pohon tumbang di sejumlah kabupaten meski
sudah terkondisikan," kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
DIY, Wahyu Pristiawan di Yogyakarta. Menurut dia, sesuai pendataan sementara hujan deras disertai angin
kencang terjadi mulai pukul 15.55 WIB hingga 17.00 WIB itu mengakibatkan pohon tumbang di Kota
Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman. "Di Kota Yogyakarta, satu pohon
tumbang terjadi di depan Koramil Gondomanan, dua pohon tumbang di parkir Ngabean, tiga pohon sawo tumbang
mengenai ndalem Ngabean bagian gazebo, empat pohon tumbang di Jalan Suroto Kotabaru," kata dia. Pohon
tumbang melintang di jalan hingga menimpa rumah juga terjadi di Kabupaten Sleman, di antaranya di kawasan
Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berupa pohon ketepeng yang mengenai mobil, di
Ngawen RT 03 RW 16, Harjobinangun, Pakem berupa pohon kelapa yang menutup jalan, serta di Bantulan,
Margokaton, Sayegan berupa pohon kelapa yang menimpa rumah seorang warga setempat. "Di Kulon Progo
pohon tumbang terjadi di Klepu, Hargowilis, Kokap dan di Kabupaten Gunung Kidul pohon tumbang terjadi di
Wonosari Barat dengan posisi menjorok ke sungai," kata dia. Kendati mengakibatka kerusakan sejumlah
bangunan serta sempat menutup akses jalan, namun menurut Pristiawan tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa," kata Pristiawan. Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteorologi,
Klomatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono mengatakan fenomena "Madden Julian
Oscilation" atau penjalaran tekanan udara rendah memicu peningkatan curah hujan di Yogyakarta di atas 50
milimeter per hari. Selain MJO, menurut Joko, kelembaban udara mencapai lebih dari 80 persen di atas wilayah
Pulau Jawa juga menyebabkan hujan lebat atau hujan dengan durasi lama disertai petir dan angin kencang hingga
mencapai 45 kilometer per jam. "Selama Februari curah hujan memang masih cukup tinggi. Baru nanti di bulan
Maret akan mengalami penurunan curah hujan dan akan memasuki pancaroba hingga April 2017," kata Joko.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 1. Lokasi Peta Wilayah Yogyakarta
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Dinamika Atmosfer
A.1 Suhu Muka Laut
Nilai analisis suhu muka laut di perairan dekat wilayah Yogyakarta, tanggal 09 Februari 2017 berkisar 28
s/d 30 0C dengan anomaly (0) s/d (+1). Nilai positif ini menunjukkan kondisi laut lebih hangat dan dapat
menambah peluang penguapan yang tinggi sehingga menambah pasokan bagi terbentuknya awan-awan hujan di
sekitar wilayah kejadian wilayah Yogyakarta.
Gambar 2. SST dan anomaly perairan Indonesia tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : bmkg.go.id/)
A.2 ENSO (El Nino – South Osciilation)
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 09 Februari 2017 yang bernilai – 0.31 dan data SOI tanggal 09
Februari 2017 yang bernilai + 0.3, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 09 Februari 2017, menunjukkan
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
kondisi normal
pengaruhnya
tidak signifikan
hujanWILAYAH
harian di wilayah
Indonesia serta suplai uap
BALAIyaitu
BESAR
METEOROLOGI
DAN terhadap
GEOFISIKA
V
STASIUN
NABIRE
air dari samudera pasifik timur ke pasifik
baratMETEOROLOGI
tidak signifikan yaitu
aktivitas potensi pembentukan awan hujan
di wilayah Indonesia bagian timur rendah.
Gambar 3. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
A.3 MJO (Madden – Julian Oscillation)
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 09 Februari 2017 yang berada di kuadran VII, sehingga
tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 4. Track MJO tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
A.4 DMI (Dipole Mode Index)
Indeks Dipole Mode menunjukkan nilai +0.17 mengindikasikan supply uap air dari Samudera Hindia
cukup signifikan ke wilayah Indonesia bagian Barat, sehingga aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
bagian barat
cukup
signifikan
pula.
BALAI
BESAR
METEOROLOGI
DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 5. Indeks IOD tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
A.5 Analisa Tekanan Udara Permukaan
Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 09 Februari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia
bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 5 (lima) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal
tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia
bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan.
Gambar 6. Analisa Analisa Tekanan Udara Permukaan Jam 00.00
tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
A.6 Komponen Angin
Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya
pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Hindia dan Laut Cina Selatan yang terjadi
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
konvergensi
diatas
wilayah
pulau Jawa. Diperkirakan
angin dapat mencapai
20 –V25 knots. Selain itu adanya pola
BALAI
BESAR
METEOROLOGI
DAN GEOFISIKA
WILAYAH
STASIUNyang
METEOROLOGI
NABIRE
shearline tepat diatas wilayah Yogyakarta,
dapat berperan untuk
pembentukan awan – awan konvektif
penghasil hujan dan angin kencang.
Gambar 7. Analisa Komponen angin Jam 00.00 UTC tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au & bmkg.go.id/)
A.7 Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 11 Agustus 2016 s/d 09 Februari
2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Yogyakarta : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif
menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya
Gambar 8. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 11 Agustus 2016 s/d 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
A.8 Kelembaban Relatif
Berdasarkan data kelembaban relatif (Sumber: BOM Australia), pada lapisan 850 & 700 mb di sekitar
wilayah Yogyakarta, kelembaban relatif bernilai 80 - 90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
lebat maupun
angin
kencang
kondisi udara basah
berpotensiWILAYAH
untuk perbentukan
awan-awan konvektif di
BALAI
BESAR
METEOROLOGI
DANsangat
GEOFISIKA
V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
sekitar wilayah Yogyakarta.
Gambar 9. Prediksi Kelembaban Udara Lapisan 850 & 700 mb pada jam 06.00 UTC
Tanggal 09 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
A.9 Indeks Labilitas Udara
Nilai K.Indeks yaitu 35 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang.
Gambar 10. K.Indeks jam 06.00 UTC tanggal 09 Februari 2017
Nilai Lifted Indeks berkisar antara -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang
sedang.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 11. Lifted Indeks jam 06.00 UTC tanggal 09 Februari 2017
Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
Gambar 12. Showalter Indeks jam 06.00 UTC tanggal 09 Februari 2017
A.10 Analisa Udara Atas (Sounding)
Analisa Udara Atas (Sounding) ini diambil dari Stasiun Meteorologi Cilacap, mengingat dekat dengan
lokasi kejadian (+ 170 km). Berdasarkan stabilitas atmosfer yang diperoleh dari pengamatan udara atas pada
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
tanggal 09
Februari
2017METEOROLOGI
pukul 00.00 UTC DAN
diperoleh
nilai-nilai WILAYAH
indeks stabilitas
BALAI
BESAR
GEOFISIKA
V atmosfer seperti CAPE dan
STASIUN
METEOROLOGI
NABIRE akan kemungkinan terjadi hujan
SWEAT. Dari indeks – indeks pola
labilitas udara
di atas dapat disimpulkan
disertai TS. Jika melihat profil udara atas pada tanggal pada 09 Februari 2017 pukul 00.00 UTC terebut terlihat
dari lapisan 750 mb s/d 700 mb, lapisan 600 mb serta lapisan 500 mb s/d 450 mb, garis suhu dan garis titik embun
saling berimpit Hal ini sangat mendukung pembentukan awan – awan konvektif (awan cumulunimbus) dan
berpotensi terjadinya cuaca buruk. Jika melihat nilai CAPE (Convective Available Potential Energy) yang bernilai
di bawah 1000 menandakan bahwa energi untuk proses konventif cukup rendah.
Gambar 13. Profil udara atas Stasiun Meteorologi Cilacap
tanggal 09 Februari 2017 jam 00.00 UTC
B. Satelit Cuaca
Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 IR pada tanggal 09 Februari 2017 yang diambil mulai pukul 07.10
s/d 09.30 UTC (14.10 s/d 16.30 WIB) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal (awan hujan)
disekitaran wilayah Pulau Jawa. Terlihat kumpulan awan-awan konvektif tunggal tersebut bergerak masuk ke
wilayah Jawa bagian tengah berasal dari arah barat perairan Samudera Pasifik. Dari klasifikasi jenis awan
diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak
awan pada counter line satelit Himawari 8 EH & IR yaitu (-62) s/d (-69) 0C, yang berpotensi menimbulkan hujan
dengan intensitas sedang hingga lebat serta angin kecang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak
menuju wilayah Makassar pada jam 07.10 UTC.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 14. Citra satelit Himawari 8 EH pukul pukul 07.10 s/d 09.30 UTC (14.10 s/d 16.30 WIB)
tanggal 09 Februari 2017
III. KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa dinamis atmosfer diatas menunjukkan bahwa ENSO, MJO tidak berpengaruh pada
kejadian angin kencang di wilayah Yogyakarta namun terdapat pengaruh, OLR, DMI serta Suhu Muka
laut yang memanas yang memicu pertumbuhan awan-awan hujan di Yogyakarta pada awal Februari.
2. Pada skala lokal, analisa komponen angin 3000 feet diatas terlihat adanya pergerakan angin yang
membawa massa udara dingin dari samudera Hindia dan Laut Cina Selatan yang terjadi konvergensi diatas
wilayah pulau Jawa. Selain itu adanya pola shearline tepat diatas wilayah Yogyakarta, yang dapat berperan
untuk pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan dan angin kencang.
3. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850 & 700 mb bernilai 80 - 90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
saat kejadian hujan lebat maupun angin kencang kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan
awan-awan konvektif di sekitar wilayah Yogyakarta.
4. Dari citra satelit HIMAWARI menunjukkan bahwa pengumpulan awan-awan cumulonimbus telah terjadi
sejak pukul (14.10 s/d 16.30 WIB) tanggal 09 Februari 2017, menunjukkan sebaran awan-awan konvektif
tunggal cukup merata di wilayah Yogyakarta.
5. Indeks labilitas udara :

Nilai K.Indeks yaitu 35 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang.

Nilai Lifted Indeks berkisar antara -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur
yang sedang.

Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Download