ABSTRAK ARI YUDA LAKSMANA (10050099081). STUDI MENGENAI SELF REGULATORY PADA TRANSJENDER PEKERJA SEKS KOMERSIL YANG BERSTATUS POSITIF HIV DI YAYASAN SRIKANDI PASUNDAN. Transjender merupakan salah satu gangguan identitas jender yang mengidentifikasikan dirinya pada jender yang berlawanan, kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi dari lingkungan sosial. Keberadaan mereka dianggap sebagai suatu hal yang bertentangan dengan norma agama, sosial maupun budaya. Tidak sedikit dari mereka dikucilkan dan dicemoohkan oleh masyarakat. Sikap masyarakat yang negatif tersebut mengakibatkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk mendapat tempat yang layak di lingkungan masyarakat. Tidak banyak peluang kerja yang bisa dilakoni bagi transjender. Banyak dari mereka memiliki profesi sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK) untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Transjender yang berprofesi sebagai PSK akan rentan untuk terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan memungkinkan dengan cepat mengalami AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Kenyataan bahwa HIV-AIDS merupakan penyakit yang kronis rentan menular melalui perilaku seksual tidak aman dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril serta belum ditemukan obatnya menyebabkan perlakuan diskriminasi kerap ditujukan pula pada mereka. Kondisi transjender yang positif HIV mengalami perlakuan diskriminasi tidak hanya dari lingkungan masyarakat namun juga dari komunitasnya sendiri. Perlakuan tersebut menyebabkan diri mereka tertekan dan tidak sedikit dari mereka meninggal dunia dalam waktu yang cepat sejak terinfeksi HIV karena diri mereka mengalami stres dan tidak mampu mendapatkan akses yang baik untuk menahan laju pertumbuhan virus dalam tubuhnya. Namun, di Yayasan Srikandi Pasundan terdapat tiga transjender yang berstatus positif HIV secara psikologis dan sosial dapat menjalani hidupnya dengan berupaya mengendalikan dirinya berada pada kondisi yang “sehat” dalam pengertian Lau (1995) baik secara fisik; psikologis; konsekuensi; ketidakhadiran; dan perilaku. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana transjender pekerja seks komersil berstatus positif HIV di Yayasan Srikandi Pasundan menginterpretasikan kondisinya serta cara mereka melakukan coping terhadap permasalahan yang mereka hadapi berkaitan dengan bagaimana mereka menilai strategi coping-nya dalam kondisi yang dialaminya, yang merupakan suatu proses self regulatory. Self regulatory dikatakan efektif bila individu mampu beradaptasi secara kognitif, mengembangkan orientasi realitas (menerima kenyataan), melakukan mekanisme coping yang adaptif dan konstruktif, serta mengembangkan self esteem pada dirinya. Metodologi yang digunakan adalah metoda studi kasus, yaitu adanya pemusatan perhatian pada suatu kasus atau gejala-gejala secara intensif, mendetail serta memandang subyek sebagai satu kesatuan unit. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang subjek penelitian dengan karakteristik subjek penelitian yaitu waria anggota atau dampingan Yayasan Srikandi Pasundan yang berstatus positif HIV, telah mengalami gejala-gejala akibat HIV, memiliki pekerjaan selain menjadi pekerja seks komersil. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan wawancara dengan panduan pertanyaan didasarkan pada proses tahapan Self Regulatory dan penggunaan alat ukur Illness Perception Questionnaire – Revised for HIV (IPQ-R HIV) dari Weinman (1996) serta Brief COPE Inventory dari Carver (1997) yang diadopsi dan diterjemahkan dari sumber aslinya. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa masing-masing transjender mengembalikan kondisinya pada kondisi sehat melalui self regulatory yang berbeda. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa self regulatory subjek 1 adalah cukup efektif, subjek 2 efektif, dan subjek 3 kurang efektif. i