BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka sangat penting dalam sebuah penelitian karena untuk
mengetahui kajian tersebut sudah di lakukan penelitian atau belum. Pentingnya
penulisan penelitian terdahulu adalah secara etis menghargai para pendahulu, juga
untuk menunjukkan keunggulan dan kekurangan, serta posisi kita di dalam
rangkaian perjalanan ilmu pengetahuan yang telah berjalan lama. Perbedaan
penelitian berupa fokus penelitiannya, ancangan teoretiknya, metodologinya, dan
sebagainya (Edi Subroto, 2007:96).
1.
Penelitian Terdahulu
Secara keseluruhan teks Risalah Kitab Rubu` Hadis berisi ajaran Islam,
yaitu tingkatan-tingkatan ilmu agama Islam yang harus dipelajari, kemudian
tentang salat, membahas hadis tentang yang diperkuat dengan ayat Alquran serta
pendapat ulama. Pembahasan tentang zikir dijelaskan dari keutamaan zikir dalam
Alquran dan hadis, etika berzikir atau keutamaan zikir bagi manusia, kedudukan
hadis, dan pendapat ulama mengenai zikir.
Beberapa penelitian mengenai suntingan teks, analisis struktur, dan
tinjauan hadis tematik sudah pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan
dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini akan diuraikan
sebagai berikut.
10
11
Pertama, penelitian dalam bentuk skripsi yang dilakukan oleh Anwar
Saifudin, Jurusan Ushuluddin, program studi Tafsir Hadits, STAIN Ponorogo
(2007) yang berjudul Zikir dalam Alquran (Kajian Tafsir Tematik). Penelitian ini
membahas pengertian zikir dalam Alquran. Penelitian ini menggunakan tafsir
tematik yaitu membahas ayat-ayat Alquran sesuai dengan tema atau judul yang
telah ditetapkan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa zikir adalah perbuatan
mengingat Allah, dengan membaca tahlil (mengucap kata Lailahaillallah), Tasbih
(mengucap kata Subhanallah), takbir (mengucap kata Allahu Akbar), membaca
Alquran atau yang lain. Manfaat berzikir adalah membentuk akhlak atau moral
yang baik (mahasin al-akhlaq) dan menimbulkan kemuliaan (karamah). Zikir
dalam Alquran mempunyai arti yang banyak yaitu zikir dalam arti ingat,
pelajaran, keagungan, Wahyu (Alquran), salat, mengerti. Zikir di bagi dalam tiga
bagian yaitu Zikir Lisan, Zikir Qalbi, dan Zikir Haqiqi. Dari segi kelebihan,
Risalah Kitab Rubu` Hadis terdapat pendapat ulama yang memperkuat penjelasan
tentang zikir. Dari segi kekurangan, Risalah Kitab Rubu` Hadis tidak menjelaskan
ucapan zikir secara khusus.
Kedua, penelitian dalam bentuk skripsi yang dilakukan oleh Rohmawati
dalam rangka untuk mendapatkan gelar sarjananya di Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta (2010) yang
berjudul Tafrihatu `ż-Żākirīna wa Targhiyatu `l-Jāhidīn: Suntingan Teks, Analisis
Struktur, dan Isi Ajaran Tasawuf. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
disimpulkan (1) suntingan teks ditemukan beberapa kesalahan salin tulis; (2)
berstruktur sastra kitab dengan struktur penyajian teks berstruktur sistematis yang
terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Gaya penyajiannya menggunakan
12
bentuk interlinier. Pusat penyajian teks menggunakan metode orang pertama (icherzahlung). Gaya bahasa teks terdiri atas kosakata, ungkapan, sintaksis, dan sarana
retorika; (3) ajaran tasawuf dalan teks TZTJ secara garis besar membahas masalah
zikir. Pembahasan mengenai zikir terdiri atas beberapa hal, yaitu tentang
keutamaan zikir atau kelebihan zikir, tatacara zikir, tarian atau gerakan zikir,
larangan meninggalkan zikir, dan perintah berzikir. Kekurangan pada Risalah
Kitab Rubu` Hadis, yaitu tidak dijelaskan tentang tarian atau gerakan zikir.
Ketiga, penelitian dalam bentuk skripsi yang dilakukan oleh Fatmawati
yang berjudul Akhlaqul Mahmudah: Suntingan Teks, Analisis Struktur dan Isi
Ajaran Tasawuf, dalam rangka untuk mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2007). Naskah ini
merupakan karangan dari Syekh Tajaluddin Athaillah. Teks ini berisi tentang
amalan zikir. Zikir yang dikemukakan tidak terbatas pada zikir tarekat tertentu.
Zikir yang dijelaskan, yaitu zikir secara umum yang tujuannya untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Zikir perlu dilakukan karena akan membuat
selamat dunia akhirat dan dijauhkan dari api neraka bagi siapa saja yang
membacanya. Selain ajaran zikir, teks tersebut juga berisi nasihat untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah dan larangan menyekutukan Allah. Dari segi kelebihan,
Risalah kitab Rubu` Hadis terdapat ulama yang mengeluarkan pendapatnya
mengenai zikir.
13
B. Landasan Teori
1. Teori Penyuntingan Teks
Dalam filologi, menyunting adalah menyediakan naskah yang mendekati
aslinya, yaitu naskah yang baik dan benar. Baik, dalam arti mudah dibaca dan
mudah dipahami, sebab sudah ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan
dengan ejaan bahasa sasaran. Benar, dalam arti “kebenaran” isi teks dapat
dipertanggungjawabkan, karena sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan pada
penyalinan (Sholeh Dasuki, 1996:60).
Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami
kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik.
Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan (edisi) suatu
teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak (Bani Sudardi,
2003:7).
Penyuntingan teks dapat dilakukan dengan dua hal, yakni penyuntingan
naskah tunggal jika hanya terdapat satu naskah dan penyuntingan naskah jamak
jika lebih dari satu naskah (Edwar Djamaris, 2002:24 - 26).
2. Teori Pengkajian Teks
a. Sastra Kitab
Agama
Islam
merupakan
salah
satu
agama
yang
mengalami
perkembangan pesat di Indonesia. Seiring perkembangan tersebut, lahirlah corak
kesusastraan yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam, yang
mengandung ajaran agama Islam dan diciptakan untuk menyebarluaskan agama
Islam.
14
Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1991:204) menyatakan bahwa untuk
sementara waktu, kaidah yang paling baik untuk mengkaji sastra yang dihasilkan
di bawah pengaruh Islam itu adalah membaginya ke dalam beberapa jenis atau
kategori, yakni (1) cerita Alquran, (2) cerita Nabi Muhammad, (3) cerita sahabat
Nabi Muhammad, (4) cerita Pahlawan Islam, dan (5) sastra kitab.
Sastra kitab merupakan karya sastra melayu klasik yang di dalamnya
mengandung unsur-unsur agama Islam. Sastra kitab berkembang pada abad ke-17
di Aceh dan banyak mengangkat tema keagamaan terutama ilmu fikih dan
tasawuf. Yang membedakan sastra kitab dengan jenis sastra melayu klasik
lainnya, yakni bahwa dalam sastra kitab nama penulisnya tercantum dalam setiap
karyanya (Ahmad Taufiq, 2007:21).
Sastra kitab mencakup suatu bidang yang luas sekali. Roolvink (dalam
Liaw Yock Fang, 1993:41) berpendapat bahwa sastra kitab adalah sastra yang
memuat kajian tentang Alquran, tafsir, tajwid, usuludin, fikih, ilmu sufi, ilmu
tasawuf, tarekat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat, dan kitab tib (obatobatan). Berdasarkan bentuknya, sastra kitab biasanya berupa prosa dan puisi
(syair). Pada hakikatnya, sastra kitab bertujuan untuk menanamkan ajaran Islam,
penguatan iman, dan meluruskan ajaran yang dianggap menyimpang.
Sebagai hasil sastra lama bercorak Islam, sastra kitab memiliki ciri-ciri
khusus dalam hal strukturnya. Struktur yang dimaksud merupakan struktur narasi
atau penceritaan dalam sastra kitab. Berikut ini unsur-unsur yang terdapat dalam
struktur sastra kitab.
15
1) Struktur penyajian sastra kitab
Struktur penyajian teks sama halnya dengan struktur penceritaan
dalam sastra fiksi yang berupa plot (alur). Sastra kitab pada umumnya
menunjukkan struktur yang tetap yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni
bagian pendahuluan, isi, dan penutup.
Bagian pertama, yaitu pendahuluan. Pada bagian pendahuluan,
sastra kitab memiliki struktur yang relatif tetap, dimulai dengan bacaan
basmallah, kemudian diikuti doa dan seruan, pengajaran-pengajaran
mengenai ketaqwaan, serta salawat untuk Nabi Muhammad, para sahabat
dan keluarga Nabi Muhammad saw. Setelah itu, diikuti kata wa ba‟du
sebagai ungkapan untuk menyudahi bacaan pembukaan, kemudian
dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai hal ihwal kepengarangan,
seperti nama pengarang, motivasi penulisan karangan, dan judul karangan.
Di dalam pendahuluan, biasanya dipergunakan bahasa arab yang mengenai
isi karangan yang berupa uraian masalah yang akan dibahas. Pada bagian
ini biasanya terbagi atas bab-bab dan pasal-pasal tertentu. Bagian ketiga,
berisi doa penutup, salawat kepada Nabi beserta keluarga dan sahabat.
Terdapat pula kata “tamat”, yang menandakan akhir naskah.
Secara keseluruhan, struktur penyajian sastra kitab dapat
dirinci dengan mudah seperti berikut.
I. Pendahuluan
a.
1. Doa dan seruan
2. Ajaran taqwa
3. Selawat kepada Nabi Muhammad
16
b.
Kata “wa ba‟du”
c.
Kepengarangan:
1. Nama pengarang
2. Motivasi penulisan karangan
3. Judul karangan
II. Isi
Berupa uraian masalah yang dibahas. Biasanya dibagi dalam babbab dan pasal-pasal.
III. Penutup
a. 1.
Doa penutup kepada Tuhan dalam bahasa Arab yang
diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu.
2. Selawat kepada Nabi beserta keluarganya dalam bahasa
arab.
b. Kata “tamat” (Ahmad Taufiq, 2007:62).
2) Gaya Penyajian
Gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam
menyampaikan ceritanya, pikiran, serta pendapat-pendapatnya. Gaya
penyajian dalam sastra kitab sering kali menggunakan dua habasa
sekaligus, yakni dimulai dengan doa yang menggunakan bahasa Arab
diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Melayu.
Penyajian isi dipaparkan dengan jelas sesuai dengan masalah yang
akan dibahas. Dalam setiap penyajian, biasanya dikatakan dengan kutipan
ayat Alquran dan Hadis Nabi. Selain itu terdapat pula pendapat dari para
17
ulama, sahabat atau ahli agama. Hal ini digunakan untuk memperkuat
pendapat yang disampaikan oleh pengarang. Pada akhir karangan ditutup
dengan doa kepada Tuhan dan selawat kepada Nabi beserta keluarganya,
dan diberi kata “tamat”.
3) Pusat Penyajian
Dalam suatu penelitian pasti memiliki objek yang menjadi pusat
pembahasan atau penyajian. “Pusat penyajian adalah orang yang
menyampaikan cerita atau ajaran tersebut menjadi pusat atau titik pandang
cerita yang menyampaikan cerita atau ajaran kepada orang lain”(Siti
Chamamah Soeratno, et.al., 1982:172).
Pengarang dapat menggunakan tiga metode dalam menyampaikan
cerita. Pertama metode pusat penyajian orang pertama (Ich-Erzahlung),
yaitu pendapat dapat dituturkan oleh diri si tokoh sendiri sebagai dalam
menyampaikan pendapatnya sendiri. Kata ganti: aku, saya, kami, kita
digunakan si tokoh dalam menyampaikan pendapatnya. Kedua, metode
pusat penyajian orang ketiga (omniscient author). Pengarang sebagai
orang ketiga dalam menyampaikan cerita. Dalam hal ini, pegarang serba
tahu karena ia mengetahui segala-galanya tentang tokoh yang diberikan.
Metode yang ketiga dibedakan menjadi dua, yaitu metode romantik-ironik
dan objektif. Metode romantik-ironik ini pengarang dengan sengaja
memperbesar peranannya dalam menyampaikan cerita karena yang
disampaikan berupa “kehidupan”. Metode objektif, yaitu pengarang
membiarkan para tokohnya berbicara dan berbuat sendiri, sedangkan
pengarang hanya berada di balik layar atau di balik para tokohnya.
18
4) Gaya Bahasa
Gaya bahasa sastra kitab bersifat khusus. Kekhususan tersebut,
meliputi: kosakata, ungkapan, sintaksis, sarana retorika atau bahasa retoris,
dan bahasa kiasan, yang semuanya mempergunakan istilah-istilah Islam
berupa unsur bahasa Arab (Siti Chamamah Soeratno, et.al., 1982:178).
Sarana retorika atau bahasa retoris adalah cara pemakaian bahasa
yang satu-satunya merupakan penyimpangan dari susunan dan hubungan
kata dalam kalimat atau kelompok kata biasa untuk mencapai efek
tertentu. Bahasa retoris dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis, meliputi:
gaya polisindeton, gaya eufemisme, dan gaya litotes (Gorys Keraf,
2007:129 –132).
(1) Polisindeton
Polisindeton merupakan suatu gaya bahasa dengan cara
beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu
sama lain dengan menggunakan kata penghubung. Polisindeton dalam
teks Risalah Kitab Rubu` Hadis terbagi menjadi gaya penguraian,
gaya pengulangan, gaya paralesisme, gaya penguatan, dan gaya
penyimpulan.
(2) Eufemisme
Eufemisme merupakan suatu gaya bahasa berupa ungkapan
yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar
atau tidak menyenangkan.
(3) Litotes
19
Litotes adalah suatu gaya bahasa berupa pernyataan yang
memperkecil sesuatu dan menyatakan kebalikannya dengan tujuan
merendahkan diri. Bahasa kiasan adalah cara pemakaian bahasa yang
merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam makna
berupa perbandingan dengan hal yang lain. Bahasa kiasan dalam teks
Risalah Kitab Rubu` Hadis adalah simile. Simile merupakan suatu
gaya bahasa yang dinyatakan secara eksplisit dengan kata-kata:
seperti, bagai, ibarat, dan sebagainya (Gorys Keraf, 2007:136–138).
b. Hadis tentang Zikir
Eksistensi hadis sebagai sumber otoritatif kedua setelah Alquran
menempati posisi sentral dalam studi Islam. Otoritas hadis yang bersumber dari
Nabi Muhammad saw mendapat pengakuan dan legitimasi Ilahiah. Beliau
merupakan manifestasi Alquran yang bersifat praktis. Antara keduanya; Alquran
dan hadis Nabi dalam beberapa literatur, dinilai berasal dari sumber yang sama.
Hadis tematik yaitu menguraikan suatu hadis sesuai tema masing-masing.
Hadis Nabi pada wilayah Ilahiyah, telah memposisikannya sebagai acuan
bagi setiap muslim untuk mengabsahkan setiap prilakunya di berbagai komunitas
di setiap zaman sebagai upaya untuk mendapatkan gelar sebagai muslim kaffah,
bukan munkir al-Sunnah (hadis), dan penerus kerahmatan.
Kehadiran hadis Nabi di setiap zaman dari peradaban manusia dituntut
betul-betul mampu menjawab setiap permasalahan umat sebagai konsekuensi
dialektis antara perkembangan zaman disatu sisi yang lain. Bukan sebaliknya,
hadis menjadi penghalang dari setiap kemajuan peradaban manusia, dengan
20
menghakiminya sebagai bid‟ah dalalah, sumber perpecahan, kejumudan, dan
kemunduran.
Pada penelitian ini dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis terdapat tiga
tema hadis, yaitu hadis tentang kebesaran Allah, hadis tentang hari Kiamat, dan
hadis tentang zikir. Akan tetapi, yang menjadi bahan utama penelitian pada teks
Risalah Kitab Rubu` Hadis, yaitu hadis yang membahas zikir, dikarenakan dalam
teks Risalah Kitab Rubu` Hadis lebih dominan membahas zikir. Zikir menurut
tuntunan syariat Islam dan Alquran adalah menyebut nama dan mengingat Allah
dalam setiap keadaan. Tujuannya adalah untuk menjalin ikatan batin (kejiwaan)
antara hamba dengan Allah (hablullah) sehingga timbul rasa cinta hormat dan
jiwa muraqabbah (merasa dekat dan diawasi oleh Allah), maka dengan zikir iman
seseorang jadi hidup, terjalin rasa kedekatan dengan Allah (Simuh, 2002:109).
Zikir (dalam Asmaran As., 2002:82) adalah ucapan yang dilakukan dengan lisan
atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan untuk mensucikan
Tuhan dan membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya,
selanjutnya memuji-Nya dengan puji-pujian dengan sifat-sifat-Nya yang
sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya.
Dalam kajian hadis tematik, makna zikir tidak hanya dipahami secara
sempit sehingga umat Islam terpaku dalam arus mistik yang tidak jelas dan
berdampak negatif dalam kehidupan sehari-hari tanpa diimbangi dengan
pemahaman yang seimbang antara hubungan vertikal dan horizontal.
Hadis Nabi, sahabat dan tabi’in banyak sekali menyebutkan fadilah zikir.
Allah Swt berfirman: “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu mendapat
kemenangan”. (Q.S. 62:10), “Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat
21
Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S.
33:35), “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama
Allah) sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan
petang” (Q.S. 33:41-42).
Ayat-ayat di atas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, baik
laki-laki maupun perempuan supaya mengingat Allah banyak-banyak setiap
waktu. Selain itu, diperintahkan pula banyak-banyak membaca tasbih, tahmid dan
takbir di waktu pagi dan petang. Dengan memperbanyak zikir dan tasbih, dia akan
mendapat ampunan dan pahala yang besar.
Kemudian, hadis Nabi saw yang menganjurkan zikir dan menerangkan
keutamaannya, yaitu dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah bersabda:
Barangsiapa membaca Subhanallah wabihamdihi, artinya: Mahasuci Allah dan
aku memuji-Nya, seratus kali, maka dihapus dosa-dosanya walaupun seperti buih
laut. Muttafaq alaih (Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, 2012:707).
Kedudukan Hadis
Alquran dan hadis merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang tetap,
yang orang Islam tidak mungkin memahami Islam secara lengkap dan mendalam
tanpa adanya kedua sumber Islam tersebut. Seorang mujahid dan seorang alim
juga tidak di perbolehkan hanya mengacu pada salah satu sumber tersebut.
Banyak ayat Alquran dan hadis yang memberikan pengertian bahwa hadis itu
merupakan sumber hukum Islam selain Alquran yang wajib diikuti, baik dalam
bentuk perintah maupun larangannya (Munzier Suparta, 2002:49).
22
Keutamaan zikir bagi manusia dalam empat keadaan, yaitu sebagai
berikut.
1) Dalam keadaan taat
Apabila manusia selalu ingat kepada Allah pada saat taat, maka
akan lahirlah suatu keyakinan bahwa ketaatan yang diperbuatnya
merupakan karunia Allah dan dengan taufiq-Nya. Dengan keyakinan ini,
terhindarlah ia dari sifat „ujub, yakni menyandarkan ketaatan itu kepada
perbuatannya sendiri karena keyakinan seperti ini merupakan penyakit
yang meruntuhkan pahala amal ibadahnya.
2) Dalam keadaan maksiat
Ketika manusia dalam keadaan maksiat, maka dengan zikir akan
membangkitkan kesadarannya untuk memperbaiki keadaan dirinya dengan
bertaubat, dan dengan bertaubat ia menjadi manusia yang mencintai Allah
dan Allah pun mencintainya. Oleh karena itu, dengan keyakinan tersebut ia
sadar bahwa kemaksiatan adalah hijab yang melindungi antara dia dan
Tuhannya dan kemaksiatan itu pula akan menjerumuskannya ke jurang
kebinasaan.
3) Dalam keadaan memperoleh nikmat
Ketika manusia dalam keadaan memperoleh nikmat, harta, pangkat
atau kemewahan-kemewahan lainnya, maka dengan zikir kepada Allah
akan menimbulkan kesadaran untuk mensyukuri nikmat. Dengan
demikian, nikmat yang ada pada tangannya akan tetap dan bertambah.
23
Sebaliknya, kalau ia lupa atau kufur terhadap nikmat, maka ia sadar bahwa
nikmat tersebut akan dicabut dan menjadi bencana baginya.
4) Dalam keadaan menderita
Kalau manusia dalam keadaan menderita, maka dengan zikir
kepada Allah timbullah keyakinan bahwa penderitaan pada hakikatnya
merupakan cobaan baginya dan ia harus menghadapinya dengan sabar.
Dengan sikap sabar, ia yakin bahwa Allah akan memberikan pahala yang
berliapat ganda dan akan melepaskannya dari cobaan tadi (Asmaran As.,
2002:85-86).
Demikian kegunaan dan manfaat zikir bagi manusia. Allah menjanjikan
ganjaran bagi orang yang selalu zikir kepada-Nya, baik di dunia maupun di
akhirat; di samping yang lebih penting, kata orang-orang sufi, orang yang selalu
ingat kepada Allah, Allah akan selalu ingat kepadanya, Allah selalu bersamanya,
Allah senantiasa hadir dalam kalbunya (Asmaran As., 2002:86-87).
24
C. KERANGKA PIKIR
Risalah Kitab Rubu` Hadis
Suntingan Teks Risalah
Kitab Rubu` Hadis
a. Inventarisasi Naskah
b. Deskripsi Naskah
Analisis Struktur
a. Struktur penyajian
teks
c. Ikhtisar Isi Teks
b. Gaya penyajian teks
d. Kritik Teks
c. Pusat penyajian teks
e. Suntingan Teks
d. Gaya bahasa
f. Daftar Kata Sukar
Analisis isi teks
Mengetahui tematik hadis
tentang zikir
a. Kedudukan hadis
b. Keutamaan zikir dalam
hadis
c. Zikir dalam ayat-ayat
Alquran
d. Etika zikir
e. Pendapat ulama
tentang zikir
Menyediakan Suntingan Teks yang baik dan benar, dan menjelaskan isi teks
mengenai tematik hadis tentang zikir
Kerangka pikir berisi gambaran mengenai urutan langkah kerja yang
dilakukan dalam penelitian teks Risalah Kitab Rubu` Hadis. Berikut penjelasan
dari bagan di atas. Teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah teks Risalah Kitab
Rubu` Hadis. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengadakan penyuntingan
teks, yaitu terdiri dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks,
25
kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar. Penyuntingan teks dilakukan
dengan tujuan dapat menghasilkan sebuah suntingan teks yang baik dan benar.
Baik dalam arti mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan. Benar dalam
pengertian kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena
sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan kecil. Langkah berikutnya, setelah
dilakukan penyuntingan teks adalah melakukan analisis struktur, yaitu untuk
mengetahui struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks Risalah Kitab
Rubu` Hadis. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah mengungkapkan isi
yang membahas hadis tentang zikir yang terdapat dalam teks Risalah Kitab Rubu`
Hadis melalui tinjauan tematik hadis tentang zikir.
Download