operasi intelijen atas nama agama

advertisement
OPERASI INTELIJEN ATAS NAMA AGAMA
Muhammad Zazuli
20 Februari ·
https://www.facebook.com/mohammad.zazuli/posts/1446603472018035
Tahukah Anda kenapa Suriah hancur? Karena Presiden Suriah Bashar Assad menolak
proyek pompa gas menuju Qatar, Arab Saudi, Yordania dan Turki yang dapat disedot
oleh Eropa secara langsung. Arab Saudi dan Turki adalah kroni Amerika yang pro Israel.
Negara-negara itulah yang kemudian menciptakan kekacauan, pemberontakan, terorisme
dan instabilitas politik di Suriah dengan isu SARA melalui kucuran dana, senjata, buku
agama, fatwa, ulama dan ideologi Wahabi radikalnya.
Amerika berkepentingan untuk menjatuhkan Suriah yang pro Iran dan pro Rusia serta
menguasai sumber daya minyaknya. Amerika juga berkepentingan untuk melemahkan
Suriah yang konsisten menjadi ancaman sekutunya yaitu Israel di kawasan Teluk.
Bersama Arab Saudi, Turki dan berbagai media mainstream internasional mereka
melancarkan propaganda dan penyesatan opini publik yang mengaitkan isu ini sebagai
perang sektarian antara Sunni dan Syiah.
Akhirnya ribuan mujahid Wahabi dari seluruh dunia berkumpul di Suriah dan
mengakibatkan Perang Saudara yang meluluhlantakkan Suriah, negara demokratis dan
pluralis yang sebelumnya secara ekonomi dan politik termasuk paling mapan di kawasan
Timur Tengah selama beberapa dekade. Inilah yang disebut sebagai strategi Proxy War
(Perang Boneka) yang mungkin juga sedang dijalankan di Indonesia saat ini.
Ada video rekaman saat Hillary Clinton mengucapkan “mari kita manfaatkan Wahabi” di
sidang parlemen Amerika. (ada kemungkinan Hillary kalah dalam Pilpres Amerika karena
email pribadi dia diretas oleh Rusia yang pro Asaad dan disebarkan ke seluruh amerika
bahwa Hillary menerima kucuran dana dari Arab ke yayasan Clinton yang mengindikasikan
keterlibatannya dalam pembentukan teroris ISIS). Banyak juga bukti keterlibatan Arab
Saudi, Turki dan Amerika dalam perang Suriah ini. Ratusan mujahid Indonesia juga
berangkat ke Suriah karena isu perang Sunni-Syiah yang dihembuskan oleh fatwa dan
ideologi Wahabi yang disponsori oleh Turki dan Arab Saudi yang merupakan kroni
Amerika dalam “perang minyak yang mengatasnamakan agama” ini.
Dari Suriah mari kita berkaca pada kejadian sejarah di Indonesia. Pada Agustus 1959
Direktur Freeport Sulphur Forbes Wilson dari Amerika bertemu dengan Jan van Gruisen,
managing director dari East Borneo Company dari Belanda yang menceritakan bahwa
1
dirinya baru saja menemukan sebuah gunung emas di Papua. Freeport pun memutuskan
untuk meneken kontrak eksplorasi dengan East Borneo Company pada 1 Februari 1960.
Tapi perjanjian kerja sama antara East Borneo Company Belanda dan Freeport Amerika
menjadi mentah karena Pemerintahan AS yang saat itu dikuasai John F Kennedy (JFK)
justru membela Indonesia, dan mengancam akan menghentikan bantuan Marshall Plan
kepada Belanda jika tetap ngotot mempertahankan Irian Barat. Tapi kemudian Kennedy
mati ditembak pada 22 November 1963.
Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak pertambangan yang
mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Amerika
sebagai salah satu dari investor pertambangan terbesar di Indonesia jelas sangat
terpukul oleh kebijakan Soekarno ini. Selama beberapa dekade, CIA telah terlibat dalam
berbagai upaya untuk membunuh dan menjatuhkan Sukarno. Sudarto Danusubroto,
pengawal pribadi dan ajudan Sukarno mengatakan ada 7 kali percobaan pembunuhan
terhadap Soekarno dan hal ini dibenarkan oleh eks Wakil Komandan Tjakrabirawa,
Kolonel Maulwi Saelan. Usaha kudeta pertama pada tahun 1958 gagal mengguncangkan
pemerintahan Sukarno. Tetapi pada tahun 1965, mereka akhirnya berhasil menyingkirkan
Sukarno.
Peran penting Suharto menempatkannya di kursi kepresidenan pada tahun 1967. Pada
tahun 1998, Pemerintah Amerika mengklasifikasikan sejumlah dokumen yang
menggambarkan berbagai operasi rahasia CIA di Indonesia. Kesuksesan dari strategi
CIA di Indonesia digunakan lagi untuk menggulingkan Presiden Cile, Salvador Allende
melalui kudeta tentara pimpinan Jendral Agusto Pinochet dengan nama sandi " Jakarta
Operation."
Pasca Suharto berkuasa perjanjian komposisi saham PT. Freeport Indonesia adalah
81,28% dimiliki oleh Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (AS), 9,36% milik
Pemerintah Indonesia dan 9,36% dimiliki oleh PT. Indocopper Investama milik Bob
Hassan, kroni Soeharto (namun kini dikuasai Bakrie, jadi jangan heran jika TV One milik
Bakrie dulu selalu anti Jokowi). Sejak pertama penambangan sampai saat ini, PT.
Freeport konon sudah menghasilkan sebanyak 724,7 juta ton emas (angka ini mungkin
bisa ditelusuri lagi kebenarannya, yang jelas ada banyak sekali) dari bumi Indonesia yang
hasilnya sebagian besar dikuasai oleh Amerika dan pejabat korup Indonesia.
Freeport McMoran adalah perusahaan tambang emas terbesar di dunia. Dan tambang
Freeport di Papua adalah tambang emas terbesar di dunia yang menghasilkan 225 ribu
ton biji emas setiap harinya selama 42 tahun. Tapi hampir 90% sahamnya dimiliki oleh
2
Amerika sedang pemerintah dan rakyat Indonesia hanya menikmati bagian yang sangat
kecil saja. Amerika kaya raya dari hasil bumi Indonesia. Yang unik direktur Freeport
justru dijabat oleh mantan pejabat intelijen negara, bukan insinyur pertambangan
sedang salah satu pengacaranya justru adalah petinggi FPI. Aneh bukan?
Tapi semenjak Jokowi berkuasa, para pejabat korup dan Amerika kalang kabut karena
kenikmatan dan pundi-pundi uang mereka makin terancam. Selama ini semua negosiasi
berhasil dimenangkan oleh Freeport. Presiden sebelumnya tidak ada yang berani
menaikkan bergaining apalagi mengubah dari Kontrak Karya menjadi Ijin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK). Kali ini, dengan sikap Jokowi yang berani dan koepig (keras
kepala) Freeport tak berdaya dan akan memberikan divestasi saham 51 persen kepada
pemerintah. Akhirnya Freeport kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Amerika tentu tidak tinggal diam dengan kerugiannya yang luar biasa ini. Pokoknya
Jokowi harus hancur dan hal ini bisa dilakukan melalui rekayasa isu SARA untuk
menggoncang pemerintahan sebagaimana yang selama ini telah menghasilkan banyak
kesuksesan di Timur Tengah dalam “perang perebutan ladang minyak”nya. Dan Amerika
punya sekutu yang sangat menguntungkan yaitu Arab Saudi dan Turki yang memiliki
jaringan dana, fatwa dan ulama untuk mengimport ideologi wahabi radikal ke negeri ini
yang akan menciptakan konflik dan instabilitas dalam negeri.
Menjatuhkan Ahok melalui isu SARA adalah langkah awal untuk bisa menjatuhkan Jokowi
dan kemudian menguasai Indonesia. Setelah isu Syiah gagal diterapkan kini mereka ganti
menghembuskan isu anti Cina dan anti PKI persis seperti strategi dan propaganda CIA
tahun 1965 lalu dengan aktor politik Suharto dengan TNInya.
Ikhwanul muslimin (di Indonesia menjadi PKS) dan Hizbut Tahrir (di Indonesia menjadi
HTI) adalah kelompok-kelompok yang turut memprovokasi kehancuran Suriah melalui
demo dan isu SARA yang mereka hembuskan. Jadi jangan heran jika huru hara politik di
negeri ini juga melibatkan kelompok yang sama. Saat Indonesia terpecah karena perang
saudara atas dasar SARA maka saat itulah kekuatan asing akan masuk dan leluasa
menguasai sumber-sumber daya alam Indonesia yang kaya raya ini.
Orang bodoh akan selalu dimanfaatkan dan dipermainkan oleh orang serakah yang cerdas
dan culas. Dan inilah yang sedang terjadi di negeri ini dimana sekumpulan orang bodoh
yang anti Amerika secara tanpa sadar justru sedang diperalat dan dijadikan pion untuk
membantu Amerika mendapatkan tujuan politik dan ekonominya. Ini adalah masalah
politik, duit dan kekuasaan dengan menjual kedok agama, bukan masalah iman, Tuhan dan
sorga neraka.....
3
Salam Waras bin Cerdas.
Beda pendapat boleh, goblok jangan.
4
Download