PERANCANGAN DRAG FORSE FLOW SENSOR BERBASIS MIKROCONTROLER Ricky Zulfiar Arief - 2205100089 Jurusan Teknik Elektro – FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya – 60111 Perkembangan pada masa sekarang sangatlah cepat apalagi dalam bidang teknologi. Misalnya saja dalam mengukur aliran air, metode yang digunakan ada bermacam -macam ada denagn menggunakan ultrasonik, beda tekanan, beda suhu, dll. Dari metode diatas masih memiliki kekurangan diantaranya dalam segi harga, kerumitan dalam membuat, keakuratan. Pada tugas akhir ini akan dilakukan Perancangan Drag Forse Flow Sensor Yang Berbasis Mikrokontroller. Sensor Strain gage yang ditempelkan pada bandul akan dilewati arus air yang berada didalam pipa atau tabung. Kemudian data yang didapat dari strain gage akan diolah. Medium yang digunakan adalah air. Pada tugas akhir ini semua sistem akan dibangun dalam suatu perangkat keras yang dikontrol dengan menggunakan mikrokontroller dan hasil dari pengujian akan ditampilkan menggunakan LCD. Metode ini dapat mengatasi masalah yang dialami apabila menggunakan metode seperti contoh sebelumnya. Pada penelitian ini didapat bahwa sensor Strain Gage digunakan untuk detektor tekanan sebagai sistem pendeteksi tekanan aliran air. Dari hasil pengujian sistem ini tidak dapat menentukan aliran air dikarenakan alat tidak bekerja. II. TEORI PENUNJANG 2.1 Sensor Strain Gage Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan. Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E. Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi atau meregang, dan tahanan listrik alat ini akan berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan Wheatstone. Kata kunci : Drag Flow Sensor, Bandul , Strain Gage, Mikrokontroler. I. PENDAHULUAN Dalam bidang industri banyak terdapat saluran air yang berupa pipa atau tabung. Terutama industri yang hasil produksinya masih berupa air atau zat cair. Dalam industri tersebut dapat dipastikan sangat membutuhkan alat untuk mengukur aliran air yang akurat. Karena kebutuhan keakuratan tersebut banyak alat yang dibuat untuk membantu untuk pencapaian yang maksimal. Strain gage merupakan alat untuk mengukur tekanan berdasarkan perubahan resistani yang diterima dari beban. Atas dasar itu pada tugas akhir kali ini sensor strain gage digunakan sebagai sensor tekanan aliran air. Tekanan berasal dari beban yang berupa aliran air. Resistansi yang didapat terlebih dulu melalui jembatan wheatstone sebelum masuk dalam microcontroller. Dengan kebutuhan tersebut maka dibutuhkan alat-alat yang lebih sempurna dibandingkan dengan yang sudah ada. Dengan menggunakan metode strain gage dinilai dapat menjadi alat yang lebih sempurna. Sedangkan flow sensor diletakan pada bandul sehingga ada perubahan tegangan yang ditimbulkan oleh bandul tersebut. Keunggulan dari sensor ini yaitu dapat mengukur aliran air dua dimensi bahkan tiga dimensidan tangguh dalam kondisi air yang sedikit, bolak- balik dan bergelombang. Gambar 2.1 tolok regangan Besarnya tekanan akan dinyatakan dalam bentuk faktor gauge, GF yang didefinisikan sebagai di mana RG adalah tahanan sebelum ada deformasi, ∆R adalah perubahan tahanan listrik yang terjadi, dan adalah tekanannya. (2.1) 2.2 Jembatan Wheatstone hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan pengantar listrik/ konduktor,yang dapat di gunakan untukmengatur besarnya arus listrik yang melewati suatu rangkaian. Hambatan sebuah konduktor di antara dua titik diukur dengan memasang sebuah beda potensial diantara titik-titik tersebut dan membandingkannya dengan arus listrik yang terukur. ( R=V/ I ). Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan ampermeter. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 R= V ac − RA I ac (2.3) 2. Bukti pengukuran menghasilkan harga R dalam persamaan (2) ! V R = I Gambar 2. 2 Jembatan wheatstone Hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan dengan jembatan wheatstone : 1. Hukum Ohm Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah sebandinglarus dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”. Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827. Rumus Hukum Ohm Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan V = I.R atau I=V/R (2.2) A AB − V AB RV Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik. Cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan amperemater,cukup satu Galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian. Prinsip dari rangkaian jembatan Wheatstone di perlihatkan. Saat saklar S di tutup,maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum Galvanometer menyimpang artinya ada arus yang melewatinya,yaitu antara titik C dan D ada beda potensial.Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat di capai galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda potensial antara titik C dan D. Dengan demikian akan berlaku persamaan : Rx = Ra RS RB (2.4) Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan besarnya R bergantung pada panjang penghantar, maka rangkaian jembatan Wheatstone dapat di ubah menggunakan kawat penghantar Dimana 2.3 I = arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere) V = tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt) R = hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm) Penguat Operasional atau op-amp adalah rangkaian elektronik yang dirancang dan dikemas secara khusus sehingga dengan menambahkan komponen luar sedikit saja dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Op-amp IC adalah piranti solid state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal input baik AC atau DC. Pada umumnya op-amp memerlukan catu daya positif dan negatif. Karakteristik dari op-amp adalah sebagai berikut: • Impedansi input sangat tinggi, sehingga arus input praktis dapat kita abaikan • Penguatan loop terbuka sangat tinggi • Impedansi output sangat rendah, sehingga output penguat tidak terpengaruh oleh pembebanan Simbol op-amp standar dinyatakan dengan sebuah segitiga dan memiliki dua terminal input yaitu input inverting dan input noninverting. Input inverting dinyatakan dengan tanda minus (-). Tegangan AC atau DC yang akan dikenakan pada input ini akan digeser fasanya 180 derajat pada output. Input non-inverting dinyatakan dengan tanda plus (+). Tegangan AC atau DC yang dikenakan pada input ini akan sefas dengan output 2. Hukum Kirchoff I Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.” Jumlah I masuk = I keluar 3. Hukum Kirchoff II Hukum Kirchoff II berbunyi, “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.” Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi bisa digunakan atau diserap. 1. Bukti pengukuran menghasilkan harga R dalam persamaan (1) Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Operating Amplifier (Op-Amp) 2.3.1 Fungsi Op-Amp Idealnya penguatan op-amp adalah tak berhingga, namun kenyataannya penguatan op-amp hanya mencapai kurang lebih 200000 dalam modus loop terbuka. Dalam keadaan demikian tidak ada umpan balik dari output menuju input dan penguatan tegangan maksimu. Dalam rangkaian praktisnya adanya perbedaan tegangan sedikit saja pada terminal-teminal input akan menyebabkan tegangan output berayun menuju tegangan level maksimum catu daya. Output dikatakan dalam keadaan saturasi atau jenuh dan dapat dinyatakan (salah satu) sebagai +Vsat atau –Vsat. Dalam rangkaian ini op-amp 2 sangat tidak stabil, output akan 0 V untuk selisih input 0, tetapi bila ada sedikit beda tegangan antara terminal inputnya, maka output akan berada pada salah satu level dari kedua level tegangan diatas. Modus loop terbuka terutama banyak dijumpai pada rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian detektor level Keserbagunaan dari op-amp dibuktikan dalam penerapannya pada berbagai tipe rangkaian dalam modus loop tertutup. Komponen luar digunakan untuk memberikan umpan balik output pada input. Amplifier mempunyai pengertian penguat. Amplifier dalam hal ini adalah suatu rangkaian yang bertujuan untuk menguatkan sinyal. Amplifier merupakan suatu rangkaian Op-amp menggunakan negatif feedback. Ada dua macam amplifier yang sering digunakan dalam merancang suatu rangkaian yaitu Inverting Amplifier dan Non Inverting Amplifier [8] 2.2 Pemrograman Mikrokontroler ATmega16 Pemrograman mikrokontroler dapat menggunakan beberapa jenis bahasa diantaranya adalah bahasa C, assembly dan Bascom. Akan tetapi disini hanya akan dibahas pemrograman mikrokontroler dengan bahasa C dan compiler codevision AVR. Dasar pemrograman mikrokontroler ATmega 16 dengan bahasa C dijelaskan sebagai berikut. 2.3.1. Fungsi Program Bahasa C pada dasarnya tersusun atas sejumlah blok fungsi. Sebuah program minimal mengandung sebuah fungsi yaitu fungsi utama atau main(). Setiap fungsi terdiri dari satu atau beberapa pernyataan yang secara keseluruhan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas khusus. Bagian pernyataan fungsi sering disebut tubuh fungsi. Tubuh fungsi diawali dengan tanda kurung kurawal buka ({) dan diakhiri dengan tanda kurung kurawal tutup (}). Kurung buka menyatakan awal dari fungsi dan kurung tutup menyatakan akhir dari fungsi. Secara umum suatu fungsi mempunyai bentuk deklarasi sebagai berikut [9]. nama_fungsi (parameter_fungsi) deklarasi_tipe_parameter; { tubuh_fungsi; } Fungsi sangat berguna untuk menyederhanakan program yang cukup kompleks. Apabila ada proses yang alur kerjanya sama namun proses tersebut dikerjakan berkali-kali maka suatu fungsi untuk proses tersebut harus dibuat agar program menjadi lebih sederhana. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dan menggunakan fungsi yaitu: a. Apabila tipe fungsi tidak disebutkan, maka akan dianggap sebagai fungsi dengan nilai keluaran bertipe integer, b. Fungsi yang memiliki keluaran bertipe bukan integer, maka diperlukan pendefinisian tipe fungsi terlebih dahulu, c. Fungsi yang tidak mempunyai nilai keluaran maka tipe fungsi adalah void, d. Pernyataan yang diberikan untuk memberikan nilai akhir fungsi berupa pernyataan return. Suatu fungsi dapat menghasilkan nilai balik kepada fungsi pemanggilnya. Namun suatu fungsi juga dapat tidak memiliki nilai balik kepada pemanggilnya. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 2.5.2.4 ADC Internal Mikrokontroler ADC internal yang disediakan mikrokontroler ATmega16 ada 8 chanel yang teletak pada port A dimulai dari port A.0-port A.7. Sebenarnya mikrokontroler ini hanya memiliki satu ADC internal saja namun inputan ADC ada 8 channel. Jadi sebelum menggunakan ADC internal ini, channel mana saja yang akan dipakai harus ditentukan melalui program yaitu dengan mengatur register yang mengatur channel ADC internal. Resolusi ADC internal dapat disetting menjadi 8 bit atau 10 bit. Selain itu mode ADC juga dapat ditentukan apakah mode free running atau interrupt. Kemudian frekuensi sampling ADC juga dapat diatur melalui pemilihan yang ada pada wizard dan tegangan referensi ADC juga dapat diatur apakah dari internal atau eksternal bila compiler yang digunakan adalah Code Vision AVR. Wizard pada compiler Code Vision AVR memudahkan pengaturan fasilitas apa saja yang akan digunakan. Adapun rumus data ADC yang digunakan mikrokontroler untuk mengkonversi data analog ke data digital yang dinyatakan oleh kedua persamaan 2.30 dan 2.31 : ADC = Vin.255 Vref ADC = Vin.1023 untuk resolusi ADC sebesar 10 bit. Vref untuk resolusi ADC sebesar 8 bit, (2.29) (2.30) Berdasarkan rumus ADC di atas apabila digunakan resolusi 8 bit dan tegangan Vref sebesar 5.1 Volt dari eksternal referensi maka besarnya resolusi untuk kenaikan 1 bit adalah 5.1 volt dibagi 255 menghasilkan 20 mV untuk 1 LSB. Jadi saat Vin ADC bernilai 5.1 V maka data ADC akan bernilai 255. Sedangkan Vin ADC bernilai 0 V maka data ADC akan bernilai 0. . III. PERANCANGAN ALAT 3.1 Blok Diagaram Sistem Alat yang dibuat terdiri dari beberapa bagian, dimana blok diagramnya ditunjukkan pada Gambar 3.1. ba Gambar 3.1 Gambar blok diagram sistem 3 3.2 Perancangan Perangkat Keras Media atau cairan yang akan digunakan adalah air yang akan diidentifikasi berapa tekanan aliran tersebut. Pompa berfungsi untuk mengalirkan air dari wadah, sehingga air akan mengalir melalui pipa, dan dialirkan menuju sensor. Bentuk dari pipa yang terpasang sensor terlihat pada gambar 3.3. Gambar 3.2 Alat pengidentifikasian jenis gas. Perangkat keras dalam Tugas Akhir ini ada beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah : 1. Perangkat ekstraksi gas. 2. Rangkain sensor. 3. Minimum sistem mikrokontroler. Dalam bab ini akan dibahas mengenai perencanaan alat yang meliputi blok diagram sistem secara keseluruhan dan juga perencanaan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perancangan hardware berupa pipa saluran air. Perancang hardware elektronika yaitu mendesain rangkaian driver strain gage berupa rangkaian jembatan wheatstone dengan differensial amplifier. Sistem minimum mikrokontroler AT Mega 16. Perancangan software adalah perancangan software yang akan dimasukkan dalam mikrokontroler ATMega16. Diagram blok dari sistem alat ini dapat digambarkan pada gambar 3.1. Dari diagram blok gambar 3.1, mula-mula air dihisap menggunakan pompa kemudian dialirkan melalui pipa yang sudah terpasang sensor strain gage. Pada rangkaian sensor strain gage sebelum masuk ke rangkaian mikrokontroler terlebih dahulu masuk ke rangkaian jembatan wheatstone kemudian dilanjutkan pada rangkaian differensial amplifier. Fungsi rangkaian ini adalah sebagai penguat untuk perubahan outputnya. Perubahan output dari sensor strain gage ini perlu dikuatkan karena perubahan outputnya relatif kecil. Hasil data dari sensor ini akan masuk ke rangkaian mikrokontroler dan didalam mikrokontroler telah diisi dengan program perhitungan tekanan aliran air. Hasil dari identifikasi akan ditampilkan di display LCD. Output yang dihasilkan oleh oleh strain gage yang masih berupa nilai resistansi akan diubah menjadi tegangan lalu dikuatkan. Sinyal dari penguat akan diinputkan ke ADC untuk mendapatkan data. Data hasil pengolahan pada ADC selanjutnya akan dihitung dan nilainya akan diolah dan ditampilkan pada LCD 3.1 Perancangan perangkat keras Perangkat keras terdiri dari wadah sebagai tempat air adalah drum kecil, saluran air berupa pipa, pompa , dan board rangkaian. Board rangkaian terdiri dari power supply, mikrokontroller dan rangkaian buffer dan differensial amplifier. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Gambar 3. 3 Pipa tempat pemasangan sensor Berikut prosedur pengujian perangkat keras atau hardware. Pompa mengalirkan air dari bak penampung air, kemudian dimasukkan ke dalam pipa saluran air. Sensor diaktifkan untuk melakukan pengukuran.dari sensor akan diketahui tekanan air yang sedang mengalir. 3.1.1 Rangkaian Intrumentasi Amplifier Rangkaian Instrumentasi amplifier adalah jenis penguatan diferensial yang sudah dilengkapi buffer input digunakan untuk membersihkan noise yang terbawa saat pengambilan data dan juga sebagai penguat dari sinyal output. Tegangan pada saat pengukuran tanpa beban akan menjadi tegangan referensi pada rangakaian differensial amplifier .Gambar 3.4 adalah rangkaian differensial amplifier yang digunakan. Gambar 3. 4 Rangkaian Instrumentasi Amplifier 3.1.2 Rangkaian Mikrokontroler Rangkaian mikrokontroler berupa sistem minimum mikrokontroler AVR Atmega16 dengan nilai Xtal yang dipergunakan adalah sebesar 8 MHz. Gambar 3.5 adalah gambar rangkaian sistem minimum yang digunakan. 4 Pada rangakaian sistem minimum ini terdapat 32 pin I/O yang dibagi menjadi 4 port, yaitu port A,B,C dan D. Dimana tiap port terdapat 8 buah pin I/O. Port A pada sistem minimum ini difungsikan sebagai ADC (Analog to Digital Converter). Dimana channel yang digunakan adalah port A0, A5, A6, dan A7. Data yang masuk pada Port A0 adalah output dari rangkaian non-inverting amplifier. Sedangkan port A5, A6, dan A7 sebagai kontrol untul demultiplexer. Jika kita akan menggunkan fasilitas ADC internal pada mikrokontroler maka pin AREFF dihubungkan ke ground. Gambar 3.6 Jumper untuk LCD 3.2 Perancangan Perangkat lunak Perancangan perangkat lunak di bagi menjadi dua yaitu software pada mikrokontroler ATMega 16 dan software pada komputer yaitu delphi 7 3.3.1 Perancangan perangkat lunak pada mikrokontroler Penerimaan sensor Strain Gage terhadap air berupa perubahan resistansi kemudian dirubah menggunakan jembatan wheatstone menjadi tegangan. Dari tegangan yang dikeluarkan oleh wheatstone tersebut akan diolah kedalam mikrokontroler. Tegangan pada hambatan akan diubah menjadi tegangan berupa data digital oleh konverter oleh ADC internal ATMega16. Untuk menggunakan ADC internal ATMega16, ada beberapa register yang harus diset nilainya. Register tersebut antara lain ADMUX(ADC Multiplexer Selection Register), ADCSRA(ADC Control and Status Register A) dan SFIOR (Special Function IO Register). Register tersebut secara otomatis telah diset oleh Code VisionAVR pada menu automatic program generator. IV. PENGUJIAN ALAT Gambar 3.5 Rangkaian sistem minimum mikrokontroler AVR Nilai reset dari mikrokontroler Atmega 16 adalah aktif low. Yaitu jika pin reset mendapatkan nilai low, maka sistem akan direset. Pada pin reset dalam sistem minimum ini dapasang nilai resistor dan kapasitor sebesar 10 kΏ dan 10uF, sehingga lama waktu reset adalah : τ = R ⋅C (3.2) τ = 10 ⋅ 10 3 ⋅ 10 ⋅ 10 − 6 τ = 100 ms Sistem minimum ini juga dihubungkan ke sebuah LCD 2x16, yakni 2 baris dan 16 kolom, melalui Port C mikrokontroler AVR. Rangkaian jumper untuk LCD 2x16 dapat diketahui pada Gambar 3.8 Hambatan variabel R1 pada Gambar 3.8 digunakan untuk pengaturan kontras layar LCD. 4.1 Pengujian sensor. Rangkaian penguat Strain gage mengubah arus yang ditimbulkan karena pengaruh tekanan yang diterima strain gage. Strain gage terletak pada pipa dan menerima tekanan yang ditimbulkan oleh aliran air. Tekanan yang dihasilkan dari rangkaian penguat strain gage akan bervariasi berdasarkan sampel tekanan yang dimasukkan ke pipa. Alat ukur yang dipakai AVO meter dengan mengukur pin pada IC2 pada gambar rangkaian 3.6 pada bab III. Awal mula sensor di ukur dalam kondisi tanpa tekanan atau tanpa aliran air. Kemudian memasukkan sampel yang mau diuji. Berikut data dari tegangan rangkaian penguat strain gage, dengan tekanan aliran yang diterima: 4.1 Sensor Strain Gage Rangkaian penguat Strain gage mengubah arus yang ditimbulkan karena pengaruh tekanan yang diterima strain gage. Strain gage terletak pada pipa dan menerima tekanan yang ditimbulkan oleh aliran air. Tekanan yang dihasilkan dari rangkaian penguat strain gage akan bervariasi berdasarkan sampel tekanan yang dimasukkan ke pipa. Alat ukur yang dipakai AVO meter dengan mengukur pin pada IC2 pada gambar rangkaian 3.6 pada bab III. Awal mula sensor di ukur dalam kondisi tanpa tekanan atau tanpa aliran air. Kemudian memasukkan sampel yang mau diuji. Berikut data dari tegangan rangkaian penguat strain gage, dengan tekanan aliran yang diterima: Tabel 4.1 Pengujian Strain gage tanpa beban Kondisi normal (tanpa beban) Tegangan Output data 0 1,1 mV Tabel 4.1 Data pengujian. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 5 Pengujian kecepatan pompa Dengan mengatur kran air pada hardwere maka akan didapat pengaturan kecepatan aliran air. Pada pengujian ini ditentukan dua level kecepatan yaitu 0.013 m3/menit dan 0.010 m3/menit. Data yang diambil merupakan respon sistem terhadap kecepatan serta keandalan sistem pada proses pengenalan. Untuk tiap pengujian dilakukan setiap 10 kali. Tabel 4.6, Tabel 4.7 merupakan data hasil pengujian. [2] Jacob Fraden, “Handbook of Modern Sensors – Physics, Design, and Applications”, Third Edition, New York: AIP Press, 2004. [3] Hughes, Fredrick W,1990, “Panduan Op-Amp, Elex Media Komputindo”,Jakarta [4] Setiawan, Rachmad,2008, “Teknik Akuisisi Data”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. [5] Ham,Fredric M,Ph.D, “Principles Of Neurocomputing for Science and Engineering”International Edition, North America,2001. [6] Mikrokontroler AVR ATMEGA 16. Datasheet. Atmel Corporation. BIODATA PENULIS Tabel 4.5 0.013 m3/menit Volume aliran Voutput 0.013 m3/menit 1,3 V Tabel 4.6 dan 0.010 m3/menit. Volume aliran Voutput 0.010 m3/menit. 1,2 V V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian dan pengukuran seluruh sistem dalam Tugas Akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran untuk keperluan pengembangan selanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Teknik pengujian dilakukan dengan pompa yang memiliki daya pancar hingga 4 meter, sehingga hasil dari sensor jelas. (2) Pengukuran tekanan aliran air menggunakan strain gage lebih akurat. (3) Sersor strain gage dapat difungsikan sebagai drag force flow sensor 5.2 RIWAYAT HIDUP PENULIS Ricky Zulfiar Arief , penulis dilahirkan di Gresik Jawa Timur pada 24 oktobet 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Nuryanto dan Ibu Endah Wijayani. Penulis menempuh jenjang pendidikan formal SDN 1 Sukomulyo, dan melanjutkan ditingkat SMP N 1 Manyar Gresik dan ditingkat SMA N 1 Manyar Gresik. Pada tahun 2005 penulis menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi S1 di Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) di jurusan terfaforit yaitu Jurusan Teknik Elektro. Dengan penuh pertimbangan akhirnya penulis memilih bidang studi elektronika. e-mail : [email protected] Saran (1) Untuk mendapatkan kondisi yang optimum dari sensor strain gage sebisa mungkin tanpa gerakan atau goncangan (2) Plat yang digunakan sebagai bandul sebaiknya memiliki daya elastisitas yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA [1] Wibiksan, Alfira,2000, “desain alat ukur kecepatan aliran air menggunakan strain gauge”, IPB, Bogor. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 6