BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka sangat penting dalam sebuah penelitian karena untuk mengetahui kajian tersebut sudah di lakukan penelitian atau belum. Pentingnya penulisan penelitian terdahulu adalah secara etis menghargai para pendahulu, juga untuk menunjukkan keunggulan dan kekurangan, serta posisi kita di dalam rangkaian perjalanan ilmu pengetahuan yang telah berjalan lama. Perbedaan penelitian berupa fokus penelitiannya, ancangan teoretiknya, metodologinya, dan sebagainya (Edi Subroto, 2007:96). 1. Penelitian Terdahulu Secara keseluruhan teks Risalah Kitab Rubu` Hadis berisi ajaran Islam, yaitu tingkatan-tingkatan ilmu agama Islam yang harus dipelajari, kemudian tentang salat, membahas hadis tentang yang diperkuat dengan ayat Alquran serta pendapat ulama. Pembahasan tentang zikir dijelaskan dari keutamaan zikir dalam Alquran dan hadis, etika berzikir atau keutamaan zikir bagi manusia, kedudukan hadis, dan pendapat ulama mengenai zikir. Beberapa penelitian mengenai suntingan teks, analisis struktur, dan tinjauan hadis tematik sudah pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut. 10 11 Pertama, penelitian dalam bentuk skripsi yang dilakukan oleh Anwar Saifudin, Jurusan Ushuluddin, program studi Tafsir Hadits, STAIN Ponorogo (2007) yang berjudul Zikir dalam Alquran (Kajian Tafsir Tematik). Penelitian ini membahas pengertian zikir dalam Alquran. Penelitian ini menggunakan tafsir tematik yaitu membahas ayat-ayat Alquran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa zikir adalah perbuatan mengingat Allah, dengan membaca tahlil (mengucap kata Lailahaillallah), Tasbih (mengucap kata Subhanallah), takbir (mengucap kata Allahu Akbar), membaca Alquran atau yang lain. Manfaat berzikir adalah membentuk akhlak atau moral yang baik (mahasin al-akhlaq) dan menimbulkan kemuliaan (karamah). Zikir dalam Alquran mempunyai arti yang banyak yaitu zikir dalam arti ingat, pelajaran, keagungan, Wahyu (Alquran), salat, mengerti. Zikir di bagi dalam tiga bagian yaitu Zikir Lisan, Zikir Qalbi, dan Zikir Haqiqi. Dari segi kelebihan, Risalah Kitab Rubu` Hadis terdapat pendapat ulama yang memperkuat penjelasan tentang zikir. Dari segi kekurangan, Risalah Kitab Rubu` Hadis tidak menjelaskan ucapan zikir secara khusus. Kedua, penelitian dalam bentuk skripsi yang dilakukan oleh Rohmawati dalam rangka untuk mendapatkan gelar sarjananya di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta (2010) yang berjudul Tafrihatu `ż-Żākirīna wa Targhiyatu `l-Jāhidīn: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Tasawuf. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan (1) suntingan teks ditemukan beberapa kesalahan salin tulis; (2) berstruktur sastra kitab dengan struktur penyajian teks berstruktur sistematis yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Gaya penyajiannya menggunakan 12 bentuk interlinier. Pusat penyajian teks menggunakan metode orang pertama (icherzahlung). Gaya bahasa teks terdiri atas kosakata, ungkapan, sintaksis, dan sarana retorika; (3) ajaran tasawuf dalan teks TZTJ secara garis besar membahas masalah zikir. Pembahasan mengenai zikir terdiri atas beberapa hal, yaitu tentang keutamaan zikir atau kelebihan zikir, tatacara zikir, tarian atau gerakan zikir, larangan meninggalkan zikir, dan perintah berzikir. Kekurangan pada Risalah Kitab Rubu` Hadis, yaitu tidak dijelaskan tentang tarian atau gerakan zikir. Ketiga, penelitian dalam bentuk skripsi yang dilakukan oleh Fatmawati yang berjudul Akhlaqul Mahmudah: Suntingan Teks, Analisis Struktur dan Isi Ajaran Tasawuf, dalam rangka untuk mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2007). Naskah ini merupakan karangan dari Syekh Tajaluddin Athaillah. Teks ini berisi tentang amalan zikir. Zikir yang dikemukakan tidak terbatas pada zikir tarekat tertentu. Zikir yang dijelaskan, yaitu zikir secara umum yang tujuannya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Zikir perlu dilakukan karena akan membuat selamat dunia akhirat dan dijauhkan dari api neraka bagi siapa saja yang membacanya. Selain ajaran zikir, teks tersebut juga berisi nasihat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah dan larangan menyekutukan Allah. Dari segi kelebihan, Risalah kitab Rubu` Hadis terdapat ulama yang mengeluarkan pendapatnya mengenai zikir. 13 B. Landasan Teori 1. Teori Penyuntingan Teks Dalam filologi, menyunting adalah menyediakan naskah yang mendekati aslinya, yaitu naskah yang baik dan benar. Baik, dalam arti mudah dibaca dan mudah dipahami, sebab sudah ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa sasaran. Benar, dalam arti “kebenaran” isi teks dapat dipertanggungjawabkan, karena sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan pada penyalinan (Sholeh Dasuki, 1996:60). Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan (edisi) suatu teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak (Bani Sudardi, 2003:7). Penyuntingan teks dapat dilakukan dengan dua hal, yakni penyuntingan naskah tunggal jika hanya terdapat satu naskah dan penyuntingan naskah jamak jika lebih dari satu naskah (Edwar Djamaris, 2002:24 - 26). 2. Teori Pengkajian Teks a. Sastra Kitab Agama Islam merupakan salah satu agama yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Seiring perkembangan tersebut, lahirlah corak kesusastraan yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam, yang mengandung ajaran agama Islam dan diciptakan untuk menyebarluaskan agama Islam. 14 Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1991:204) menyatakan bahwa untuk sementara waktu, kaidah yang paling baik untuk mengkaji sastra yang dihasilkan di bawah pengaruh Islam itu adalah membaginya ke dalam beberapa jenis atau kategori, yakni (1) cerita Alquran, (2) cerita Nabi Muhammad, (3) cerita sahabat Nabi Muhammad, (4) cerita Pahlawan Islam, dan (5) sastra kitab. Sastra kitab merupakan karya sastra melayu klasik yang di dalamnya mengandung unsur-unsur agama Islam. Sastra kitab berkembang pada abad ke-17 di Aceh dan banyak mengangkat tema keagamaan terutama ilmu fikih dan tasawuf. Yang membedakan sastra kitab dengan jenis sastra melayu klasik lainnya, yakni bahwa dalam sastra kitab nama penulisnya tercantum dalam setiap karyanya (Ahmad Taufiq, 2007:21). Sastra kitab mencakup suatu bidang yang luas sekali. Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1993:41) berpendapat bahwa sastra kitab adalah sastra yang memuat kajian tentang Alquran, tafsir, tajwid, usuludin, fikih, ilmu sufi, ilmu tasawuf, tarekat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat, dan kitab tib (obatobatan). Berdasarkan bentuknya, sastra kitab biasanya berupa prosa dan puisi (syair). Pada hakikatnya, sastra kitab bertujuan untuk menanamkan ajaran Islam, penguatan iman, dan meluruskan ajaran yang dianggap menyimpang. Sebagai hasil sastra lama bercorak Islam, sastra kitab memiliki ciri-ciri khusus dalam hal strukturnya. Struktur yang dimaksud merupakan struktur narasi atau penceritaan dalam sastra kitab. Berikut ini unsur-unsur yang terdapat dalam struktur sastra kitab. 15 1) Struktur penyajian sastra kitab Struktur penyajian teks sama halnya dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot (alur). Sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang tetap yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pertama, yaitu pendahuluan. Pada bagian pendahuluan, sastra kitab memiliki struktur yang relatif tetap, dimulai dengan bacaan basmallah, kemudian diikuti doa dan seruan, pengajaran-pengajaran mengenai ketaqwaan, serta salawat untuk Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarga Nabi Muhammad saw. Setelah itu, diikuti kata wa ba‟du sebagai ungkapan untuk menyudahi bacaan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai hal ihwal kepengarangan, seperti nama pengarang, motivasi penulisan karangan, dan judul karangan. Di dalam pendahuluan, biasanya dipergunakan bahasa arab yang mengenai isi karangan yang berupa uraian masalah yang akan dibahas. Pada bagian ini biasanya terbagi atas bab-bab dan pasal-pasal tertentu. Bagian ketiga, berisi doa penutup, salawat kepada Nabi beserta keluarga dan sahabat. Terdapat pula kata “tamat”, yang menandakan akhir naskah. Secara keseluruhan, struktur penyajian sastra kitab dapat dirinci dengan mudah seperti berikut. I. Pendahuluan a. 1. Doa dan seruan 2. Ajaran taqwa 3. Selawat kepada Nabi Muhammad 16 b. Kata “wa ba‟du” c. Kepengarangan: 1. Nama pengarang 2. Motivasi penulisan karangan 3. Judul karangan II. Isi Berupa uraian masalah yang dibahas. Biasanya dibagi dalam babbab dan pasal-pasal. III. Penutup a. 1. Doa penutup kepada Tuhan dalam bahasa Arab yang diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu. 2. Selawat kepada Nabi beserta keluarganya dalam bahasa arab. b. Kata “tamat” (Ahmad Taufiq, 2007:62). 2) Gaya Penyajian Gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam menyampaikan ceritanya, pikiran, serta pendapat-pendapatnya. Gaya penyajian dalam sastra kitab sering kali menggunakan dua habasa sekaligus, yakni dimulai dengan doa yang menggunakan bahasa Arab diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Melayu. Penyajian isi dipaparkan dengan jelas sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Dalam setiap penyajian, biasanya dikatakan dengan kutipan ayat Alquran dan Hadis Nabi. Selain itu terdapat pula pendapat dari para 17 ulama, sahabat atau ahli agama. Hal ini digunakan untuk memperkuat pendapat yang disampaikan oleh pengarang. Pada akhir karangan ditutup dengan doa kepada Tuhan dan selawat kepada Nabi beserta keluarganya, dan diberi kata “tamat”. 3) Pusat Penyajian Dalam suatu penelitian pasti memiliki objek yang menjadi pusat pembahasan atau penyajian. “Pusat penyajian adalah orang yang menyampaikan cerita atau ajaran tersebut menjadi pusat atau titik pandang cerita yang menyampaikan cerita atau ajaran kepada orang lain”(Siti Chamamah Soeratno, et.al., 1982:172). Pengarang dapat menggunakan tiga metode dalam menyampaikan cerita. Pertama metode pusat penyajian orang pertama (Ich-Erzahlung), yaitu pendapat dapat dituturkan oleh diri si tokoh sendiri sebagai dalam menyampaikan pendapatnya sendiri. Kata ganti: aku, saya, kami, kita digunakan si tokoh dalam menyampaikan pendapatnya. Kedua, metode pusat penyajian orang ketiga (omniscient author). Pengarang sebagai orang ketiga dalam menyampaikan cerita. Dalam hal ini, pegarang serba tahu karena ia mengetahui segala-galanya tentang tokoh yang diberikan. Metode yang ketiga dibedakan menjadi dua, yaitu metode romantik-ironik dan objektif. Metode romantik-ironik ini pengarang dengan sengaja memperbesar peranannya dalam menyampaikan cerita karena yang disampaikan berupa “kehidupan”. Metode objektif, yaitu pengarang membiarkan para tokohnya berbicara dan berbuat sendiri, sedangkan pengarang hanya berada di balik layar atau di balik para tokohnya. 18 4) Gaya Bahasa Gaya bahasa sastra kitab bersifat khusus. Kekhususan tersebut, meliputi: kosakata, ungkapan, sintaksis, sarana retorika atau bahasa retoris, dan bahasa kiasan, yang semuanya mempergunakan istilah-istilah Islam berupa unsur bahasa Arab (Siti Chamamah Soeratno, et.al., 1982:178). Sarana retorika atau bahasa retoris adalah cara pemakaian bahasa yang satu-satunya merupakan penyimpangan dari susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata biasa untuk mencapai efek tertentu. Bahasa retoris dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis, meliputi: gaya polisindeton, gaya eufemisme, dan gaya litotes (Gorys Keraf, 2007:129 –132). (1) Polisindeton Polisindeton merupakan suatu gaya bahasa dengan cara beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan kata penghubung. Polisindeton dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis terbagi menjadi gaya penguraian, gaya pengulangan, gaya paralesisme, gaya penguatan, dan gaya penyimpulan. (2) Eufemisme Eufemisme merupakan suatu gaya bahasa berupa ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar atau tidak menyenangkan. (3) Litotes 19 Litotes adalah suatu gaya bahasa berupa pernyataan yang memperkecil sesuatu dan menyatakan kebalikannya dengan tujuan merendahkan diri. Bahasa kiasan adalah cara pemakaian bahasa yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam makna berupa perbandingan dengan hal yang lain. Bahasa kiasan dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis adalah simile. Simile merupakan suatu gaya bahasa yang dinyatakan secara eksplisit dengan kata-kata: seperti, bagai, ibarat, dan sebagainya (Gorys Keraf, 2007:136–138). b. Hadis tentang Zikir Eksistensi hadis sebagai sumber otoritatif kedua setelah Alquran menempati posisi sentral dalam studi Islam. Otoritas hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad saw mendapat pengakuan dan legitimasi Ilahiah. Beliau merupakan manifestasi Alquran yang bersifat praktis. Antara keduanya; Alquran dan hadis Nabi dalam beberapa literatur, dinilai berasal dari sumber yang sama. Hadis tematik yaitu menguraikan suatu hadis sesuai tema masing-masing. Hadis Nabi pada wilayah Ilahiyah, telah memposisikannya sebagai acuan bagi setiap muslim untuk mengabsahkan setiap prilakunya di berbagai komunitas di setiap zaman sebagai upaya untuk mendapatkan gelar sebagai muslim kaffah, bukan munkir al-Sunnah (hadis), dan penerus kerahmatan. Kehadiran hadis Nabi di setiap zaman dari peradaban manusia dituntut betul-betul mampu menjawab setiap permasalahan umat sebagai konsekuensi dialektis antara perkembangan zaman disatu sisi yang lain. Bukan sebaliknya, hadis menjadi penghalang dari setiap kemajuan peradaban manusia, dengan 20 menghakiminya sebagai bid‟ah dalalah, sumber perpecahan, kejumudan, dan kemunduran. Pada penelitian ini dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis terdapat tiga tema hadis, yaitu hadis tentang kebesaran Allah, hadis tentang hari Kiamat, dan hadis tentang zikir. Akan tetapi, yang menjadi bahan utama penelitian pada teks Risalah Kitab Rubu` Hadis, yaitu hadis yang membahas zikir, dikarenakan dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis lebih dominan membahas zikir. Zikir menurut tuntunan syariat Islam dan Alquran adalah menyebut nama dan mengingat Allah dalam setiap keadaan. Tujuannya adalah untuk menjalin ikatan batin (kejiwaan) antara hamba dengan Allah (hablullah) sehingga timbul rasa cinta hormat dan jiwa muraqabbah (merasa dekat dan diawasi oleh Allah), maka dengan zikir iman seseorang jadi hidup, terjalin rasa kedekatan dengan Allah (Simuh, 2002:109). Zikir (dalam Asmaran As., 2002:82) adalah ucapan yang dilakukan dengan lisan atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan untuk mensucikan Tuhan dan membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya, selanjutnya memuji-Nya dengan puji-pujian dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Dalam kajian hadis tematik, makna zikir tidak hanya dipahami secara sempit sehingga umat Islam terpaku dalam arus mistik yang tidak jelas dan berdampak negatif dalam kehidupan sehari-hari tanpa diimbangi dengan pemahaman yang seimbang antara hubungan vertikal dan horizontal. Hadis Nabi, sahabat dan tabi’in banyak sekali menyebutkan fadilah zikir. Allah Swt berfirman: “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu mendapat kemenangan”. (Q.S. 62:10), “Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat 21 Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S. 33:35), “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama Allah) sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang” (Q.S. 33:41-42). Ayat-ayat di atas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan supaya mengingat Allah banyak-banyak setiap waktu. Selain itu, diperintahkan pula banyak-banyak membaca tasbih, tahmid dan takbir di waktu pagi dan petang. Dengan memperbanyak zikir dan tasbih, dia akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. Kemudian, hadis Nabi saw yang menganjurkan zikir dan menerangkan keutamaannya, yaitu dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah bersabda: Barangsiapa membaca Subhanallah wabihamdihi, artinya: Mahasuci Allah dan aku memuji-Nya, seratus kali, maka dihapus dosa-dosanya walaupun seperti buih laut. Muttafaq alaih (Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, 2012:707). Kedudukan Hadis Alquran dan hadis merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang tetap, yang orang Islam tidak mungkin memahami Islam secara lengkap dan mendalam tanpa adanya kedua sumber Islam tersebut. Seorang mujahid dan seorang alim juga tidak di perbolehkan hanya mengacu pada salah satu sumber tersebut. Banyak ayat Alquran dan hadis yang memberikan pengertian bahwa hadis itu merupakan sumber hukum Islam selain Alquran yang wajib diikuti, baik dalam bentuk perintah maupun larangannya (Munzier Suparta, 2002:49). 22 Keutamaan zikir bagi manusia dalam empat keadaan, yaitu sebagai berikut. 1) Dalam keadaan taat Apabila manusia selalu ingat kepada Allah pada saat taat, maka akan lahirlah suatu keyakinan bahwa ketaatan yang diperbuatnya merupakan karunia Allah dan dengan taufiq-Nya. Dengan keyakinan ini, terhindarlah ia dari sifat „ujub, yakni menyandarkan ketaatan itu kepada perbuatannya sendiri karena keyakinan seperti ini merupakan penyakit yang meruntuhkan pahala amal ibadahnya. 2) Dalam keadaan maksiat Ketika manusia dalam keadaan maksiat, maka dengan zikir akan membangkitkan kesadarannya untuk memperbaiki keadaan dirinya dengan bertaubat, dan dengan bertaubat ia menjadi manusia yang mencintai Allah dan Allah pun mencintainya. Oleh karena itu, dengan keyakinan tersebut ia sadar bahwa kemaksiatan adalah hijab yang melindungi antara dia dan Tuhannya dan kemaksiatan itu pula akan menjerumuskannya ke jurang kebinasaan. 3) Dalam keadaan memperoleh nikmat Ketika manusia dalam keadaan memperoleh nikmat, harta, pangkat atau kemewahan-kemewahan lainnya, maka dengan zikir kepada Allah akan menimbulkan kesadaran untuk mensyukuri nikmat. Dengan demikian, nikmat yang ada pada tangannya akan tetap dan bertambah. 23 Sebaliknya, kalau ia lupa atau kufur terhadap nikmat, maka ia sadar bahwa nikmat tersebut akan dicabut dan menjadi bencana baginya. 4) Dalam keadaan menderita Kalau manusia dalam keadaan menderita, maka dengan zikir kepada Allah timbullah keyakinan bahwa penderitaan pada hakikatnya merupakan cobaan baginya dan ia harus menghadapinya dengan sabar. Dengan sikap sabar, ia yakin bahwa Allah akan memberikan pahala yang berliapat ganda dan akan melepaskannya dari cobaan tadi (Asmaran As., 2002:85-86). Demikian kegunaan dan manfaat zikir bagi manusia. Allah menjanjikan ganjaran bagi orang yang selalu zikir kepada-Nya, baik di dunia maupun di akhirat; di samping yang lebih penting, kata orang-orang sufi, orang yang selalu ingat kepada Allah, Allah akan selalu ingat kepadanya, Allah selalu bersamanya, Allah senantiasa hadir dalam kalbunya (Asmaran As., 2002:86-87). 24 C. KERANGKA PIKIR Risalah Kitab Rubu` Hadis Suntingan Teks Risalah Kitab Rubu` Hadis a. Inventarisasi Naskah b. Deskripsi Naskah Analisis Struktur a. Struktur penyajian teks c. Ikhtisar Isi Teks b. Gaya penyajian teks d. Kritik Teks c. Pusat penyajian teks e. Suntingan Teks d. Gaya bahasa f. Daftar Kata Sukar Analisis isi teks Mengetahui tematik hadis tentang zikir a. Kedudukan hadis b. Keutamaan zikir dalam hadis c. Zikir dalam ayat-ayat Alquran d. Etika zikir e. Pendapat ulama tentang zikir Menyediakan Suntingan Teks yang baik dan benar, dan menjelaskan isi teks mengenai tematik hadis tentang zikir Kerangka pikir berisi gambaran mengenai urutan langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian teks Risalah Kitab Rubu` Hadis. Berikut penjelasan dari bagan di atas. Teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah teks Risalah Kitab Rubu` Hadis. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengadakan penyuntingan teks, yaitu terdiri dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, 25 kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar. Penyuntingan teks dilakukan dengan tujuan dapat menghasilkan sebuah suntingan teks yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan. Benar dalam pengertian kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan kecil. Langkah berikutnya, setelah dilakukan penyuntingan teks adalah melakukan analisis struktur, yaitu untuk mengetahui struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah mengungkapkan isi yang membahas hadis tentang zikir yang terdapat dalam teks Risalah Kitab Rubu` Hadis melalui tinjauan tematik hadis tentang zikir.