BAB I PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB) 1.1. Prinsip Kerja PLTB Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Secara sederhana skema kincir angin adalah sebagai berikut : Gambar 1.1. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Angin Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh 1 pemerintah. Sungguh ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konferensi dunia mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan penyebab nomor 1 pemanasan global. Syarat – syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel berikut : Tingkat Kecepatan Angin 10 Meter Diatas Permukaan Tanah Kelas Kecepatan Angin (m/s) 1 0 - 0.2 tidak ada indikasi 2 0.3 – 1.5 angin tenang, asap lurus keatas 3 1.5 – 3.3 asap bergerak mengikuti arah angin 4 3.4 – 5.4 wajah terasa ada angin, daun-daun bergoyang pelan, petunjuk arah angin bergerak 5 5.5 – 7.9 debu jalan, kertas beterbangan, air plumpang berombak kecil 6 8.0 – 10.7 ranting pohon bergoyang, bendera berkibar 7 10.8 – 13.8 ranting pohon besar bergoyang, air plumpang berombak kecil 8 13.9 – 17.1 ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa di telinga 9 17.2 – 20.7 dapat mematahkan ranting pohon, jalan berat melawan arah angin 10 20.8 - 24.4 dapat mematahkan ranting pohon, rumah roboh 11 24.5 – 28.4 dapat merobohkan pohon, menimbulkan kerusakan 12 28.5 – 32.6 menimbulkan kerusakan parah 13 32.7 – 36.9 Tornado Kondisi Alam di Daratan Tabel 1.1 Karakteristik Angin Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang sangat berkembang saat ini. Berdasarkan data dari GWEC (Global Wind Energy Council), sampai dengan tahun 2011 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 237.669 MW. 2 Gambar 1.2 Kapasitas PLTB Dunia Tahun 2011 Sedangkan tren perkembangan pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga angin dunia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berikut data perkembangan pembangunan PLTB di dunia sejak tahun 2006 hingga akhir tahun 2011 : Gambar 1.3. Perkembangan Pembangunan PLTB Dunia 3 1.2. Kondisi di Indonesia Daerah pantai merupakan salah satu tempat yang dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai daerah pengembangan energi terbarukan, dalam hal ini Pembangkit Listrik Tenaga Angin.Berdasarkan data NASA, didapatkan kecepatan angin di Indonesia sebagai berikut : Gambar 1.4. Data Kecepatan Angin di Indonesia Dari Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki kecepatan angin rata-rata terbesar adalah daerah Nusa Tenggara, 5,5-6,5 m/s. Sedangkan pulau-pulau besar di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua hanya memiliki kecepatan angin rata-rata antara 2,7 – 4,5 m/s. Berdasarkan data dari kementrian ESDM Republik Indonesia, kapasitas terpasang PLTB di Indonesia mengalami kenaikan yang kurang signifikan setiap tahunnya, dengan kapasitas terpasang pada tahun 2010 sebesar 1.962,45 MW. Tabel 1.2 Kapasitas Terpasang PLTB di Indonesia 4 1.3. Karakteristik dan Macam Penggerak Pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) memanfaatkan angin sebagai tenaga penggerak untuk memutar turbin. Turbin angin merupakan mesin dengan sudu berputar yang mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik. Jika energi mekanik digunakan langsung secara permesinan seperti pompa atau grinding stones, maka mesin (turbin) disebut windmill. Jika energi mekanik dikonversikan menjadi energi listrik, maka mesin disebut turbin angin atau wind energy converter (WEC). Banyak jenis mesin turbin yang telah dikembangkan, tetapi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1. HAWT (Horizontal Axis Wind Turbine) 2. VAWT (Vertical Axis Wind Turbine) 1.3.1. Turbin angin sumbu horizontal (HAWT) Turbin angin sumbu horizontal (HAWT) memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar HAWT merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu. 5 Kelebihan : Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%. Kelemahan : Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin. Turbin yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator. Turbin yang tinggi bisa memengaruhi radar airport. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu penampilan lansekap. Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh turbulensi. Turbin membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan kincir ke arah angin. Gambar 1.5. Turbin Angin Sumbu Horizontal 6 1.3.2. Turbin Angin Sumbu Vertikal (VAWT) Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau VAWT) memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar. Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kirakira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal. Kelebihan : Tidak membutuhkan struktur menara yang besar. Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw. Bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah. Memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi. 7 Desain VAWT berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya HAWT. Memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada HAWT. Biasanya VAWTmulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.) Memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang. Bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun. Tutbin yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit), Tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah. Kincir pada VAWT mudah dilihat dan dihindari burung. Kelemahan : Kebanyakan VAWT memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi HAWT karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar. Turbin ini tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi. Kebanyakan mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar. Sebuah VAWT yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup. 8 Gambar 1.6. Turbin Angin Sumbu Vertikal (VAWT) 1.4. Generator yang Digunakan pada Masing-Masing Penggerak Generator adalah salah satu komponen yang dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan teori medan elekronik. Poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetic permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik. Berdasarkan arus yang disalurkan generator menjadi dua jenis yaitu generator AC (bolak balik) dan generator DC (searah). Generator AC atau altenator bekerja pada prinsip yang sama dari induksi elektromagnetik sebagai generator DC. Arus bolak balik dapat dihasilkan dari perputaran lilitan pada medan magnet atau perputaran medan magnet pada lilitan stasioner (seimbang/tidak berubah). Nilai dari tegangan tergantung pada: - Jumlah perputaran pada lilitan - Kekuatan medan - Kecepatan rotasi lilitan/medan magnet 9 1.4.1 Generator Arus Bolak Balik (AC) Sebuah generator arus bolak balik mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik berdasarkan prinsip induksi elektromegnetik. Dalam pembelajaran secara magnetik, menunjukkan arus yang dibawa konduktor menghasilkan sebuah daerah magnet disekelilingnya. Ini juga akan merubah medan magnet yang akan menghasilkan elektromagnetik pada konduktor. Jika sebuah konduktor berada dalam medan magnet atau diantara medan magnet itu dan pergerakan konduktor. Ini yang disebut dengan induksi elektromagnet. Listrik Arus bolak-balik (listrik AC -- alternating current) adalah arus listrik dimana besarnya dan arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik. Berbeda dengan listrik arus searah dimana arah arus yang mengalir tidak berubah-ubah dengan waktu. Bentuk gelombang dari listrik arus bolak-balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida, karena ini yang memungkinkan pengaliran energi yang paling efisien. Karakteristik dari daya yang dihasilkan oleh generator arus bolak balik adalah adanya nilai faktor daya. Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1.7). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA). Faktor Daya / Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor. 10 Gambar 1.7. Bentuk gelombang pada arus bolak balik (sumber : Fogiel, 2004.) Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: • Daya semu (S, VA, Volt Amper) • Daya aktif (P, W, Watt) • Daya reaktif (Q, VAR, Volt Amper Reaktif) Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus sinusoida, besarnya daya setiap saat tidak sama. Maka daya yang merupakan daya rata-rata diukur dengan satuan Watt, Daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur dengan kwh meter dan juga merupakan daya nyata atau daya aktif (daya poros, daya yang sebenarnya) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas tertentu. Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere (disingkat, VA), menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan generator dan transformator. Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga terdapat beban tertentu seperti motor listrik, yang memerlukan bentuk lain dari daya, yaitu daya reaktif (VAR) untuk membuat medan magnet atau dengan kata lain daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek induksi 11 elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan) pada suatu sistim tenaga listrik. Pada sistem arus bolak-balik, daya listrik tidak sesederhana pada sistem arus searah. Pada arus bolak-balik terdapat tiga jenis daya, yaitu daya semu, daya aktif dan daya reaktif, secara matematis : S = P + jQ................................................................................................. (1) Dimana daya semu (S) merupakan hasil penjumlahan daya aktiv (P) dengan daya reaktif (jQ) secara vektoris. Daya semu merupakan hasil perkalian langsung antara tegangan kerja dengan Arus konsumsi peralatan listrik yang terpasang S = V x I .................................................................................................. (2) Gambar 1.8 Hubungan antara daya semu, daya aktif dan daya reaktif (sumber : www.scribd.com) Daya aktif, merupakan daya yang digunakan oleh peralatan, sedangkan daya reaktif daya yang ditimbulkan oleh komponen reaktif induktor yang bersifat rugi-rugi sistem jaringan listrik. Karena penjumlahan daya aktiv (P) dengan daya reaktif (S) secara vektoris maka besarnya perbandingan antara daya aktiv terhadap daya semu merupakan fungsi cosinus. 12 1.4.2 Generator Arus Searah DC Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator DC dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker), jenis generator DC yaitu : 1. Generator penguat terpisah 2. Generator shunt 3. Generator kompon Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan 4 kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi, penyearah, bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar 1.9 menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC. Gambar 1.9 Konstruksi generator DC (sumber : Gunawan, 2010) Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian rotor, yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator terdiri dari: rangka motor, belitan stator, sikat 13 arang, bearing dan terminal box. Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan rotor, kipas rotor dan poros rotor. Syarat untuk dapat dibangkitkan GGL adalah : Harus ada konduktor ( hantaran kawat ) Harus ada medan magnetik Harus ada gerak atau perputaran dari konduktor dalam medan, atau ada fluksi yang berubah yang memotong konduktor itu Gambar 1.10 Prinsip kerja generator DC (sumber : Gunawan, 2010) Untuk perolehan arus searah dari tegangan bolak-balik, meskipun tujuan utamanya adalah pembangkitan tegangan searah, tampak bahwa tegangan kecepatan yang dibangkitkan pada kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-balik. Bentuk gelombang yang berubah-ubah tersebut karenanya harus disearahkan. Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik dengan menggunakan : • Saklar • Komutator • Dioda 14 1.5. Penggerak Langsung (Gearless) Alasan utama penulis mengajukan sistem tanpa gearbox karena penggunaan roda gigi dapat menimbulkan adanya gesekan pada saat mengkonversikan putaran rendah pada balingbaling menjadi putaran tinggi pada generator. Gaya gesekan yang timbul ini akan menyebabkan turbin angin bergetar tak-seimbang, terkadang menimbulkan polusi suara bising, dan tentu saja hal ini nantinya akan membutuhkan perawatan khusus dengan memberikan pelumas secara rutin. Sistem PLTB tanpa menggunakan gearbox (gearless wind turbine system) atau sering juga disebur direct drive, selain membuat efisiensi PLTB menjadi lebih tinggi diklaim juga dapat mengurangi polusi suara serta mengurangi biaya investasi awal dan perawatan pada sistem pembangkit listrik tenaga angin. Desain direct drive biasanya menggunakan generator sinkron – rotor belitan atau generator sinkron – magnet permanen. Alasannya karena kedua tipe generator ini memungkinkan untuk membuat generator dengan kutub banyak (perbanyak jumlah kutub rotor) yang kecepatan putarnya sesuai dengan putaran nominal turbin angin. Sayangnya generator kutub banyak ini hanya cocok untuk aplikasi PLTB daya kecil, karena semakin besar daya yang didesain akan menyebabkan generator menjadi lebih besar dan lebih berat. Untuk aplikasi PLTB berdaya rendah dan sedang, permasalahan penggunaan gerabox dapat dieliminasi dengan mendesain generator kutub banyak yang menghasilkan listrik secara optimal pada kecepatan angin yang rendah. Solusi dari permasalahan ini adalah Indonesia harus menguasai teknologi pembuatan generator kutub banyak. Bagaimana dengan permasalahan kecepatan angin di Indonesia yang sangat berfluktuasi? Kecepatan angin di Indonesia sering melonjak selama beberapa saat sehingga membutuhkan desain sistem PLTB yang dapat menghasilkan daya keluaran generator maksimum pada kecepatan angin yang berubah-ubah. Jika kita merancang generator pada satu kecepatan angin rendah (low fixed speed), generator tidak bisa mengkonversikan energi pada kecepatan angin yang tinggi untuk mengurangi resiko kerusakan generator. Sebaliknya, sistem PLTB yang biasanya dipasang di Indonesia memiliki efisiensi konversi energi yang rendah karena generator dirancang berputar pada kecepatan yang sedikit lebih tinggi dari kecepatan angin rata-rata. Kedua sistem PLTB ini bukan merupakan solusi sistem PLTB di Indonesia. 15 1.5.1. Sistem Turbin Angin Penggerak Langsung dan Variable Speed dengan Generator Sinkron Magnet Permanen Dari gambar terlihat bahwa sistem ini memerlukan generator magnet permanen berkutub banyak, penyearah dioda, konverter DC-DC, dan Inverter. Dengan sistem seperti ini memungkinkan untuk mendesain turbin angin dapat berputar pada kecepatan poros yang berubah-ubah. Gambar 1.11. Variable speed dan direct-drive menggunakan generator magnet permanen Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem ini antara lain : Generator bekerja maksimum pada kecepatan angin yang berubah-ubah, atau dengan kata lain sistemvariable speed direct-drive ini dapat mengekstrak daya pada kecepatan putar turbin berapapun. Menghindarkan penggunaan roda gigi / gearbox dengan menggunakan generator yang dapat beroperasi pada putaran rendah (multi-pole generator). Tidak menggunakan brush, sehingga biaya perawatan komponen generator dan juga rugirugi daya pada rotor dapat dikurangi. Tidak memerlukan sistem daya untuk medan eksitasinya. Menggunakan magnet permanen untuk membangkitkan tegangan, sehingga rugi-rugi daya pada rotor yang biasanya timbul pada generator rotor belitan dapat dihilangkan. Sedangkan kekurangan sistem ini adalah : Ukuran generator dapat menjadi besar dan berat. Generator magnet permanen kutub banyak tidak dijual dipasaran secara umum, butuh keahlian khusus untuk mendesain generatornya. Membutuhkan magnet permanen yang mahal dan sulit diperoleh di Indonesia. Butuh keahlian khusus untuk mendesain rangkaian elektronika daya yang spesifik. 16 1.6. Penggerak Tidak Langsung Pada penggerak tidak langsung, turbin dikopel dengan gearbox untuk mengatur kecepatan putaran turbin. Ada berbagai desain gearbox yang dapat digunakan di turbin angin, gearbox juga dibuat oleh produsen yang berbeda-beda. Gearbox memungkinkan turbin angin untuk meningkatkan rotasi lambat baling-baling menjadi rotasi yang cepat. Selanjutnya, turbin angin menggunakan generator untuk mengubah energi mekanik menjadi listrik. Turbin angin juga menggunakan gearbox untuk mengurangi beratnya dan untuk menghubungkan antara poros berkecepatan rendah ke poros yang berkecepatan tinggi. Gearbox sebagian besar digunakan untuk membantu turbin menghasilkan tenaga listrik. Gearbox terbuat dari bahan-bahan dari logam berkualitas unggul seperti baja, alloy, dan besi cor. Salah satu gearbox terbaik adalah planetary gearbox. Gearbox ini memiliki unsur fleksibilitas yang membantu dalam peningkatan kapasitas operasional dibandingkan dengan gearbox lain seperti spur, helicalatau worm gearbox. Gearbox turbin angin memiliki beberapa keuntungan, antara lain kemampuan memberikan kecepatan yang sangat tinggi untuk memproduksi listrik, serta kemampuan untuk memberikan torsi tinggi. Mereka dirancang sehingga beratnya menjadi ringan dan memungkinkannya untuk digunakan pada ruang instalasi yang kecil. Selain itu, gearbox juga sangat andal dan mudah diinstal dengan komponen-kompnen lainnya. Gearbox juga menggunakan teknologi tinggi, berdasarkan fakta gearbox telah digunakan selama empat dekade terakhir dan teknologi terus menyempurnakan mereka. Gambar 1.12 Gearbox 17 1.7. Generator Sinkron Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasatergantung dari kebutuhan. 1.7.1 Konstruksi Generator Sinkron Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Pada kutub salient kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada kutub non salient konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor 130 silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara: 1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip ring dan sikat. 2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor generator sinkron. 18 Gambar 1.13 (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b) penampang rotor 1.7.2. Prinsip Kerja Generator Sinkron Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada tipe mesin ini medan magnet diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole generator). Pada generator tipe ini, energi listrik dibangkitkan pada rotor kumparan rotor. Hal ini menyebabkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator). Pada tipe ini, medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor. Kemudian tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan konstan. Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi sinusoidal ini. 19 Suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal dengan tiga kumparan stator yang diset pada sudut 120°. Gambar 1.14 Pembangkitan tegangan 3 fasa 1.7.3. Kecepatan Putar Generator Sinkron Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik pada stator adalah : n = 120 f/P dimana : f = frekuensi elektrik [Hz] n = kecepatan medan magnet = kecepatan putar rotor [rpm] P = jumlah kutub Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi elektrik yang dihasilkan. Daya listrik dibangkitkan pada 50 atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan tetap tergantung pada jumlah kutub mesin. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 20 Hz pada mesin dua kutub rotor harus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub rotor harus berputar pada 1500 rpm. 1.8. Generator Asinkron (Induksi) Penggunaan generator asinkron semakin meningkat dalam sistem pembangkitan tenaga listrik yang menggunakan energi non konvensional. Energi non konvensional yang dapat digunakan seperti : energi angin, mikro/mini hydro dan lain-lain. Pada daerah yang terisolasi, generator induksi rotor sangkar dengan eksitasi kapasitor sangat banyak digunakan. Generator induksi lebih unggul dibanding dengan generator sinkron. Kelebihan generator induksi adalah harganya lebih murah, andal, tanpa sikat, perawatan mudah dan proteksi sendiri bila terjadi beban lebih dan hubung singkat. Berdasarkan jenis eksitasinya, generator induksi dibagi menjadi dua yaitu : 1. Generator induksi berpenguatan sendiri ( Self Excited Induction Generator atau SEIG). 2. Generator induksi masukan ganda (Doubly Fed Induction Generator atau DFIG) 1.8.1. Generator induksi berpenguatan sendiri ( Self Excited Induction Generator atau SEIG) Untuk generator berkapasitas besar umumnya digunakan sistem penguatan sendiri. Sistem penguatan ini digunakan pada generator tanpa sikat (brushless alternator). Generator tanpa sikat ini mempunyai exiter yang kumparan jangkarnya pada rotor dan kumparan medannya pada stator. Arus penguatan didapat dari induksi magnet sisa (remanensi) pada stator generator utama yang diberikan oleh stator generator penguat. Arus tersebut diatur terlebih dahulu oleh AVR (automatic voltage regulator) yang merupakan alat pengatur tegangan yang bekerja secara otomatis. AVR dalam hal ini melakukan pengaturan tegangan. Arus yang dihasilkan oleh rotor generator penguat akan disearahkan dengan menggunakan dioda putar (rotating diode) yang ikut berputar dengan kedua rotor generator yang berputar. Sistem penguatan sendiri dipasang pada ujung poros generator utamanya. 21 Gambar 1.15 Self Excited AVR Controlled Generator Sebagai salah satu contoh sistem eksitasi penguatan sendiri yang dipakai adalah sistem eksitasi penguatan sendiri dengan menggunakan magnet permanen (permanent magnet generator excited-AVR controlled generators). Dalam hal ini, generator magnet permanen (PMG) berperan memberikan suplai untuk sistem eksitasi melalui AVR dimana AVR berperan sebagai alat untuk mengontrol tingkat eksitasi yang disediakan untuk medan exiternya. AVR akan memberikan respon terhadap sinyal tegangan yang dirasakannya melalui transformator berisolasi (isolating transformer) dari kumparan stator utama. Dengan mengendalikan suplai yang rendah dari medan eksitasinya, kontrol untuk suplai yang tinggi yang diperlukan pada medan exiter dapat terpenuhi melalui keluaran penyearah dari stator eksitasi. Sistem ini menghasilkan sumber eksitasi yang konstan dan mampu menyediakan start motor yang tinggi dan juga memiliki kekebalan terhadap gangguan berbentuk gelombang (waveform distortion) pada keluaran stator utama yang dapat terjadi karena adannya beban yang non linear. AVR akan merasakan tegangan dua fasa rata-rata mendekati regulasi tegangan yang diinginkan. AVR ini juga mampu mendeteksi perubahan kecepatan mesin dan dapat mengatasi tegangan turun sebagai akibat turunnya kecepatan putaran mesin dibawah frekuensi yang telah ditentukan sehingga dapat menghindari eksitasi berlebih pada saat kecepatan mesin rendah dan 22 memperhalus dampak dari perubahan beban (load switching) untuk menghindari kerusakan mesin. Sistem ini juga menyediakan proteksi untuk eksitasi berlebih yang bekerja dengan waktu tunda tertentu ketika terjadi lonjakan tegangan medan eksitasi. Gambar 1.16 Permanent Magnet Generator (PMG) Exciter 1.8.2. Generator induksi masukan ganda (Doubly Fed Induction Generator atau DFIG) Pada generator induksi masukan ganda, eksitasi diperoleh dari jaringan listrik yang telah terpasang. Generator induksi jenis ini menyerap daya reaktif dari jaringan listrik untuk memangkitkan medan magnet yang dibutuhkan. Pada generator induksi jenis ini, terminal keluaran generator dihubungkan dengan inverter yang kemudian dihubungkan dengan bagian rotor generator. 23 Gambar 1.17 Skema Generator Induksi Masukan Ganda Gambar diatas merupakan skema dari model generator induksi masukan ganda. Seperti yang terlihat pada gambar, terdapat dua buah inverter yang menghubungkan antara keluaran generator dengan rotor. Kedua inverter terseut dihubungkan dengan penghubung as. Inverter yang terhubung dengan jaringan bekerja pada frekuensi yang sama dengan frekuensi jaringan. Inverter ini juga mengatur besar faktor daya yang masuk agar sesuai dengan besar daya reaktif yang dibutuhkan oleh generator. Sedangkan inverter yang terhubung dengan rotor bekerja pada frekuensi yang sesuai dengan frekuensi putaran generator. Dengan menggunakan konfigurasi seperti ini, besar arus yang mengalir pada rotor dapat diatur sesuai dengan daya yang akan dibangkitkan. Generator induksi masukan ganda saat ini banyak digunakan sebagai generator pada pembangkit listrik tenaga angin. Keuntungan dari generator induksi masukan ganda diantaranya adalah tegangan dan frekuensi yang dihasilkan dapat tetap besarnya walaupun kecepatan putarnya berubah-ubah. Namun generator jenis ini membutuhkan inverter sebagai pengatur tegangan pada rotor dan juga rotor jenis kumparan karena generator ini membutuhkan sumber pada rotornya. Sehingga tidak semua jenis mesin induksi dapat digunakan sebagai generator induksi jenis ini. Selain itu juga generator ini membutuhkan adanya jaringan listrik untuk dapat beroperasi, karena sumber daya reaktif yang dibutuhkan oleh generator berasal dari jaringan. 24 Sehingga apabila tidak ada jaringan listrik atau generator llain yang memberikan daya reaktif maka generator jenis ini tidak dapat beroperasi. Selain itu jika terjadi gangguan pada jaringan atau blackout jaringan generator ini juga tidak dapat beroperasi. 1.9. Proteksi Terhadap Badai Beberapa pembangkit listrik tenaga angin berada pada daerah yang rawan badai, sehingga harus didesain bertahan pada kecepatan angin 140 m/s. Untuk melindungi turbin dari kecepatan tinggi, maka diperlukan proses pengereman pada turbin. Macam sistem pengereman : 1. Pengereman dinamis menggunakan resistor Pergerakan turbin angin ukuran kecil dapat dilakukan dengan membuang tenaga listrik dari generator ke dalam resistor, mengubah energi kinetik rotasi turbin menjadi panas. Metode ini berguna jika beban kinetik pada generator tiba-tiba berkurang atau terlalu kecil untuk menjaga kecepatan turbin dalam batas yang diperbolehkan. Dengan cara ini, putaran turbin dapat dijaga pada kecepatan yang aman dalam kondisi kecepatan angin yang tinggi sekaligus tetap menjaga besaran daya keluaran pada nominalnya. Metode ini biasanya tidak diterapkan pada turbin angin ukuran besar. 2. Pengereman mekanis Suatu rem mekanis biasanya digunakan untuk mengerem turbin pada saat diistirahatkan untuk pemeliharaan. Rem tersebut biasanya diterapkan setelah pengereman dinamis telah mengurangi kecepatan turbin, karena rem mekanis akan menjadi aus dengan cepat jika digunakan untuk mengerem turbin dari kecepatan penuh. 25 Gambar 1.18 Pengereman dinamis dengan resistor Gambar 1.19 Pengereman mekanis 26 BAB II DISTRIBUTED GENERATION Penyediaan energi listrik dilakukan oleh suatu sistem tenaga listrik yang meliputi sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Untuk menjamin kontinuitas pelayanan energi listrik diperlukan suatu tingkat keandalan yang tinggi pada ketiga unsur sistem tenaga listrik tersebut. Keandalan sistem distribusi secara khusus menjadi perhatian dibandingkan kedua sistem lainnya (pembangkitan dan transmisi) adalah karena sistem ini secara langsung berhubungan dengan pelanggan sehingga kinerja sistem ini akan langsung mempengaruhi tingkat layanan ke pelanggan. Konfigurasi sistem distribusi umumnya berbentuk radial dimana bebannya rawan terjadi pemadaman karena hanya disuplai oleh satu sumber sehingga apabila terjadi gangguan pada komponen sistem tersebut yang berakibat lepas dari sistem maka suplai daya ke beban akan langsung terputus. Pembangunan pembangkit adalah salah satu solusi untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik. Namun pembangunan pembangkit skala besar tentunya membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh.karena itu pembangkit skala kecil dan menengah bisa dimanfaatkan dengan memasangnya pada jaringan distribusi. Jenis pembangkit ini dikenal dengan nama Distributed Generation (DG).Pemasangan pembangkit tersebut diharapkan memperbaiki keandalan suplai daya kepada setiap beban terutama untuk beban yang relatif sangat jauh dari sumber suplai daya. 2.1 Distributed Generation (DG) Distributed Generation seringkali disebut juga dengan on-site generation, dispersed generation, embedded generation, decentralized generation, atau distributed energi. Secara mendasar, DG menghasilkan energi listrik dari beberapa sumber energi yang berkapasitas kecil dan dihubungkan langsung pada jaringan distribusi. 27 2.2 Sejarah Perkembangan DG Beberapa publikasi yang ada sekarang tentang Distributed Generation menunjukkan bahwa DG merupakan suatu fenomena baru dan berkembang secara signifikan hampir di seluruh dunia. Namun, analisis dari Lembaga Energy Information Administration di Amerika Serikat menunjukkan bahwa implementasi DG telah berkembang secara drastis pada akhir tahun 1980an dan pertengahan tahun 1990-an. Sebenarnya, perkembangan DG dalam tahap awal telah dimulai ketika DG digunakan sebagai co-generator. Penggunaan co-generator dimulai pada masa tahun 1960-an dan banyak dikembangkan pada lokasi-lokasi industri dengan memanfaatkan panas dari gas buang kondensor (output thermal dari alat pemanas berdaya besar). Pasar untuk DG terus berkembang. Unit- uni DG terus diuji pada konsumen-konsumen perumahan, industri dan sebagainya sebagai salah satu sumber energi listrik yang mereka butuhkan. Di sisi lain, keuntungan dari DG Universitas Sumatera Utaramenunjukkan potensi yang besar. Dengan perubahan struktur energi listrik yang terus berkembang, saat ini DG telah dimanfaatkan sebagai pembangkitan siaga yang memberi keuntungan pada sistem tenaga listrik sebagai sumber energi pada beban puncak, kehilangan daya pada sistem dan meningkatkan kualitas daya para konsumen. Beberapa perkembangan terus dilakukan dan membuat DG tidak hanya mungkin dilakukan tetapi suatu potensi yang diharapkan. Perkembangan DG di masa sekarang didukung oleh dua isu utama dalam sistem tenagan listrik pada masa sekarang yaitu : 1. Perubahan kebijakan energi listrik di seluruh dunia dari sistem monopoli menjadi sistem yang lebih kompetitif terkhusus pada sektor pembangkit yang memungkinkan keragaman dalam kepemilikan aset pembangkit sehingga akan adanya persaingan yang mendorong harga energi listrik menjadi lebih murah. 2. Kebijakan lingkungan yang berkelanjutan yang mengharapkan DG dapat membantu mengurangi gas emisi terutama emisi karbon. Pemanfaatan energi DG harus mendorong pengurangan emisi karbon karena umumnya teknologi DG memiliki emisi karbon yang rendah bahkan ada yang emisi karbonnya nol seperti photovoltaic (sel surya) . 2.3 Defenisi Distributed Generation CIGRE telah mendefinisikan Distributed Generation sebagai semua unit pembangkit dengan kapasitas maksimal berkisar sampai 50 MW dan dipasangkan ke jaringan distribusi. IEEE mendefinisikan Distributed Generation sebagai pembangkitan yang menghasilkan energi 28 dalam kapasitas yang lebih kecil Universitas Sumatera Utaradibandingkan pusat-pusat pembangkit konvensional dan dapat dipasangkan hampir pada setiap titik sistem tenaga listrik. IEA (2002) mendefinisikan Distributed Generation sebagai unit-unit yang menghasilkan energi pada sisi konsumen atau dalam jaringan distribusi lokal. Semua definisi di atas menunjukkan bahwa pembangkitan dengan skala kecil yang dihubungkan ke jaringan distribusi dapat dianggap sebagai bagian dari DG. Selain itu, pembangkitan yang dipasangkan dekat dengan sisi beban atau konsumen juga dapat dikatakan sebagai Distributed Generation. 2.4 Teknologi DG di Indonesia 2.4.1 Sejarah Perkembangan Perkembangan teknologi DG di Indonesia telah berkembang sejak lama seiring dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 “Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Energi” yang mengijinkan pembelian terhadap kelebihan energi listrik (excess power). Teknologi DG yang banyak digunakan pada masa itu adalah teknologi cogeneration. Bahkan menurut data penelitian Energy and Electricity (EERDC), kapasitas terpasang teknologi cogeneration telah mencapai 834 MW pada tahun 1997. Perkembangan teknologi DG terus berkembang dengan memfaatkan pembangkit listrik skala kecil (mikrohidro) yang dikelola oleh pihak PLN atau swasta (Independent Power Producer). Sejak tahun 2002, teknologi DG di Indonesia dikenal sebagai “Pembangkit Listrik Skala Kecil Tersebar” seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2002. Melalui PP Nomor 31/2009, Pemerintah juga mendorong penggunaan sumber energi baru, terbarukan dan energi primer yang yang lebih efisien untuk pembangkit tenaga listrik, dan diberikan kesempatan bagi Pembangkit Skala Kecil Swasta dan Koperasi (PSKSK) untuk menjual tenaga listriknya kepada PLN. Harga jual tenaga listrik dari PSKSK adalah harga pada titik interkoneksi dengan Sistem PLN dan harga jual ini disesuaikan setiap tahunnya berdasarkan perhitungan biaya marginal Sistem PLN. Harga Pembelian (HP) tenaga listrik yang dimaksud adalah HP = Harga energi/kwh x F ……………………………………………………….……….. (2.1) 29 dimana nilai F ditentukan oleh daerah pembelian tenaga listrik oleh PT. PLN yang didasarkan sebagai berikut : a. Zona 1, Wilayah Jawa dan Bali, F = 1 b. Zona 2, Wilayah Suamtera dan Sulawesi, F = 1.2 c. Zona 3, Wilayah Kalimantan, NTB dan NTT, F = 1.3 d. Zona 4, Wilayah Maluku dan Papua, F = 1.5 Tabel 2.1 Harga Jual Energi Listrik Pembangkit Skala Kecil Tersebar Menurut PP No. 31/2009 Dewasa ini, skema pemanfaatan teknologi DG di Indonesia dibagi atas 2, yaitu : 1. Skema IPP (Independent Power Producer) Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG harus mengirim tenaga listriknya ke sistem PLN secara kontiniu (24 jam). Skema ini biasanya memiliki kontrak dalam jangka waktu yang lama (minimal 15 tahun) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas kesepakatan bersama. 2. Skema Pembelian Excess Power (Kelebihan Tenaga Listrik) Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG mengirim kelebihan tenaga listriknya ke sistem PLN pada waktu-waktu tertentu (biasanya pada Waktu Beban Puncak). Skema ini biasanya memiliki kontrak jangka pendek (1 tahun) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas kesepakatan bersama. 2.4.2 Aplikasi Teknologi DG Pemanfaatan teknologi DG yang telah banyak dikembangkan di Indonesia adalah teknologi pembangkitan mikrohidro walaupun dewasa ini yang cukup signifikan adalah pembelian 30 kelebihan energi listrik (excess power) dari pihak industri-industri besar (PLTU). Berikut ini adalah tabe yang menunjukkan aplikasi tekonologi DG berupa pembangkitan mikrohidro yang telah terkoneksi pada jaringan distribusi di daerah Sumatera Utara. Tabel 3.2 Pemanfaatan Pembangkitan Mikrohidro yang terinterkoneksi pada Jaringan Tegangan Menengah 20 KV di Sumatera Utara 2.5 Teknologi DG yang Dapat Dikembangkan di Indonesia Beberapa jenis teknologi DG yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah mikrohidro, bahan bakar nabati, biomassa, energi angin, tenaga surya, energi hybrid (angin dan surya), pasang surut, dan panas bumi. 2.5.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan energi air sebagai penggeraknya, misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun 31 dengan cara memanfaatkan tinggi terjunnya (head) dan jumlah debit airnya. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sebagai sumberdaya penghasil listrik memiliki kapasitas aliran maupun ketinggian tertentu. Semakin besar kapasisitas aliran maupun ketinggiannya maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit tenaga mikrohidro bekerja dengan cara memanfaatkan semaksimal mungkin energi potensial air. Energi ini secara perlahan diubah menjadi energi kinetik saat melalui nosel yang ditembakkan untuk memutar sudu-sudu turbin. Energi mekanis dari putaran turbin akhirnya diubah menjadi energi listrik melalui putaran generator. Karena besar tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada tinggi jatuh dan debit air, maka total energi yang tersedia dari suatu reservoir air merupakan energi potensial air. Dengan demikian poensi daya air yang tersedia berdasarkan energi potensial dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut : PG = ρ . g . Q . Hg................................................................................. (2.2) dimana : PG = potensi daya (kW) ρ = massa jenis (kg/m3) Q = debit aliran air (m3/s) Hg = head kotor (m) g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2) Potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan adalah : P = ρ . g . Q . He . Eff ............................................. (3.3) dimana : P = daya listrik yang keluar dari generator (kW) He = head efektif (m) Eff = efisiensi 2.5.2 Teknologi Bahan Bakar Nabati Biofuel adalah bahan bakar yang diproduksi dari sumber-sumber hayati, disebut juga BBN. Secara umum biofuel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis bahan bakar, yaitu biodiesel, bioethanol, dan biooil. Pengelompokan ini dapat dikatakan merujuk pada jenis-jenis BBM konvensional dari sumber energi tak terbarukan yang ingin digantikan dengan biofuel. Biodiesel dimaksudkan sebagai pengganti solar (high-speed diesel) dan minyak diesel industri (industrial 32 diesel-oil). Bioethanol yaitu etanol yang dihasilkan dari biomassa dimaksudkan sebagai bahan bakar pengganti bensin. Sedangkan biooil dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dan minyak bakar (marine fuel-oil). Mengingat adanya keragaman bahan baku (sisi hulu) dan keragaman bentuk akhir bahan bakar serta segmentasi penggunaannya, bagian terpenting yang harus dilakukan dalam studi kelayakan teknis bahan bakar nabati adalah screening rute produksi. Dalam melakukan identifikasi dan screening rute produksi, kajian dilakukan dari mulai tahapan penanaman, pengolahan bahan baku, pemroduksian, penggunaan, hingga dampaknya terhadap lingkungan. Tujuan dari screening ini adalah memilih rute produksi yang paling layak secara tekno-ekonomis. Identifikasi dan screening rute produksi untuk oil processing plant dan biodiesel plant lebih ditekankan pada upaya untuk menyusun rute konversi produksi bahan bakar hayati khususnya pure plant oil dan biodiesel. Gambar 3.2 menunjukkan ilustrasi awal rute konversi untuk sintesa bahan bakar nabati. Biodiesel adalah suatu sumber daya yang dapat diperbaharui berasal dari minyak nabati, penggunaanya untuk menggantikan solar dari minyak bumi yang merupakan bahan bakar yang dominan untuk mesin diesel. Pertumbuhan penggunaan biodiesel tumbuh dengan cepat terutama dalam bidang transportasi. Disamping itu biodisel dapat juga digunakan sebagai bahan bakar untuk generator. Manfaat utama dari biodiesel adalah mengurangi emisi udara yang berbahaya bagi lingkungan dalam pengoperasian pembangkit energi listrik. Keuntungan dan kerugian pembangkit listrik yang mengunakan minyak nabati antara lain : a. Keuntungan: 1. Ketersediaan bahan baku memadai seperti: kelapa sawit, jarak, singkong, jagung, dan tebu untuk bioethanol dan biodiesel. 2. Bisa diandalkan sebagai pengganti solar dan bensin. b. Kekurangan: 1. Jalur konversi yang panjang untuk menghasilkan energi listrik. 2. Membutuhkan Tenaga Ahli untuk proses konversi dari bahan baku menjadi biodiesel dan bioethanol. 3. Sebagian besar bahan bakunya berasal dari bahan pangan. 4. Meningkatkan beban lingkungan karena adanya perkebunan mono kultur sehingga dapat mengurangi produktifitas tanah dan mengganggu keseimbangan ekosistem. 33 2.5.3 Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Biomassa adalah sebutan yang diberikan untuk material yang tersisa dari tanaman atau hewan seperti kayu dari hutan, material sisa pertanian serta Iimbah organik manusia dan hewan. Energi yang terkandung dalam biomassa berasal dari matahari. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara di transformasi menjadi molekul karbon lain (misalnya gula dan selulosa) dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan dalam dalam tanaman dan hewan (akibat memakan tumbuhan atau hewan lain) atau dalam kotorannya dikenal dengan nama bioenergi. Ketika biomassa dibakar, energi akan terlepas, umumnya dalam bentuk panas. Karbon pada biomassa bereaksi dengan oksigen di udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna, jumlah karbondioksida yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari udara ketika tanaman tersebut tumbuh. Oleh karena itu kecepatan regenerasi biomassa merupakan salah satu hal terpenting yang menentukan layak tidaknya untuk dimanfaatkan. Secara umum keuntungan dan kerugian pembangkit listrik biomasa yaitu : a. Keuntungan : 1. Sumber energi yang murah dan memanfaatkan limbah tanaman seperti kayu dari hutan, material sisa pertanian serta Iimbah organik manusia dan hewan. 2. Dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti batubara. b. Kerugian : 1. Lokasi ketersediaan biomasa tersebar sehingga susah dilakukan pengumpulan dalam jumlah yang banyak. 2. Kontiniutas ketersediaan biomasa tidak terjamin. 2.5.4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Energi matahari merupakan sumber energi penting sejak dahulu kala, dimulai cara memanfaatkan yang primitif sampai teknologi photovoltaic. Matahari melepas 95% energinya sebagai cahaya yang bisa dilihat dan sebaian lagi sebagai yang tidak terlihat seperti sinar infrared dan ultra-violet. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang 34 cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potensi energi surya rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9% Kelebihan dan kekurangan dari penggunaan energi panas matahari antara lain : a. Kelebihan : 1. Energi panas matahari merupakan energi yang tersedia hampir diseluruh bagian permukaan bumi dan tidak habis (renewable energy). 2. Penggunaan energi panas matahari tidak menghasilkan polutan dan emisi yang berbahaya baik bagi manusia maupun lingkungan. b. Kerugian : 1. Sistem pemanas air dan pembangkit listrik tenaga surya tidak efektif digunakan pada daerah memiliki cuaca berawan untuk waktu yang lama. 2. Pada musim dingin, pipa-pipa pada sistem pemanas ini akan pecah karena air di dalamnya membeku. 3. Membutuhkan lahan yang sangat luas yang seharusnya digunakan untuk pertanian, perumahan, dan kegiatan ekonomi lainya. Hal ini karena rapat energi matahari sangat rendah. 4. Sistem hanya bisa digunakan pada saat matahari bersinar dan tidak bisa digunakan ketika malam hari atau pada saat cuaca berawan. 2.5.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Energi kinetik dari angin ditangkap 35 melalui turbin angin (kincir angin) yang diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya dikonversikan menjadi energi listrik melalui generator listrik. Kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin antara lain: a. Kelebihan : 1. Teknologi yang ramah Lingkungan (environmental friendly) dan tidak rumit. 2. Mudah dalam pengoperasianya dan tidak memerlukan perawatan khusus. b. Kekurangan : 1. Butuh biaya yang cukup besar untuk investasi awal. 2. Lokasinya tertentu, didaerah yang kecepatan angin cukup untuk memutar baling-baling. 3. Kecepatan angin yang fluktuatif tergantung pada musim. 2.5.6 Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Gerakan naik dan turun air laut yang luas menunjukkan adanya sumber tenaga yang tidak terbatas. Jika beberapa bagian dari tenaga yang besar sekali ini dialihkan ke tenaga listrik, tentu akan menjadi sumber penting bagi tenaga air. Gambaran utama siklus air pasang adalah perbedaan naiknya permukaan air pada waktu air pasang dan pada waktu air surut. Jika perbedaan tinggi ini dimanfaatkan guna mengoperasikan turbin, tenaga air pasang itu dapat dialihkan pada tenaga listrik. Pada dasarnya, hal ini tidak terlalu sukar karena air pada waktu pasang, berada pada tingkatan yang tinggi dan dapat disalurkan ke dalam kolam untuk disimpan pada tingkatan tinggi di situ. Air tersebut juga dapat dialirkan kembali ke laut waktu air surut melalui turbin-turbin, yang berarti memproduksi tenaga. Karena tingkatan permukaan air di kolam tinggi dan permukaan laut rendah, terdapatlah perbedaan perbandingan tinggi air, yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin. 2.5.7 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai salah satu bentuk dari energi terbarukan. Air panas alam bila bercampur dengan udara karena terjadi fraktur atau retakan maka selain air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi (geothermal) tersebut bisa 36 dikonversi menjadi energi listrik tentu diperlukan pembangkit (power plants). Pembangkit yang digunakan untuk mengonversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. 2.6. Keuntungan Distributed Generation Dalam banyak penelitian, DG dapat beradaptasi dengan perubahan ekonomi dalam cara yang fleksibel karena ukurannnya yang kecil dan konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan dengan pusat-pusat pembangkit konvensional. Menurut IEA, penilaian ekonomi atas nilai fleksibiltas DG sangat memungkinkan dan layak (2002). Sebagian besar DG memang sangat fleksibel dalam beberapa hal seperti operasi, ukuran, dan kemajuan teknologi. Selain itu, DG dapat meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik. Dalam pemasangannya di jaringan distribusi, DG ditempatkan dekat dengan daerah beban dan beberapa keuntungan dalam pemakaian DG : 1. DG memberi keandalan yang lebih tinggi dalam pemanfaatan daya 2. DG sebagai sumer energi lokal dapat membantu untuk penghematan daya listrik pada jaringan transmisi dan distribusi. 3. Dibandingkan dengan power plants, DG memiliki efesiensi yang lebih tinggi dalam penyaluran daya. Selain itu, bila dikoneksikan pada jaringan, DG dapat meningkatkan efesiensi sistem karena DG membantu mengurangi rugi-rugi pada sistem. 4. Dalam memproduksi energi listrik, DG bersifat ramah lingkungan. Emisi yang dihasilkan dari produksi energi listrik oleh DG tergolong rendah, bahkan mendekati nol. 37