Adobe Photoshop PDF - Arsip Galeri Nasional Indonesia

advertisement
I
•
MedIO
Ton990 1
Hlm/klm
1 '\S
•
•
•
•
•
~ /I1>f./ } ?tv,"
I)
1}-
•
,
•
ERANG sangat
memenga.ruhi hidup kita.
Hal itu tidak hanya soal
tindakan nyata menganiaya, tapi juga ungkapan artistik
sekaligus acuan perenungan.
Bukankah wayang didominasi
kisah perang abacti antara Pandawa dan Kurawa? Melalui perang itu, gambaran mengenai hal
ihwal kemanusiaan didedahkan
dan selalu saja ada yang menemukan
dengan
kekinian.
Bagi mereka yang gandrung
kebudayaan Yunani, tentu akrab
dengan kisah-kisah legendaris
mereka. Perang tak pelak lagi
adalah salah satu topik utamanya. Hamad Khalaf, seniman asal
Kuwait yang kini tinggal di Bali,
merupakan penggemar mitologi
Yunani. Kegemarannya itu ia
jadikan modal utama untuk merintis karier sebagai seniman.
Hamad tidak menempuh pendidikan seni. la sekolah pemasaran
dan bisnis di Paris lalu bekerja
pada sebuah peru ahaan minyak
di Kuwait. Perenungannya tentang perang berpadu dengan
pengalaman menyaksikan sisasi sa Perang Teluk membawanya
memasuki dunia seni rupa.
Pameran tunggal Hamad
Khalaf yang berjudul Camouflage:
Acts of War digelar di Galeri Soemardja ITB, Bandung, hingga 8
Agustus 2007 setelah sebelumnya
digelar di Cemara 6 Gallery,
Jakarta.
Dalam sebuah kesempatan,
Hamad menceritakan kebiasaan
pajangan di museum. Mitosmitos Yunani ctigambarkan pada
tembikar. Karella barang-barang
itu berumur sangat tua, mereka
biasanya telah terpecah menjadi
serpihan-serpihan. Maka pelihat
masa kini memandang gambar
kisah-kisah itu bukan dalam wujud objek utuh, melainkan dalam
fragmen-fragmen. Hamad mengadopsi gambaran terpenggalpenggal itu.
Salah satu karya awal Hamad
diberi judul Rubble PI/zzle (2005)
berupa serpihan-serpihan yang
dipajang dalam kotak kaca. Dalam label diterangkan serpihanserpihan itu berasal dari pecahan
lantai keramik Sari Club, tempat
kejadian Bom Bali. Hamad memang memulai proses kreasinya
dengan mengumpulkan objekobjek sisa peperangan. Rifky
Effendy, kurator Cemara 6 Gallery, dalam esai katalog menerangkan Hamad awalnya mengumpulkan objek-objek dari medan
Pe rang Teluk. Sepatu, helm, sarung tangan, bahkan senjata dijadikan koleksi pribadi . Kemudian objek-objek itu digambari fragmen mitologi
Yunani dengan warna dominan cokelat
dan hitam. Hamad
pun mempertahankan gaya penggambaran ala Yunani
kuno itu. Penggayaan dan pewarnaan
tampak dimaksudkan meniru artifakartifak keramik.
Paduan objek dari
medan perang kontemporer dengan gambar kisah kuno mengungkapkan benang
merah dari drama kema•
nuslaan.
Menurut Aminudin TH Siregar
(kurator Galeri Soemardja), perang justru menyisakan kenangan alas robohnya kemanu iaan
dan trauma. "Trauma pada prinsipnya tidak terobati dan hanya
bisa dikelola menjadi energi po5itif," jelas Aminudin.
•
I
I
Medlo
•
Tanggal
•
Hlm/klm
•
•
Menurutnya, ituLah yang dilakukan Hamad.
Saya hendak menggarisbawahi
hallain, yakni cara pajang karya
Rubble Puzzle dalam kotak kaca
kembali mengingatkan pada pajangan artifak di museum. Museum secara bersinambungan
memamerkan artifak koleksinya
dalam model kegiatan edukasi
pubLik. Riset dan pameran di
museum dirancang untuk menambah wawasan bagi umum.
Cara Hamad memadankan medan perang kontemporer dengan
epik kuno, seperti mengungkapkan kita dari dulu tidak jera dengan peperangan. Pengetahuan
yang didapat dari pengungkapan
•
artifak bersejarah tidak membuat
kita beranjak dari kosakata lama,
yakni menghilangkan nyawa
sesama.
Saya menafsirkan dari titik ini
Hamad kemudian mendramatisir. la membuat replika dalam
ukuran besar. Hamad tetap menampilkan serpihan-serpihan,
tapi bukan lagi berupa fragmen
kecil. Dalam ruangan Galeri Soemardja, selain dipajang objek
sepa tu, masker, sarung tangan,
wadah air minum, dan helm
yang digambari, dindiI)gnya dipenuhi serpihan-serpihan besar.
Serpihan besar terbuat dari campuran bubur kertas dan serat
fiber. Pilihan material dimaksudkan untuk mempertahankan bentuk lempeng melengkung khas
serpihan tembikar. Hamad seperti menunjukkan
kita alih-aLih
mengambil hikmah dari artifakartifak di museum, malah memujanya sebagai
objek indah dan
terpana dYhadapannya. Di Soemardja, Hamad
banyak menampilkan epik Perang
Troya. Bagaimana
mungkin Anda tidak
terpana jika melihat
gambar kuda-kuda
Hector 'pahlawan Troya'
nan gagah berukuran 2
meteran (karya Hector 's
Horses, 2007).
Karya Death of Achilles (112 X
Death of Achilles karya Hamad Khalaf
•
100 cm, 2006) menggambarkan
adegan kematian pahlawan besar
penggempur Troya itu dengan
menawan. Kakinya telah dilumpuhkan anak panah, tapi bahasa
tubuhnya menunjukkan AchiUes
bukan sedang meregang nyawa,
melainkan menyongsong keabadian.
.
Tidak hanya objek yang kita
puja, tapi juga citra. Hamad
rnenggambari masker gas dengan
fragmen kisah Tltetis dan Hephaistos (karya Thetis Visits Hephaistos:
Gas Masks for Achilles, 2005). Dalam epik Troya, Hephaistos membuatkan baju zirah sakti bagi
Achilles atas permintaan Thetis
(ibu Achilles). Di Galeri Soemardja, Hamad menampilkan beberapa lukisan pada kanvas. Salah
satu panel kanvas digambari
masker, persis seperti karya Tltetis Visits Hepltaistos ... yang dibuat
2007. Lukisan kanvas itu merupakan versi dwirnatra dari objek
masker itu. Death of Acltilles juga
dibuat berulang, digambar pad a
sepatu bot dan pad a kanvas. Pe: .
nyandingan lukisan kanvas dengan objek trirnatra menunjukkan potensi citraan yang bisa direproduksi terus-menerus. Citraan bisa diterakan baik dalam
objek trimatra maupun bidang
datar. RepLika pun bisa diproduksi dalam berbagai ukuran.
Tidak penting lagi apakah objek
yang ditampilkan benar-benar
dari medan perang atau tidak karena kita mengonsumsi gambaran tentang perang tidak berbeda
dengan menyerap citraan apa
pun. Kita terpesona oleh citraan
dan senang mereprod uksinya.
Setiap reproduksi citra mengaeu pad a citraan. ltulah kamuflase. Dalam hal perang, itu pula
permasalahannya, ketika perang
nyata terus memakan korban
sebagian manusia, citraan perang
mengelabui sebagian yang lain.
• Heru Hlk.y.t
kurator seni rupa, tinggal di Bandung
Download